Filsafat Makan
Makan sedikit itu lebih baik dalam setiap kesempatan dan untuk semua orang, sebab hal itu dapat menyehatkan seseorang secara lahiriah maupun batiniah. Makan itu patut dipuji jika dilakukan pada saat dibutuhkan, sebagai suatu sarana dan persediaan, setiap kali secukupnya saja, atau untuk menguatkan badan.
Makan karena dorongan kebutuhan adalah untuk orang yang suci; makan sebagai suatu sarana dan persediaan adalah penunjang untuk orang yang takwa; makan setiap kali secukupnya saja adalah untuk mereka yang percaya; dan makan untuk menguatkan badan adalah untuk orang-orang beriman.
Tak ada yang berbahaya bagi hati orang yang beriman daripada menikmati makanan terlalu banyak, sebab hal itu akan menimbulkan dua akibat: kekerasan hati dan bangkitnya nafsu.
Rasa lapar adalah laksana bumbu bagi orang-orang beriman, sarana penguat untuk jiwa, makanan bagi hati, dan penunjang kesehatan badan. Nabi saw. bersabda, “Anak Adam tidak dapat makan lebih banyak daripada yang dapat ditampung perutnya.”
Nabi Daud as. berkata, “Meninggalkan sepotong makan yang aku perlukan itu lebih baik bagiku daripada tetap terjaga selama dua puluh malam.” Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang beriman makan untuk mengisi satu perut, sedangkan orang munafik tujuh perut.”
Dan di tempat lain beliau bersabda, “Celakalah orang-orang yang terjerumus ke dua tempat!” Ketika ditanya apakah kedua tempat itu, beliau (saw.) menjawab, “Perut dan alat kelamin.”
Nabi Isa as. berkata, “Hati tidak akan menderita penyakit yang lebih buruk daripada kekerasan, dan tidak ada jiwa yang dapat lebih mudah dilemahkan kecuali karena tidak pernah dirasanya kelaparan. Keduanya merupakan kendali pembuangan dan kekecawaan.”
Sumber:
The Lantern of the Path dinisbahkan sebagai nasihat Imam Ja’far as.
Strategi Ampuh dan Solusi Jitu Nabi saw dalam Mempersatukan Umat
Ditulis oleh Sayyid Husain Husaini
Peran Nabi saw dalam membangun pilar persatuan umat Islam secara umum dapat dibagi dalam tiga hal yang esensial: Pertama, usaha mengubah kondisi masyarakat Arab di masa itu dan memanfaatkan faktor-faktor politik untuk mempersiapkan kondisi yang diinginkan; Kedua, perencanaan yang bersifat kultural dalam rangka membuat ilustrasi “umat bersatu” bagi kaum Muslimin dan menciptakan ruang bagi perkembangan pikiran dan pemahaman masyarakat terhadap tanggung jawab mereka; Ketiga, menerapkan solusi-solusi yang ditawarkan oleh Nabi saw sebagai sarana untuk mewujudkan persatuan.
Solusi-solusi ini adalah bagian dari dakwah Nabi saw yang mencakup “solusi kebangsaan-keagamaan”, “solusi kesukuan”, dan “solusi sosial-individual.”
Kini, kami akan membahas secara ringkas masing-masing dari tiga solusi ini.
1. Solusi Kebangsaan-Keagamaan
a) Menciptakan persatuan nasional dan solidaritas keimanan
Kedatangan Nabi saw ke Madinah disertai penandatanganan beberapa perjanjian antar pelbagai kelompok. Perjanjian-perjanjian ini bisa disebut sebagai salah satu bukti paling nyata perwujudan persatuan Islam di masyarakat zaman itu.
Perjanjian Umum Madinah: Salah satu perjanjian terpenting adalah kesepakatan antara Nabi saw dan kabilah-kabilah Yatsrib. Sebagian orang menilai bahwa kesepakatan ini sebagai “undang-undang dasar tertulis pertama di dunia”. Langkah beliau merupakan cara terbaik untuk menciptakan persatuan kebangsaan dan solidaritas keagamaan, karena persatuan antara kabilah yang saling berseteru juga menjamin hak sosial orang Yahudi dan kaum Muhajirin. Di sisi lain, kesepakatan ini merupakan sebuah pengantar menuju terbentuknya persatuan politik dan pemerintahan.
Sebagai contoh, dalam kesepakatan itu disebutkan bahwa kaum Muslimin adalah umat bersatu yang terpisah dari umat lain; tidak ada hubungan antara kaum Muslimin dan kaum kafir; dan tidak boleh ada jarak antara seorang Muslim dengan Muslim lainnya. Kendati inti dari kesepakatan ini adalah memanfaatkan sarana persatuan Islam demi memajukan masyarakat Muslim dan ini dibuktikan oleh tiap butir kesepakatan ini, namun ada baiknya kami menyinggung sebagian darinya:
* Kaum Muslimin harus bersatu dalam menghadapi kezaliman, perbuatan anarkis, dan konspirasi musuh.
* Tidak ada orang Muslim yang boleh berdamai (dengan musuh) di saat perang tanpa persetujuan kaum Muslim yang lain. Kesepakatan damai hanya bisa dilakukan atas nama semua kaum Muslimin.
* Semua kelompok yang ikut berperang akan mendapat giliran bertempur secara berurutan. Jadi, suatu kelompok tak akan dipaksa berperang dua kali berturut-turut.
* Hak masing-masing individu berkaitan dengan kewajibannya terhadap Allah Swt sama dan tidak ada perbedaan.
* Bila muncul perselisihan di antara kaum Muslimin, maka Nabi saw adalah pengambil keputusan terakhir.
* Orang yang terjerat hutang besar tidak akan dibiarkan begitu saja, tapi akan dibantu oleh seluruh kaum Muslimin.
Di bagian lain dari kesepakatan bersejarah ini, yang ditujukan kepada kaum Yahudi di Madinah, ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Nabi saw bertujuan mewujudkan sebuah persatuan kebangsaan:
* Kaum Muslimin dan Yahudi adalah satu umat dan hidup berdampingan di Madinah sebagai satu bangsa. Masing-masing bebas menjalankan ajaran agamanya.
* Orang-orang Yahudi yang menandatangani kesepakatan akan mendapat bantuan dan dukungan kaum Muslimin. Di sisi lain, bila kaum Muslimin mengajak mereka untuk berdamai, maka mereka harus menerima ajakan itu.
* Kaum Muslimin dan Yahudi akan bahu membahu melawan pihak yang menentang kesepakatan ini.
* Kaum Muslimin dan Yahudi harus saling membantu dalam menghadapi serangan musuh ke Yatsrib.
* Tidak boleh ada orang kafir yang dimanfaatkan oleh kedua belah pihak, kecuali jika membawa maslahat bagi keduanya.
Alhasil, dapat disimpulkan bahwa upaya untuk menciptakan sensitifitas keagamaan dan kebangsaan adalah salah satu langkah tepat Nabi saw demi mewujudkan persatuan Islam.
Mengukuhkan Solidaritas Keimanan: Di kesempatan lain, Nabi saw juga berkali-kali menegaskan pentingnya mengukuhkan solidaritas keimanan kaum Muslimin. Dalam salah satu pidatonya pasca penaklukan kota Makkah yang disampaikan di Masjid Al-Haram, beliau bersabda, ”Tiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain. Kaum Muslimin adalah satu tangan yang berada di atas tangan yang lain.”
Menciptakan rasa beragama yang kuat dan membangun ikatan keyakinan tunggal di antara orang-orang yang beriman ini dapat kita renungkan dalam sabda Nabi saw, ”Orang-orang beriman itu ibarat satu jiwa.”
Bak seratus pancaran sinar matahari di halaman rumah, tapi cahaya itu tetap satu
Jika kau ambil dinding-dinding, maka rumah pasti akan hancur, karena kaum mukminin itu bak satu jiwa
Tentunya simbol dari pancaran cahaya ini ada dalam tiap jiwa orang mukmin karena:
Binatang tak miliki jiwa persatuan, tapi kau melebur dalam jiwa persatuan
Jiwa serigala terpisah dari jiwa anjing, tapi jiwa para singa Allah (para pejuang yang berani) saling bersatu
b) Ikatan Persaudaraan
Ikatan sosial: Di tahun pertama kedatangan Nabi saw ke Madinah, beliau mengambil salah satu langkah terpenting dalam memanfaatkan faktor kesatuan agama, yaitu mempersaudarakan antar sesama Muslim, baik pria maupun wanita.
Dua suku bernama Aus dan Khazraj, satu sama lain saling membunuh
Tapi terhapus sudah kedengkian antara mereka berkat Musthafa dan cahaya Islam
Mantan lawan itu kini menjadi kawan, bertaut bak dahan-dahan anggur di taman
Karena sabda ,”orang mukmin adalah saudara,” kini mereka jadi satu badan
Terpujilah ia yang tebarkan ribuan benih persatuan
Dalam sebuah pertemuan umum, Nabi saw bersabda, ”Jalinlah persaudaraan di antara kalian demi ridha Allah.”
Persaudaraan kolektif ini bertujuan untuk menghapus motif kesukuan dan dilakukan berdasarkan kebenaran dan kerjasama social. Karena, Sesungguhnya orang-orang beriman adalah saudara, maka damaikanlah antara dua saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian dirahmati. (QS. Al-Hujurat:10).
Nabi saw mempersaudarakan tiap seorang Muhajir dengan seorang Anshar. Namun, sebagai pengecualian bersejarah, beliau menyebut Ali sebagai saudara beliau di dunia dan akhirat dalam sabdanya, ”Dia (Ali) bagian dariku dan aku bagian darinya.”
Alhasil, langkah cerdas ini adalah sarana paling efektif untuk mewujudkan persatuan kolektif di masa itu. Semua ini menunjukkan upaya serius Nabi saw demi menciptakan ikatan sosial yang berasaskan iman kepada Allah Swt.
Iman kepada Allah Swt merupakan pilar pembentukan masyarakat madani: Masyarakat yang dibentuk Nabi saw adalah suatu komunitas yang semua anggotanya memiliki ikatan persaudaraan yang berasaskan ajaran tauhid. Mereka bertugas untuk menjaga ikatan ini sehingga Allah akan melestarikan persatuan antara pelbagai hati dengan kuasa-Nya. Sehingga dengan demikian, dasar sikap saling memahami di tengah masyarakat Muslim akan menjadi kuat, Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Anfal: 62-63).
Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, masyarakat tidak bisa dibentuk tanpa adanya suatu ikatan sosial; Kedua, terwujudnya hal ini hanya dengan kekuasaan Allah Swt semata; Ketiga, orang-orang mukmin mampu memprakarsai terwujudnya persatuan sosial.
Firman Allah Swt yang terkait dengan persaudaraan antar kabilah Yatsrib pun sangat jelas, Berpeganglah dengan tali Allah dan jangan bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah atas kalian, (yaitu) ketika kalian masih bermusuhan, kemudian Dia mempersatukan hati kalian, sehingga dengan nikmat-Nya kalian menjadi saudara. (QS. Al Imran: 103).
Masyarakat madani bentukan Nabi saw yang diliputi oleh spirit persaudaraan adalah masyarakat yang bersatu dalam memusuhi kekufuran dan menerima keimanan, Muhammad utusan Allah dan mereka yang bersamanya, adalah orang-orang yang bersikap keras terhadap orang kafir dan mengasihi kepada sesama mereka. (QS. Al-Fath: 29).
Masyarakat tersebut diumpamakan seperti satu badan, yang semua anggotanya saling berhubungan erat dan bersama-sama dalam naungan kasih sayang, sebagaimana yang diungkapkan dalam hadis, ”Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang antar sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka yang lain akan turut merasakannya.”
Memanfaatkan tradisi sosial: Dengan persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar, maka Nabi saw telah memanfaatkan salah satu tradisi sosial masyarakat Arab, yaitu pembelaan terhadap sekutu perjanjian, guna mewujudkan umat yang bersatu. Keberhasilan Nabi saw ini tak hanya membuat takjub orang-orang seperti Abu Sofyan, tapi dampak positif dari kesetaraan yang terdapat pada ajaran Islam ini sampai mendorong setiap orang untuk lebih mementingkan saudaranya dalam kepemilikan harta. Para sejarawan menukil bahwa perjanjian persaudaraan Muhajirin dan Anshar juga meliputi hak bersama dalam kepemilikan warisan di antara mereka. Peristiwa pembagian ghanimah pasca perang Bani Nadhir adalah contoh terbaik dari sikap itsar (mementingkan orang lain) yang dipraktekkan kaum Anshar.
Alhasil, semua peristiwa dalam sejarah Islam membuktikan betapa pentingnya peran Nabi saw dalam mencegah terjadinya perpecahan di tengah barisan kaum Muslimin dan bagaimana langkah jitu beliau dalam memanfaatkan persatuan Islam. Langkah beliau merupakan pelaksanaan perintah Al-Quran, yaitu: Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang tercerai berai dan berselisih (QS. Al Imran:105). Rasul sawn telah mengerahkan segala upaya secara maksimal dalam mewujudkan persatuan di antara kaum Muslimin, karena beliau menganggap persatuan adalah salah satu misi pengutusannya dan amat mengkhawatirkan perpecahan kaum Muslimin. Ini pula yang telah ditegaskan oleh Al-Quran, Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-Taubah:128). Barangkali, beratnya misi ini pula yang menyebabkan beliau bersabda, ”Tak ada nabi yang disakiti seperti diriku.”
Mendamaikan pihak yang berselisih: Mendamaikan pihak yang berseteru dan nasihat serta sikap Nabi saw terkait dengan masalah ini, juga merupakan salah satu langkah efektif beliau dalam menciptakan rasa persaudaraan.
Abu Ayyub meriwayatkan, ”Nabi saw bersabda kepadaku, ’Wahai Abu Ayyub, maukah aku tunjukkan kepadamu sedekah yang disukai Allah dan Rasul-Nya?’ Aku mengiyakan. Lalu beliau bersabda, ’Yaitu hendaklah engkau mendamaikan orang-orang yang bertikai.’” (Dalam redaksi riwayat lain disebutkan, ”Yaitu dengan mendamaikan orang-orang yang berseteru dan mendekatkan mereka ketika saling membenci.”)
Dalam riwayat lain disebutkan, ketika beliau ditanya tentang urgensi persaudaraan, beliau menjawab, ”Ganjaran bagi orang yang berusaha menciptakan perdamaian di tengah manusia, sama seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah.”
Kita bisa menyaksikan langkah cerdas beliau dalam mendamaikan umat pada kasus pembagian ghanimah (harta rampasan perang) perang Badar. Belum adanya undang-undang khusus pembagian ghanimah dan belum matangnya pendidikan moral kaum Muslimin di masa itu menjadi salah satu penghalang terciptanya persatuan di antara kaum Muslimin. Karena itu, beliau diperintahkan untuk menjaga kesatuan dan persatuan umat dan orang-orang yang beriman juga diharuskan mengikuti beliau di jalan ini, Maka bertakwalah kepada Allah dan damaikanlah (yang bertikai) di antara kalian, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya jika kalian orang yang beriman. (QS. Al-Anfal:1).
Nabi saw berupaya sedemikian rupa untuk melenyapkan benih perselisihan, hingga beliau sama sekali tidak suka melihat sekecil apapun perpecahan terjadi dalam barisan kaum Muslimin. Para sejarawan menulis bahwa beliau tetap menyisihkan bagian ghanimah bagi mereka yang tidak ikut berperang guna menghindari prasangka diskriminasi.
Yang menarik, sebelum perang Badar, kendati sebagian kaum Muhajirin telah menyatakan dukungan mereka, namun Nabi saw tetap menunggu persetujuan kaum Anshar untuk berperang melawan musuh, sebab isi perjanjian beliau dengan kaum Anshar adalah membela beliau dalam batasan kota Madinah, sehingga membela beliau dalam peperangan di luar Madinah tidak termasuk dalam perjanjian tersebut. Oleh karena itu, Nabi saw terlebih dahulu menanyakan pendapat kaum Anshar dan setelah yakin akan dukungan mereka, beliau pun pergi ke medan perang.
Pada hakikatnya, hal ini menunjukkan perhatian Nabi saw dalam menjaga tradisi sosial dan kondisi khusus politik di masa itu.
Memaafkan kesalahan individu: Hal lain yang kita saksikan dalam peristiwa perang Uhud adalah perintah Al-Quran kepada Nabi saw untuk tidak mencela orang-orang yang lari dari medan perang. Bahkan, beliau diminta untuk memaafkan mereka dan bekerjasama dengan mereka, sehingga mereka tetap berada dalam barisan kaum Muslimin, Maka maafkanlah mereka dan mintakan ampun bagi mereka serta bermusyawarahlah dengan mereka. (QS. Al Imran:159).
Dapat dipastikan bahwa salah satu motivasi dari keputusan terpuji ini adalah upaya menjaga persatuan politik umat Islam. Dengan demikian, maka Nabi saw telah melenyapkan potensi perpecahan antara kelompok kaum Muslimin (lantaran penolakan terhadap mereka yang lari dari medan perang) dan lapisan masyarakat lain.
Sejarah menyebutkan bahwa dalam perang ini, seorang pemuda Muslim asal Iran—setelah memukul musuh—berkata, ”Terimalah pukulanku dan ketahuilah bahwa aku orang Persia.” Mendengar itu, Nabi saw mencelanya dan berkata kepadanya, mengapa kau tidak menyebut dirimu seorang Anshar? Maksud beliau adalah untuk menghapus segala bentuk fanatisme ras dan menjaga persatuan barisan Islam. Selain itu, dengan pengarahan ini, beliau hendak mengubah standar kebanggaan diri dari poros kesukuan dan ras menjadi poros keagamaan dan keimanan.
Dengan demikian, Nabi saw memanfaatkan segala peluang untuk tetap menjaga persatuan dan mencegah perpecahan, bahkan dalam peristiwa penghancuran Masjid Dharar (masjid yang dibangun kaum munafik) pun hal ini tetap beliau perhatikan!
