JAKARTA - Ketua Komisi Disiplin (Komdis) LPI, M Sholeh mengaku merasakan ada keganjilan yang terjadi saat timnas akan berangkat ke Malaysia jelang final leg pertama AFF Suzuki Cup 2010.
Jika kemudian dikaitkan dengan surat kaleng yang menjadi pemicu adanya dugaan Laga Malaysia vs Indonesia dijual pengurus PSSI kepada bandar judi kelas kakap, maka keganjilan tersebut makin jelas terbaca nalar.
Menurutnya, jika dikaitkan dengan isue surat kaleng tersebut, ada beberapa keganjilan saat timnas hendak berangkat ke Malaysia waktu itu. Misalnya saja ada jadwal jamuan makan di rumah pejabat, ataupun ikut istighosah dan doa bersama di salah satu pesantren.
"Kalau hal itu dikaitkan dengan pesta jamuan makan timnas di rumah Bakrie, rumah Menteri, terus doa bersama di pesantren Assiqiyah, jelas adalah kesengajaan agar stamina timnas kelelahan," ujar M Sholeh.
Logikanya, pesta jamuan makan atau apapun itu, seharusnya dilakukan setelah usainya gelaran pertandingan. LPI menilai, jika surat tersebut terbukti kebenarannya, maka jadwal padat saat itu merupakan bagian tak terpisahkan dari skenario besar menjual kemenangan negara.
"Sebab, mestinya jamuan-jamuan seperti itu ditiadakan dulu. Kecuali jika semua pertandingan sudah dilakukan. Jadi kasus jamuan ini bisa jadi benar kesengajaan jika dikaitkan dengan surat kaleng tadi. Tapi sekali lagi, kebenarannya memang harus diusut dulu," ujar M Sholeh.
Rahbar sudah bilang.....
Kutipan pernyataan Pemimpin Revolusi Islam Iran tentang rakyat dan pemerintah Mesir.
Timur Tengah Islami Akan Terbentuk.
Pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, atau Rahbar tahun lalu dalam pertemuan beliau dengan para pejuang Palestina, menyinggung transformasi di kawasan dan masalah Palestina seraya mengatakan, "Tidak diragukan bahwa sesuai kenyataan yang telah ditakdirkan oleh Allah swt, Timur Tengah baru akan terbentuk dan kawasan itu adalah akan menjadi Timur Tengah Islami."
Menyusul peristiwa terbaru di Mesir, Kantor Penerangan Ayatullah al-Udzma Sayyid Khamenei merilis edisi khusus terkait pernyataan beliau mengenai transformasi di kawasan.
Pada bagian awal edisi khusus tersebut, dikutip pernyataan pilihan Rahbar tentang bangsa dan pemerintah Mesir.
Rakyat Mesir Tidak Akan Bersabar Menghadapi Pengkhianatan Para Penguasa
Amerika Serikat keliru. Amerika Serikat, dengan mengumpulkan pemerintah Arab di sebuah meja di perundingan seperti ini, telah membuat rakyat di negara-negara tersebut semakin membenci pemerintahan mereka. Memangnya rakyat Arab rela jika para penguasa mereka menjual rumah bangsa Palestina kepada orang lain? Dengan cara ini, maka jarak antara para penguasa tersebut dengan rakyatnya akan semakin menjauh. Masalah ini akan membuat rakyat marah. Bangsa Mesir akan marah.
Kasihan sekali "orang Mesir itu" yang layaknya pengemis pergi ke Amerika Serikat untuk mengadukan Iran kepada Amerika Serikat! Mengadu kepada Amerika Serikat yang bahkan harus lebih dikasihani karena ia lebih sakit hati atas Iran.
Mengapa harus mengeluhkan Iran? Keluhkan Islam! Keluhkan rakyatmu sendiri! Jika memang harus ada yang dikeluhkan maka rakyat Mesir yang harus dikeluhkan. Rakyat Mesir adalah bangsa Muslim. Bangsa Mesir memiliki sejarah keislaman. Bangsa Mesir memiliki kebanggaan besar dalam pemikiran moderen Islami dan juga perjuangan Islam. Bangsa ini adalah bangsa yang bermartabat. Yang pasti bangsa ini tidak akan bersabar menghadapi pengkhinatan para penguasanya dan mereka akan melawan.
Apa hubungannya perlawanan rakyat Mesir dengan kita? Di manapun umat Islam bangkit, kami merasa senang. Di manapun kaum Muslim mengepalkan tangan di hadapan musuh agama mereka, kami akan senang. Di manapun umat Islam terpukul, kami akan bersedih dan kami merasa peduli, namun kami tidak akan memasuki kancah untuk menyadarkan sebuah bangsa seperti bangsa Mesir akan tugas-tugasnya. Mereka sendiri mengetahui tugas mereka. Mereka tahu apa yang harus dilakukan dan mereka memahaminya dengan benar. Rakyat Mesir mengetahui dengan baik, para pemuda Mesir mengetahui bahwa di hadapan pemerintahan yang mengkhianati tujuan Islam, Palestina, dan nasib negara-negara Islam, harus melawan. Ini tidak ada hubungannya dengan kami. Di sinilah letak kekeliruan mereka, bahwa mereka tidak menyadari kekuatan dan pengaruh Islam.
(Pidato Rahbar dalam pertemuan dengan para pengurus Haji 28 April 1993)
Umat Islam Terisolasi
Betapa banyak negara Muslim di Afrika, Asia, dan Timur Tengah yang mengalami perubahan sistem, namun di manapun umat Islam tersudutkan dan terisolasi. Seperti Irak contohnya yang memiliki sistem pemerintahan kerajaan. Rezim monarki itu lenyap digantikan dengan rezim lain. Rezim tersebut lenyap dan diganti dengan lainnya. Mereka pun pergi dan digantikan dengan beberapa lainnya. Lagi-lagi mereka pergi dan digantikan dengan sejumlah lainya. Sampai tibalah giliran kelompok Baath.
Di seluruh proses transisi tersebut, orang yang menggantikan posisi rezim sebelumnya adalah orang-orang Muslim. Mayoritas warga Irak adalah Muslim. Namun mereka sama sekali tidak berpartisipasi dalam transformasi tersebut.
Atau di Mesir misalnya-tentunya di sana ada kelompok bernama Ikhwanul Muslimin-terjadi perubahan dan rezim monarki runtuh. Setelah runtuhnya rezim monarki, muncul sebuah rezim republik yang revolusioner yang tokoh utamanya adalah Abdul Naser. Setelah Abdul Naser, muncul orang lain. Setelahnya, tampil orang lain. Selama itu-sebelum kemenangan Revolusi Islam di Iran-seluruh transformasi terfokus pada marginalisasi gerakan dan anasir-anasir Islami.
Anasir-anasir Islami sama sekali tidak memiliki peran. Pada revolusi pertama Mesir, anasir-anasir Islam sangat berpengaruh, namun ketika pemerintah baru terbentuk, mereka tersingkirkan. Sebagian di antara mereka dijebloskan ke penjara. Sebagian lainnya dibunuh dan sebagian sisanya disingkirkan dari medan. Di sini pun tidak ada peran Islam.
(Pidato Rahbar dalam shalat Jumat pekan ketiga bulan Ramadhan 3 Februari 1995)
Seperti Seruan Bangsa Iran
Di Mesir, sekelompok pemuda, sekelompok Muslim melawan dan meneriakkan slogan-slogan islami, dan tidak memiliki hubungan dengan masyarakat kami. Namun slogan-slogan tersebut sedemikian dekat dengan slogan-slogan kami, sehingga "presiden celaka" dan para penguasa mereka mengatakan bahwa "mereka telah terpengaruh Iran!" Memangnya apa hubungan kami dengan mereka? Mereka semua Muslim. Mereka sendiri yang menyerukan slogan al-Quran. Mereka sendiri yang merasa bahwa mereka harus bersuara di jalan Allah swt, berteriak, dan bergerak, sama seperti teriakan rakyat Iran di era taghut dalam menentang Amerika Serikat dan menentang imperialisme serta despotisme global, dan yang akan terus mereka lanjutkan.
(Pidato Rahbar dalam pertemuan dengan para pejabat Basij 17 November 1992)
Bagi Imperialis, Syiah dan Sunni Tidak Ada Bedanya
Dia yang memusuhi pokok-pokok Islam, tidak menganggap adanya perbedaan antara Syiah dan Sunni. Kami menyaksikan bagaimana kaum imperialis merepresi para pejuang revolusioner Sunni di Palestina dan Mesir. Mereka bukan penganut mazhab Syiah 12 Imam. Mereka semua adalah saudara-saudara Ahlussunnah kami. Kalian saksikan bagaimana mereka terrepresi. Bagi kaum imperialis, tidak ada bedanya. Namun ia yang menentang Islam, umat Islam, dan bangsa Muslim-dengan berbagai bentuknya-kini mereka memihak pada satu aliran dan berupaya keras menentang aliran lain dan mereka mengeluarkan danadalam hal ini. Kita harus waspada.
(Pidato Rahbar dalam pertemuan dengan para ruhaniwan 26 Desember 1989)
Penyiksaan Kelompok-Kelompok Islami di Mesir
Kelompok-kelompok Islam yang bangkit melawan untuk menjaga Islam, mereka dengan sangat mudah direpresi, disiksa, dan dipenjara, sementara kekuatan-kekuatan adidaya dunia mendukung mereka-yakni pemerintahan tersebut. Mesir sekarang seperti ini. Banyak negara-negara lain di dunia yang seperti ini.
(Pidato Rahbar dalam di hadapan para veteran perang dan keluarga syuhada 15 November 1998)
Dukungan Amerika Serikat Terhadap Pemerintah Mesir
Di Mesir, generas-generasi paling cendikiawan Muslim di negara ini dikejar-kejar oleh keganasan dan kemurkaan rezim korup negara tersebut. Dan pemerintahan "tergantung dan hina" di negara besar itu mendapat apresiasi serta dukungan finansial dan keamanan dari Amerika Serikat.
(Pesan haji Rahbar 18 Mei 1993)
Rakyat Mesir Adalah Pecinta Ahlul Bait
Dewasa ini di Mesir, Masjid Ra'sul Husein, yang mereka menganggap di sanalah tempat penguburan kepala mulia Imam Husain as, menjadi tempat konsentrasi afeksi warga pecinta Ahlul Bait as di negara itu. Bangsa Mesir adalah bangsa yang baik. Kami tidak berurusan dengan rezim dan pemerintahannya. Bangsa Mesir adalah pecinta Ahlul Bait.
(Pidato Rahbar di depan para ulama, santri, dan ruhaniwan menjelang bulan Muharram 16 Juni 1993)
Tunisia Seharusnya Belajar Pada Indonesia
Sheikh Rachid al-Ghannushi, ulama pejuang dan revolusioner Tunisia yang juga pemimpin Partai Islam Ennahdhah akhirnya kembali ke negaranya setelah berada di pengasingan selama 20 tahun. Sheikh al-Ghannushi direncanakan tiba di Tunisia, 30 Januari ini. Hussein Jaziri, wakil partai Ennahdhah dalam sebuah statemen menyatakan, Sheikh akan berada di Tunisia bukan dalam rangka untuk merebut kekuasan tapi sebagai warga negara biasa yang berperan dalam menjembatani antara berbagai kelompok yang aktif di Tunisia.
Ditambahkannya bahwa al-Ghannushi akan ikut berupaya menegakkan kebebasan dan demokrasi di negara ini. Di masa rezim Ben Ali, pemerintah melarang aktivitas Partai Islam Ennahdhah sebagai partai politik. Kini, setelah rezim Ben Ali tumbang, Ennahdhah akan kembali aktif di panggung politik. Jaziri mengatakan, partai Ennahdhah akan menggelar musyawarah nasional dalam beberapa bulan mendatang. Namun demikian, al-Ghannushi tidak berpikir untuk mencalonkan diri sebagai ketua partai.
Dalam wawancara dengan sebuah saluran televisi Perancis, Sheikh Rachid al-Ghannushi mengungkapkan rencananya untuk menyerahkan kepemimpinan partai Ennahdhah kepada generasi baru. Menurutnya, tidak ada keharusan bagi dirinya untuk tetap berada di pucuk pimpinan partai. Sebab menurutnya generasi muda Tunisia memiliki kecakapan, kemampuan dan kesiapan yang lebih besar untuk memajukan partai ini mencapai cita-citanya.
Tahun 1981, mengikuti langkah Ikhwanul Muslimin, Sheikh Rachid al-Ghannushi membentuk partai Ennahdhah al-Islamiyah. Tahun 1989 partai ini mengikuti pemilihan umum dan berhasil merebut 17 persen suara. Menyusul keberhasilan ini rezim Zine El Abidine Ben Ali yang menjalankan pemerintahan dengan tangan besi menumpas kader-kader utama partai Ennahdhah dan melarang aktivitas partai ini.
Tahun 1992, Rachid al-Ghannushi dan sejumlah orang dekatnya dijerat tudingan makar dan pasal subversif. Mereka diadili secara in absentia dan divonis penjara seumur hidup. Kini, menyusul amnesti umum kepada tahanan politik, Sheikh al-Ghannushi adalah salah satu pejuang dan tahanan politik yang menemukan nuansa baru dalam dunia politik Tunisia.
Banyak kalangan yang menyebut al-Ghannushi sebagai orang terkuat untuk memimpin dan merampungkan gerakan revolusi rakyat Tunisia. Tak heran jika rencana kepulangan tokoh pejuang ini dinantikan dan dielu-elukan oleh rakyat di negara itu. Adanya figur seperti al-Ghannushi akan menjadi menerang arah dalam revolusi Tunisia. (IRIB/AHF/SL/30/1/2011)
Tunisia dan Hipokrasi Barat
Oleh: Robin Yassin-KassabDiktatur, maling sekaligus klien Barat, Zein al-Abdine Ben Ali, begitu dicintai Paris dan Washington. Tapi cinta itu hilang beberapa jam sebelum dia terusir dari Tunisia.
Kekuasaannya berakhir tidak oleh militer atau kudeta istana, namun oleh gerakan berbasis rakyat yang terdiri dari serikat pekerja, asosiasi profesional, para pengangguran, petani, kelompok kiri, kaum liberal, dan aktivis-aktivis intelek Islam, pria dan wanita.
Salah satu slogan mereka yang paling menonjol dan kemudian bergaung ke dunia Arab dan sekitarnya adalah, la khowf ba'ad al-yowm atau "Tidak Ada Lagi Takut Mulai Sekarang."
Ada harapan bahwa Tunisia kini akan mengembangkan sistem politik partisipatif yang menghormati hak-hak warga negara, akan menata dan membangun perekonomiannya, mengimplementasikan keadilan sosial, dan melepaskan diri dari rangkulan (koalisi) Barat-Israel.
Kendati begitu, revolusi itu menghadapi bahaya. Meskipun kepala ular telah dipotong, kepentingan para konglomerat yang berada di belakang rezim Ben Ali masih kukuh mencengkram negeri, dan mereka akan berjuang mati-matian untuk membatasi dan menghalau partisipasi rakyat Tunisia.
Demi alasan ini, adalah krusial bagi warga Tunisia untuk melanjutkan gerakan mereka dengan menggemakan slogan al-intifada mustamura atau ‘intifada berlanjut.'
Di luar mafia lokal Tunisia, ada banyak alasan lain yang dapat menggagalkan revolusi Tunisia: yaitu rezim-rezim Arab yang ketakutan (terimbas Tunisia), terutama mereka yang selama ini menjadi hamba Barat, Israel, Amerika Serikat, Prancis, dan elite Barat lainnya.
Salah satu atau lebih dari faktor-faktor penghambat revolusi Tunisia ini akan diam-diam mensponsori kekacauan di Tunisia dalam berbagai bentuk.
Tapi kita mendapat keyakinan diri yang tinggi, bahwa dalam pekan-pekan terakhir ini rakyat Tunisia telah membuktikan dirinya berani dan telah membuka matanya dari semua bentuk ancaman.
Apapun yang terjadi ke depan di Tunis, dunia Arab telah memasuki satu babak baru. Tunisia telah menunjukkan bahwa "jalanan Arab' memiliki harapan lebih lapang dan kekuataan lebih besar, ketimbang kebanyakan dunia Arab yang berdekade-dekade ditakut-takuti penindasan.
Kini kita tahu bahwa Arab marah terhadap korupsi dan mismanajemen oleh rezim-rezim, oleh pemberangusan diskusi dan perdebatan, oleh kekeliruan dalam membangun sistem kesehatan dan pendidikan fungsional, oleh kepengecutan saat menghadapi Zionisme dan menjadi tempat pangkalan-pangkalan militer asing.
Kini kita tahu bahwa Arab bisa memaksa penguasanya mengubah kebijakannya atau jika tidak, akan menghadapi nasib seperti Ben Ali.
Secara khusus, para abdi Barat berada dalam bahaya. Liputan media televisi milik Saudi membuat bahaya itu semakin nyata.
Dalam beberapa pekan terakhir, Aljazair menghadapi demonstrasi dan kerusuhan. Sebelumnya ribuan orang berbaris menuntut perbaikan kehidupan ekonomi di Yordania.
Satu demonstrasi yang digelar gedung Kedutaan Besar Tunisia di Cairo menyelamati gerakan intifada, dan meneriakkan semboyan lama Palestina, "Revolusi Sampai Jaya."
Sebelum ini Mesir menjadi pemimpin politik, budaya dan militer dunia Arab, tapi kini kepemimpinan itu tak lebih berbobot daripada Qatar.
Kebanyakan rakyat Mesir kelaparan dan sekitar sepertiga penduduk buta huruf. Rezim Mubarak adalah alat Zionisme dan imperialisme, sebaliknya mereka adalah pengepung bangsa Palestina.
Tatanan sosial negara itu telah dirobek-robek salafisme dan sektarianisme. Jika ada tempat yang memerlukan dosis Tunisia, maka pastilah itu Mesir.
Inspirasi dari Tunisia adalah hal yang dapat membangkitkan kepercayaan diri Mesir, menghentikan kejatuhan Mesir, dan memberi dorongan untuk satu perubahan radikal.
Jalan keluar dari kebencian komunal dan kegagalan sosial adalah aksi rakyat, melibatkan seluruh warga negara, tanpa melihat agama, sekte, etnis, suku atau daerah.
Kejayaan Tunisia ini tidak dimenangkan dengan memanfaatkan romantisme nativis, kekacuaan sektarian, atau manipulasi agama.
Rakyat Tunisia mengusung slogan "Kekuassan Untuk Rakyat" dan poster-poster Che Guevara, ketimbang fatwa ulama.
Ini akan berdampak kultural secara jangka panjang terhadap dunia Arab, setidaknya menyamai dampak Revolusi Islam Iran pada 1979 yang telah menyemangati Islamisme Arab hingga kini.
Di sini, saya hendak menegaskan fakta bahwa revolusi Arab pertama di abad ini sepenuhnya berkarakter sekuler, tapi saya tak ingin memasuki diskursus sederhana 'sekuler versus Islam.'
Kenyataannya, para aktivis Islam di Tunisia itu sama aktifnya dengan siapapun dalam perjuangan itu, dan aktivis Islam Tunisia itu secara politik amat pluralis dan progresif logis. Partai Nahda pimpinan Rashid al-Ghannushi adalah contoh paling tepat untuk ini.
Yang pasti gerakan-gerakan itu telah membuka hipokrasi terus-terusan pemerintah negara-negara Barat, seperti halnya penglekatan terus menerus media mereka dengan kebijakan luar negeri. Sampai hari kemenangan revolusi dicapai, media Anglosaxon tetap bungkap sebisa-bisanya.
Ini berbeda sekali ketika mereka meliput Gerakan Hijau Iran, yang basis sosialnya sebenarnya lebih sempit, tetapi dikemas nyaris seperti pemberontakan. Martir gerakan itu mereka cetak tebal-tebal dan dibesar-besarkan, sedangkan berhalaman-halaman kebohongan ditulis dengan menyebutnya sebagai "revolusi Twitter".
Ya, ini (revolusi Tunisia) adalah gerakan massa sekuler yang menyerukan kebebasan dan hak-hak sipil, dengan memanfaatkan media sosial, dan menarik nilai-nilai universal ke (wilayah) utara pantai Mediterania itu, tetapi tak ada seorang pun ingin mengetahuinya.
Tapi kini, semua berubah seketika, posisi Amerika telah bergeser dari "kami tak mau berpihak" menjadi "memuji keberanian dan keluhuran rakyat Tunisia".
Dalam sekejap, media Barat mendapati bahwa Ben Ali itu ternyata diktatur korup. Kisah baru pun ditulis, disesuaikan dengan peristiwa itu.
Inilah yang Anda sebut fait accompli. Dan untuk kesekian kalinya, rakyat Arablah yang melakukan semua itu. Seperti inilah kemenangan tampak.