Menjaga keutuhan masyarakat: Kebijaksanaan Nabi saw dalam menghancurkan Masjid Dharar bertujuan mencegah timbulnya lubang perpecahan dalam barisan masyarakat Muslim. Dengan demikian, maka keutuhan masyarakat tetap terjaga.
Dengarlah kisah lain Al-Quran tentang penyimpangan
Yaitu saat mereka bangun masjid selain masjid Nabi
Mereka hias permadani dan atap serta kubahnya
Tapi dengan niat cerai beraikan para sahabatnya
Namun siapa yang bisa pisahkan para sahabatnya?
Oleh karena itu, dalam nasihat terakhirnya kepada umat Islam, Nabi saw bersabda: ”Wahai manusia, darah dan harta kalian adalah terhormat, seperti kehormatan hari ini dan bulan ini…” Di akhir khotbah, beliau bersabda, ”Wahai manusia, dengarkan ucapanku dan pahamilah! Ketahuilah bahwa setiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dan bahwa semua kaum Muslimin itu bersaudara.”
2. Solusi Kesukuan
a) Melenyapkan rasisme dan fanatisme kesukuan
Solusi lain yang ditawarkan Nabi saw untuk menciptakan persatuan umat Islam adalah menghilangkan rasisme dan diskriminasi rasial.
Menghancurkan norma-norma Jahiliyah: Perjuangan Nabi saw melawan perbudakan di masa itu semakin luas menyusul bertambahnya kekuatan politik dan sosial beliau. Gerakan ini merupakan bagian dari tuntutan keadilan sosial yang beliau serukan demi menghadapi segala bentuk penindasan di masa itu. Sebab, beliau ingin membangun sebuah masyarakat religious dan pengikut partai Allah, Ketahuilah bahwa (para pengikut) partai Allah adalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Mujadilah:22). Beliau telah belajar dari Al-Quran bahwa kebahagiaan dan keberuntungan tidak dapat diwujudkan dengan kezaliman, Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan mendapat keberuntungan (QS. Al-An`am: 35).
Dakwah Nabi saw kepada tauhid dan kasih sayang sosial menyebabkan pudarnya diskriminasi dan standar Jahiliyah yang begitu memuja garis keturunan. Pada akhirnya, semua orang condong kepada Islam tanpa ada ikatan kesukuan dan nasab, sebab, “Tidak ada fanatisme dalam Islam.”
Buah dari keberhasilan Nabi saw dalam gerakan ini adalah masuk Islamnya beberapa orang dari berbagai keluarga dan suku kaum musyrik serta pemberontakan mereka terhadap tradisi kesukuan ala Jahiliyah. Langkah beliau ini, selain berdampak secara sosial, yaitu keputusasaan kaum musyrik dan kehancuran tradisi kuno, juga membuka jalan bagi kemunculan tatanan sosial baru.
Norma kesetaraan keagamaan: Melalui pelbagai perintah atau nasehatnya, Nabi saw mengajari kaum Muslimin untuk membebaskan para budak dan beliau sendiri adalah orang yang pertama melakukan hal ini. Ini adalah ajaran dari Allah Swt dimana iman kepada-Nya, akhirat, dan para nabi sejajar dengan menginfakkan harta di jalan-Nya dan memerdekakan hamba sahaya, Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, …(memerdekakan) hamba sahaya …(QS. Al-Baqarah: 177).
Dalam rangka melawan diskriminasi ala Jahiliyah, Nabi saw menjadikan para sahabatnya seperti Zaid bin Haritsah sebagai panglima pasukan Islam; Bilal Habsyi sebagai muazin khususnya; dan memuliakan Salman Farisi, “Barangsiapa yang memerdekakan seorang budak mukmin, maka ia akan dimerdekakan oleh Allah.” Secara bertahap, beliau mengajarkan bahwa ketakwaan adalah standar baru dalam hubungan sosial, Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa (QS. Al-Hujurat:13).
Nabi saw secara terang-terangan juga menyatakan bahwa budak Ethopia dan majikan Quraisy berkedudukan sama di sisi beliau. Karena itu, beliau disebut sebagai pencetus kesetaraan derajat yang berasaskan agama. Beliau bersabda, ”Kalian semua adalah keturunan Adam yang berasal dari tanah. Tidak ada orang Arab yang lebih unggul daripada orang Ajam kecuali dari sisi takwa.”
Alhasil, kesetaraan dan keadilan sosial yang diterapkan Nabi saw dalam melawan diskriminasi dan penindasan di masa itu adalah salah satu solusi paling efektif dalam menciptakan persatuan di tengah masyarakat Muslim yang masih rentan tertimpa pelbagai masalah.
Dalam literatur sejarah dan riwayat kita membaca bahwa Nabi saw tidak pernah membedakan antara budak dan orang yang merdeka. Beliau sendiri yang mengajarkan manisnya kesetaraan dan keadilan sosial kepada umatnya. Bahkan di tengah kaum Muslimin sendiri pun, tempat beliau tidak dibikin istimewa dan menonjol, sehingga ketika beliau hadir di suatu majlis, orang-orang tidak bisa menemukan beliau dengan gampang. Keadilan dan kesetaraan ini bahkan juga diterapkan Nabi saw dalam memandang para sahabatnya, sebagaimana disebutkan bahwa beliau selalu membagi perhatiannya kepada para sahabatnya; memandang si fulan dan si fulan secara bergantian, tanpa ada perbedaan.
Jelas bahwa akhlak terpuji ini sangat efektif untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat. Dalam sebuah analogi, beliau pernah bersabda, ”Semua manusia dari zaman Adam hingga sekarang ibarat gigi-gigi sisir; tak ada keunggulan bangsa Arab atas bangsa Ajam, atau si kulit putih atas si kulit hitam, kecuali dari sisi ketakwaan.”
Tradisi Nabi saw ini terus berlanjut sepanjang masa pemerintahan beliau, sehingga tetap menjadi salah satu sarana pemersatu umat. Beliau bertujuan menghapus semua asas ketidakadilan Jahiliyah dan menghilangkan segala potensi kembalinya tradisi Jahiliyah ke tengah masyarakat, Dan apakah mereka masih menginginkan hukum Jahiliyah? (QS. Al-Maidah:50).
Nabi saw adalah perintis gerakan kesetaraan sosial ini dan memanfaatkan setiap peluang untuk mengukuhkan spirit keadilan di tengah masyarakat. Beliau pernah bersabda, ”Allah tidak suka melihat hamba-Nya berbeda dari orang-orang lain.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penghapusan rasisme dan fanatisme Jahiliyah selalu menjadi perhatian Nabi saw. Sejarah mencatat pelbagai kecaman beliau kepada orang-orang yang masih menjadikan jabatan dan nasab sebagai standar kemuliaan.
Diriwayatkan bahwa Salman Farisi sedang duduk di Masjid Nabi. Beberapa sahabat Nabi saw juga berada di sana. Ketika topik pembicaraan beralih kepada nasab, masing-masing dari mereka menyebut garis keturunannya, sampai tiba giliran mereka bertanya kepada Salman. Ia menjawab, ”Aku adalah Salman putra hamba Allah. Aku dahulu tersesat, namun Allah membimbingku melalui Muhammad. Aku dahulu miskin, tapi Dia membuatku kaya melalui Muhammad. Aku dahulu budak, tapi Dia memerdekakanku melalui Muhammad.” Ketika Nabi saw datang, Salman memberitahukan kejadian itu kepada beliau. Nabi saw lalu berpaling kepada kelompok Quraisy itu dan bersabda, ”Wahai orang-orang Quraisy, kehormatan seseorang ditentukan oleh agamanya, kemuliaannya oleh akhlaknya, dan nasabnya oleh akalnya.”
Dalam riwayat lain, beliau menyebut perilaku saling membanggakan diri atas dasar fanatisme kesukuan sebagai bagian dari neraka, ”Hendaknya orang-orang tidak membanggakan suku mereka, karena itu adalah salah satu bahan bakar neraka.”
Di samping itu, kehidupan Nabi saw yang bersahaja adalah cara lain untuk meningkatkan persatuan di antara umat. Menurut Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Nabi saw bahkan tidak mengijinkan gorden bermotif dipasang di rumahnya. Hal ini adalah cara terbaik untuk menarik simpati kalangan dhuafa di masa itu dan menjadi salah satu faktor terwujudnya persatuan. Para sahabat menukil bahwa beliau hidup dengan anggaran yang sangat sedikit.
Ungkapan paling indah berkaitan dengan kesederhanaan para nabi disebutkan dalam kitab Nahjul Balaghah, ”Para nabi hidup secara qana`ah (merasa cukup dengan rezeki yang didapat) yang memenuhi hati dan mata dengan kekayaan, serta kesulitan (hidup) yang memenuhi penglihatan dan pendengaran dengan gangguan.”
Pembelaan terhadap kalangan dhuafa: Dalam rangka menghapus fanatisme kesukuan, Nabi saw juga melakukan pembelaan terhadap kalangan dhuafa. Berdasarkan hukum masa itu, kalangan ini–yang kebanyakan terdiri dari budak pria dan wanita–tidak memperoleh dukungan dari suku manapun. Karena itu, mereka tidak memiliki hak sosial dan politik di tengah masyarakat. Lantaran atmosfer politik khas Jahiliyah dan beragam ketidakmampuan kalangan dhuafa ini, sehingga mereka tidak memiliki peluang membentuk sebuah komunitas independen.
Dalam kondisi semacam ini, penentangan Nabi saw terhadap diskriminasi dan fanatisme kesukuan serta pembelaan beliau terhadap kalangan dhuafa mampu menarik simpati mereka kepada Islam dan figur Nabi saw. Dengan demikian, banyak kelompok yang membentuk persatuan sosial dan politik dengan Nabi saw sebagai porosnya. Pada hakikatnya, dakwah Nabi saw dan penekanan beliau tentang takwa dan standar kemuliaan manusia berperan sangat efektif dalam mewujudkan persatuan Islam.
Pendeklarasian dukungan terhadap kalangan dhuafa ini—yang semakin meluas seiring perjalanan waktu—mampu membimbing mereka kepada satu tujuan dan mengukuhkan pondasi persatuan agama.
b) Peran Baitullah
Dengan mencermati beragam peristiwa dalam sejarah Islam, kita akan melihat beberapa langkah Nabi saw yang memanfaatkan sebagian kondisi dan tradisi masyarakat Arab masa itu untuk mewujudkan persatuan.
Berkaitan dengan masalah ini, yang patut diperhatikan adalah pengaruh Ka`bah dan cara Nabi saw memanfaatkannya sebagai sarana penyatu dan pemersatu umat, Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk manusia adalah yang terletak di Makkah; rumah yang penuh berkah dan petunjuk bagi semesta (QS. Al Imran: 96).
Nabi saw memanfaatkan dengan baik posisi geografis Makkah dan kesempatan musim haji ketika semua penduduk Semenanjung Arab berduyun-duyun pergi ke sana. Beliau memperkenalkan risalahnya kepada para pembesar kabilah yang datang ke Ka`bah. Literatur sejarah mencatat, kabilah-kabilah seperti Bani Hanifah, Kindah, Bani Sha`sha`ah, dan Kalb sebagai menjadi sasaran dakwah Nabi saw. Ketertarikan penduduk Yatsrib kepada Islam pun bermula dari digunakannya Ka`bah dan musim haji sebagai sarana dakwah oleh beliau, Allah menjadikan Ka`bah, Baitullah Al-Haram, sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) manusia. (QS. Al-Maidah: 97).
Cara di atas amat efektif dalam menarik perhatian khalayak kepada Nabi saw, sehingga membuat kaum musyrik dalam posisi terjepit. Sebelum dimulainya musim haji, mereka bermusyawarah untuk menghadang laju dakwah Nabi saw dan mencari propaganda paling tepat guna mengubah pandangan khalayak terhadap beliau. Slogan politis-psikis mereka adalah, Dan mereka berkata, wahai orang yang kitab diturunkan kepadanya, sesungguhnya engkau adalah orang gila. (QS. Al-Hijr: 6).
Yang patut diperhatikan adalah bahwa propaganda mereka selalu mencerminkan semangat fanatisme ras dan kesukuan, Mereka berkata apakah kami akan meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya karena seorang penyair gila? (QS. As-Shaffat: 36).
3. Solusi Sosial dan Individual
a) Karakteristik Moral Bangsa Arab
Nabi saw juga memanfaatkan karakteristik moral Arab Jahiliyah dalam mewujudkan tujuan-tujuan beliau, khususnya di bidang persatuan umat Islam.
Kondisi kejiwaan masyarakat di masa itu berkaitan erat dengan kondisi sosial dan latar belakang sejarah mereka. Nabi saw berusaha untuk mengarahkan potensi yang ada menuju kondisi yang ideal. Dengan kata lain, beliau menggunakan gabungan dari beberapa karakteristik moral. Jadi, beliau memanfaatkan potensi moral dan kejiwaan ini guna memunculkan keseragaman pikiran dan perilaku masyarakat Arab dalam rangka membentuk umat yang bersatu.
Semangat fanatisme dan kesombongan bangas Arab, kesetiaan kepada janji, keberanian, dan pemuliaan terhadap tamu, adalah beberapa karakteristik sosial Arab Jahiliyah yang menonjol, Ketika orang-orang kafir menjadikan kesombongan di hati mereka; (yaitu) kesombongan Jahiliyah. (QS. Al-Fath:26).
Nabi saw menganggap bahwa memperbaiki norma-norma yang berlaku di masa itu sehingga sesuai ajaran Islam adalah salah satu kunci guna mewujudkan persatuan umat. Fanatisme kepada suku, penghormatan terhadap kerabat dan pemuka keluarga, dan pembelaan terhadap warga kabilah (yang biasanya dinyatakan secara tersirat atau tersurat dalam bentuk perjanjian) berkali-kali menjadi motif yang melatarbelakangi dukungan terhadap Nabi saw, dan hal ini pada prinsipnya menjadi sarana terbentuknya persatuan politik pertama dalam Islam. Beliau sendiri sering bersabda, ”Kaum Quraisy tidak pernah menggangguku sampai Abu Thalib meninggal.”
Alhasil, baiat/perjanjian ini tak hanya berguna di lingkup internal kabilah, namun juga dirasakan oleh kabilah lain. Sesuai tradisi Jahiliyah, baiat ini akan tetap berlaku sampai salah satu atau kedua pihak menyatakan diri keluar dari baiat. Nabi saw juga menggunakan metode ini dalam berdakwah. Sepanjang sejarah, banyak perjanjian yang terjadi antara beliau dengan para sahabat, yang akhirnya berujung pada meluasnya ruang lingkup persatuan Islam, seperti yang terjadi pada baiat Aqabah Pertama dan Kedua, baiat Perang Badar, Baiat Ridhwan, dll.
Keberanian bangsa Arab yang berakar pada kondisi khas masyarakat dan persoalan geografis masa itu, juga tidak pernah dikecam secara mutlak oleh Nabi saw. Bahkan, beliau memanfaatkan karakteristik ini demi mewujudkan tujuan risalahnya. Tak diragukan bahwa sifat keberanian ini amat berpengaruh pada kemenangan politik Islam dimana hanya dalam jangka sepuluh tahun, ia sudah dihadapkan dengan delapan puluh lebih peperangan dan ekspedisi militer.
Dalam banyak perang, Nabi saw memuji keberanian para prajurit Islam dan membandingkan nilainya dengan ibadah dan ketakwaan, seperti sabda beliau, ”Satu pukulan pedang Ali di perang Khandaq lebih baik daripada ibadah jin dan manusia.” Dengan cara demikian, beliau menyeimbangkan dan mengarahkan karakteristik moral bangsa Arab. Di sisi lain, beliau juga berupaya memperkuat sifat keramahan terhadap tamu yang ada pada diri mereka, yang pada gilirannya juga berdampak positif dalam menarik simpati orang lain untuk memeluk Islam.
Nabi saw memerintahkan kaum Muslimin untuk bersedekah dan menginfakkan sebagian harta mereka berdasarkan ayat, Dan kalian tidak akan mencapai kebajikan sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai (QS. Al Imran: 92). Beliau juga bersabda, ”Tingkatkan nilai persahabatan kalian dengan sikap dermawan.” Pada permulaan terbentuknya masyarakat Islam, beliau meminta kaum Anshar untuk mendukung kaum Muhajirin. Para sahabat yang mulia—berdasarkan karakteristik moral bangsa Arab dan yang telah mendapat polesan agama sebagaimana dijelaskan di atas—mematuhi perintah ini dengan sebaik mungkin. Bahkan mereka sampai melakukan undian untuk mendapat kesempatan menempatkan (menjamu) kaum Muhajirin di rumah mereka, Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin), dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan, dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr: 9).
Jadi, usaha Nabi saw yang memanfaatkan karakteristik moral bangsa Arab ini, yang telah dilegitimasi dan diarahkan beliau, kian memperkuat dan memperluas persatuan Islam dari hari ke hari. Tentu Islam menerima prinsip keberagaman suku dan bangsa, namun ia menolak perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam, sebab, Kami menjadikan kalian pria dan wanita serta membuat kalian dalam berbagai bangsa dan kabilah supaya kalian saling mengenal… (QS. Al-Hujurat: 13). Oleh karena itu, fanatisme yang tidak berdasarkan kebenaran dan norma agama, serta hanya berporos pada kesukuan dan ras, tidak akan diterima oleh agama dan Nabi saw, ”Tidak termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada fanatisme.”
b) Norma-norma Akhlak
Nabi saw menyebut kesempurnaan akhlak manusia sebagai salah satu tujuan risalahnya, ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Karena itu, salah satu cara yang beliau lakukan dalam mewujudkan persatuan Islam adalah menunjukkan perilaku dan akhlak yang terpuji, karena, Sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung. (QS. Al-Qalam: 4).
Sikap simpatik: Kelembutan perangai Nabi saw adalah salah satu sarana terpenting dalam mewujudkan persatuan dan memadamkan perselisihan serta menarik hati manusia, Dengan rahmat Allah, engkau bersikap lembut terhadap mereka. Jika engkau orang yang kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauh dari sekelilingmu. (QS. Al Imran: 159).