Robin Yassin-Kassab adalah pengarang novel "The Road from Damascus" terbitan Penguin Books. Tulisan aslinya "This Is What Victory Looks Like" dimuat di Palestine Chronicle pada 14 Januari 2011. (IRIB/Antara/31/1/2011)Oleh: Dina Y. Sulaeman
Ben Ali akhirnya tumbang setelah 24 tahun berkuasa, ‘hanya' oleh demonstrasi rakyat yang terjadi secara spontan. Sungguh sebuah ironi bagi AS. Negara yang mengklaim diri sebagai penegak demokrasi itu telah menggelontorkan dana milyaran dollar untuk proyek yang disebutnya ‘demokratisasi Timur Tengah' dengan target Afghanistan, Iran, dan Irak. Namun selain kerugian materil yang tak habis-habis, kini AS harus gigit jari menyaksikan bahwa justru negara yang tidak didorongnya untuk berdemokrasi, yaitu Tunisia (mungkin segera menyusul Mesir, serta negara-negara Arab lainnya), malah bangkit menumbangkan penguasa mereka dan menuntut pemerintahan yang demokratis. Kembali terbukti bahwa bagi AS demokratisasi adalah membuka pasar seluas-luasnya bagi korporasi AS. Bila sebuah rezim despotik macam Ben Ali sudah membuat nyaman korporasi, persetan dengan demokrasi.
Tak heran bila Obama dan bahkan media mainstream berhari-hari sempat bungkam menyikapi sikap brutal dan represif rezim Ben Ali terhadap para demonstran Tunisia. Segera setelah Ben Ali angkat kaki dari Tunisia, barulah Obama tampil dan menyatakan dukungannya pada ‘perjuangan yang berani untuk menegakkan hak-hak universal' serta menyeru kepada pemerintah Tunisia agar menghormati HAM dan menyelenggarakan pemilu yang mereflesiksikan aspirasi rakyat Tunisia. Sikap Obama dan media mainstream ini jelas berbeda dengan sikap mereka tahun 2009 ketika ada sekelompok ‘reformis' menentang hasil pilpres Iran. Ketika jatuh korban dalam aksi-aksi kerusuhan yang dipicu para ‘reformis' Iran, Obama tampil sebagai pembela dengan mengatakan, "Saya sangat mengutuk tindakan yang tidak adil ini dan saya bergabung dengan bangsa Amerika untuk meratapi setiap nyawa yang hilang [di Iran]." Media-media mainstream terlibat aktif mendukung kaum ‘reformis' dengan tak henti berkoar-koar menuduh kecurangan pemilu Iran. Mereka baru diam setelah menyadari bahwa Pemerintahan Islam Iran ternyata belum bisa diruntuhkan lalu mengalihkan headline dengan topik kematian Michael Jackson.
Baiklah, kita biarkan saja Obama dan media mainstream dengan sikap munafik mereka. Saya ingin mengajak Anda untuk melihat hal yang agak luput dari perhatian banyak orang. Benar bahwa Ben Ali adalah despotik, koruptor, dan diktator sehingga memicu kemarahan rakyat yang akhirnya menggulingkannya. Tapi sesungguhnya, Ben Ali tak lebih dari boneka yang menjadi perpanjangan tangan sebuah lembaga penghisap darah negara-negara Dunia Ketiga: IMF. Betul Ben Ali kaya raya, tapi ada yang lebih banyak lagi mengeruk kekayaan dari Tunisia, yaitu korporasi-korporasi AS. Meskipun IMF adalah organisasi dengan 187 negara anggota, namun pemilik modal terbesar di IMF adalah AS, sehingga AS pun menjadi suara penentu dalam pengambilan keputusan IMF. AS memiliki kuota 1/3 suara dari keseluruhan kuota suara dalam IMF, suara AS sendiri saja cukup untuk memveto semua upaya perubahan terhadap Piagam IMF. Lebih lagi, kantor pusat IMF berada di Washington, D.C., dan stafnya kebanyakan adalah para ekonom AS; personel IMF biasanya -sebelum atau sesudah berkarir di IMF- bekerja di Departemen Keuangan AS. Dengan demikian, tidak mengherankan bila kebijakan-kebijakan IMF sangat berpihak pada kepentingan AS atau perusahaan-perusahaan transnasional yang dimiliki oleh warga AS.
IMF hadir di negara-negara berkembang menawarkan dana pembangunan, namun dengan syarat bahwa negara-negara itu mau mengikuti resep pembangunan ekonomi liberal ala IMF. Berkat ‘resep' IMF, terjadi pertumbuhan kerjasama ekonomi transnasional yang sangat pesat di negara-negara penerima hutang. Namun, mayoritas keuntungan terbesar diraup oleh perusahaan-perusahaan transnational yang dikuasai negara-negara maju. Sementara itu, negara-negara berkembang justru semakin tenggelam dalam utang. Mereka juga sangat bergantung pada arus modal luar negeri, terutama dalam bidang investasi portofolio (surat berharga), bukannya investasi yang memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi.
Sejak Ben Ali naik tahta tahun 1987 dia sudah berlindung di bawah ketiak IMF. Ben Ali dengan patuh menjalankan instruksi IMF: subsidi harus dicabut karena akan membebani biaya pemerintahan (padahal, biaya hasil pengurangan subsidi dialokasikan untuk membayar hutang kepada IMF), BUMN-BUMN yang tidak efisien harus diefisienkan dengan cara menjualnya ke pasar bebas (siapa yang membelinya kalau bukan korporasi rekanan IMF?), dan deregulasi (penghapusan aturan-aturan pemerintah yang menghalangi liberalisasi ekonomi). Konsep liberalisasi konon akan memberi kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun pada prakteknya, hanya mereka yang memiliki modal kuat dan kekuasaan politik yang besarlah yang menang dalam persaingan. Liberalisasi ekonomi ala IMF hanya menghasilkan segelintir elit yang kaya raya seperti Ben Ali dan kroninya, dan membuat 30% pemuda Tunisia menjadi penganggur. Kalaupun mereka bekerja, gaji mereka sangat rendah, sementara berbagai subsidi bahan pokok sudah dicabut.
Meskipun kemiskinan merajalela di Tunisia, situs resmi pemerintah AS tetap memuji negeri ini, "Kebijakan ekonomi Tunisia yang bijaksana, didukung oleh Bank Dunia dan IMF telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang stabil, tingkat ekspor yang sehat, sektor turisme yang kuat, dan kondisi yang baik untuk produksi pertanian." Situs resmi IMF juga tak ketinggalan memuji Tunisia karena telah melakukan "manajemen ekonomi makro yang bijaksana" sehingga mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi global.
Kita, bangsa Indonesia, pasti sudah sangat familiar dengan situasi seperti ini. Sejak tahun 1980-an Indonesia juga mengadopsi kebijakan IMF dan Bank Dunia (dua lembaga renternir yang saling mendukung dalam upaya menjerat negara-negara Dunia Ketiga dalam hutang tak berkesudahan). Indonesia pun mengalami kemajuan ekonomi pesat sehingga dipuji-puji sebagai calon "Macan Asia". Banyak orang terlena, silau oleh kemegahan bangunan-bangunan dan proek-proyek yang dibangun dengan hutang. Pondasi ekonomi liberal yang dibangun Indonesia atas petunjuk IMF ternyata sangat rapuh sehingga langsung roboh saat krisis moneter 1997. Lagi-lagi, IMF pula yang datang mengulurkan dana. Kisahnya persis bak pasien sekarat yang sudah tahu bahwa dokternyalah yang selama ini memberi racun, namun tetap datang ke dokter yang sama.
Kita pun tahu situasi selanjutnya. Ekonomi kolaps, rakyat semakin miskin, mahasiswa marah, dan kita pun beramai-ramai bangkit menggulingkan rezim Soeharto melalui berbagai aksi demonstrasi. Sayang, 13 tahun kemudian, kita masih berkubang di lumpur yang sama. Antek-antek rezim lama masih terus bercokol dan hanya mengganti slogan. Jumlah penduduk miskin terus meningkat, hampir semua bank dan BUMN dikuasai asing, kontrak-kontrak pertambangan yang tidak adil tetap dilanjutkan (lihat kasus Freeport dan ExxonMobil). Privatisasi semakin merajalela, bahkan merambah ke bidang-bidang yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara: pendidikan, kesehatan, air minum, dan listrik. Demokrasi liberal pasca reformasi ternyata gagal memunculkan pemimpin yang benar-benar mengabdi untuk rakyat. Demokrasi liberal hanya membuka peluang bagi individu-individu yang bermodal besar untuk berkuasa (dan dianggap legal karena toh hasil ‘pilihan rakyat'). Pemilu hanya menjadi ajang jual citra dan pesta iklan di media-media. Pemerintah baru melanjutkan kebiasaan lama: menimbun hutang dan membayarnya dengan menjual BUMN dan konsesi berbagai tambang.
Situasi Indonesia hari ini persis seperti salah satu penggalan lirik lagu band The Who, "meet the new boss, same as the old boss." Rakyat berjuang menggulingkan rezim lama, tapi rezim baru ternyata setali tiga uang meski bertopeng demokrasi dan reformasi. Lagi-lagi rakyat yang menjadi korban.
Agaknya, Tunisia perlu belajar dari pengalaman Indonesia agar tak terjatuh dalam lubang yang sama. Mereka tak boleh membiarkan tokoh-tokoh rezim lama (yang sudah pasti kini berganti baju dan slogan) tetap menguasai pemerintahan. Reformasi ternyata tidak berhenti pada penggulingan sebuah rezim, namun bagaimana membangun rezim baru yang kokoh, yang tidak mau lagi dikibuli IMF dan kroni-kroninya. Reformasi yang sukses ternyata harus diiringi dengan kecerdasan dalam berdemokrasi, mampu memilih pemimpin yang benar, tak tergoyahkan oleh tipuan-tipuan kapitalis yang selalu ingin mempertahankan kekayaan dalam setiap masa. Reformasi ternyata memerlukan seorang pemimpin berintegritas tinggi, sudah memiliki konsep yang matang, dan mampu memimpin bangsa ke arah yang lebih baik, bukannya jatuh ke lubang yang sama. Dan untuk yang satu ini, Tunisia (juga Indonesia) sepertinya perlu belajar kepada Iran. (IRIB/29/1/2011)Ada Keganjilan Sebelum Timnas ke Malaysia ..Inilah kronologisnya :
Dana BOS Dihentikan..Guru tidak digajih..!!!!! Kepala Sekolah jadi tersangka ???
MARTAPURA - Hafizah, murid kelas 1 Ula Pondok Pesantren (Ponpes) Baitul Atiq, Desa Tambak Baru, duduk di lantai. Bersama 26 santri lainnya, dia serius menimba ilmu agama.
"Saya sudah terbiasa seperti ini. Belajar menggunakan meja seadanya," ungkap Hafizah, Senin (31/1/2011).
Tak hanya sarana belajarnya memprihatinkan, nasib gurunya juga. Sudah dua bulan ini, honor guru tidak bisa dibayarkan. Ini akibat kebijakan Kementrian Agama Kabupaten Banjar yang mencabut status wajib belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun terhadap puluhan pondok pesantren di Kabupaten Banjar, termasuk Baitul Atiq.
Kepala Ponpes Baitul Atiq, Gt Nazamuddin, mengatakan pada tahun ajaran 2009, ponpesnya menjalankan program wajar Dikdas sembilan tahun.
"Untuk program wajar Dikdas tersebut kami mengambil waktu malam hari, selama tiga kali sepekan. Kami pun mendapat dana BOS wajar Dikdas sebesar Rp 7,8 juta per triwulan. Dana tersebut digunakan untuk operasional seperti beli alat tulis dan honor guru," ujarnya.
Menurut Nazamuddin, sekitar lima triwulan mereka mendapatkan dana BOS wajar Dikdas tersebut. "Selama dana bos kami terima, santri tidak lagi kami pungut biaya pendidikan," ujarnya.
Selain itu, honor guru yang tadinya Rp 200 ribu per bulan ditingkatkan menjadi Rp 300 ribu per bulan. "Namun September 2010, kami tidak lagi mendapat dana wajar Dikdas. Penyebabnya, ponpes kami tidak lagi termasuk dalam program wajar Dikdas dan kembali menjadi ponpes yang mengajarkan murni ilmu agama.
"Kami tidak tahu kenapa kami tidak lagi masuk wajar Dikdas. Padahal, kami juga mengajarkan enam pelajaran pendidikan dasar. Itulah yang kami sesalkan, karena permasalahaan di ponpes lain kemudian semua ponpes juga terkena imbasnya," ujarnya.
Semenjak dana BOS tidak diterima lagi, katanya, ponpes tidak bisa lagi membayarkan honor guru.
"Untuk saat ini guru masih tetap mengajar. Hal ini yang menjadi beban pikiran kami. Kasihan mereka. Mereka juga perlu menghidupi anak istrinya," ujar Nazamuddin.
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banjar, HM Quzwini mengatakan, ada perbedaan persepsi tentang program Dikdas Wajar 9 tahun.
Menurutnya, pengelola ponpes mengira semua ponpes bisa masuk program tersebut. Padahal, petunjuk teknis dari kementrian agama tidak demikian.
"Hanya ponpes atau madrasah yang benar-benar menjalankan secara reguler mata pelajaran umum, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan IPS, yang bisa terdaftar program tersebut," ujarnya.
"Santri yang pagi hari sekolah di SDN Negeri, juga tidak berhak dihitung mendapatkan dana BOS Dikdas Wajar 9 tahun di madrasah, karena sudah mendapatkan dana BOS di sekolah negeri," tambahnya.
(wid)
BANJARBARU - Sendiri. Itulah yang dirasakan Kepala SMAN 2 Banjarbaru Khairil Anwar setelah menjadi tersangka kasus penerimaan siswa baru (PSB).
"Seolah-olah kami ini dilepas oleh induknya, yakni Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru. Kenapa tidak angkat bicara, tidak bertanggung jawab dan seolah cuci tangan. Dalam hati kecil ini, saya hanyalah korban," ujar Khairil saat ditemui di kantornya, Senin (31/1/2011).
Warga Ratu Elok Kelurahan Sungai Besar, Banjarbaru Selatan ini pun beralasan surat edaran provinsi tentang PSB diterimanya setelah penerimaan siswa di sekolahnya selesai. "Saya terima surat edaran tentang PSB pada 17 Agustus. Padahal disurat tersebut tertera tanggal 30 Juni. Jika saya menerima surat itu sebelum PSB, saya tidak berani menerima siswa baru di luar kuota," bebernya.
Dalam surat itu disebutkan jika hendak menerima siswa baru di luar kuota maka harus diserahkan ke kepanitiaan. Panitia ini Disdik.
Khairil sangat berharap Disdik Kota Banjarbaru berkomentar. "Kami diberi izin oleh disdik," katanya.
Khairil juga membantah menerima suap. "Saya tidak terima dikatakan menerima suap. Suap menyuap itu sifatnya perseorangan. Misal saya dengan orangtua siswa, ini kan ada panitia," ujarnya.
Kepala Disdik Kota Banjarbaru, Firdaus Hazairin enggan mengomentari pernyataan Khairil. " Proses sudah masuk ke ranah hukum. Tentu kita serahkan segala sesuatunya ke proses hukum yang sedang berjalan ini," ujarnya.
Disinggung kenapa surat edaran dari provinsi dibagikan sesudah PSB, Firdaus juga tidak banyak komentar. "Kondisi tidak seperti itu. Lagian informasi PSB sudah ada dan selalu sama tiap tahun. Aturannya itu-itu juga, tidak ada yang berubah," tegasnya. Berkas perkara Khairil telah dilimpahkan Unit Tipikor Polres Banjarbaru ke Kejaksaan Negeri Banjarbaru.
Kasipidsus Kejari Banjarbaru, Bagus Wicaksono mengatakan memiliki waktu 14 untuk meneliti berkas tersebut.
(kur)
Antara Haul dan Maulid Nabi
28 Safar diyakini oleh sebagian umat Islam sebagai tanggal wafat Nabi Termulia Muhammad saw. Di Indonesia peringatan haul selalu menjadi tradisi dan simbol relejiusitas di kalangan masyarakat santri sejak dakwah Wali Songo. Namun yang diperingati adalah ulama atau kakek dan ayah atas inisatif keluarga. Karena itulah, acara haul Nabi Muhammad terasa aneh.
Lebih penting manakah antara memperingati kelahiran atau wafat Nabi? Apakah kita hanya perlu mensyukri kelahirannya, dan tidak mengenang detik-detik terakhir dalam hidupnya? Tidakkah wafat manusia paling sempurna ini perlu dikenang sambil merenungi pesan-pesannya yang pasti sangat monumental? Adakah persitiwa-peristiwa penting menjelang dan sesudah wafatnya? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini pasti muncul di benak setiap Muslim yang kritis dan ‘melek sejarah’.
Sejarah mencatat, dalam perjalanan pulang dari haji terakhir, dikenal dengan Haji Wada’ (Haji perpisahan), Nabi memberikan sinyal-sinyal perpisahan melalui khotbah dan serangkai pernyataan yang amat memilukan. Para sejarawan tidak hanya menyebut nama tempat upacara perpisahan yang terletak antara Mekah dan Madinah itu, namun merincikan jumlah peserta yang hadir saat itu.
Sesampai di Madinah pun, Nabi yang mulai terlihat kurang sehat, masih harus memikirkan umat dan negara yang dibangunnya. Sepak terjang dan provokasi negeri jiran di sebelah selatan yang dipimpin oleh Heraclitus membuatnya harus mengabaikan rasa sakit dan penat. Lelaki yang bernama Ahamd di langit ini memberikan sebuah instruksi kepada setiap semua lelaki yang sehat jasmani agar bersiaga perang di bawah komando Usamah bin Zaid. Keseriusan ini menunjukkan betapa Nabi, yang lemah karena sakit, masih menomerduakan dirinya demi kepentingan umat dan demi tanggungjawabnya.Ia harus keluar dari rumah sembari mengenakan selimut dan berseru agar setiap orang keluar dari Madinah karena kerajaan Romawi telah mengerahkan brigade pasukan kavelri untuk melakukan pembersihan terhadap warga yang memeluk Islam dalam wilayah kekuasaannya, termasuk gubernur Syam, Farwah bin Amr al-Jazami.
Sejarah menyaksiakan, teriakan parau Nabi teragung itu bak gayung tak bersambut. Pasukan yang sudah bergerak meninggalkan Madinah itu, tiba-tiba bubar. Isu tentang ‘kematian Nabi’ telah menjadi alasan aksi ‘mogok’ itu. Sampai-sampai, sang Komandan, Usamah bin Zaid, yang masih muda, juga ikut pulang ke Madinah.
Sejarah juga mencatat bahwa saat terbujur di atas ranjang, beliau meminta secarik kertas dan setangkai pena sebagai konfirmasi akhir atas pesan-pesan yang berulang telah disampaikannya terutama di Hajatul-wada’. Namun, apa hendak dikata, bising dan desak-desakan pengunjung yang membesuk di rumah kecil itu membuat suaranya seakan tertelan dan lenyap.
Pesannya, “Umatku, umatku umatku…! Janganlah berbalik arah! Jangan letakkan pedang di atas leher sesamu! ‘ semestinya didengungkan terus menerus agar umat Islam tidak menari dengan genderang musuh dan tidak merusak citra Islam dengan ekstrimitas, intoleransi dan fanatisme. Karena itulah, meperingati wafat Nabi, meski belum mentardisi, bukanlah sesuatu yang tidak perlu diselenggarakan.
Mungkin sudah saatnya umat Islam memasukkan agenda kesedihan dan duka dalam kalender hari besar, selain agenda riang dan kegembiraan seperti Maulid dan lainnya. Bukankah kita dianjurkan oleh Allah untuk lebih banyak menangis dan sedikit tertawa? Yang jelas Muhammad saw sedang menangis sedih melihat sesama umat Islam saling mengkafirkan dan menyesatkan.
sumber:By MuhsinLabib/http://www.muhsinlabib.com/uncategorized/antara-haul-dan-maulid-nabi
Komentar Terbaik :
Haul Rasulullah dan Kematian
Assalâmu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillâh wa shalâtu wa salâm ‘alâ Rasûlillâh Muhammad ibn Abdillâh wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa man walah.
Bapak, ibu, hadirin-hadirat yang berbahagia, saya bersyukur kehadirat Allah karena masih bisa hadir dalam suatu peringatan wafatnya Rasulullah. Manusia yang paling mulia. Manusia yang kalau menyebutkan namanya mendapat pahala. Bahkan siapa yang mengeraskan suaranya dihadapan Rasulullah akan mendapatkan siksa. Al-Quran telah menyebutkan:
يَأيهَا الذِيْنَ ءامَنُوا لا تَرفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَبِيّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أعْمَالَكُمْ وَأنْتُمْ لا تَشْعُرُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. (QS. Al-Hujurât : 2)
Orientalis mengatakan bahwa ayat ini tidak perlu lagi lagi kita gunakan karena Nabi sudah wafat. Mereka lupa bahwa anak cucu Nabi Rasulullah masih ada. Sehingga sebagian ulama tafsir mengatakan jangan mengangkat suaramu dihadapan sulalâturrasûl (para pewaris rasul). Kalau sekarang ini kuburan Rasul ada di Madinah, orang yang berada di sekitar kuburan itu dilarang berteriak. Pada suatu ketika ada orang-orang Badui, ada yang mengatakan istilahnya al-a’rab, bercakap-cakap dan bercanda di hadapan kuburan Rasulullah.