Sejarah mencatat banyak peristiwa yang membuktikan karakteristik terpuji dari akhlak Nabi saw ini. Salah satunya sebagaimana dituturkan dalam kisah berikut ini, seseorang bernama Ghurits bin Harits menghadang Nabi saw dengan pedang terhunus dan berkata, ”Siapa yang bisa menyelamatkanmu dari pedangku?” Beliau dengan tenang menjawab,”Allah.” Seketika itu juga, badan Ghurits gemetar dan pedangnya terlepas dari tangannya. Beliau lalu memaafkan dan membebaskannya. Sejak saat itu, kemanapun ia pergi, ia selalu berkata, ”Aku kembali kepada kalian setelah aku bertemu dengan manusia terbaik yang pernah aku jumpai.”
Sungguh ungkapan “manusia suci yang paling baik perangainya dan dermawan yang paling baik pemberiannya” hanya pantas disematkan kepada Nabi saw. Akhlak mulia beliau-lah yang menjadikannya sebagai suri teladan dan insan kamil, sampai-sampai kasih sayang beliau mampu menarik para musuh ke barisan para pecintanya. Dakwah Nabi saw menghilangkan dahaga setiap jiwa yang kehausan dan menarik simpati setiap pencari kebenaran. Ini adalah sarana terbaik dalam mewujudkan persatuan di tengah umat.
Dalam hati tiap umat yang merasakan kebenaran, terdapat wajah dan suara Nabi
Saat Nabi berseru dari luar, maka bersujudlah jiwa umat di dalam
Hubungan kekerabatan: Terkait adab-adab khas Nabi saw, kita bisa menyinggung tentang hikmah hubungan kekerabatan beliau. Tidak diragukan bahwa adanya tatanan kesukuan yang berlaku di masa itu mempengaruhi terwujudnya keakraban, hubungan mesra antara kabilah dan persatuan antara lapisan masyarakat. Hubungan kesukuan ini bisa disebut sebagai pengganti perjanjian-perjanjian konstitusional yang bersifat resmi. Sebelum kedatangan Islam pun, hubungan pernikahan antar kabilah bisa mengubah permusuhan menjadi persahabatan. Sebagai contoh, pernikahan Nabi saw dengan Huwairiyah binti Harits dari Bani Mushtaliq mendorong kaum Muslimin untuk memerdekakan orang-orang dari kabilah ini, sehingga akhirnya menyebabkan semua kabilah tersebut masuk Islam. Atau, pernikahan Nabi saw dengan Shafiyah binti Hay bin Akhtab (yang notabene adalah orang Yahudi). Setelah ditawan pasukan Muslim, Shafiyah lebih memilih menjadi istri Nabi saw ketimbang dibebaskan dan kembali ke kaumnya. Pada akhirnya, ia memeluk Islam dan diikuti oleh beberapa orang dari kabilahnya.
4) Umat Islam dan Persatuan
Kami akan mengakhiri pembahasan ini dengan melihat misi umat Islam dalam menjaga kesinambungan ajaran Nabi saw dan persatuan Islam.
Persatuan adalah prinsip kehidupan dan menjamin keabadian suatu ideologi. Para nabi diperintahkan untuk menghidupkan rahmat Ilahi di dunia:
Dedaunan alam tumbuh dari persatuan; demikian pula dengan kehidupan di dunia. (Iqbal Lahore)
Rahmat Ilahi senantiasa bersama dengan Nabi saw, Taatilah Allah dan Rasul supaya kalian dirahmati (QS. Al Imran: 132). Umat manusia berkumpul di sekeliling Nabi terakhir ini, Dan Muhammad bukanlah ayah salah satu dari kalian, tapi dia adalah utusan Allah dan nabi terakhir (QS. Al-Ahzab: 40). Dan beliau adalah mata air kasih sayang Ilahi, Dengan rahmat Allahlah, maka engkau bersikap lembut kepada mereka (QS. Al Imran: 159).
Seruan persatuan Nabi saw adalah seruan yang juga disampaikan semua nabi tanpa terkecuali, dan pada diri beliau-lah seruan ini mencapai kesempurnaannya:
Nama Ahmad adalah nama semua nabi, sebab saat seratus tiba, sembilan puluh pasti ada
Beliau adalah mata rantai terakhir dari rangkaian penyeru tauhid dan rahmat Ilahi; beliau adalah awal tujuan di balik pengutusan para nabi, namun yang terakhir diutus, “Jika bukan karenamu, niscaya Aku tak ciptakan semesta.”
Rahasia yang menyimpan inti semesta diletakkan terakhir
Dengan Muhammad-lah cinta suci berpasangan
Oleh karena itu, Muhammad-lah yang memberi kehidupan kepada semua bagian dari pohon mulia ini. Dengan risalahnya, pohon kenabian menemukan maknanya, ”Tak ada seorang nabi pun, baik Adam atau selainnya, kecuali ia berada di bawah panjiku.”
Sa’di, seorang penyair ternama dari Persia berujar:
Semua yang dimiliki orang terdahulu dan terakhir adalah bayangan dari Muhammad
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa; semua berteduh di bawah naungan Muhammad
Oleh karena itu, maka umatnya adalah umat terbaik yang dipilih untuk menjadi pengikutnya.
Tiada keraguan bahwa umat Muhammad saw mengemban tugas menyebarkan dakwah beliau ke seantero dunia, sebab, Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi manusia (QS. Al Imran: 110). Mereka adalah umat pilihan Allah dan selain mereka adalah orang-orang yang merugi, Siapa pun yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat dia termasuk golongan yang merugi (QS. Al Imran: 85).
Marilah kita berharap tibanya hari dimana persatuan Islam akan menyatukan umat, sehingga seruannya akan sama seperti seruan Allah, Dan Allah menyeru kepada darus salam dan membimbing siapa pun yang Ia kehendaki ke jalan lurus (QS. Yunus: 25). Inilah cakrawala cemerlang yang telah diilustrasikan oleh Nabi saw bagi umatnya, sehingga firman Tuhan ini relevan bagi mereka, ”Berbahagialah engkau wahai Muhammad dan umatmu.”
Persatuan umat dianggap sejajar dengan inti tegaknya agama, yaitu takwa dan penghambaan, Sesungguhnya umat kalian ini adalah satu umat dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah Aku (QS. Al-Anbiya`: 92). Di sisi lain, penegakan agama yang benar berkaitan erat dengan persatuan, ”Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (QS. As-Syura: 13).
Jelas bahwa memenuhi seruan Nabi saw untuk bersatu adalah sebuah upaya untuk menjamin kehidupan abadi umatnya, Wahai orang-orang yang beriman, jawablah seruan Allah dan Rasul ketika mengajak kalian kepada hal yang menghidupkan kalian (QS. Al-Anfal: 24). Ini adalah perintah tegas dari Allah bahwa, Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul, serta jangan gugurkan amal kalian (QS. Muhammad:33). Ini adalah perintah yang bila ditentang maka akan menyebabkan kebinasaan, Dan siapa pun yang membangkang terhadap Allah dan rasul-Nya, berarti dia telah tersesat dalam kesesatan nyata. (QS. Al-Ahzab: 36).
Jangan ada orang yang tempuh jalan berbeda dengan Nabi
Karena dia tak akan sampai ke tujuan
Wahai Sa`adi, jalan lurus bisa ditempuh
Hanya dengan mengikuti jalan Mushthafa
(Sa`adi)
Dengan demikian, persatuan umat adalah jalan menuju kemenangan, Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dan agama yang benar untuk memenangkannya di atas semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS. Al-Fath: 26).
Guna mewujudkan persatuan umat, yang diperlukan adalah adanya tekad kolektif dan kesabaran, Wahai orang-orang yang beriman, mintalah bantuan melalui kesabaran dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang penyabar (QS. Al-Baqarah: 153); Bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar (QS. Ar-Rum: 60).
Kemah-kemah kita memang terpisah, tapi hati kita satu
Kita dari Hijaz, Cina, dan Iran, tapi kita adalah satu embun di pagi yang cerah
(Iqbal Lahore)
Masa depan yang gemilang adalah milik kaum mukmin yang gigih berjuang dalam naungan cahaya persatuan, Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tapi Dia tetap akan menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tidak menyukainya (QS. At-Taubah: 32). Mereka-lah yang akhirnya akan bergembira memperoleh hadiah dari Tuhan, Dan ridha Allah itu jauh lebih agung, itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taubah: 72).
Kesimpulan
Persatuan umat selalu menjadi salah satu idealisme ajaran para nabi. Oleh karena itu, salah satu poros utama dalam dakwah Nabi saw adalah menebar benih-benih persatuan.
Bila kita menganalisa pelbagai peristiwa dalam sejarah Islam maka kita dapat menyimpulkan bahwa demi menegakkan persatuan, selain memanfaatkan pendekatan politis dan kultural, Nabi saw juga menggunakan beberapa metode tertentu. Dengan memerhatikan kondisi sosial yang ada di tengah masyarakat, metode-metode alternatif ini mampu mengarahkan umat menuju persatuan.
Perjanjian Madinah adalah jalan terbaik dalam menciptakan persatuan dan solidaritas keagamaan. Memanfaatkan solusi kebangsaan-keagamaan hanya bisa menjamin tegaknya pondasi sosial masyarakat. Karena itu, dibutuhkan solusi lain yang berupa gerakan melawan fanatisme kesukuan dan rasisme untuk menciptakan persatuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Nabi saw pun memanfaatkan pendekatan karakteristik moral-sosial dalam rangka mewujudkan persatuan.
Dengan demikian, salah satu metode efektif untuk mengukuhkan persatuan di tengah umat Islam adalah mengarahkan masyarakat guna menerapkan tiga metode di atas, yaitu: solusi kebangsaan-keagamaan, kesukuan, dan sosial-individual.
sumber: http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=162:strategi-ampuh-dan-solusi-jitu-nabi-saw-dalam-mempersatukan-umat&catid=45:1388-06-21-07-31-46&Itemid=67
Peran Nabi saw dalam membangun pilar persatuan umat Islam secara umum dapat dibagi dalam tiga hal yang esensial: Pertama, usaha mengubah kondisi masyarakat Arab di masa itu dan memanfaatkan faktor-faktor politik untuk mempersiapkan kondisi yang diinginkan; Kedua, perencanaan yang bersifat kultural dalam rangka membuat ilustrasi “umat bersatu” bagi kaum Muslimin dan menciptakan ruang bagi perkembangan pikiran dan pemahaman masyarakat terhadap tanggung jawab mereka; Ketiga, menerapkan solusi-solusi yang ditawarkan oleh Nabi saw sebagai sarana untuk mewujudkan persatuan.
Solusi-solusi ini adalah bagian dari dakwah Nabi saw yang mencakup “solusi kebangsaan-keagamaan”, “solusi kesukuan”, dan “solusi sosial-individual.”
Kini, kami akan membahas secara ringkas masing-masing dari tiga solusi ini.
1. Solusi Kebangsaan-Keagamaan
a) Menciptakan persatuan nasional dan solidaritas keimanan
Kedatangan Nabi saw ke Madinah disertai penandatanganan beberapa perjanjian antar pelbagai kelompok. Perjanjian-perjanjian ini bisa disebut sebagai salah satu bukti paling nyata perwujudan persatuan Islam di masyarakat zaman itu.
Perjanjian Umum Madinah: Salah satu perjanjian terpenting adalah kesepakatan antara Nabi saw dan kabilah-kabilah Yatsrib. Sebagian orang menilai bahwa kesepakatan ini sebagai “undang-undang dasar tertulis pertama di dunia”. Langkah beliau merupakan cara terbaik untuk menciptakan persatuan kebangsaan dan solidaritas keagamaan, karena persatuan antara kabilah yang saling berseteru juga menjamin hak sosial orang Yahudi dan kaum Muhajirin. Di sisi lain, kesepakatan ini merupakan sebuah pengantar menuju terbentuknya persatuan politik dan pemerintahan.
Sebagai contoh, dalam kesepakatan itu disebutkan bahwa kaum Muslimin adalah umat bersatu yang terpisah dari umat lain; tidak ada hubungan antara kaum Muslimin dan kaum kafir; dan tidak boleh ada jarak antara seorang Muslim dengan Muslim lainnya. Kendati inti dari kesepakatan ini adalah memanfaatkan sarana persatuan Islam demi memajukan masyarakat Muslim dan ini dibuktikan oleh tiap butir kesepakatan ini, namun ada baiknya kami menyinggung sebagian darinya:
* Kaum Muslimin harus bersatu dalam menghadapi kezaliman, perbuatan anarkis, dan konspirasi musuh.
* Tidak ada orang Muslim yang boleh berdamai (dengan musuh) di saat perang tanpa persetujuan kaum Muslim yang lain. Kesepakatan damai hanya bisa dilakukan atas nama semua kaum Muslimin.
* Semua kelompok yang ikut berperang akan mendapat giliran bertempur secara berurutan. Jadi, suatu kelompok tak akan dipaksa berperang dua kali berturut-turut.
* Hak masing-masing individu berkaitan dengan kewajibannya terhadap Allah Swt sama dan tidak ada perbedaan.
* Bila muncul perselisihan di antara kaum Muslimin, maka Nabi saw adalah pengambil keputusan terakhir.
* Orang yang terjerat hutang besar tidak akan dibiarkan begitu saja, tapi akan dibantu oleh seluruh kaum Muslimin.
Di bagian lain dari kesepakatan bersejarah ini, yang ditujukan kepada kaum Yahudi di Madinah, ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Nabi saw bertujuan mewujudkan sebuah persatuan kebangsaan:
* Kaum Muslimin dan Yahudi adalah satu umat dan hidup berdampingan di Madinah sebagai satu bangsa. Masing-masing bebas menjalankan ajaran agamanya.
* Orang-orang Yahudi yang menandatangani kesepakatan akan mendapat bantuan dan dukungan kaum Muslimin. Di sisi lain, bila kaum Muslimin mengajak mereka untuk berdamai, maka mereka harus menerima ajakan itu.
* Kaum Muslimin dan Yahudi akan bahu membahu melawan pihak yang menentang kesepakatan ini.
* Kaum Muslimin dan Yahudi harus saling membantu dalam menghadapi serangan musuh ke Yatsrib.
* Tidak boleh ada orang kafir yang dimanfaatkan oleh kedua belah pihak, kecuali jika membawa maslahat bagi keduanya.
Alhasil, dapat disimpulkan bahwa upaya untuk menciptakan sensitifitas keagamaan dan kebangsaan adalah salah satu langkah tepat Nabi saw demi mewujudkan persatuan Islam.
Mengukuhkan Solidaritas Keimanan: Di kesempatan lain, Nabi saw juga berkali-kali menegaskan pentingnya mengukuhkan solidaritas keimanan kaum Muslimin. Dalam salah satu pidatonya pasca penaklukan kota Makkah yang disampaikan di Masjid Al-Haram, beliau bersabda, ”Tiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain. Kaum Muslimin adalah satu tangan yang berada di atas tangan yang lain.”
Menciptakan rasa beragama yang kuat dan membangun ikatan keyakinan tunggal di antara orang-orang yang beriman ini dapat kita renungkan dalam sabda Nabi saw, ”Orang-orang beriman itu ibarat satu jiwa.”
Bak seratus pancaran sinar matahari di halaman rumah, tapi cahaya itu tetap satu
Jika kau ambil dinding-dinding, maka rumah pasti akan hancur, karena kaum mukminin itu bak satu jiwa
Tentunya simbol dari pancaran cahaya ini ada dalam tiap jiwa orang mukmin karena:
Binatang tak miliki jiwa persatuan, tapi kau melebur dalam jiwa persatuan
Jiwa serigala terpisah dari jiwa anjing, tapi jiwa para singa Allah (para pejuang yang berani) saling bersatu
b) Ikatan Persaudaraan
Ikatan sosial: Di tahun pertama kedatangan Nabi saw ke Madinah, beliau mengambil salah satu langkah terpenting dalam memanfaatkan faktor kesatuan agama, yaitu mempersaudarakan antar sesama Muslim, baik pria maupun wanita.
Dua suku bernama Aus dan Khazraj, satu sama lain saling membunuh
Tapi terhapus sudah kedengkian antara mereka berkat Musthafa dan cahaya Islam
Mantan lawan itu kini menjadi kawan, bertaut bak dahan-dahan anggur di taman
Karena sabda ,”orang mukmin adalah saudara,” kini mereka jadi satu badan
Terpujilah ia yang tebarkan ribuan benih persatuan
Dalam sebuah pertemuan umum, Nabi saw bersabda, ”Jalinlah persaudaraan di antara kalian demi ridha Allah.”
Persaudaraan kolektif ini bertujuan untuk menghapus motif kesukuan dan dilakukan berdasarkan kebenaran dan kerjasama social. Karena, Sesungguhnya orang-orang beriman adalah saudara, maka damaikanlah antara dua saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian dirahmati. (QS. Al-Hujurat:10).
Nabi saw mempersaudarakan tiap seorang Muhajir dengan seorang Anshar. Namun, sebagai pengecualian bersejarah, beliau menyebut Ali sebagai saudara beliau di dunia dan akhirat dalam sabdanya, ”Dia (Ali) bagian dariku dan aku bagian darinya.”
Alhasil, langkah cerdas ini adalah sarana paling efektif untuk mewujudkan persatuan kolektif di masa itu. Semua ini menunjukkan upaya serius Nabi saw demi menciptakan ikatan sosial yang berasaskan iman kepada Allah Swt.
Iman kepada Allah Swt merupakan pilar pembentukan masyarakat madani: Masyarakat yang dibentuk Nabi saw adalah suatu komunitas yang semua anggotanya memiliki ikatan persaudaraan yang berasaskan ajaran tauhid. Mereka bertugas untuk menjaga ikatan ini sehingga Allah akan melestarikan persatuan antara pelbagai hati dengan kuasa-Nya. Sehingga dengan demikian, dasar sikap saling memahami di tengah masyarakat Muslim akan menjadi kuat, Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Anfal: 62-63).
Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, masyarakat tidak bisa dibentuk tanpa adanya suatu ikatan sosial; Kedua, terwujudnya hal ini hanya dengan kekuasaan Allah Swt semata; Ketiga, orang-orang mukmin mampu memprakarsai terwujudnya persatuan sosial.
Firman Allah Swt yang terkait dengan persaudaraan antar kabilah Yatsrib pun sangat jelas, Berpeganglah dengan tali Allah dan jangan bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah atas kalian, (yaitu) ketika kalian masih bermusuhan, kemudian Dia mempersatukan hati kalian, sehingga dengan nikmat-Nya kalian menjadi saudara. (QS. Al Imran: 103).
Masyarakat madani bentukan Nabi saw yang diliputi oleh spirit persaudaraan adalah masyarakat yang bersatu dalam memusuhi kekufuran dan menerima keimanan, Muhammad utusan Allah dan mereka yang bersamanya, adalah orang-orang yang bersikap keras terhadap orang kafir dan mengasihi kepada sesama mereka. (QS. Al-Fath: 29).
Masyarakat tersebut diumpamakan seperti satu badan, yang semua anggotanya saling berhubungan erat dan bersama-sama dalam naungan kasih sayang, sebagaimana yang diungkapkan dalam hadis, ”Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang antar sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka yang lain akan turut merasakannya.”
Memanfaatkan tradisi sosial: Dengan persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar, maka Nabi saw telah memanfaatkan salah satu tradisi sosial masyarakat Arab, yaitu pembelaan terhadap sekutu perjanjian, guna mewujudkan umat yang bersatu. Keberhasilan Nabi saw ini tak hanya membuat takjub orang-orang seperti Abu Sofyan, tapi dampak positif dari kesetaraan yang terdapat pada ajaran Islam ini sampai mendorong setiap orang untuk lebih mementingkan saudaranya dalam kepemilikan harta. Para sejarawan menukil bahwa perjanjian persaudaraan Muhajirin dan Anshar juga meliputi hak bersama dalam kepemilikan warisan di antara mereka. Peristiwa pembagian ghanimah pasca perang Bani Nadhir adalah contoh terbaik dari sikap itsar (mementingkan orang lain) yang dipraktekkan kaum Anshar.
Alhasil, semua peristiwa dalam sejarah Islam membuktikan betapa pentingnya peran Nabi saw dalam mencegah terjadinya perpecahan di tengah barisan kaum Muslimin dan bagaimana langkah jitu beliau dalam memanfaatkan persatuan Islam. Langkah beliau merupakan pelaksanaan perintah Al-Quran, yaitu: Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang tercerai berai dan berselisih (QS. Al Imran:105). Rasul sawn telah mengerahkan segala upaya secara maksimal dalam mewujudkan persatuan di antara kaum Muslimin, karena beliau menganggap persatuan adalah salah satu misi pengutusannya dan amat mengkhawatirkan perpecahan kaum Muslimin. Ini pula yang telah ditegaskan oleh Al-Quran, Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-Taubah:128). Barangkali, beratnya misi ini pula yang menyebabkan beliau bersabda, ”Tak ada nabi yang disakiti seperti diriku.”
Mendamaikan pihak yang berselisih: Mendamaikan pihak yang berseteru dan nasihat serta sikap Nabi saw terkait dengan masalah ini, juga merupakan salah satu langkah efektif beliau dalam menciptakan rasa persaudaraan.
Abu Ayyub meriwayatkan, ”Nabi saw bersabda kepadaku, ’Wahai Abu Ayyub, maukah aku tunjukkan kepadamu sedekah yang disukai Allah dan Rasul-Nya?’ Aku mengiyakan. Lalu beliau bersabda, ’Yaitu hendaklah engkau mendamaikan orang-orang yang bertikai.’” (Dalam redaksi riwayat lain disebutkan, ”Yaitu dengan mendamaikan orang-orang yang berseteru dan mendekatkan mereka ketika saling membenci.”)
Dalam riwayat lain disebutkan, ketika beliau ditanya tentang urgensi persaudaraan, beliau menjawab, ”Ganjaran bagi orang yang berusaha menciptakan perdamaian di tengah manusia, sama seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah.”
Kita bisa menyaksikan langkah cerdas beliau dalam mendamaikan umat pada kasus pembagian ghanimah (harta rampasan perang) perang Badar. Belum adanya undang-undang khusus pembagian ghanimah dan belum matangnya pendidikan moral kaum Muslimin di masa itu menjadi salah satu penghalang terciptanya persatuan di antara kaum Muslimin. Karena itu, beliau diperintahkan untuk menjaga kesatuan dan persatuan umat dan orang-orang yang beriman juga diharuskan mengikuti beliau di jalan ini, Maka bertakwalah kepada Allah dan damaikanlah (yang bertikai) di antara kalian, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya jika kalian orang yang beriman. (QS. Al-Anfal:1).
Nabi saw berupaya sedemikian rupa untuk melenyapkan benih perselisihan, hingga beliau sama sekali tidak suka melihat sekecil apapun perpecahan terjadi dalam barisan kaum Muslimin. Para sejarawan menulis bahwa beliau tetap menyisihkan bagian ghanimah bagi mereka yang tidak ikut berperang guna menghindari prasangka diskriminasi.
Yang menarik, sebelum perang Badar, kendati sebagian kaum Muhajirin telah menyatakan dukungan mereka, namun Nabi saw tetap menunggu persetujuan kaum Anshar untuk berperang melawan musuh, sebab isi perjanjian beliau dengan kaum Anshar adalah membela beliau dalam batasan kota Madinah, sehingga membela beliau dalam peperangan di luar Madinah tidak termasuk dalam perjanjian tersebut. Oleh karena itu, Nabi saw terlebih dahulu menanyakan pendapat kaum Anshar dan setelah yakin akan dukungan mereka, beliau pun pergi ke medan perang.
Pada hakikatnya, hal ini menunjukkan perhatian Nabi saw dalam menjaga tradisi sosial dan kondisi khusus politik di masa itu.
Memaafkan kesalahan individu: Hal lain yang kita saksikan dalam peristiwa perang Uhud adalah perintah Al-Quran kepada Nabi saw untuk tidak mencela orang-orang yang lari dari medan perang. Bahkan, beliau diminta untuk memaafkan mereka dan bekerjasama dengan mereka, sehingga mereka tetap berada dalam barisan kaum Muslimin, Maka maafkanlah mereka dan mintakan ampun bagi mereka serta bermusyawarahlah dengan mereka. (QS. Al Imran:159).
Dapat dipastikan bahwa salah satu motivasi dari keputusan terpuji ini adalah upaya menjaga persatuan politik umat Islam. Dengan demikian, maka Nabi saw telah melenyapkan potensi perpecahan antara kelompok kaum Muslimin (lantaran penolakan terhadap mereka yang lari dari medan perang) dan lapisan masyarakat lain.
Sejarah menyebutkan bahwa dalam perang ini, seorang pemuda Muslim asal Iran—setelah memukul musuh—berkata, ”Terimalah pukulanku dan ketahuilah bahwa aku orang Persia.” Mendengar itu, Nabi saw mencelanya dan berkata kepadanya, mengapa kau tidak menyebut dirimu seorang Anshar? Maksud beliau adalah untuk menghapus segala bentuk fanatisme ras dan menjaga persatuan barisan Islam. Selain itu, dengan pengarahan ini, beliau hendak mengubah standar kebanggaan diri dari poros kesukuan dan ras menjadi poros keagamaan dan keimanan.
Dengan demikian, Nabi saw memanfaatkan segala peluang untuk tetap menjaga persatuan dan mencegah perpecahan, bahkan dalam peristiwa penghancuran Masjid Dharar (masjid yang dibangun kaum munafik) pun hal ini tetap beliau perhatikan!
Menjaga keutuhan masyarakat: Kebijaksanaan Nabi saw dalam menghancurkan Masjid Dharar bertujuan mencegah timbulnya lubang perpecahan dalam barisan masyarakat Muslim. Dengan demikian, maka keutuhan masyarakat tetap terjaga.
Dengarlah kisah lain Al-Quran tentang penyimpangan
Yaitu saat mereka bangun masjid selain masjid Nabi
Mereka hias permadani dan atap serta kubahnya
Tapi dengan niat cerai beraikan para sahabatnya
Namun siapa yang bisa pisahkan para sahabatnya?
Oleh karena itu, dalam nasihat terakhirnya kepada umat Islam, Nabi saw bersabda: ”Wahai manusia, darah dan harta kalian adalah terhormat, seperti kehormatan hari ini dan bulan ini…” Di akhir khotbah, beliau bersabda, ”Wahai manusia, dengarkan ucapanku dan pahamilah! Ketahuilah bahwa setiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dan bahwa semua kaum Muslimin itu bersaudara.”
2. Solusi Kesukuan
a) Melenyapkan rasisme dan fanatisme kesukuan
Solusi lain yang ditawarkan Nabi saw untuk menciptakan persatuan umat Islam adalah menghilangkan rasisme dan diskriminasi rasial.
Menghancurkan norma-norma Jahiliyah: Perjuangan Nabi saw melawan perbudakan di masa itu semakin luas menyusul bertambahnya kekuatan politik dan sosial beliau. Gerakan ini merupakan bagian dari tuntutan keadilan sosial yang beliau serukan demi menghadapi segala bentuk penindasan di masa itu. Sebab, beliau ingin membangun sebuah masyarakat religious dan pengikut partai Allah, Ketahuilah bahwa (para pengikut) partai Allah adalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Mujadilah:22). Beliau telah belajar dari Al-Quran bahwa kebahagiaan dan keberuntungan tidak dapat diwujudkan dengan kezaliman, Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan mendapat keberuntungan (QS. Al-An`am: 35).
Dakwah Nabi saw kepada tauhid dan kasih sayang sosial menyebabkan pudarnya diskriminasi dan standar Jahiliyah yang begitu memuja garis keturunan. Pada akhirnya, semua orang condong kepada Islam tanpa ada ikatan kesukuan dan nasab, sebab, “Tidak ada fanatisme dalam Islam.”
Buah dari keberhasilan Nabi saw dalam gerakan ini adalah masuk Islamnya beberapa orang dari berbagai keluarga dan suku kaum musyrik serta pemberontakan mereka terhadap tradisi kesukuan ala Jahiliyah. Langkah beliau ini, selain berdampak secara sosial, yaitu keputusasaan kaum musyrik dan kehancuran tradisi kuno, juga membuka jalan bagi kemunculan tatanan sosial baru.
Norma kesetaraan keagamaan: Melalui pelbagai perintah atau nasehatnya, Nabi saw mengajari kaum Muslimin untuk membebaskan para budak dan beliau sendiri adalah orang yang pertama melakukan hal ini. Ini adalah ajaran dari Allah Swt dimana iman kepada-Nya, akhirat, dan para nabi sejajar dengan menginfakkan harta di jalan-Nya dan memerdekakan hamba sahaya, Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, …(memerdekakan) hamba sahaya …(QS. Al-Baqarah: 177).
Dalam rangka melawan diskriminasi ala Jahiliyah, Nabi saw menjadikan para sahabatnya seperti Zaid bin Haritsah sebagai panglima pasukan Islam; Bilal Habsyi sebagai muazin khususnya; dan memuliakan Salman Farisi, “Barangsiapa yang memerdekakan seorang budak mukmin, maka ia akan dimerdekakan oleh Allah.” Secara bertahap, beliau mengajarkan bahwa ketakwaan adalah standar baru dalam hubungan sosial, Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa (QS. Al-Hujurat:13).
Nabi saw secara terang-terangan juga menyatakan bahwa budak Ethopia dan majikan Quraisy berkedudukan sama di sisi beliau. Karena itu, beliau disebut sebagai pencetus kesetaraan derajat yang berasaskan agama. Beliau bersabda, ”Kalian semua adalah keturunan Adam yang berasal dari tanah. Tidak ada orang Arab yang lebih unggul daripada orang Ajam kecuali dari sisi takwa.”
Alhasil, kesetaraan dan keadilan sosial yang diterapkan Nabi saw dalam melawan diskriminasi dan penindasan di masa itu adalah salah satu solusi paling efektif dalam menciptakan persatuan di tengah masyarakat Muslim yang masih rentan tertimpa pelbagai masalah.
Dalam literatur sejarah dan riwayat kita membaca bahwa Nabi saw tidak pernah membedakan antara budak dan orang yang merdeka. Beliau sendiri yang mengajarkan manisnya kesetaraan dan keadilan sosial kepada umatnya. Bahkan di tengah kaum Muslimin sendiri pun, tempat beliau tidak dibikin istimewa dan menonjol, sehingga ketika beliau hadir di suatu majlis, orang-orang tidak bisa menemukan beliau dengan gampang. Keadilan dan kesetaraan ini bahkan juga diterapkan Nabi saw dalam memandang para sahabatnya, sebagaimana disebutkan bahwa beliau selalu membagi perhatiannya kepada para sahabatnya; memandang si fulan dan si fulan secara bergantian, tanpa ada perbedaan.
Jelas bahwa akhlak terpuji ini sangat efektif untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat. Dalam sebuah analogi, beliau pernah bersabda, ”Semua manusia dari zaman Adam hingga sekarang ibarat gigi-gigi sisir; tak ada keunggulan bangsa Arab atas bangsa Ajam, atau si kulit putih atas si kulit hitam, kecuali dari sisi ketakwaan.”
Tradisi Nabi saw ini terus berlanjut sepanjang masa pemerintahan beliau, sehingga tetap menjadi salah satu sarana pemersatu umat. Beliau bertujuan menghapus semua asas ketidakadilan Jahiliyah dan menghilangkan segala potensi kembalinya tradisi Jahiliyah ke tengah masyarakat, Dan apakah mereka masih menginginkan hukum Jahiliyah? (QS. Al-Maidah:50).
Nabi saw adalah perintis gerakan kesetaraan sosial ini dan memanfaatkan setiap peluang untuk mengukuhkan spirit keadilan di tengah masyarakat. Beliau pernah bersabda, ”Allah tidak suka melihat hamba-Nya berbeda dari orang-orang lain.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penghapusan rasisme dan fanatisme Jahiliyah selalu menjadi perhatian Nabi saw. Sejarah mencatat pelbagai kecaman beliau kepada orang-orang yang masih menjadikan jabatan dan nasab sebagai standar kemuliaan.
Diriwayatkan bahwa Salman Farisi sedang duduk di Masjid Nabi. Beberapa sahabat Nabi saw juga berada di sana. Ketika topik pembicaraan beralih kepada nasab, masing-masing dari mereka menyebut garis keturunannya, sampai tiba giliran mereka bertanya kepada Salman. Ia menjawab, ”Aku adalah Salman putra hamba Allah. Aku dahulu tersesat, namun Allah membimbingku melalui Muhammad. Aku dahulu miskin, tapi Dia membuatku kaya melalui Muhammad. Aku dahulu budak, tapi Dia memerdekakanku melalui Muhammad.” Ketika Nabi saw datang, Salman memberitahukan kejadian itu kepada beliau. Nabi saw lalu berpaling kepada kelompok Quraisy itu dan bersabda, ”Wahai orang-orang Quraisy, kehormatan seseorang ditentukan oleh agamanya, kemuliaannya oleh akhlaknya, dan nasabnya oleh akalnya.”
Dalam riwayat lain, beliau menyebut perilaku saling membanggakan diri atas dasar fanatisme kesukuan sebagai bagian dari neraka, ”Hendaknya orang-orang tidak membanggakan suku mereka, karena itu adalah salah satu bahan bakar neraka.”
Di samping itu, kehidupan Nabi saw yang bersahaja adalah cara lain untuk meningkatkan persatuan di antara umat. Menurut Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Nabi saw bahkan tidak mengijinkan gorden bermotif dipasang di rumahnya. Hal ini adalah cara terbaik untuk menarik simpati kalangan dhuafa di masa itu dan menjadi salah satu faktor terwujudnya persatuan. Para sahabat menukil bahwa beliau hidup dengan anggaran yang sangat sedikit.
Ungkapan paling indah berkaitan dengan kesederhanaan para nabi disebutkan dalam kitab Nahjul Balaghah, ”Para nabi hidup secara qana`ah (merasa cukup dengan rezeki yang didapat) yang memenuhi hati dan mata dengan kekayaan, serta kesulitan (hidup) yang memenuhi penglihatan dan pendengaran dengan gangguan.”
Pembelaan terhadap kalangan dhuafa: Dalam rangka menghapus fanatisme kesukuan, Nabi saw juga melakukan pembelaan terhadap kalangan dhuafa. Berdasarkan hukum masa itu, kalangan ini–yang kebanyakan terdiri dari budak pria dan wanita–tidak memperoleh dukungan dari suku manapun. Karena itu, mereka tidak memiliki hak sosial dan politik di tengah masyarakat. Lantaran atmosfer politik khas Jahiliyah dan beragam ketidakmampuan kalangan dhuafa ini, sehingga mereka tidak memiliki peluang membentuk sebuah komunitas independen.
Dalam kondisi semacam ini, penentangan Nabi saw terhadap diskriminasi dan fanatisme kesukuan serta pembelaan beliau terhadap kalangan dhuafa mampu menarik simpati mereka kepada Islam dan figur Nabi saw. Dengan demikian, banyak kelompok yang membentuk persatuan sosial dan politik dengan Nabi saw sebagai porosnya. Pada hakikatnya, dakwah Nabi saw dan penekanan beliau tentang takwa dan standar kemuliaan manusia berperan sangat efektif dalam mewujudkan persatuan Islam.
Pendeklarasian dukungan terhadap kalangan dhuafa ini—yang semakin meluas seiring perjalanan waktu—mampu membimbing mereka kepada satu tujuan dan mengukuhkan pondasi persatuan agama.
b) Peran Baitullah
Dengan mencermati beragam peristiwa dalam sejarah Islam, kita akan melihat beberapa langkah Nabi saw yang memanfaatkan sebagian kondisi dan tradisi masyarakat Arab masa itu untuk mewujudkan persatuan.