Salah satu riwayat mengatakan bahwa Sayyidina Ali KW marah, dan dia mengatakan, “Tidakkah kamu tahu bahwa di sini dikuburkan orang yang paling mulia sepanjang kehidupan manusia?” Dan sebagian hali tafsir yang lain mengatakan bahwa kalau ada orang sementara duduk untuk membicarakan tentang keadaan Rasulullah, tentang kehidupan Rasul, maka jangan mengangkat suara lebih besar daripada orang yang bershalawat kepada Rasulullah.
Ayat ini juga menggambarkan kepada kita bahwa Rasulullah begitu mulia, begitu agung, sehingga Allah menyebutkan akan terhapus amalmu kalau engkau mengangkat suaramu lebih besar dari suara Nabi, akan terhapus amalmu kalau engkau ingin menyamakan Nabi dengan orang biasa. Dari sinilah para ulama tafsir mengatakan bahwa seseorang yang mencitai Rasul pasti akan mendapat imbalan surga.
Kita semua tentu mencintai rasul. Saya, tadi sore merasa kurang enak badan. Suatu saya ditelepon, saya katakan, “Insyallah saya datang,” karena cinta saya kepada Rasul. Dan tadi qâri kita membacakan ayat:
محمد رَسُوْلُ الله والذِيْنَ مَعَهُ أشِدّاءُ عَلَى الكُفَار رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكعًا سُجدًا يَبْتَغُوْنَ فَضْلاً مِنْ الله وَرِضْوَانًا سِيْمَاهُمْ في وُجُوْهِهِمْ مِنْ أثَرِ السُجُوْدِ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (QS. Al-Fath : 29)
Saya selalu berharap bahwa kita ini pasti mati. Tidak ada seorang pun yang tidak mati. Salah satu riwayat dikatakan orang yang takut mati itu tandanya masih ada dosa, sedangkan kita ingin mati dengan mendapatkan syafaat di hari kemudian oleh Rasulullah. Karena itu tadi pada sore hari tadi saya katakan kalau saya mati dalam perjalanan atau dalam melaksanakan dakwah untuk orang mencintai Rasul maka pasti saya menjadi umat Rasul. Pasti saya akan mati dalam keadaan syahid. Karena saya tahu mati itu suatu hal yang pasti.
Ada salah satu riwayat pernah Sayyidina Ali ditanya, “Apa yang pasti di dunia ini?” Kemudian Sayyidina Ali bertanya balik, “Menurut engkau apa yang pasti?” Orang itu mengatakan, “Yang pasti adalah terbitnya matahari besok.” Sayyidina Ali kemudian menjawab, “Kenapa engkau pastikan terbit matahari besok. Mengapa engkau begitu yakin?” “Karena itu setiap hari terbit.” Sayyidina Ali berkata, “Tidak, itu tidak pasti. Tapi yang pasti bahwa semua orang akan mati.”
Kalau kita sudah tahu bahwa kita akan mati maka seharusnya kita mempersiapkan diri untuk mati. Bagaiman caranya mempersiapkan diri? Sesuai dengan ayat tadi, Muhammad rasûlullâh. Muhammad itu utusan Allah. Walladzîna ma’ahu. Dan orang-orang yang beserta Rasul. Kita semua beserta rasul. Saya yakin kita semua yang datang ke sini ingin bersama-sama Rasul. Paling tidak kita ingin syafaat Rasul. Assyidda ‘alâl kuffar. Tegas terhadap orang-orang kafir. Kalau kita lihat kondisi dunia sekarang, negara mana yang tegas terhadap orang-orang kafir. Saya tidak perlu mengajari bapak-bapak dan saudara-saudari sekalian. Tahu sendiri. Berani menghadapi orang-orang kafir walaupun mereka besar, kaya, dan kuat. Ruhamâ`u bainahum. Kasih sayang bersama mereka.
Alhamdulillah kita masih tergolong orang-orang mukmin yang kasih sayang sesama kita. Tadi disebutkan mudah-mudahan yang memelihara kuburan Rasul adalah orang-orang yang mau dan mncintai Rasul. Kita tidak ingin tanah suci itu dikuasai oleh orang-orang yang tidak cinta kepada Rasul dan keluarga Rasul.
Saya membayangkan, coba kita bayangkan, bagaimana kalau kita dikafan, kita dikubur, kita dengan siapa? Kita sendiri tidak ada teman. Tidak ada orang yang bisa membantu kita. Pada saat itu yang membantu kita ialah amal kita sendiri. Dan hari ini kita lakukan peringatan wafat Rasul yang memberikan amal buat kita yang akan membantu kita dikubur nanti.
Bapak, ibu dan saudara terhormat, orang-orang yang beserta Rasul itu rukuk dan sujud, maksudnya shalat. Yabtaghû minallâh. Mereka menghendaki keutamaan dari Allah. Karena itulah pada kesempatan ini saya menganjurkan pada diri saya sendiri dan para hadirin terhormat, mari kita pelihara shalat kita mari kita mencitai rausl, mari kita berbuat tegas terhadap orang kafir dan sifat kekafiran dan mari kita saling kasih sayang. Saya heran mengapa masih ada yang mengaku Islam tapi tidak kasih saya terhadap sesamanya, masih ingin merusak, masih ingin menghancurkan padahal tidak ada bedanya di antara mereka.
Dulu pada tahun 1939 di Pulau Jawa terjadi perselisihan yang sangat keras antara kelompok yang mengaku Ahlus Sunnah dengan kelompok yang mengaku bukan Ahlus Sunnah. Kalau sekarang ini sudah berubah, kelompok Syiah dan kelompok Sunni. Saya heran mereka mengaku Muslim, mengaku Al-Quran sama, kiblat sama, Rasul sama, mengapa masih ada di antara kita yang saling membenci. Padahal ruhamâ`u bainahum, seyogyanya kasih sayang di antara mereka. Karena itu pada kesempatan ini saya menghimbau kepada saudara-saudara Muslim, jangan terpikir untuk selalu mencemooh dan mencela orang lain. Mencela orang lain sama dengan mencela diri sendiri, memaki orang lain sama dengan memakai diri sendiri. Dan ini saya jelaskan di hadapan siapa saja, di mana-mana saya ceramah seluruh Indonesia. Al-Quran mengajarkan ruhamâ`u bainahum, kalau kita ingin menjadi pengikut Muhammad SAW.
Saya terharu karena jarang sekali kita mempringati wafatnya Rasul. Yang sering kita peringati naulid Rasul. Apa bedanya? Maulid saat kelahiran, dan wafat saat kembali rasul ke rahmatullah. Kalau maulid kita bersuka ria karena lahir seorang yang paling mulia, tapi hari wafatny kita semestinya bersedih. Kita bersedih karena sudah tidak ada orang yang memimpin kita lagi dan karena itu banyak orang minta supaya mimpi Rasul. Saya setiap pergi ke Madinah, berulang kali saya ke Madinah selalu meminta, “Ya Allah saya ingin mimpi Rasul,” tapi tidak pernah mimpi Rasul. Saya mimpi kadang-kadang orang yang berpakaian Arab. Tapi bukan rasul. Apalagi saya pernah membaca siapa yang memimpikan Rasul itu benar-benar Rasul, karena setan tidak bisa menyerupai rasul.
Karena itu saya dan kita bersedih. Kalau ayah kita meninggal kita bersedih. Tapi kalau Rasul meninggal dan memang sudah meninggal kita tidak pantas untuk tidak melakukan suatu kegiatan, memperingati wafatnya Rasul. Sehingga kita sadar bahwa kita pasti akan meninggal. Kalau kita sudah sadar bahwa kita pasti akan meninggal, Insya Allah itu tanda-tanda yang baik buat kita. Kalau kita tidak yakin bahwa kita akan mati, barang kali kita perlu memmbaca riwayat tentang wafatnya Rasul.
Bapak dan ibu tahu bahwa Rasul itu wafat setelah berulang kali malaikat datang untuk menyampikan pesan Allah. “Wahai Muhammad Rasulullah, maukah engkau diperpanjang umurmu?” Apa jawab Rasulullah? “Tidakkah Allah berfirman:
لا يَسْتَأخِرُوْنَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. Al-A’râf : 34). Apa beda saya dengan manusia biasa?”
Karena itu dia tidak minta untuk diperpanjang usianya, tapi diberi tahu oleh Allah bahwa malaikat pencabut nyawa akan datang pada saat-saat ini. Di tempat ini saya ceritakan juga dulu bagaimana sewaktu Rasulullah akan wafat. Bapak dan ibu tahu waktu Rasulullah akan wafat orang yang pertama dia beri tahu adalah putrinya, Fathimah Az-Zahra. Karena putri inilah yang paling dekat dengan beliau, yang melahirkan cucunya, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain, yang dianggap oleh Rasulullah sebagai anaknya. Dia beritahu, “Wahai Fathimah, sudah hampir sampai ajal saya.” Fathimah menangis dan setelah itu air mata Fathimah jatuh di jenggot Rasulullah. Rasulullah memeluk Fathimah, ”Ya Fathimah, jangan engkau menangis karena engkau bersama dengan saya di surga.” Jadi orang yang paling dipastikan masuk surga itu hanya Fathimah Az-Zahra.
Kemudian Rasulullah bertanya, “Mana suamimu?” Maksudnya Ali bin Abi Thalib. Sampaikan juga kepada Ali pesannya, “Wahai Ali, engkau yang memandikan saya.” Kenapa Sayyidina Ali yang di minta memandikan? Karena beliaulah yang paling paham tentang aturan agama, paling tahu tentang keadaan Rasul, dan karena beliau yang paling tidak pernah dosa mensyarikatkan (mensekutukan—edt.) Allah. Di antara sahabat-sahabat Rasulullah hampir semua mensyarikatkan Allah. Sahabat yang empat, yang disebut Khulafa Ar-Rasyidin, Abu Bakar, Umar, Utsman, pernah mensyarikatkan Allah. Sedangkan Sayyidina Ali tidak pernah mensyarikatkan Allah.
Di dalam riwayat itu juga disebutkan bahwa Fathimah Az-Zahra karena kesedihannya tidak berapa lama kemudian beliau mengikuti jejak ayahnya, Rasulullah. Karena memperingati wafatnya Rasulullah sangat penting. Saya kira umat Islam mestinya sadar bahwa memperingati wafatnya Rasulullah adalah sangat baik untuk mengenang dan membimbing kita ke arah memahami tentang kematian.