Berkaitan dengan masalah ini, yang patut diperhatikan adalah pengaruh Ka`bah dan cara Nabi saw memanfaatkannya sebagai sarana penyatu dan pemersatu umat, Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk manusia adalah yang terletak di Makkah; rumah yang penuh berkah dan petunjuk bagi semesta (QS. Al Imran: 96).
Nabi saw memanfaatkan dengan baik posisi geografis Makkah dan kesempatan musim haji ketika semua penduduk Semenanjung Arab berduyun-duyun pergi ke sana. Beliau memperkenalkan risalahnya kepada para pembesar kabilah yang datang ke Ka`bah. Literatur sejarah mencatat, kabilah-kabilah seperti Bani Hanifah, Kindah, Bani Sha`sha`ah, dan Kalb sebagai menjadi sasaran dakwah Nabi saw. Ketertarikan penduduk Yatsrib kepada Islam pun bermula dari digunakannya Ka`bah dan musim haji sebagai sarana dakwah oleh beliau, Allah menjadikan Ka`bah, Baitullah Al-Haram, sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) manusia. (QS. Al-Maidah: 97).
Cara di atas amat efektif dalam menarik perhatian khalayak kepada Nabi saw, sehingga membuat kaum musyrik dalam posisi terjepit. Sebelum dimulainya musim haji, mereka bermusyawarah untuk menghadang laju dakwah Nabi saw dan mencari propaganda paling tepat guna mengubah pandangan khalayak terhadap beliau. Slogan politis-psikis mereka adalah, Dan mereka berkata, wahai orang yang kitab diturunkan kepadanya, sesungguhnya engkau adalah orang gila. (QS. Al-Hijr: 6).
Yang patut diperhatikan adalah bahwa propaganda mereka selalu mencerminkan semangat fanatisme ras dan kesukuan, Mereka berkata apakah kami akan meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya karena seorang penyair gila? (QS. As-Shaffat: 36).
3. Solusi Sosial dan Individual
a) Karakteristik Moral Bangsa Arab
Nabi saw juga memanfaatkan karakteristik moral Arab Jahiliyah dalam mewujudkan tujuan-tujuan beliau, khususnya di bidang persatuan umat Islam.
Kondisi kejiwaan masyarakat di masa itu berkaitan erat dengan kondisi sosial dan latar belakang sejarah mereka. Nabi saw berusaha untuk mengarahkan potensi yang ada menuju kondisi yang ideal. Dengan kata lain, beliau menggunakan gabungan dari beberapa karakteristik moral. Jadi, beliau memanfaatkan potensi moral dan kejiwaan ini guna memunculkan keseragaman pikiran dan perilaku masyarakat Arab dalam rangka membentuk umat yang bersatu.
Semangat fanatisme dan kesombongan bangas Arab, kesetiaan kepada janji, keberanian, dan pemuliaan terhadap tamu, adalah beberapa karakteristik sosial Arab Jahiliyah yang menonjol, Ketika orang-orang kafir menjadikan kesombongan di hati mereka; (yaitu) kesombongan Jahiliyah. (QS. Al-Fath:26).
Nabi saw menganggap bahwa memperbaiki norma-norma yang berlaku di masa itu sehingga sesuai ajaran Islam adalah salah satu kunci guna mewujudkan persatuan umat. Fanatisme kepada suku, penghormatan terhadap kerabat dan pemuka keluarga, dan pembelaan terhadap warga kabilah (yang biasanya dinyatakan secara tersirat atau tersurat dalam bentuk perjanjian) berkali-kali menjadi motif yang melatarbelakangi dukungan terhadap Nabi saw, dan hal ini pada prinsipnya menjadi sarana terbentuknya persatuan politik pertama dalam Islam. Beliau sendiri sering bersabda, ”Kaum Quraisy tidak pernah menggangguku sampai Abu Thalib meninggal.”
Alhasil, baiat/perjanjian ini tak hanya berguna di lingkup internal kabilah, namun juga dirasakan oleh kabilah lain. Sesuai tradisi Jahiliyah, baiat ini akan tetap berlaku sampai salah satu atau kedua pihak menyatakan diri keluar dari baiat. Nabi saw juga menggunakan metode ini dalam berdakwah. Sepanjang sejarah, banyak perjanjian yang terjadi antara beliau dengan para sahabat, yang akhirnya berujung pada meluasnya ruang lingkup persatuan Islam, seperti yang terjadi pada baiat Aqabah Pertama dan Kedua, baiat Perang Badar, Baiat Ridhwan, dll.
Keberanian bangsa Arab yang berakar pada kondisi khas masyarakat dan persoalan geografis masa itu, juga tidak pernah dikecam secara mutlak oleh Nabi saw. Bahkan, beliau memanfaatkan karakteristik ini demi mewujudkan tujuan risalahnya. Tak diragukan bahwa sifat keberanian ini amat berpengaruh pada kemenangan politik Islam dimana hanya dalam jangka sepuluh tahun, ia sudah dihadapkan dengan delapan puluh lebih peperangan dan ekspedisi militer.
Dalam banyak perang, Nabi saw memuji keberanian para prajurit Islam dan membandingkan nilainya dengan ibadah dan ketakwaan, seperti sabda beliau, ”Satu pukulan pedang Ali di perang Khandaq lebih baik daripada ibadah jin dan manusia.” Dengan cara demikian, beliau menyeimbangkan dan mengarahkan karakteristik moral bangsa Arab. Di sisi lain, beliau juga berupaya memperkuat sifat keramahan terhadap tamu yang ada pada diri mereka, yang pada gilirannya juga berdampak positif dalam menarik simpati orang lain untuk memeluk Islam.
Nabi saw memerintahkan kaum Muslimin untuk bersedekah dan menginfakkan sebagian harta mereka berdasarkan ayat, Dan kalian tidak akan mencapai kebajikan sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai (QS. Al Imran: 92). Beliau juga bersabda, ”Tingkatkan nilai persahabatan kalian dengan sikap dermawan.” Pada permulaan terbentuknya masyarakat Islam, beliau meminta kaum Anshar untuk mendukung kaum Muhajirin. Para sahabat yang mulia—berdasarkan karakteristik moral bangsa Arab dan yang telah mendapat polesan agama sebagaimana dijelaskan di atas—mematuhi perintah ini dengan sebaik mungkin. Bahkan mereka sampai melakukan undian untuk mendapat kesempatan menempatkan (menjamu) kaum Muhajirin di rumah mereka, Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin), dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan, dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr: 9).
Jadi, usaha Nabi saw yang memanfaatkan karakteristik moral bangsa Arab ini, yang telah dilegitimasi dan diarahkan beliau, kian memperkuat dan memperluas persatuan Islam dari hari ke hari. Tentu Islam menerima prinsip keberagaman suku dan bangsa, namun ia menolak perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam, sebab, Kami menjadikan kalian pria dan wanita serta membuat kalian dalam berbagai bangsa dan kabilah supaya kalian saling mengenal… (QS. Al-Hujurat: 13). Oleh karena itu, fanatisme yang tidak berdasarkan kebenaran dan norma agama, serta hanya berporos pada kesukuan dan ras, tidak akan diterima oleh agama dan Nabi saw, ”Tidak termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada fanatisme.”
b) Norma-norma Akhlak
Nabi saw menyebut kesempurnaan akhlak manusia sebagai salah satu tujuan risalahnya, ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Karena itu, salah satu cara yang beliau lakukan dalam mewujudkan persatuan Islam adalah menunjukkan perilaku dan akhlak yang terpuji, karena, Sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung. (QS. Al-Qalam: 4).
Sikap simpatik: Kelembutan perangai Nabi saw adalah salah satu sarana terpenting dalam mewujudkan persatuan dan memadamkan perselisihan serta menarik hati manusia, Dengan rahmat Allah, engkau bersikap lembut terhadap mereka. Jika engkau orang yang kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauh dari sekelilingmu. (QS. Al Imran: 159).
Sejarah mencatat banyak peristiwa yang membuktikan karakteristik terpuji dari akhlak Nabi saw ini. Salah satunya sebagaimana dituturkan dalam kisah berikut ini, seseorang bernama Ghurits bin Harits menghadang Nabi saw dengan pedang terhunus dan berkata, ”Siapa yang bisa menyelamatkanmu dari pedangku?” Beliau dengan tenang menjawab,”Allah.” Seketika itu juga, badan Ghurits gemetar dan pedangnya terlepas dari tangannya. Beliau lalu memaafkan dan membebaskannya. Sejak saat itu, kemanapun ia pergi, ia selalu berkata, ”Aku kembali kepada kalian setelah aku bertemu dengan manusia terbaik yang pernah aku jumpai.”
Sungguh ungkapan “manusia suci yang paling baik perangainya dan dermawan yang paling baik pemberiannya” hanya pantas disematkan kepada Nabi saw. Akhlak mulia beliau-lah yang menjadikannya sebagai suri teladan dan insan kamil, sampai-sampai kasih sayang beliau mampu menarik para musuh ke barisan para pecintanya. Dakwah Nabi saw menghilangkan dahaga setiap jiwa yang kehausan dan menarik simpati setiap pencari kebenaran. Ini adalah sarana terbaik dalam mewujudkan persatuan di tengah umat.
Dalam hati tiap umat yang merasakan kebenaran, terdapat wajah dan suara Nabi
Saat Nabi berseru dari luar, maka bersujudlah jiwa umat di dalam
Hubungan kekerabatan: Terkait adab-adab khas Nabi saw, kita bisa menyinggung tentang hikmah hubungan kekerabatan beliau. Tidak diragukan bahwa adanya tatanan kesukuan yang berlaku di masa itu mempengaruhi terwujudnya keakraban, hubungan mesra antara kabilah dan persatuan antara lapisan masyarakat. Hubungan kesukuan ini bisa disebut sebagai pengganti perjanjian-perjanjian konstitusional yang bersifat resmi. Sebelum kedatangan Islam pun, hubungan pernikahan antar kabilah bisa mengubah permusuhan menjadi persahabatan. Sebagai contoh, pernikahan Nabi saw dengan Huwairiyah binti Harits dari Bani Mushtaliq mendorong kaum Muslimin untuk memerdekakan orang-orang dari kabilah ini, sehingga akhirnya menyebabkan semua kabilah tersebut masuk Islam. Atau, pernikahan Nabi saw dengan Shafiyah binti Hay bin Akhtab (yang notabene adalah orang Yahudi). Setelah ditawan pasukan Muslim, Shafiyah lebih memilih menjadi istri Nabi saw ketimbang dibebaskan dan kembali ke kaumnya. Pada akhirnya, ia memeluk Islam dan diikuti oleh beberapa orang dari kabilahnya.
4) Umat Islam dan Persatuan
Kami akan mengakhiri pembahasan ini dengan melihat misi umat Islam dalam menjaga kesinambungan ajaran Nabi saw dan persatuan Islam.
Persatuan adalah prinsip kehidupan dan menjamin keabadian suatu ideologi. Para nabi diperintahkan untuk menghidupkan rahmat Ilahi di dunia:
Dedaunan alam tumbuh dari persatuan; demikian pula dengan kehidupan di dunia. (Iqbal Lahore)
Rahmat Ilahi senantiasa bersama dengan Nabi saw, Taatilah Allah dan Rasul supaya kalian dirahmati (QS. Al Imran: 132). Umat manusia berkumpul di sekeliling Nabi terakhir ini, Dan Muhammad bukanlah ayah salah satu dari kalian, tapi dia adalah utusan Allah dan nabi terakhir (QS. Al-Ahzab: 40). Dan beliau adalah mata air kasih sayang Ilahi, Dengan rahmat Allahlah, maka engkau bersikap lembut kepada mereka (QS. Al Imran: 159).
Seruan persatuan Nabi saw adalah seruan yang juga disampaikan semua nabi tanpa terkecuali, dan pada diri beliau-lah seruan ini mencapai kesempurnaannya:
Nama Ahmad adalah nama semua nabi, sebab saat seratus tiba, sembilan puluh pasti ada
Beliau adalah mata rantai terakhir dari rangkaian penyeru tauhid dan rahmat Ilahi; beliau adalah awal tujuan di balik pengutusan para nabi, namun yang terakhir diutus, “Jika bukan karenamu, niscaya Aku tak ciptakan semesta.”
Rahasia yang menyimpan inti semesta diletakkan terakhir
Dengan Muhammad-lah cinta suci berpasangan
Oleh karena itu, Muhammad-lah yang memberi kehidupan kepada semua bagian dari pohon mulia ini. Dengan risalahnya, pohon kenabian menemukan maknanya, ”Tak ada seorang nabi pun, baik Adam atau selainnya, kecuali ia berada di bawah panjiku.”
Sa’di, seorang penyair ternama dari Persia berujar:
Semua yang dimiliki orang terdahulu dan terakhir adalah bayangan dari Muhammad
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa; semua berteduh di bawah naungan Muhammad
Oleh karena itu, maka umatnya adalah umat terbaik yang dipilih untuk menjadi pengikutnya.
Tiada keraguan bahwa umat Muhammad saw mengemban tugas menyebarkan dakwah beliau ke seantero dunia, sebab, Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi manusia (QS. Al Imran: 110). Mereka adalah umat pilihan Allah dan selain mereka adalah orang-orang yang merugi, Siapa pun yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat dia termasuk golongan yang merugi (QS. Al Imran: 85).
Marilah kita berharap tibanya hari dimana persatuan Islam akan menyatukan umat, sehingga seruannya akan sama seperti seruan Allah, Dan Allah menyeru kepada darus salam dan membimbing siapa pun yang Ia kehendaki ke jalan lurus (QS. Yunus: 25). Inilah cakrawala cemerlang yang telah diilustrasikan oleh Nabi saw bagi umatnya, sehingga firman Tuhan ini relevan bagi mereka, ”Berbahagialah engkau wahai Muhammad dan umatmu.”
Persatuan umat dianggap sejajar dengan inti tegaknya agama, yaitu takwa dan penghambaan, Sesungguhnya umat kalian ini adalah satu umat dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah Aku (QS. Al-Anbiya`: 92). Di sisi lain, penegakan agama yang benar berkaitan erat dengan persatuan, ”Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (QS. As-Syura: 13).
Jelas bahwa memenuhi seruan Nabi saw untuk bersatu adalah sebuah upaya untuk menjamin kehidupan abadi umatnya, Wahai orang-orang yang beriman, jawablah seruan Allah dan Rasul ketika mengajak kalian kepada hal yang menghidupkan kalian (QS. Al-Anfal: 24). Ini adalah perintah tegas dari Allah bahwa, Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul, serta jangan gugurkan amal kalian (QS. Muhammad:33). Ini adalah perintah yang bila ditentang maka akan menyebabkan kebinasaan, Dan siapa pun yang membangkang terhadap Allah dan rasul-Nya, berarti dia telah tersesat dalam kesesatan nyata. (QS. Al-Ahzab: 36).
Jangan ada orang yang tempuh jalan berbeda dengan Nabi
Karena dia tak akan sampai ke tujuan
Wahai Sa`adi, jalan lurus bisa ditempuh
Hanya dengan mengikuti jalan Mushthafa
(Sa`adi)
Dengan demikian, persatuan umat adalah jalan menuju kemenangan, Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dan agama yang benar untuk memenangkannya di atas semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS. Al-Fath: 26).
Guna mewujudkan persatuan umat, yang diperlukan adalah adanya tekad kolektif dan kesabaran, Wahai orang-orang yang beriman, mintalah bantuan melalui kesabaran dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang penyabar (QS. Al-Baqarah: 153); Bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar (QS. Ar-Rum: 60).
Kemah-kemah kita memang terpisah, tapi hati kita satu
Kita dari Hijaz, Cina, dan Iran, tapi kita adalah satu embun di pagi yang cerah
(Iqbal Lahore)
Masa depan yang gemilang adalah milik kaum mukmin yang gigih berjuang dalam naungan cahaya persatuan, Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tapi Dia tetap akan menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tidak menyukainya (QS. At-Taubah: 32). Mereka-lah yang akhirnya akan bergembira memperoleh hadiah dari Tuhan, Dan ridha Allah itu jauh lebih agung, itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taubah: 72).
Kesimpulan
Persatuan umat selalu menjadi salah satu idealisme ajaran para nabi. Oleh karena itu, salah satu poros utama dalam dakwah Nabi saw adalah menebar benih-benih persatuan.
Bila kita menganalisa pelbagai peristiwa dalam sejarah Islam maka kita dapat menyimpulkan bahwa demi menegakkan persatuan, selain memanfaatkan pendekatan politis dan kultural, Nabi saw juga menggunakan beberapa metode tertentu. Dengan memerhatikan kondisi sosial yang ada di tengah masyarakat, metode-metode alternatif ini mampu mengarahkan umat menuju persatuan.
Perjanjian Madinah adalah jalan terbaik dalam menciptakan persatuan dan solidaritas keagamaan. Memanfaatkan solusi kebangsaan-keagamaan hanya bisa menjamin tegaknya pondasi sosial masyarakat. Karena itu, dibutuhkan solusi lain yang berupa gerakan melawan fanatisme kesukuan dan rasisme untuk menciptakan persatuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Nabi saw pun memanfaatkan pendekatan karakteristik moral-sosial dalam rangka mewujudkan persatuan.
Dengan demikian, salah satu metode efektif untuk mengukuhkan persatuan di tengah umat Islam adalah mengarahkan masyarakat guna menerapkan tiga metode di atas, yaitu: solusi kebangsaan-keagamaan, kesukuan, dan sosial-individual.
sumber: http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=162:strategi-ampuh-dan-solusi-jitu-nabi-saw-dalam-mempersatukan-umat&catid=45:1388-06-21-07-31-46&Itemid=67
Tags:
Agama
,
Persatuan Islam
Hukuman Gantung...
Khatib Jumat Tehran: MA Harus Tegas Menindak Perusuh
Khatib Shalat Jumat Tehran, Ayatollah Ahmad Jannati meminta Ketua Mahkamah Agung, Ayatollah Larijani, supaya menentukan nasib para perusuh dan menjalankan hukum sesuai dengan prosedur yang ada. "Jika kondisi saat ini menunjukkan sikap lemah, kondisi selanjutnya akan lebih lemah, "tegas Ayatollah Jannati.
Ayatollah Jannati kepada Ketua Mahkamah Agung, Ayatollah Larijani, mengatakan, "Wahai saudara, anda dengan semangat belajar dan mengajar, spirit anti-kezaliman, revolusi dan kepemimimpin, berani dan cepat mengambil hukuman eksekusi pada dua penyebar fitnah dan perusuh. Untuk perusuh-perusuh lainnya, anda juga harus berani mengambil sikap tegas."
Dalam khutbah tersebut, Ayatollah Jannati juga mengapresiasi langkah cepat yang ditempuh Badan Yudikatif dalam menindak para perusuh Hari Asyura. Dikatakannya, "Beberapa hari lalu, kita menyaksikan pelaksanaan hukuman gantung terhadap para perusuh, sehingga kerusuhan pada Hari Asyura tidak terulang kembali."
Ayatollah Jannati yang juga Ketua Dewan Garda Kontitusi Revolusi Islam Iran dalam khutbahnya menjelaskan filsafat hukuman eksekusi bagi para perusak di muka bumi atau mufsedin fil ardh. "Allah Swt tidak akan mengasihi mereka yang bertoleransi dengan para perusak di muka bumi. Sebab, tidak ada tempat kasih sayang atau toleransi bagi mereka, bahkan bertoleransi dengan mereka merupakan kekeliruan. Dalam sejarah disebutkan bahwa Imam Ali as membantai kelompok Khawarij. Apakah mungkin Imam Ali yang menangis untuk seorang anak yatim, tidak mempunyai belas kasihan?" jelas Ayatollah Jannati.
Mengingat dekatnya Hari Kemenangan Revolusi Islam Iran , Ayatollah Jannati dalam khutbahnya mengenang sosok agung Pemimpin Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra, dan mengatakan, "Saat Islam terpojokkan, Imam Khomeini mampu menghidupkan Islam yang sebenarnya yang mengandung pesan anti-kezaliman."
"Dengan menghidupkan pemikiran Islam yang berslogankan "Haihat Min Al-Dzilah " atau pantang kehinaan, Imam Khomeini berhasil menghancurkan ideologi keliru, baik di Barat maupun Timur, " tutur Ayatollah Jannati.
Ayatollah Jannati di penghujung khutbahnya seraya menyinggung penempatan pasukan AS di Haiti yang belum lama ini dilanda gempa dahsyat, mengatakan, "Inilah identitas sebenarnya AS. Negara ini sama sekali tidak peduli dengan puluhan ribu korban gempa di Haiti. Washington bukan mengirim obat-obatan dan bantuan kemanusiaan ke negara yang dilanda gempa, tapi malah menempatkan pasukannya di negara ini." Ayatollah Jannati juga menegaskan, "Karakter arogansi inilah yang membuat Iran bermusuhan dengan AS." (irib)
Baca juga:
Dua Perusuh Hari Asyura Menjalani Hukuman Gantung
Tags:
Berita
,
Islam dan Jihad
,
Pemuda
,
Persatuan Islam
,
Politik
,
Serba Serbi
,
Teroris
,
Wahabi
ABG
Kiat Memahami Gejolak Pikiran Remaja
Foto/ilustrasi para pemuda ashabul kahfi yang melarikan diri dan tinggal di dalam gua demi menyelamatkan akidah dan memuaskan dahaga spiritual mereka.
Ketika anak menginjak masa remaja dan mulai merasa dewasa, ia mulai berpikir kritis dan tidak akan gampang menerima perkataan atau pendapat orang-orang yang usianya lebih tua tanpa argumentasi yang memuaskannya. Melihat realitas ini, kadang ibu/bapak sangat khawatir akan nasib anaknya; jangan-jangan ia akan terjerumus pada kesesatan dan penyimpangan.
Sebagian bapak dan ibu menyikapi keresahan dan pertanyaan anak remajanya secara tidak rasional dan tidak proporsional serta tidak berusaha menjaga kehormatannya. Sikap negatif ini pada hakikatnya merupakan bentuk ekspresi kasih sayang dari orang tua, namun ini justru menambah masalah bagi pemuda yang sedang berusaha mengenal dan menemukan jati dirinya. Sikap ini dimaknai oleh seorang remaja secara negatif dimana ia menilai bahwa orang tuanya tidak bisa merasakan dan memahami kondisinya. Keadaan seperti ini kemudian berakibat pada ketidakharmonisan hubungan antara remaja dan keluarganya. Padahal dalam psikologi telah ditetapkan bahwa keresahan pikiran, rasa ingin tahu, berusaha berpikir secara matang dan penuh pertimbangan, memiliki pelbagai keyakinan dan pandangan merupakan varian dari tahap sebuah perkembangan dimana hal ini secara alami terjadi dalam pembentukan pengetahuan dan keyakinan seorang pemuda. Karena itu, kondisi alami ini seyogiyanya tidak harus mencemaskan kedua orang tua dan orang-orang yang ada di sekelilingnya, tapi mereka justru harus memberikan ruang dan kesempatan yang cukup hingga identitas, pemikiran dan keyakinan kaum remaja bisa terbentuk secara alami. Karena, masa ini merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan dan perkembangan jasmani, pemikiran, dan kejiwaan, dan pengalaman baru, suka menyendiri, ingin bebas serta masa pencarian jati diri. Maka, ragu-ragu, waswas dan kritis terhadap pelbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja dimana mereka ingin memantapkan dan membangun pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi yang tahan banting dan tidak membebek saja (baca: taklid buta semata).
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Masa remaja yang penuh gejolak ini akan tumbuh secara sehat dan benar bila kita memperhatikan penjelasan berikut ini:
Masa remaja berada di antara masa dewasa dan anak-anak. Seorang ABG (anak baru gede) tidak mau lagi dianggap sebagai “anak ingusan” yang melahap dan menerima apa saja secara mentah-mentah perkataan orang dewasa dan ia tidak boleh diposisikan sebagai orang dewasa yang mampu mengkaji segalah fenomena/peristiwa dengan kejelian analisa dan kematangan pikirannya. Bagaimanapun ia tetap menyandang predikat sebagai seorang remaja atau ABG. Menurut pandangan para psikolog, remaja dari sisi pengetahuan mampu memahami dan menjangkau masalah-masalah seperti mazhab, moral, dan gaya kehidupan yang beraneka ragam lalu menilainya secara sistematis dan argumentatif dimana ia dapat membandingkan plus-minus pelbagai solusi yang ada, sehingga akhirnya ia akan menemukan jawaban yang paling tepat. Dengan demikian jangkauan pemikirannya menjadi lebih luas dan mendalam. Namun dengan segala kemajuan pola pikir, cara menganalisa masalah, dan mengambil keputusan, si anak remaja dari segi kematangan dan kekuatan berpikir masih mengalami masa transisi dari tahap anak-anak menuju masa dewasa. Dengan kata lain, bahwa benar seorang remaja sedang mengalami perkembangan cukup pesat, tapi ia belum sampai pada titik kematangan hingga mampu bersandar pada pandangan pribadi dan argumentasi yang dikemukakannya. Seorang remaja terlalu prematur untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang rumit dengan hanya mengandalkan pengalaman pribadi dan seluruh pontensi psikologisnya (buah pikiran, motivasi, nilai-nilai, pemahaman sosial, budaya dan sejarah). Jadi, kebiasan kalangan remaja yang meragukan pelbagai prinsip kehidupan merupakan sebuah pengantar untuk memperluas dan memperdalam prinsip-prinsip tersebut dan hal semacam ini tidak perlu dicemaskan.
Masa remaja masa pencarian jati diri
Masa remaja begitu penting karena ia merupakan masa pencarian jati diri. Pada masa ini, setiap individu berusaha menemukan dan menanyakan “identitas” dirinya (siapa saya). Pertanyaan ini harus terjawab. Seseorang harus berkaca pada dirinya sendiri. Yakni, di samping ia berhubungan dengan masa lalu, ia juga berkaitan dengan masa depan. Ericson berkata: Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko. Remaja di usai ini harus belajar dan memilih ideologi yang benar dari pelbagai ideologi yang disodorkan padanya. Orang-orang yang sukses dalam tahapan ini dan memiliki jati diri yang kuat akan siap menghadapi masa depannya dengan perasaan yang tenang dan kepercayaan diri yang tinggi. Di usia-sia seperti ini, kelompok masyarakat sangat berpengaruh dalam membentuk karakter remaja. Kelompok masyarakat mampu mengontrol dan mempengaruhi perkembangan jati diri para remaja. Karena itu, teman, pemilihan tokoh teladan dalam agama atau non-agama dan gaya kehidupan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dan perilaku kalangan remaja. Dengan demikian peluang pengembangan diri bagi remaja sangat terbuka lebar. Masa remaja merupakan masa untuk mengenal diri dan mengenal Sang Pencipta. Karena di masa remaja seseorang dapat mengaraungi tangga kehidupan dengan mudah dan enerjik maka ia perlu berpikir sebelum bertindak dan bermusawarah dengan orang penyayang dan berpandangan luas hingga ia tidak tergelincir dalam pencarian jati dirinya.
Bagaimana Seorang Remaja Membantu Dirinya Sendiri?
Supaya remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang didambakannya serta tercerahkan dalam sistem pendidikan yang tepat, maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini:
Belajar
Menuntut ilmu merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam mengaraungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah instrument penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, membaca kitab-kitab agama adalah jalan untuk menambah dan memantapkan akidah. Manusia yang kurang pengetahuan tidak akan mampu mengetahui tugas dan kewajiban yang Tuhan bebankan padanya dan pada akhirnya ia tidak dapat memahami makna kehidupan yang hakiki.
Berpikir
Ilmu adalah alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada kadar pemikiran seseorang. Dengan kata lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan menempatkannya pada posisi yang mulia. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan.
Iman
Yang dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan Pencipta alam semesta dan menerima dan menaati segala perintah dan firman-firman-Nya. Semakin kuat keimanan seseorang maka manifestasinya semakin jelas dalam berbagai dimensi wujud manusia. Oleh karena itu, barangsiapa yang dalam kehidupannya menempatkan Tuhan sebagai pengawasnya maka ia semakin percaya diri, termotivasi dan memiliki pelindung.
Berbuat Baik
Berbuat baik menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya sebagaimana disinggung dalam Al-Quran bahwa perbuatan baik menyebabkan perkembangan dan penyempurnaan pelbagai potensi orang mukmin yang terpendam. Kita mengetahui dengan baik bahwa pendidikan agama memiliki pengaruh kuat terhadap perbuatan baik dan juga terhadap ilmu dan iman. Karena untuk itu, perbuatan yang terbaik adalah mengamalkan kewajiban agama kita, dan hendaknya kita memotivasi orang lain untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan amoral. Melaksanakan kewajiban Ilahi selain memotivasi perkembangan dalam diri kita, juga melatih merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan, meningkatkan dasar iman dan memperkuat pandangan dan komitmen keberagamaan seseorang. Kiranya semua ini dapat menjadi modal penting bagi seseorang untuk mendapatkan jalan yang benar dalam menghadapi pelbagai perubahan penting kehidupan dengan tawakal kepada Allah sehingga ia berhasil meraih tujuannya.
Kesimpulan
Kita mengetahui bahwasanya masa remaja adalah masa penuh pergolakan pemikiran, namun karena pondasi dasar pemikiran di saat itu belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan masalah. Seandainya kita membantu mereka dalam mengembangkan keilmuan, berpikir secara sehat dan jernih dan berbuat amal kebajikan serta mengingat Allah dalam semua aktifitas yang mereka geluti, maka mereka mampu mengapai kemajuan di bidang agama, pola pikir, moral, sosial dan sebagainya.
Ditulis oleh Hamidullah Syarifi
sumber:http://www.taghrib.ir/
Foto/ilustrasi para pemuda ashabul kahfi yang melarikan diri dan tinggal di dalam gua demi menyelamatkan akidah dan memuaskan dahaga spiritual mereka.
Ketika anak menginjak masa remaja dan mulai merasa dewasa, ia mulai berpikir kritis dan tidak akan gampang menerima perkataan atau pendapat orang-orang yang usianya lebih tua tanpa argumentasi yang memuaskannya. Melihat realitas ini, kadang ibu/bapak sangat khawatir akan nasib anaknya; jangan-jangan ia akan terjerumus pada kesesatan dan penyimpangan.
Sebagian bapak dan ibu menyikapi keresahan dan pertanyaan anak remajanya secara tidak rasional dan tidak proporsional serta tidak berusaha menjaga kehormatannya. Sikap negatif ini pada hakikatnya merupakan bentuk ekspresi kasih sayang dari orang tua, namun ini justru menambah masalah bagi pemuda yang sedang berusaha mengenal dan menemukan jati dirinya. Sikap ini dimaknai oleh seorang remaja secara negatif dimana ia menilai bahwa orang tuanya tidak bisa merasakan dan memahami kondisinya. Keadaan seperti ini kemudian berakibat pada ketidakharmonisan hubungan antara remaja dan keluarganya. Padahal dalam psikologi telah ditetapkan bahwa keresahan pikiran, rasa ingin tahu, berusaha berpikir secara matang dan penuh pertimbangan, memiliki pelbagai keyakinan dan pandangan merupakan varian dari tahap sebuah perkembangan dimana hal ini secara alami terjadi dalam pembentukan pengetahuan dan keyakinan seorang pemuda. Karena itu, kondisi alami ini seyogiyanya tidak harus mencemaskan kedua orang tua dan orang-orang yang ada di sekelilingnya, tapi mereka justru harus memberikan ruang dan kesempatan yang cukup hingga identitas, pemikiran dan keyakinan kaum remaja bisa terbentuk secara alami. Karena, masa ini merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan dan perkembangan jasmani, pemikiran, dan kejiwaan, dan pengalaman baru, suka menyendiri, ingin bebas serta masa pencarian jati diri. Maka, ragu-ragu, waswas dan kritis terhadap pelbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja dimana mereka ingin memantapkan dan membangun pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi yang tahan banting dan tidak membebek saja (baca: taklid buta semata).
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Masa remaja yang penuh gejolak ini akan tumbuh secara sehat dan benar bila kita memperhatikan penjelasan berikut ini:
Masa remaja berada di antara masa dewasa dan anak-anak. Seorang ABG (anak baru gede) tidak mau lagi dianggap sebagai “anak ingusan” yang melahap dan menerima apa saja secara mentah-mentah perkataan orang dewasa dan ia tidak boleh diposisikan sebagai orang dewasa yang mampu mengkaji segalah fenomena/peristiwa dengan kejelian analisa dan kematangan pikirannya. Bagaimanapun ia tetap menyandang predikat sebagai seorang remaja atau ABG. Menurut pandangan para psikolog, remaja dari sisi pengetahuan mampu memahami dan menjangkau masalah-masalah seperti mazhab, moral, dan gaya kehidupan yang beraneka ragam lalu menilainya secara sistematis dan argumentatif dimana ia dapat membandingkan plus-minus pelbagai solusi yang ada, sehingga akhirnya ia akan menemukan jawaban yang paling tepat. Dengan demikian jangkauan pemikirannya menjadi lebih luas dan mendalam. Namun dengan segala kemajuan pola pikir, cara menganalisa masalah, dan mengambil keputusan, si anak remaja dari segi kematangan dan kekuatan berpikir masih mengalami masa transisi dari tahap anak-anak menuju masa dewasa. Dengan kata lain, bahwa benar seorang remaja sedang mengalami perkembangan cukup pesat, tapi ia belum sampai pada titik kematangan hingga mampu bersandar pada pandangan pribadi dan argumentasi yang dikemukakannya. Seorang remaja terlalu prematur untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang rumit dengan hanya mengandalkan pengalaman pribadi dan seluruh pontensi psikologisnya (buah pikiran, motivasi, nilai-nilai, pemahaman sosial, budaya dan sejarah). Jadi, kebiasan kalangan remaja yang meragukan pelbagai prinsip kehidupan merupakan sebuah pengantar untuk memperluas dan memperdalam prinsip-prinsip tersebut dan hal semacam ini tidak perlu dicemaskan.
Masa remaja masa pencarian jati diri
Masa remaja begitu penting karena ia merupakan masa pencarian jati diri. Pada masa ini, setiap individu berusaha menemukan dan menanyakan “identitas” dirinya (siapa saya). Pertanyaan ini harus terjawab. Seseorang harus berkaca pada dirinya sendiri. Yakni, di samping ia berhubungan dengan masa lalu, ia juga berkaitan dengan masa depan. Ericson berkata: Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko. Remaja di usai ini harus belajar dan memilih ideologi yang benar dari pelbagai ideologi yang disodorkan padanya. Orang-orang yang sukses dalam tahapan ini dan memiliki jati diri yang kuat akan siap menghadapi masa depannya dengan perasaan yang tenang dan kepercayaan diri yang tinggi. Di usia-sia seperti ini, kelompok masyarakat sangat berpengaruh dalam membentuk karakter remaja. Kelompok masyarakat mampu mengontrol dan mempengaruhi perkembangan jati diri para remaja. Karena itu, teman, pemilihan tokoh teladan dalam agama atau non-agama dan gaya kehidupan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dan perilaku kalangan remaja. Dengan demikian peluang pengembangan diri bagi remaja sangat terbuka lebar. Masa remaja merupakan masa untuk mengenal diri dan mengenal Sang Pencipta. Karena di masa remaja seseorang dapat mengaraungi tangga kehidupan dengan mudah dan enerjik maka ia perlu berpikir sebelum bertindak dan bermusawarah dengan orang penyayang dan berpandangan luas hingga ia tidak tergelincir dalam pencarian jati dirinya.
Bagaimana Seorang Remaja Membantu Dirinya Sendiri?