Bapak dan ibu yang terhormat, satu lagi yang ingin saya sampaikan, kalau kita menyebut nama Rasulullah jangan kita menyebut nama “Muhammad” saja. Ada orang kadang-kadang mengatakan “Itukan Muhammad”. Jangan! Allah memperingatkan kepada kita:
وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ
Janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain
Kalau orang panggil nama saya Umar, itu tidak masalah. Tapi orang panggil nama “Muhammad” jangan hanya nama Muhammad. Sertai dengan shalawat. Panggil dengan nama, misalnya, kalau dikalangan Syafi’i disebutkan dengan Sayyidina Muhammad shalallâhu ‘alaih was salâm. Tapi dikalangan mazhab yang lain ada yang tidak menyebutkan sayyidina. Tidak masalah, tetapi jangan menyebut hanya Muhammad.
Ada orang kadang-kadang begitu arogansinya dengan membuat karikatur tentang Nabi Muhammad. Dia membuat gambar lukisan tentang beliau padahal itu semua tidak dibenarkan dalam ajaran agama. Jangan kita panggil seperti nama saudara kita yang lain. Kita baca shalawat, perbanyaklah sahalat. Satu riwayat ada seorang yang selalu mengambilkan air Rasulullah. Pada suatu ketika sahabat itu diberi tahu oleh Rasulullah, “Saya sudah sangat berat. Kamu selalu mengamblikan air buat saya. Kalau saya mau berwudhu engkau siapkan air.” Rasulullah kemudian bertanya, “Saya ingin balas. Apa yang engkau inginkan?” Sahabat itu menjawab, “Saya ingin bersama Rasulullah di surga.” Terhentak rasulullah. Orang ingin bersama dengan Rasulullah di surga. Rasulullah mengatakan, “Bantu saya untuk bersama-sama kita nanti di surga.” Salah satu riwayat mengatakan, “Perbanyak zikir.” Riwayat lain mengatakan, “Perbanyak shalawat.” Jadi kalau kita ingin masuk surga bersama Rasulullah, mari kita perbanyak shalawat kepada beliau.
Baiklah bapak dan ibu terhotmat karena saya sudah lelah, mengingat umur saya yang sudah 70 tahun, Alhamdulillah. Saya mohon maaf kalau tidak bisa memenuhi harapan bapak dan ibu sekalian. Tapi yakinlah bahwa saya selalu bersama dengan bapak dan ibu, dan Insya Allah kita akan bersama-sama dengan Rasulullah di surga. Karena kita semua cinta kepada beliau, mengagungkan beliau dan membesarkan beliau. Terima kasih, mohon maaf. Wassalâmu’alaikum wa rahmatullâh wa barakâtuh.
Sumber: Buletin Syiar Edisi Maulid/Rabiul Awal 1430 H. Ceramah disampaikan pada peringatan Haul Rasulullah SAW pada tanggal 28 Shafar 1430 H di Islamic Cultural Center, Jakarta.
Transkrip © ejajufri
sumber:https://ejajufri.wordpress.com/2009/03/10/haul-rasulullah-dan-kematian/
Kekayaan Hosni Mubarak Rp 287 Triliun !!!!!!!
Presiden Mesir Hosni Mubarak telah berkuasa selama 30 tahun di Mesir. Selama itulah dia memumpuk kekayaan, menurut situs Daily Telegraph, kekayaan Mubarak mencapai 20 miliar pounds atau sekitar Rp 287 triliun.
Kekayaan Mubarak ini sebagian disimpan di sejumlah rekening bank di Swiss, Amerika Serikat dan Inggris. Sebagian lagi hartanya berupa properti yang tersebar di Los Angeles, Washington dan New York. Sejak berkuasa pada 1981, Mubarak mampu membuat negara di Afrika Utara itu stabil. Rahasianya, dia membangun hubungan baik dengan negara-negara Barat dan Israel. Namun di balik kestabilan, korupsi, kemiskinan dan kekerasan oleh negara tumbuh subur di Mesir.
Mubarak lahir 1928 di desa Kahel-el-Meselha. Dia tamat dari Akademi Militer pada 1949. Setelah perang Arab-Israel, Mubarak mendapat promosi menjadi Kepala Angkatan Udara Mesir, inilah pintu pertama dia masuk ke lingkaran elit politik.
Mubarak dikenal seorang pembantu setia Presiden Mesir Anwar Sadat. Dia diangkat jadi Wakil Presiden oleh Anwar Sadat pada 1975. Sejak itu dia memainkan peranan penting: membangun hubungan dengan negara-negara barat. Pada 1981, Sadat dibunuh, Mubarak naik menjadi orang nomor satu di Mesir.
Satu bukti kedekatan Mubarak dengan negara Barat, yakni ketika bekas Perdana Menteri Inggris Tony Blair menghabiskan liburan di vila mewah Mubarak di Laut Merah. Blair bersama keluarganya menginap di vila bernama Sharm-el-Sheikh.
Mubarak menikah dengan Suzanne, yang berdarah campuran, Mesir-Inggris. Ayah Suzanne, Saleh Thabet, yang berprofesi sebagai dokter anak bertemu dengan Lily May Palmer, suster yang tumbuh dewasa di Wales. Mereka bertemu di London. Saleh kemudian menikah dengan Lily, dan lahirlah Suzanne.
Dalam sebuah wawancara dua tahun lalu, Suzanne mengatakan masih memiliki saudara sepupu di Inggris. “Aku sangat nyaman dengan dua budaya ini, dua bahasa, dua dunia yang berbeda,” kata ibu negara berusia 69 tahun tersebut.
Mubarak dan Suzanne memiliki dua anak laki-laki, Alaa dan Gamal. Keduanya berkarir di bidang keuangan. Alaa, si sulung, jarang muncul dan tidak tertarik politik. Sedangkan Gamal, 47, lebih sering terlihat dan lebih dikenal orang.
Gamal terjun ke dunia politik pada 2000. Ayahnya menunjuk dia menjadi Sekretaris Jenderal partai berkuasa, National Democratic Party. Gamal lulusan American University di Kairo, dia bekerja di Bank of America, Mesir lalu pindah ke London. Dia tinggal di sebuah rumah mewah 5 lantai di kawasan elit London, Knightsbridge.
Di rumah bergaya Georgian seharga 8,5 juta pounds atau sekitar Rp 122 miliar, Suzanne kini tinggal. Dia dikabarkan telah terbang ke Inggris dengan membawa 100 kopor. [TEMPO]
sumber:http://kabarnet.wordpress.com/2011/02/01/kekayaan-hosni-mubarak-rp-287-triliun/
Militer Mesir Akhirnya Berpihak pada Rakyat, Selamat Tinggal Mubarak!
Militer Mesir Senin sore waktu setempat (31/1) mengumumkan tuntutan masyarakat dan aksi protes di jalan-jalan selama sepekan sebagai tindakan legal yang sama sekali tidak melanggar hukum. Pernyataan itu disampaikan oleh Jurubicara Militer Mesir dalam statemen resmi yang ditayangkan langsung oleh televisi lokal.Berdasarkan laporan tersebut, militer mengaku bahwa aksi protes masyarakat selama sepekan terakhir konstitusional. Untuk itu, militer Mesir tidak akan menggunakan senjata dan kekerasan dalam menghadapi para pengunjuk rasa.
Pernyataan resmi militer yang dirilis kantor berita resmi Mesir, Middle East News Agency (MENA) juga menekankan kebebasan bereksperesi secara damai dan aman bagi seluruh pihak. Televisi lokal Mesir dalam berbagai laporannya juga meyakinkan bahwa militer tidak akan menggunakan kekerasan dalam menghadapi para pendemo.
Sementara itu, para analis politik selama ini menilai militer sebagai pertahanan terakhir Mubarak dalam mempertahankan kekuasaannya. Menyusul statemen resmi militer tersebut, Mubarak benar-benar berada di ambang kehancuran menyusul nasib diktator Ben Ali.
Sebelum pengumuman dirilis, Mubarak mengambil sumpah para anggota kabinet baru. Meski demikian, militer tetap berpihak pada rakyat. Selamat tinggal Mubarak!!! (IRIB/ Farsnews/AR/1/2/2011)Terbentuk Kabinet Dagelan Versi Mubarak
Ahmed Shafiq setelah diangkat sebagai Perdana Menteri baru Mesir, ditugaskan membentuk kabinet. Sistem pemerintah di Mesir memposisikan status perdana menteri sebagai kepanjangan tangan dari presiden. Bahkan presiden mempunyai kuasa penuh untuk memberhentikannya. Untuk itu, pengangkatan Shafiq sebagai perdana menteri baru tidak akan mendatangkan perubahan signifikan di negara ini. Hal inilah yang membuat para pengunjuk rasa kian tidak puas atas rezim Mubarak. Bahkan jumlah pendemo kian bertambah pasca penunjukkan Ahmad Shafiq sebagai Perdana Menteri Mesir. Berdasarkan laporan dari berbagai sumber, jumlah pendemo di Kairo pada hari Senin bertambah menjadi setengah juta.
Senin sore waktu setempat (31/1), anggota-anggota kabinet yang ditunjuk Ahmed Shafiq mengambil sumpah jabatan depan Presiden Hosni Mubarak. Pelantikan itu langsung disiarkan oleh televisi lokal Mesir.
Dalam susunan kabinet baru terdapat sejumlah menteri baru seperti Gaber Asfour sebagai Menteri Kebudayaan, Samiha Fawzy sebagai Menteri Perdagangan, Samir Redwan sebagai Menteri Keuangan, Mahmoud Wajdi sebagai Menteri Dalam Negeri, Sameh Ahmed Younis sebagai Menteri Energi dan Listrik dan Mamdouh Marei sebagai Menteri Keadilan.
Sementara itu, ada beberapa wajah lama yang tetap dipertahankan dalam kabinet baru seperti Menteri Penerangan, Anas Al-Faki, Menteri Luar Negeri, Ahmed Aboul Gheit, Menteri Pertahanan Mohammed Hussein Tantawi, Menteri Perminyakan Sami Fahmi dan Menteri Parlemen, Mufid Shehab.
Sejumlah pengamat menilai pembentukan kabinet baru sebagai lelucon rezim Mubarak. Apalagi posisi-posisi strategis tetap mempertahankan wajah lama. Ini menunjukkan bahwa Mubarak sendiri tidak mempunyai alternatif untuk melakukan perubahan signifikan. Untuk itu, mundurnya Mubarak adalah jalan keluar yang tepat.
Skenario Berbahaya, Mubarak Kerahkan Penembak Jitu
Seorang purnawirawan polisi Mesir, Omar Afifi, mengkonfirmasikan masuknya senjata-senjata dari Israel untuk membantai para pengunjuk rasa serta penempatan pasukan penembak jitu di gedung-gedung tinggi untuk meneror para pemimpin kelompok oposisi yang ikut dalam demonstrasi.
Kantor Berita AFP melaporkan, Afifi dalam wawancaranya dengan televisi BBC bahasa Arab mengatakan, "Pemerintahan perang telah terbentuk di Mesir dan pemerintahan itu terdiri dari Wakil Presiden, Omar Sulaiman yang sebelumnya menjabat sebagai ketua dinas rahasia negara, dan Ahmad Shafik, Perdana Menteri Mesir. Saat ini pemerintahan tersebut tengah bekerjasama dengan musuh, Israel."
Ditambahkannya bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari lembaga-lembaga keamanan dalam negeri, senjata-senjata yang digunakan oleh para penembak jitu Mesir itu disuplai dari Israel dan dikirim dengan menggunakan dua helikopter.
Lebih lanjut dijelaskannya, "Saat ini, kondisi sangat berbahaya karena sejumlah penembak jitu telah di tempatkan di gedung-gedung tinggi untuk meneror para pemimpin kelompok oposisi. Saya menyatakan bahwa kondisi ini sangat berbahaya karena mungkin dalam beberapa jam mendatang rezim Mubarak akan melakukan pertumpahan darah. Oleh karena itu saya menuntut masyarakat internasional segera turun tangan untuk mencegah hal itu terjadi."
Di bagian akhir wawancaranya, Afifi mengatakan, "Anda tentu mengetahui bahwa baik Mubarak maupun wakilnya, Omar Sulaiman, keduanya memiliki hubungan baik dengan rezim Zionis Israel. Jelas bahwa masuknya senjata dan penembak jitu dari Israel ke Kairo akan sangat berbahaya. Karena alih-alih meredam demonstrasi, justru akan membuat warga semakin marah."
Afifi juga meminta seluruh aparat keamanan pemberani Mesir untuk bergabung dengan rakyat.(IRIB/MZ/SL/31/1/2011)Menhan Mesir: “Kondisi Masih Terkontrol”
Puluhan ribu warga masih memenuhi jalan-jalan di Kairo khususnya di Bundaran Tahrir dan bahkan jumlah mereka semakin hari semakin meningkat. Menteri Pertahanan Mesir, Mohammad Hosein Tantawi, mengklaim bahwa "kondisi masih terkontrol."
Pernyataan itu dikemukakan Tantawi hari ini (31/1) saat meninjau gedung televisi nasional an-Neil. Ia juga menyampaikan statemen yang dirilis militer agar masyarakat tidak melanggar pemberlakuan kondisi darurat militer yang ditetapkan untuk Kairo, Iskandariyah, dan Suez.
Televisi an-Neil yan merupakan corong propaganda rezim Hosni Mubarak menambahkan bahwa hingga kini 3.200 orang ditangkap dan pihak militer terus memperkuat barisan pasukannya di Kairo.
Sumber tersebut melabel para warga yang tertangkap sebagai "pembuat onar" atau "tahanan pelarian".
Namun menariknya, televisi nasional Mesir ini sama sekali tidak meliput aksi unjuk rasa luas yang terjadi di Bundaran Tahrir dan secara berkesinambungan menyiarkan wawancara dengan berbagai tokoh. Tokoh-tokoh tersebut selalu mengeluhkan peristiwa yang terjadi saat ini dan menuntut penindakan tegas terhadap para "perusuh".
Selama berjam-jam televisi pro-Mubarak itu hanya menayangkan tempat berjejernya tank dan panser-panser di sebuah jalan di Kairo yang kosong dari massa. Terkesan bahwa masyarakat telah mematuhi kondisi darurat militer pada jam-jam yang telah ditentukan.
Di lain pihak, berbagai sumber pemberitaan menyatakan bahwa puluhan ribu warga berkonsentrasi di Bundaran Tahrir meski telah diperingatkan untuk tidak melanggar kondisi darurat militer.
Berdasarkan laporan terbaru, sekitar seratus ribu orang di kota al-Mansurah menggelar demonstrasi menuntut pengunduran diri Mubarak.
Guna mengesankan suasana yang mencekam, militer Mesir mengerahkan sejumlah helikopter tempur dan pesawat F-16 nya berpatroli di atas lokasi demonstrasi warga. (IRIB/MZ/SL/31/1/2011)
Ketakutan, Rezim Mubarak Tutup Jalur Kereta Api Seluruh Mesir
Setengah juta pengunjuk rasa berkumpul di Kairo pada hari ketujuh (Senin, 31/1). Jumlah pengunjuk rasa terus bertambah. Pada hari Senin, mereka menyerukan aksi mogok massal dan menuntut Presiden Hosni Mubarak segera mundur.Sementara itu, Presiden Mubarak yang terancam lengser terus menjanjikan reformasi ekonomi dan politik. Hari Senin, Mubarak menerima sumpah anggota kabinet yang dibentuk Perdana Menteri baru Mesir, Ahmed Shafiq. Meski demikian, pengunjuk rasa tetap menolak keputusan rezim Mubarak. Sebab, kehendak para pendemo adalah perubahan sistem bukan pergantian pejabat. Lengsernya Mubarak adalah harga mati yang tak dapat ditawar lagi.
Kondisi di Mesir kian memanas. Bahkan hari ini (Selasa, 1/2) diserukan sebagai aksi jutaan pendemo yang akan memadati Kairo. Menyusul pengumuman itu, rezim Mubarak langsung menyatakan bahwa kereta api dari seluruh daerah yang menghubungkan ke ibukota ditutup. Alasan penutupan itu mengantisipasi datangnya para pendemo dari berbagai daerah ke Kairo.
Sementara itu, Televisi Aljazeera dan media-media Arab lainnya terus menayangkan aksi kekerasan pasukan keamanan Mesir dalam menghadapi para pendemo pada hari Jumat yang disebut dengan Hari Kemarahan. Dalam tayangan rekaman itu ditunjukkan bahwa para pendemo menggunakan jurus shalat dalam menghadapi aksi kekerasan pasukan keamanan. Setiap kali polisi mendekat, barisan terdepan pendemo langsung melakukan shalat.
Omar Suleiman, Titipan AS di Tengah Krisis Mesir
David MacMichael, mantan pengamat Badan Intelijen AS (CIA) dalam wawancaranya dengan PressTV, hari Ahad (30/1), menyatakan bahwa AS terlibat dalam menentukan Omar Suleiman, Mantan Ketua Badan Intelijen Mesir, sebagai wakil presiden negara ini."MacMichael menjelaskan, "Saya sangat yakin bahwa AS terlibat dalam penunjukan Omar Sleiaman sebagai wakil Mubarak." Suleiman sangat dekat dengan AS dalam beberapa tahun terakhir ini, bahkan dikenal sebagai antek CIA.
Lebih lanjut mantan pengamat CIA mengatakan, "Jika Suleiman mendapat jabatan penting dan mempunyai posisi sebagai waki Mubarak, ia dapat berbuat menguntungkan AS di tengah krisis seperti ini. Apalagi Mubarak saat ini tengah mendapat tekanan dari berbagai pihak supaya mundur."
Terkait upaya perubahana yang dilakukan pemerintah Mesir, MacMichael menyebutnya sebagai hal yang sulit terjadi. Sebab, Mesir di bawah kendali Mubarak dan Suleiman tetap melanjutkan kebijakan yang berpihak pada AS dan Zionis Israel. Dikatakannya pula, ada kemungkinan peralihan kekuasaan berlangsung secara tenang dan damai. Akan tetapi kebijakan luar negeri Mesir terkait AS dan Zionis Israel tidak dapat berubah. Langkah-langkah inilah yang tengah ditempuh As dan Zionis Israel dalam menyikapi kondisi labil di Mesir saat ini. (IRIB/PressTV/AR/1/2/2011)Mubarak Tumbang, Kegagalan Strategis Israel!
Rezim Zionis deg-degan memantau transformasi terbaru di kawasan Timur Tengah terutama Mesir. Berbagai media massa Israel menyebut kondisi Mesir saat ini sebagai ujian terberat bagi Hosni Mubarak.
Koran al-Hayat melaporkan, Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu memperingatkan kepada kabinetnya supaya tidak mengungkapkan statemen mengenai gejolak Mesir. Peringatan perdana menteri Israel ini mengemuka setelah seorang menteri rezim Zionis yang tidak bersedia disebutkan namanya dalam wawancara dengan majalah Times Amerika Serikat mengungkapkan kekhawatiran Israel mengenai transformasi terbaru di Mesir dan runtuhnya rezim Mubarak.
Sekitar 10 jaringan televisi rezim Zionis memberitakan eksodus besar-besaran diplomat rezim Zionis dari Negeri Piramida itu. Berbagai sumber pemberitaan berbahasa Arab melaporkan dimulainya penarikan staf kedutaan rezim Zionis di Kairo, menyusul gelombang bola salju demonstrasi rakyat Mesir.
Koran al-Quds mengutip sumber terpercaya mengungkapkan larinya staf kedutaan rezim Zionis di Mesir setelah para demonstran mendekati gedung kedutaan tempat mereka bekerja. Dilaporkan sebuah helikopter dikirim ke lokasi untuk memindahkan para staf kedutaan rezim Zionis. Kemudian mereka dialihkan menggunakan pesawat khusus ke Israel.
Sumber lokal melaporkan, meski gedung kedutaan rezim Zionis merupakan bangunan tingkat tinggi, namun staf kedutaan Israel merasa khawatir atas keselamatan diri mereka dan mendesak pengiriman helikopter untuk menghindari serangan para demonstran Mesir yang sedang mengamuk. Sebelumnya dilaporkan, Duta Besar Israel di Kairo melarikan diri setelah terbongkarnya sebuah jaringan spionase rezim Zionis di Mesir.
Sebelum gelombang protes rakyat Mesir meluas, para pejabat rezim Zionis memprediksi militer keamanan Mesir akan berhasil menguasai kondisi dan mengamankan gelombang protes rakyat. Petinggi Israel menilai Mesir berbeda dengan Tunisia. Namun media massa dan pejabat Zionis dalam beberapa hari terakhir mengungkapkan pandangan lain yang merevisi prediksi sebelumnya. Mereka sangat mengkhawatirkan transformasi di kawasan mulai dari Tunisia, Lebanon hingga Mesir.
Chanel 2 rezim Zionis menyebut "Negeri Piramida itu Diambang Revolusi".Televisi Israel ini menilai runtuhnya pemerintahan Mubarak akan menjadi sebuah kegagalan strategis bagi Israel." Setelah menyaksikan bola salju protes rakyat di Mesir, mantan kepala Riset Militer rezim Zionis menilai kondisi saat ini di Mesir dan negara-negara Arab sedang meledak.