Supaya remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang didambakannya serta tercerahkan dalam sistem pendidikan yang tepat, maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini:
Belajar
Menuntut ilmu merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam mengaraungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah instrument penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, membaca kitab-kitab agama adalah jalan untuk menambah dan memantapkan akidah. Manusia yang kurang pengetahuan tidak akan mampu mengetahui tugas dan kewajiban yang Tuhan bebankan padanya dan pada akhirnya ia tidak dapat memahami makna kehidupan yang hakiki.
Berpikir
Ilmu adalah alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada kadar pemikiran seseorang. Dengan kata lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan menempatkannya pada posisi yang mulia. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan.
Iman
Yang dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan Pencipta alam semesta dan menerima dan menaati segala perintah dan firman-firman-Nya. Semakin kuat keimanan seseorang maka manifestasinya semakin jelas dalam berbagai dimensi wujud manusia. Oleh karena itu, barangsiapa yang dalam kehidupannya menempatkan Tuhan sebagai pengawasnya maka ia semakin percaya diri, termotivasi dan memiliki pelindung.
Berbuat Baik
Berbuat baik menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya sebagaimana disinggung dalam Al-Quran bahwa perbuatan baik menyebabkan perkembangan dan penyempurnaan pelbagai potensi orang mukmin yang terpendam. Kita mengetahui dengan baik bahwa pendidikan agama memiliki pengaruh kuat terhadap perbuatan baik dan juga terhadap ilmu dan iman. Karena untuk itu, perbuatan yang terbaik adalah mengamalkan kewajiban agama kita, dan hendaknya kita memotivasi orang lain untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan amoral. Melaksanakan kewajiban Ilahi selain memotivasi perkembangan dalam diri kita, juga melatih merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan, meningkatkan dasar iman dan memperkuat pandangan dan komitmen keberagamaan seseorang. Kiranya semua ini dapat menjadi modal penting bagi seseorang untuk mendapatkan jalan yang benar dalam menghadapi pelbagai perubahan penting kehidupan dengan tawakal kepada Allah sehingga ia berhasil meraih tujuannya.
Kesimpulan
Kita mengetahui bahwasanya masa remaja adalah masa penuh pergolakan pemikiran, namun karena pondasi dasar pemikiran di saat itu belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan masalah. Seandainya kita membantu mereka dalam mengembangkan keilmuan, berpikir secara sehat dan jernih dan berbuat amal kebajikan serta mengingat Allah dalam semua aktifitas yang mereka geluti, maka mereka mampu mengapai kemajuan di bidang agama, pola pikir, moral, sosial dan sebagainya.
Ditulis oleh Hamidullah Syarifi
sumber:http://www.taghrib.ir/
Konferensi Persaudaraan dan Persatuan Islam
Penutupan Konferensi Persaudaraan dan Persatuan Islam
Ayatullah Ali Taskhiri tampak duduk mengikuti acara penutupan konferensi
Konferensi Persaudaraan dan Persatuan Islam yang diprakarsai NU di hotel Sultan, Jakarta berakhir hari minggu tanggal 20/12/2009.
Turut serta mendamping Ayatullah Taskhiri sejumlah rombongan dari Republik Islam Iran, di antaranya Hujjatul Islam wal Muslimin Qummi, Hujjatul Islam wal Muslimin Thahiri dan DR. Iftikhari, wakil DPR Iran, DR. Ali Zodeh, asisisten DPR dan Muhammad Hasan Tabra'iyan, asisten urusan internasional Majma Taqrib. Begitu juga konferensi ini disemarakkan dengan kehadiran para cendekiawan dunia Islam, di antaranya: Abdul Fatah al Bazeh, mufti Damaskus, Syeikh Ahmad Zain, ketua ikatan ulama Lebanon.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) (kanan) Djoko Suyanto bersama Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi (tengah) dan Ulama Iran Muhammad Ali Al Taskhiri (kiri) saat membuka Konferensi "Persaudaraan Muslim Dunia" di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (19/12). Konferensi yang berlangsung selama dua hari,19-20 Desember tersebut mengumpulkan Ulama dan Cendikiawan muslim lintas Mazhab dari sejumlah negara islam di dunia dan merupakan bagian dari kegiatan pra-Muktamar ke-32 NU yang akan berlangsung di Makasar.
Dalam awal acara penutupan, Ayatullah Taskhiri menyampaikan pidatonya dimana beliau menyinggung masalah system politik dan ekonomi Islam di kancah dunia dewasa ini. Beliau memohon diwujudkannya persatuan dan solidaritas seluruh ulama Islam untuk mengimplementasikan suatu sistem yang berdasarkan dasar-dasar Islam dan prinsip-prinsip persaudaraan serta persatuan.
Ketua Umum Lembaga Pendekatan antar Mazhab Islam lebih jauh menegaskan akan potensi sumber alam dan pelbagai kekayaan yang dimiliki negara-negara Islam dimana hal tersebut merupakan miliki bersama umat Islam. Semua umat Islam bertanggung jawab atas
nasib sesama saudara Muslim mereka, tegasnya.
Sementara itu. Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi dalam orasinya menegaskan perlunya kaum Muslimin merealisasikan persatuan dan kerja sama antara negara-negara Islam di bidang ekonomi dan perdagangan.
Hasyim Muzadi yang masuk kategori 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia ini lebih jauh menekankan bahwa problem utama dunia Islam saat ini adalah kefakiran dan kebodohan, dan ilmu tanpa amal adalah batil dan tertolak, tandas beliau.
Di akhir penutupan konferensi ini dibacakan pernyataan oleh Syeikh Ahmad Zein, ketua ikatan ulama Lebanon. Dan dengan demikian konferensi pun berakhir dengan lancar dan sukses.
sumber:http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=139:penutupan-konferensi-persaudaraan-dan-persatuan-islam&catid=36:1388-06-21-07-28-38&Itemid=55
Hasil Konferensi Persaudaraan Muslim
JAKARTA - Konferensi Persaudaraan Muslim yang digelar di Jakarta, merekomendasikan sejumlah solusi bagi persoalan umat Islam di berbagai belahan dunia. Salah satunya mendesak pembebasan Masjid Al Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
Mufti Syiria Abdul Fattah Bazzam yang bertugas membacakan rekomendasi, menegaskan bahwa persatuan merupakan hal yang paling mendasar bagi umat Islam. Para ulama menyesalkan terjadinya perpecahan dan permusuhan yang terjadi di kalangan umat Islam akibat perbedahaan madzab. Untuk itu, umat diimbau mengadakan pendekatan dan bekerjasama dengan kelompok muslim lainnya.
Kelompok-kelompok dan madzhab-madzab di berbagai negara muslim diminta menyelesaikan berbagai perselisihan dengan cara berdialog.
Umat Muslim yang berbeda-beda kelompok dan madzab jangan sampai mengkafirkan yang lainnya, apalagi menghalalkan darah, tanah air, serta harta benda.
Rekomendasi lainnya, para ulama mengimbau umat Muslim seluruh dunia untuk menghormati Al-Qur’an dan Nabi Muhamad SAW. Salah satu bentuk penghormatan terhadap Nabi adalah tidak diperkenankan melukiskan atau memvisualkan sosok Nabi. Rekomendasi selanjutnya adalah menuntut pembebasan Al-Quds dan tanah Palestina.
Sekjen World Council of Proximity of Islamic School of Thoughts Iran, Ayatullah Muhammad Ali Tashkiri dalam kata penutupnya berharap beberapa rekomendasi yang dihasilkan dalam Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia ini dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat islam di seluruh dunia.
Ali Tashkiri terutama menggarisbawahi pentingnya persatuan dikalangan umat Muslim. "Jika ulama berselisih baik dalam persoalan politik maupun madzhab mana mungkin bisa menyelesaikan berbahai persoalan yang dihadapi," katanya.
"Anda adalah saudara saya, meskipun berbeda madzab. Saya dan Anda bertanggungjawab pada umat semua. Kita semua bertanggungjawab mewujudkan kesejahteraan umat," tambahnya.
KH Hasyim Muzadi menambahkan, salah satu kunci persatuan umat Muslim seluruh dunia adalah menghindari prasangka positif terhadap kelompok Muslim lainnya, serta pendekatan dialog dalam menyelesaikan berbagai perselisihan.
"Semoga forum kali ini merupakan sinyal positif menciptakan persatuan umat Muslim. Berbagai langkah, dibidang ekonomi misalnya, tidak akan terwujud sebelum ada persatuan di antara kita," ujarnya
Sumber berita dan foto:http://news.okezone.com dan http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=142:hasil-konferensi-persaudaraan-muslim&catid=36:1388-06-21-07-28-38&Itemid=55
Tags:
Berita
,
Islam dan Wanita
,
Pemuda
,
Persatuan Islam
,
Politik
,
Serba Serbi
,
Tekhnologi
,
Teroris
,
Wahabi
MAAF...
Maaf tak akan pernah cukup!
Ada seorang anak laki-laki mempunyai sifat pemarah.
Ia mudah marah dan berkata kasar pada orang lain.
Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan
sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah
paku di pagar belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak itu telah memakukan 24 paku ke pagar setiap kali dia marah .
Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia sadar bahwa ternyata
lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.
Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sepenuhnya bisa
mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya.
Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan
agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya
bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun
anaknya ke pagar.
“Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah
lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama
seperti sebelumnya.
“Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu
meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain.
Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu …
Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap
ada … DAN luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik
…"
Apa hikmahnya?
Memang maaf kadang bisa menyelesaikan masalah,
tapi bukan berarti segera menyembuhkan luka.
Ada yang bilang
"We can forgive but we can't forget"
Daripada meminta maaf lebih baik menghindari perbuatan buruk yang
membuat kita perlu minta maaf.
Tapi kalau sudah terlanjur, minta maaf jauh lebih baik.
Kebakaran Sentra Antasari
Tak Ada Korban Jiwa Dalam Kebakaran Sentra Antasari
Ilustrasi kebakaran.
BANJARMASIN, SELASA - Kebakaran terjadi di Ruko lantai 2 Pusat Perbelanjaan Sentra Antasari Jalan Pangeran Antasari Banjarmasin, Kalsel, Selasa (25/1/2010) sekitar pukul 18.00 Wita.
Diduga nyala api berasal dari salah satu kios yang menjual pakaian. Hingga berita ini diturunkan petugas pemadam kebakaran yang datang beberapa menit setelah kejadian berhasil melokalisir api sehingga tidak merembet ke kios lain.
Menurut seorang teugas kebakaran, tidak ada korban dalam perstiwa itu. "Meski pengunjung pasar masih ada pada sore tadi, namun tidak ada korban jiwa," jelasnya kepada BPost Online.(b.post)
Ilustrasi kebakaran.
BANJARMASIN, SELASA - Kebakaran terjadi di Ruko lantai 2 Pusat Perbelanjaan Sentra Antasari Jalan Pangeran Antasari Banjarmasin, Kalsel, Selasa (25/1/2010) sekitar pukul 18.00 Wita.
Diduga nyala api berasal dari salah satu kios yang menjual pakaian. Hingga berita ini diturunkan petugas pemadam kebakaran yang datang beberapa menit setelah kejadian berhasil melokalisir api sehingga tidak merembet ke kios lain.
Menurut seorang teugas kebakaran, tidak ada korban dalam perstiwa itu. "Meski pengunjung pasar masih ada pada sore tadi, namun tidak ada korban jiwa," jelasnya kepada BPost Online.(b.post)
Tags:
Berita
,
Serba Serbi
Mubarak Biarkan Gaza Kelaparan
Mesir mempertahankan penutupan perbatasan dengan Gaza untuk menambah penderitaan Palestina, kata gerakan perlawanan Palestina Hamas.
Mubarak Mesir
Jurubicara Hamas Mushir al-Masri pada hari Senin memberikan reaksi kelompoknya atas argumen Presiden Mesir Hosni Mubarak yang menyebut benteng perbatasan adalah masalah 'kedaulatan,' harian Israel Ha'aretz melaporkan.
Mubarak mengatakan hari Minggu bahwa "pertahanan di sepanjang perbatasan timur (negara) kita adalah karya kedaulatan Mesir, dan kami menolak untuk masuk ke dalam sebuah perdebatan dengan siapa pun (tentang pembangunan dinding besi)."
Al-Masri mengatakan pernyataan pemimpin Mesir "bertentangan dengan pernyataan sebelumnya bahwa dia tidak akan membiarkan rakyat Palestina di Gaza kelaparan."
Dia menambahkan bahwa "pernyataan Mubarak mempertahankan dinding baja adalah tanda di blokadenya 1,5 juta warga Palestina di Jalur Gaza."
Daerah pantai yang penduduk itu terus menderita karena dikenakan blokade menyeluruh Israel yang mencegah masuknya kebutuhan dasar ke wilayah itu selama lebih dari dua tahun.
Kairo juga tetap menutup perbatasan Rafah - satu-satunya perbatasan Jalur Gaza yang tidak melintasi daerah Israel - mengklaim bahwa pos perbatasan Mesir-merupakan persimpangan Israel dan tidak boleh digunakan tanpa izin Tel Aviv.
Pemerintah Mesir membangun dinding baja tambahan di sepanjang perbatasan Gaza untuk mencegah perdagangan barang-barang ke jalur.
"Dinding baja Mesir tidak melayani kepentingan pihak Arab manapun .... pendudukan Israel mendapat manfaat dari itu, karena telah membunuh alur terakhir bagi menjaga Jalur Gaza tetap hidup setelah dua setengah tahun pengepungan," al-Masri menambahkan .
The Human Rights Watch sekali lagi mengkritik Kairo pada hari Minggu untuk perannya dalam "menghukum secara kolektif" warga Gaza dengan tetap menutup perbatasan Rafah.
Organisasi itu terutama menunjukkan jarinya pada Israel yang menolak masuknya kebutuhan dasar warga Gaza, sementara berpendapat bahwa peran Mesir dalam pengepungan yang mematikan itu "tidak dapat disangkal."
"Jika Kairo berkehendak, bisa mengakhiri pengepungan Gaza besok," kata Sarah Leah Whitson, direktur kelompok (HRW) divisi Timur Tengah dan Afrika Utara. (IslamTimes/R]
Mubarak Mesir
Jurubicara Hamas Mushir al-Masri pada hari Senin memberikan reaksi kelompoknya atas argumen Presiden Mesir Hosni Mubarak yang menyebut benteng perbatasan adalah masalah 'kedaulatan,' harian Israel Ha'aretz melaporkan.
Mubarak mengatakan hari Minggu bahwa "pertahanan di sepanjang perbatasan timur (negara) kita adalah karya kedaulatan Mesir, dan kami menolak untuk masuk ke dalam sebuah perdebatan dengan siapa pun (tentang pembangunan dinding besi)."
Al-Masri mengatakan pernyataan pemimpin Mesir "bertentangan dengan pernyataan sebelumnya bahwa dia tidak akan membiarkan rakyat Palestina di Gaza kelaparan."
Dia menambahkan bahwa "pernyataan Mubarak mempertahankan dinding baja adalah tanda di blokadenya 1,5 juta warga Palestina di Jalur Gaza."
Daerah pantai yang penduduk itu terus menderita karena dikenakan blokade menyeluruh Israel yang mencegah masuknya kebutuhan dasar ke wilayah itu selama lebih dari dua tahun.
Kairo juga tetap menutup perbatasan Rafah - satu-satunya perbatasan Jalur Gaza yang tidak melintasi daerah Israel - mengklaim bahwa pos perbatasan Mesir-merupakan persimpangan Israel dan tidak boleh digunakan tanpa izin Tel Aviv.
Pemerintah Mesir membangun dinding baja tambahan di sepanjang perbatasan Gaza untuk mencegah perdagangan barang-barang ke jalur.
"Dinding baja Mesir tidak melayani kepentingan pihak Arab manapun .... pendudukan Israel mendapat manfaat dari itu, karena telah membunuh alur terakhir bagi menjaga Jalur Gaza tetap hidup setelah dua setengah tahun pengepungan," al-Masri menambahkan .
The Human Rights Watch sekali lagi mengkritik Kairo pada hari Minggu untuk perannya dalam "menghukum secara kolektif" warga Gaza dengan tetap menutup perbatasan Rafah.
Organisasi itu terutama menunjukkan jarinya pada Israel yang menolak masuknya kebutuhan dasar warga Gaza, sementara berpendapat bahwa peran Mesir dalam pengepungan yang mematikan itu "tidak dapat disangkal."
"Jika Kairo berkehendak, bisa mengakhiri pengepungan Gaza besok," kata Sarah Leah Whitson, direktur kelompok (HRW) divisi Timur Tengah dan Afrika Utara. (IslamTimes/R]
Cina Serangan AS dalam Perang Online di Iran
Sebuah editorial Partai Komunis Cina mengatakan kerusuhan pemilu di Iran adalah contoh 'politik telanjang licik' AS di balik topeng kebebasan berbicara.
Suasana Pasca Demo di Tehran, 27 Des
Amerika Serikat menggunakan "perang online " untuk menimbulkan kerusuhan di Iran sesudah pemilu tahun lalu, Guardian mengutip sebuah artikel koran Partai Komunis yang diterbitkan pada hari Minggu.
Editorial Harian Rakyat mengatakan AS telah meluncurkan "brigade hacker" dan menggunakan media sosial seperti Twitter untuk menyebarkan desas-desus dan menciptakan masalah di Iran.
"Di belakang apa yang disebut Amerika kebebasan berbicara adalah politik telanjang licik. Bagaimana kerusuhan setelah pemilu Iran terjadi?" tanya editorial, ditulis oleh Wang Xiaoyang.
"Itu karena perang online yang diluncurkan oleh Amerika, melalui video YouTube dan mikro blogging Twitter, menyebarkan desas-desus, membuat perpecahan, dan menggiring timbulnya perselisihan antara para pengikut faksi konservatif dan reformis."
Pada saat kerusuhan, Washington telah meminta Twitter, yang digunakan oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah Iran, untuk tetap terbuka.
Penulis editorial mengajukan pertanyaan tentang apakah mempromosikan kegiatan terorisme akan diizinkan di internet di Amerika Serikat.
"Kami takut bahwa di mata politisi Amerika, hanya informasi yang dikendalikan oleh Amerika adalah informasi gratis, hanya berita yang diakui oleh Amerika adalah berita gratis, hanya pidato yang disetujui oleh Amerika adalah kebebasan berbicara, dan hanya arus informasi yang sesuai dengan kepentingan Amerika adalah arus informasi bebas, "katanya menambahkan.
Dia juga mengatakan bahwa keputusan untuk memutus layanan pesan instan Microsoft untuk Negara Negara yang dijatuhi sanksi AS, termasuk Kuba, Iran, Suriah, Sudan dan Korea Utara, adalah kemunafikan Amerika yang menyatakan berkeinginan untuk arus informasi bebas. [IslamTimes/R]
Suasana Pasca Demo di Tehran, 27 Des
Amerika Serikat menggunakan "perang online " untuk menimbulkan kerusuhan di Iran sesudah pemilu tahun lalu, Guardian mengutip sebuah artikel koran Partai Komunis yang diterbitkan pada hari Minggu.
Editorial Harian Rakyat mengatakan AS telah meluncurkan "brigade hacker" dan menggunakan media sosial seperti Twitter untuk menyebarkan desas-desus dan menciptakan masalah di Iran.
"Di belakang apa yang disebut Amerika kebebasan berbicara adalah politik telanjang licik. Bagaimana kerusuhan setelah pemilu Iran terjadi?" tanya editorial, ditulis oleh Wang Xiaoyang.
"Itu karena perang online yang diluncurkan oleh Amerika, melalui video YouTube dan mikro blogging Twitter, menyebarkan desas-desus, membuat perpecahan, dan menggiring timbulnya perselisihan antara para pengikut faksi konservatif dan reformis."
Pada saat kerusuhan, Washington telah meminta Twitter, yang digunakan oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah Iran, untuk tetap terbuka.
Penulis editorial mengajukan pertanyaan tentang apakah mempromosikan kegiatan terorisme akan diizinkan di internet di Amerika Serikat.
"Kami takut bahwa di mata politisi Amerika, hanya informasi yang dikendalikan oleh Amerika adalah informasi gratis, hanya berita yang diakui oleh Amerika adalah berita gratis, hanya pidato yang disetujui oleh Amerika adalah kebebasan berbicara, dan hanya arus informasi yang sesuai dengan kepentingan Amerika adalah arus informasi bebas, "katanya menambahkan.
Dia juga mengatakan bahwa keputusan untuk memutus layanan pesan instan Microsoft untuk Negara Negara yang dijatuhi sanksi AS, termasuk Kuba, Iran, Suriah, Sudan dan Korea Utara, adalah kemunafikan Amerika yang menyatakan berkeinginan untuk arus informasi bebas. [IslamTimes/R]
Perang lewat internet......!!!!!
Rahbar: Kini AS Hanya Mampu Memerangi Iran Lewat Internet
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menegaskan, "Bangsa Iran akan tetap teguh dengan ucapannya yang benar dan tidak akan pernah mundur." Ditambahkannya, "Bangsa Iran dan saya tidak akan pernah memberikan upeti sedikitpun kepada orang lain."
Ayatollah Sayyid Ali Khamenei hari ini (Selasa, 26/1) dalam pertemuan dengan ribuan warga Provinsi Mazandaran menilai segala bentuk konspirasi Amerika selama tiga puluh tahun lalu benar-benar tidak berdampak dan menegaskan, "Segala konspirasi gagal dikarenakan saat ini Republik Islam Iran puluhan kali lebih kuat dari hari dan tahun-tahun pertama dan akan melanjutkan gerakannya dengan lebih cepat dan kuat."
Rahbar mengatakan, "Para pejabat Amerika mengatakan bahwa mereka akan meratifikasi anggaran sebesar 45 juta dolar untuk mengalahkan Republik Islam Iran lewat internet. Langkah ini tentu saja menjadi bukti kegagalan musuh. Karena hingga kini sudah puluhan juta dolar yang dipakai untuk menghadapi Republik Islam Iran lewat diplomasi, embargo, pengiriman agen, memanfaatkan anasir dalam negeri dan segala macam cara lainnya, tapi sampai saat ini mereka tidak pernah berhasil."
Dalam pertemuan yang bertepatan dengan peringatan kebangkitan 6 Bahman rakyat kota Amol, 28 tahun yang lalu, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei menyinggung peran berpengaruh rakyat mukmin dan revolusioner Amol dalam menghadapi kelompok-kelompok teroris dalam peristiwa 6 Bahman dan mengatakan, "Peristiwa ini begitu penting bagi Imam Khomeini ra sehingga disebutkan dalam surat wasiat politiknya agar tidak terlupakan dan diingat oleh generasi akan datang."
Saat menganalisa kejadian-kejadian tiga puluh tahun Revolusi Islam dan bagaimana terjadinya penyimpangan sebagian tokoh dan kelompok yang pada akhirnya berseberangan dengan rakyat, Rahbar mengatakan, "Di awal Revolusi Islam sebagian tokoh dan kelompok yang mengaku cendikia dan pendukung suara rakyat pada awalnya mereka menolak pencerahan yang terkandung dalam ucapan-ucapan Imam Khomeini ra dan setelah secara perlahan-lahan segalanya berubah dari perlawanan pemikiran dan politik menjadi perlawanan bersenjata dan aksi kerusuhan. Namun kewaspadaan rakyat dan pejabat negara berhasil menggagalkan usaha mereka."
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menjelaskan bahwa peristiwa pasca pemilu presiden Iran membuat semua warga merasakan tanggung jawab dan partisipasi mereka lebih ketimbang di Perang Pertahanan Suci. Ditambahkannya, "Selama ini rakyat berhasil membuktikan rasa tanggung jawab ini yang didemonstrasikan dalam pawai akbar 9 Dey (30 Desember) dan di hari 22 Bahman, sebagaimana tahun-tahun lalu, rakyat siap menunjukkan kesiapan dan vitalitasnya."
Baca juga:
Rahbar: Waspada, Musuh Memancing di Air Keruh
Telah Terbit! Buku Bedah Fitnah 88
Tags:
Berita
,
Islam dan Jihad
,
Pemuda
,
Persatuan Islam
,
Politik
,
Serba Serbi
,
Tekhnologi
,
Teroris
,
Wahabi
Es Krim China Mengandung Melamine
Ilustrasi: Istimewa
Fajar Nugraha - Okezone
BEIJING - Tiga perusahaan di China terbukti bersalah menjual makanan yang mengandung melamine. Kasus ini mengingatkan kembali insiden susu bayi yang terkontaminasi melamine yang menyebabkan enam bayi meninggal pada 2008 lalu.
Pihak berwenang China saat ini menemukan kandungan melamine pada makanan "popsicle" atau es krim. Dalam penyelidikannya, pihak berwenang China menemukan kandungan bahan kimia berbahaya tersebut melewati batas aman. Demikian diberitakan China Daily, Senin (25/1/2010).
Menurut petugas, kepolisian produk "popsicle" tersebut kemungkinan besar terkontaminasi dengan susu yang ditarik akibat skandal melamine 2008 lalu. Polisi heran mengapa susu beracun tersebut bisa kembali beredar di pasaran.
Sementara pihak pembuat "popsicle" menyalahkan susu bubuk yang mereka beli dari pemasok susu.
Pada 2008 lalu, melamine ditemukan pada susu bubuk yang biasa dikonsumsi oleh umumnya oleh bayi. Pelaku yang mencampurkan bahan kimia berbahaya tersebut berdalih jika pihaknya berniat untuk menambah kandungan protein pada susu mereka.
Akibat skandal ini, enam bayi dikabarkan tewas, sementara 300 ribu lainnya sempat mengalami gangguan ginjal. Insiden ini mengakibatkan ketakukan di China dan beberapa negara yang menggunakan susu tersebut. Hingga kini pemerintah China telah menahan 21 orang yang terlibat kasus itu dan menghukum mati dua orang pelaku yang terlibat langsung.
Bolos Kerja???
Wow, 500 Ribu Pegawai Bolos Kerja
Liburan, warga Australia penuhi pantai (Foto: News.com.au)
Fajar Nugraha - Okezone
CANBERA - Hari ini, sekira 500 ribu warga Australia tercatat bolos kerja. Sebagian besar dari mereka beralasan sakit agar bisa libur lebih panjang selama empat hari. Mereka absen sejak Jumat pekan lalu.
Keterangan ini didapat dari Direct Health Solutions, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manajemen absensi karyawan. Perusahaan tersebut menyatakan sekira 33 persen karyawan di seluruh Australia absen pada hari ini. Angka ini dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah Australia.
Tentunya kondisi ini mengundang keluhan dari pelaku bisnis di Negeri Kangguru itu. Assosiasi retail Australia bahkan menyebut karyawan yang sengaja mengajukan alasan sakit sebagai sifat yang tidak mencerminkan Australia.
Menurut Direktur Eksekutif Assosiasi Retail, Scott Driscoll, bolosnya karyawan ini menyebabkan kerugian lebih dari USD250 juta atau sekira Rp akibat berkurangnya produktivitas.
"Semua staf yang sengaja bolos dengan alasan sakit hanya untuk menikmati liburan selama empat hari, tidak mengerti konsep akan rekan kerja. Mereka juga tidak mengerti budaya Australia yang tidak meninggalkan teman dalam kesusahan. Sementara itu mereka bersenang-senang di pantai atau di pub," Ungkap Scott Driscoll seperti dikutip News.com.au, Senin (25/1/2010).
Liburan panjang selama empat hari akan berlanjut hingga lima hari bagi beberapa karyawaan di Australia. Diperkirakan 100 ribu orang akan membolos dengan alasan sakit pada Rabu lusa.
Pemimpin partai oposisi, Tony Abbott juga mengecam aksi bolos ini. Menurutnya warga Australia memang berhak untuk berlibur dan beristirahat, tetapi sebaiknya dilakukan dengan cara yang benar.
Liburan, warga Australia penuhi pantai (Foto: News.com.au)
Fajar Nugraha - Okezone
CANBERA - Hari ini, sekira 500 ribu warga Australia tercatat bolos kerja. Sebagian besar dari mereka beralasan sakit agar bisa libur lebih panjang selama empat hari. Mereka absen sejak Jumat pekan lalu.
Keterangan ini didapat dari Direct Health Solutions, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manajemen absensi karyawan. Perusahaan tersebut menyatakan sekira 33 persen karyawan di seluruh Australia absen pada hari ini. Angka ini dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah Australia.
Tentunya kondisi ini mengundang keluhan dari pelaku bisnis di Negeri Kangguru itu. Assosiasi retail Australia bahkan menyebut karyawan yang sengaja mengajukan alasan sakit sebagai sifat yang tidak mencerminkan Australia.
Menurut Direktur Eksekutif Assosiasi Retail, Scott Driscoll, bolosnya karyawan ini menyebabkan kerugian lebih dari USD250 juta atau sekira Rp akibat berkurangnya produktivitas.
"Semua staf yang sengaja bolos dengan alasan sakit hanya untuk menikmati liburan selama empat hari, tidak mengerti konsep akan rekan kerja. Mereka juga tidak mengerti budaya Australia yang tidak meninggalkan teman dalam kesusahan. Sementara itu mereka bersenang-senang di pantai atau di pub," Ungkap Scott Driscoll seperti dikutip News.com.au, Senin (25/1/2010).
Liburan panjang selama empat hari akan berlanjut hingga lima hari bagi beberapa karyawaan di Australia. Diperkirakan 100 ribu orang akan membolos dengan alasan sakit pada Rabu lusa.
Pemimpin partai oposisi, Tony Abbott juga mengecam aksi bolos ini. Menurutnya warga Australia memang berhak untuk berlibur dan beristirahat, tetapi sebaiknya dilakukan dengan cara yang benar.
Demonstrasi 28 Januari
SBY Diminta Lebih Sering Bicara Keselamatan Rakyat, Bukan Dirinya
Amanda Ferdina - detikNews
Jakarta -Dinilai lebih sering mengekspos keselamatan dirinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta untuk lebih sering berbicara keselamatan rakyat. Sebab jika tidak, rakyat akan beranggapan presiden lebih peduli kepada dirinya sendiri ketimbang rakyatnya sendiri.
"Jika terlalu sering (bicara keselamatan dirinya), kesan publik jadinya presiden lebih peduli kepada dirinya, padahal presiden harusnya bicara lebih sering tentang keselamatan rakyat bukan dirinya sendiri," ujar pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, ketika dihubungi detikcom, Senin (25/1/2010) malam.
Pernyataan tersebut terkait langsung dengan kunjungan khusus Presiden SBY ke markas Paspampres menjelang unjuk rasa 28 Januari yang diperkirakan akan dihadiri oleh ribuan demostran. Dalam kesempatan itu, Presiden SBY juga kembali menceritakan tentang upaya pembunuhan terhadap dirinya oleh teroris beberapa waktu lalu.
Menurutnya, presiden sudah dijaga oleh Paspampres, sehingga keselamatan Presiden sudah terlindungi. Sementara rakyat malah terkadang yang terancam oleh ulah para preman.
"SBY dan wakil presiden semua aman karena sudah ada Paspampres, berkendara pun lancar dan tidak merasakan macet. Rakyat yang ngerasain macet dan bahkan area vital pun tidak bisa diamankan untuk keamanan rakyat," jelasnya.
Imam mencontohkan, sebelum dihubungi detikcom, ia dan istrinya baru saja mengalami kejadian tak menyenangkan di Stasiun Gambir. Seorang preman hampir saja memukul istrinya. Istrinya kedapatan sang preman memberi tahu seorang turis asing letak taxi Blue Bird berada.
"Menolong saja sekarang terancam. Itu seharusnya menjadi konsen pemerintah. Turis asing juga merupakan tamu kita kan, mereka kan bayar visa. Harusnya Paspampres untuk kawal warga aja deh," ujarnya.
Indonesia bikin satelit??!!!!!.......
Proyek Masa Depan: Luncurkan Satelit Indonesia
BERTAMBAHNYA usia hubungan diplomatik antara Negeri Beruang Merah dan Indonesia, Rusia pun semakin memantapkan pijakan kerja samanya dengan pemerintah RI.
Negeri yang terletak di Eurasia utara ini bahkan sudah menyusun rencana besar untuk Indonesia. Pada kesempatan wawancara di kantor Kedubes Rusia untuk Indonesia pekan lalu, Alexander A Ivanov selaku wakil pemerintah Rusia mengungkapkan harapan negerinya bagi Indonesia. “Kami ingin Indonesia menjadi negara antariksa,” ucapnya seraya tersenyum. “Bahkan menjadi negara antariksa pertama di Asia Tenggara.” Untuk mewujudkan harapan ini, pemerintah Rusia lantas menggandeng Indonesia dalam sebuah proyek yang dinamakan dengan sistem peluncuran udara atau Air Launch.
Bagi masyarakat Indonesia, program ini mungkin terdengar asing. Barangkali karena belum 100 persen terselesaikan, maka pemerintah Indonesia jarang memunculkan informasi seputar perkembangan Air Launch.
“Kami menyebutnya proyek unik. Air Launch adalah program peluncuran satelit komersial dari kawasan Indonesia yang didukung dengan teknologi Rusia,” jawab Ivanov. Proyek Air Launch bermula pada 2003. Saat itu, pesawat luar angkasa jenis An-124-100 yang disebut dengan Ruslan mulai dikembangkan di Biak, Papua. Gubernur Biak memberi izin bagi Rusia untuk membeli 2,7 hektare tanah di pulau itu untuk konstruksi infrastruktur yang dibutuhkan.
“Air Launch merupakan proyek yang jauh lebih murah dan efisien dibandingkan proyek peluncuran satelit lainnya,” ungkap Presiden Air Launch Anatoly Karpov, sebagaimana dilansir dari spacedaily.com. Dalam program AirLaunch, roket dibawa menembus atmosfer dengan menggunakan pesawat Ruslan. Ketika pesawat mencapai ketinggian 10-12 km di atas bumi, Ruslan akan melepaskan roketnya hingga masuk ke orbit. Selanjutnya, saat Ruslan mencapai ketinggian 11.000 m atau sekira 500 km dari permukaan tanah, pesawat ini akan melakukan gerakan manuver sehingga mencapai posisi tertentu, lalu satelit didorong keluar menggunakan sistem bertekanan udara yang disebut dengan pneumatic system.
Proyek ini bernilai sekira USD122 juta dan telah disepakati sejak 2006 silam. Perundingan program ini sudah berlangsung sejak 2003 lalu, namun sampai saat ini, program tersebut belum dapat dimulai. Menurut beberapa ahli, peluncuran roket pengangkut Polyot dari Ruslan akan menelan biaya sekira USD23 juta atau 50 persen lebih murah dibandingkan meluncurkan roket Soyuz-2 dari muka Bumi. Rusia sungguh menyemai ekspektasi besar agar program ini dapat segera terealisasi.
“Jika semuanya benar-benar terwujud, mungkin saja Indonesia bakal menjadi negara antariksa terbesar di Asia,” ujarnya berharap. Ivanov tidak menampik bahwa masih ada beberapa proses yang belum tertangani dengan sempurna. “Kami masih terus melakukan negosiasi mengenai ini dan itu dengan pemerintah Indonesia,” sambungnya. Menurut Ivanov, ada dua hal yang harus diperjuangkan lebih keras lagi, yaitu penyediaan perangkat teknologi dan penyusunan rancangan ketentuan yang tentunya bertalian dengan proyek Air Launch.
Dia juga menambahkan bahwa pemerintah Rusia dan Indonesia tengah mempersiapkan sejumlah dokumen dan surat kesepakatan yang terkait. “Salah satunya adalah Technology Save Guard Agreement,” ujar Ivanov. Rusia yang hingga kini tetap menunjukkan dukungan positif bagi negara-negara Asia sangat berharap bahwa program Air Launch nantinya akan menuai kesuksesan. “Kesuksesan ini akan menjadi lampu hijau bagi negara-negara lain yang tengah mengupayakan hal serupa,” tandasnya.