Selama beberapa hari terakhir seorang pejabat keamanan rezim Zionis dalam wawancara dengan koran Yediot Aharonot mengungkapkan, "Perubahan fundamental dalam pemerintahan Mesir bisa berbuntut pada revolusi yang berdampak pada keamanan Israel." Pejabat keamanan Israel ini menegaskan, nota kesepakatan damai Israel-Mesir merupakan poin penting bagi Tel Aviv. Jika terjadi perubahan struktur dalam pemerintahan Hosni Mubarak, maka militer mau tidak mau harus menebus ongkos yang sangat besar. Mesir memainkan peran signifikan di kawasan, khususnya dalam menjalankan kebijakan Israel."
Menyinggung kekhawatiran rezim Zionis, pejabat tinggi militer Israel ini mengungkapkan bahwa ancaman Hamas di Jalur Gaza bukan hanya masalah kami dengan Mesir. Ditegaskannya, jika rezim Mesir berubah, maka Israel akan menghadapi masalah besar. Militer Mesir yang dilengkapi persenjataan modern Amerika dari tank, jet tempur hingga puluhan kapal perang tercanggih akan menjadi bumerang bagi Israel.
Kekhawatiran munculnya fron baru menghadapi rezim Zionis -itu pun diperbatasan- menghantui para pejabat tinggi Israel. Militer Mesir adalah sebuah militer Barat dan antek-antek AS. Namun jika terjadi perubahan rezim Mesir, Israel terpaksa akan bersikap berbeda dari sebelumnya. Sejumlah analis politik Israel melihat masalah ini dengan kacamata yang lebih optimis. Ben Joseph, analis politik dari Universitas Haifa mengungkapkan, Rezim Mubarak mungkin akan tumbang, namun Mesir bukan Iran. Bahkan di antara pejabat Ikhwanul Muslimin ada yang berkomitmen menjalin perdamaian dengan Israel."(IRIB/PH/MF/31/1/2011)
Partai Al-Karama: ElBaradei Ingin Tunggangi Aksi Rakyat Mesir !
Partai al-Karama, sebuah partai politik Mesir menyinggung upaya sebagian kelompok politik Mesir untuk mengusulkan mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mohammad ElBaradei dan menyatakan bahwa ElBaradei berkeinginan menunggangi aksi rakyat Mesir menentang rezim Hosni Mubarak, Presiden Mesir.Menurut laporan Kantor Berita Fars News mengutip Reuters, di saat sebagian kelompok-kelompok politik Mesir tengah melakukan penjajakan dan berunding untuk mencitrakan Mohammad ElBaradei sebagai pemimpin oposisi, Partai al-Karama menentang keras kasak-kasuk ini.
Dalam laporannya Reuters menyebutkan bahwa Partai al-Karama secara transparan menolak keras ide ini seraya menegaskan bahwa selama ini Mohammad ElBaradei tinggal di luar Mesir.
"ElBaradei ingin menunggangi aksi rakyat Mesir menentang Hosni Mubarak," tegas Hamdeen Sabahy, Ketua Partai al-Karama.
ElBaradei sebagai pejabat diplomasi Mesir lebih banyak menghabiskan umurnya di luar Mesir. ElBaradei tiba di Mesir pada 28 Januari tepat tiga hari setelah dimulainya kebangkitan rakyat Mesir dan sebagian kelompok politik Mesir berusaha memperkenalkannya sebagai wakilnya.
Mohammad ElBaradei (68) menjabat Dirjen IAEA hingga tahun lalu dan selama itu pula ia tidak pernah mengambil sikap kritis terhadap pemerintah Hosni Mubarak. Penentangannya terhadap pemerintah Mubarak baru dilakukannya pada Februari tahun lalu setelah kembali ke Mesir. (IRIB/SL/31/1/2011)Omar Suleiman Pernah Minta Mubarak Mundur
Koran Italia, La Stampa, Senin (31/1) menulis, meski protes warga terhadap Presiden Mesir Hosni Mubarak masih berlanjut dan lebih dari 150 demonstran telah tewas sepanjang aksi itu, tapi diktator Mesir tetap belum menyerah.Sebagaimana dilaporkan IRNA, koran La Stampa pada halaman pertamanya hari ini menambahkan, rezim Mesir sengaja memberlakukan pemerintahan militer untuk memutuskan "oksigen" para pemprotes dan mencari jalan keluar bagi Mubarak, namun kemarin 10 ribu orang berkumpul di Bundaran Tahrir pada hari keenam aksi demo dan kembali menuntut Mubarak lengser.
"Meski dilaporkan bahwa Omar Suleiman yang ditunjuk sebagai wakil presiden Mesir pada Sabtu lalu, telah meminta Presiden Mubarak untuk meletakkan jabatannya, namun sang presiden tetap belum bersedia lengser," tulis koran Italia ini.
Para demonstran di Bundaran Tahrir telah mengumumkan pemogokan massa untuk menekan pemerintah Mesir. Mantan Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Mohamed ElBaradei sebagai tokoh utama penentang Mubarak, menyatakan kesiapan untuk memimpin pemerintahan transisi. Ikhwanul Muslimin juga mengumumkan bahwa Mesir perlu memutuskan tentang pemerintah mendatang.
"Setelah Presiden AS Barack Obama menjaga jarak dari Mubarak, Israel mengirimkan pesan rahasia kepada Washington dan beberapa negara Eropa untuk meminta mereka tidak mengkritik Presiden Mesir," tulis La Stampa.
Menurut koran ini, Israel tengah berupaya meyakinkan sekutunya bahwa stabilitas Mesir akan menguntungkan mereka. Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu juga telah meminta para menterinya untuk tidak mengomentari perkembangan di Mesir. (IRIB/RM/MF/31/1/2011)
March 7, 2008 at 9:10 am
Dear ..
Peringatan atas wafatnya “penghulu keberadaan” jelas bisa membuat apa2 yang telah terjadi pada hari2 sebelum dan sesudah beliau Saaw menghembuskan nafas terakhirnya ‘Terkuak secara lebih terang.
Apa2 yang berlaku atas dirinya, keluarganya dan beberapa sahabat teruji (at the late our and post of His life) akan mengangkat satu tema yang seragam, adanya PENGHIANATAN atas mereka.
Apakah itu penghianatan atas dasar2 yang telah digariskan secara detail oleh beliau (The most well organized person’ hingga akhir hayatnya), atau bahkan telah berlaku sebuah kerusakan atas pondasi2 Islam secara utuh yang juga telah dibangun oleh Baginda (dalam lingkungan terdekat orang2 pilihannya). Mengapa hanya mungkin orang2 terdekatnya yang berkhianat ?
Jelas tak mungkin musuh2 kebenaran sejak awal Adam as akan berlibur barang sejenak untuk memberi kesempatan meluasnya nilai2 Ilahiah. Jelas sebuah anomali bila hakikat keburukan tidak merusak kesana dan kemari. Ia yang dalam sejarah kemanusiaan merusak tembok kokoh nurani dan kebijaksanaan.
Namun ,… juga sangat mudah dipahami bila nilai ‘Kebenaran tidak lekang oleh waktu, self organized, self defense, self protect. Kebenaran, meskipun ia kecil dan terbatas, hakikatnya sangat “Liat” dan “Eternal”. Hal yang sangat sulit atas apa dan siapa pun untuk bisa dengan mudah (memadamkan) menaklukkannya.
Bila ternyata sekuat itulah kebenaran bersama aspek2nya dapat terus hidup, maka hanya satu kemungkinan yang tersisa sebagai lawan, …
“Kepura-puraan dalam Kebenaran” (Munafikin menurut bahasa Al-Qur’an). Dimana sudah begitu jelas bagaimana identifikasi atas mereka sepanjang sejarah ‘Kebenaran.
Qur’an “menghadiahkan” kelompok ini lebih dari 9 ayat (di awal2 surah nya).
Sekali lagi hanya satu yang mungkin bisa masuk (low observable penetrate) lebih jauh ke dalam tubuh Islam, yaitu … “orang2 terdekat” yang “berpura-pura” bersama Beliau Saaw.
Selanjutnya ………. bacalah berbagai versi sejarah, kumpulkanlah sebanyak mungkin, dengan format berbagai bahasa, merupakan produk yang melewati batas2 kelompok sosial keagamaan, berkaitan dengan Syahadah Saaw.
Telah berpulang seorang Nabi dari kalangan kalian sendiri, Ia (yang) begitu berat atas (penderitaan) kalian.
Shalawatuka alihi yaa Abul Qassim … yaa Rasulillah
March 10, 2008 at 5:12 am
Salam ,
Jika Haul Nabi Muhammad di peringati , maka para Ustad dan mubaligh akan menceritakan kepada Umat kronologis yang terjadi dari Haji wada hingga Saqifah.
Dimana Sahabat -sahabat yang di agungkan dan di dewakan malah memilih pergi ke Balairung Saqifah di banding mensholati Jenazah Rosul SAWW ?
Dan beberapa jam setelah Saqifah usai , Rumah duka di Grebek …kelompok Preman.
Antum bayangkan ….Emha Ainun Najib pernah memblow up kejadian ini di Jawa Pos 2002 , pada Head linenya , tapi Para Ulama seakan diam mingkem tanpa komentar , jika hal tersebut fitnah maka sudah barang tentu Cak Nun akan masuk bui saat ini seperti kasus Aswendo A. Tapi ulasan Cak Nun bahwa Kematian meriah ( wafatnya Ibu Tien S.) saat itu yang ditauziahkan ribuan orang sampai Suaminyapun juga demikian ? tapi
Jenazah Suci Rosululloh SAWW hanya di hadiri oleh beberapa orang keluarganya.
Di Bukhori sendiri jelas …Abu bakar saat mau ke rumah duka di ajak Umar pergi ke Saqifah.
Mengapa Rumah duka di kepung akan di bakar ?
Ahlak murid-murid Rosululloh SAWW telah hilang saat itu ?
Jika antum punya kerabat dekat yang sedang sakaratul maut , antum bela-belain minta ijin bosss dikantor untuk pesan tiket agar dapat hadir di samping kerabat tsb dan menghadiri proses penguburannya ? lah ini ….Manusia pembawa Rahmatan Lil’alamin wafat , jazadnya belum dingin rumah duka di kepung massa ?
Jika hal – hal ini terungkap dan di ungkapkan dalam acara Haul Rosululloh SAWW ….bisakah antum banyangkan …..Jutaan Umat Islam yang tadinya tertidur akan terbangun dari mimpinya ?
Dan itu yang sangat di takutkan oleh sementara Oknum adanya ?