Revolusi Asyura dan Peran Perempuan (Serial)...Hidup Kaum Perempuan..Terimakasih Kami Kaum Adam kepada Kalian Kaum Hawa karena telah ikut berjuang tegakkan ISLAM yang HAKIKI...!!!!!!)
Revolusi Asyura dan Peran Perempuan (Bagian 1)
Ketika rencana keberangkatan Imam Husein as sampai ke telinga para wanita Bani Hasyim, mereka langsung menggelar sebuah pertemuan untuk mempelajari bentuk kontribusi yang bisa diberikan kepada sang pemimpin. Para wanita Bani Hasyim mengetahui bahwa Imam Husein as tidak akan kembali lagi ke kota Madinah dan mereka ingin meluapkan perasaannya dengan tangisan dan jeritan. Imam Husein as datang menemui mereka dan berkata, "Demi Allah, jangan kalian sebarkan berita ini karena akan melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya."
Mendengar itu, para wanita Bani Hasyim menjawab, "Bagaimana kami tidak menangis, hari ini sama seperti hari kepergian Rasulullah, hari kesyahidan Ali dan Fathimah, dan juga seperti hari kematian Ruqayyah, Zainab, dan Ummu Kultsum, putri-putri Nabi. Wahai Husein, demi Allah, jadikan kami sebagai tebusan jiwamu dan jauhkan dirimu dari kematian, wahai kekasih orang-orang baik yang telah hilang dari kami."
Ucapan Husein as tidak membuat para wanita Bani Hasyim merasa tenang, mereka lalu pergi ke hadapan Ummu Hani dan berkata, "Wahai Ummu Hani, engkau masih duduk di sini, sementara Husein dan keluarganya akan pergi?" Ummu Hani berbegas mendekati Imam. Menyaksikan itu, Imam Husein as berkata, "Wahai bibiku, mengapa engkau terlihat begitu gelisah?" Ummu Hani menjawab, "Bagaimana aku tidak gelisah saat mendengar pemelihara anak-anak yatim dan terlantar akan pergi dari hadapanku?"
Pada saat itu, Ummu Hani dalam keadaan menangis menyebutkan keutamaan-keutamaan Imam as, "Husein memiliki wajah bercahaya dan warga meminta hujan dari langit dengan berkat parasnya. Dia adalah pelipur lara anak-anak yatim dan pengayom mereka yang terlantar. Dia berasal dari keluarga Bani Hasyim dan mengorbankan dirinya untuk orang lain. Kaum lemah memperoleh nikmat dan keutamaan darinya, dia adalah pribadi yang dicintai oleh Rasulullah."
Setelah mendengar itu, Imam Husein berkata, "Wahai bibiku, engkau tidak perlu khawatir karena apa yang sudah ditetapkan pasti akan terjadi. Musuh tidak akan menang menghadapi putra dari seorang pahlawan di medan perang." Akhirnya, para wanita Bani Hasyim menyertai Imam Husein as karena mereka mengetahui bahwa Islam dan umat hanya bisa diselamatkan dengan pengorbanan beliau.
Sejarah Islam senantiasa mencatat partisipasi kaum perempuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Mereka memiliki peran besar untuk kemajuan masyarakat Islam sepanjang sejarah. Revolusi Karbala merupakan sebuah peristiwa penting dan eksklusif dalam sejarah Islam. Kebangkitan itu merupakan hasil dari perjuangan dan perlawanan kolektif antara kaum perempuan dan laki-laki pecinta Tuhan. Dengan kata lain, jika Islam dihidupkan kembali dengan kebangkitan Imam Husein, maka saham besar revolusi itu ada di tangan perempuan dan ini jarang ditemui dalam sejarah.
Laki-laki yang telah mengukir kisah heroik di Padang Karbala rata-rata adalah pribadi yang dibesarkan di pangkuan perempuan-perempuan berani, beriman, dan bertakwa. Mereka mempersembahkan para ksatria kepada masyarakat Islam. Partisipasi kaum pria di peristiwa agung itu harus dilihat sebagai bagian dari pengorbanan dan kearifan kaum perempuan. Kesabaran dan ketangguhan perempuan di kafilah Imam Husein termasuk di antara peran efektif mereka dalam mengobarkan api perjuangan dan melestarikan nilai-nilai Asyura. Peran itu sudah dimulai sebelum peristiwa Asyura dengan mendorong suami dan putra-putra mereka untuk bergabung dengan kafilah Imam Husein. Setelah itu, mereka juga melanjutkan perannya dengan menyebarkan pesan-pesan Asyura ke seluruh penjuru negeri Islam.
Perempuan-perempuan Karbala membuktikan bahwa tugas sosial tidak hanya milik kaum laki-laki. Setiap kali ada seruan untuk membela agama dan menegakkan kebenaran, maka setiap individu berkewajiban untuk memainkan perannya. Namun demikian, Islam tidak mewajibkan perempuan untuk hadir di medan tempur dan jihad. Di Padang Karbala, Imam Husein as bahkan melarang perempuan untuk terlibat di medan perang. Oleh karena itu, perempuan tidak ikut berperang di hari Asyura. Hanya dua perempuan yang memaksa pergi ke garis depan dan Imam Husein as mengembalikan mereka ke kemah. Peran utama kaum perempuan di Karbala adalah menyampaikan pesan kebangkitan itu kepada dunia.
Secara umum, peran perempuan dalam kebangkitan Karbala dapat dikaji dalam tiga bagian; partisipasi mereka sebelum hari Asyura, peran mereka pada hari Asyura, dan peran mereka sebagai pembawa pesan-pesan kebangkitan Imam Husein as kepada masyarakat. Istri Zuhair bin al-Qain, termasuk di antara perempuan yang mendorong suaminya untuk bergabung dengan kafilah Imam Husein as. Saat Imam Husein as meninggalkan Madinah, Zuhair bin al-Qain tak berpikir untuk menyertainya dan tidak pula tertarik ikut dalam rombongan cucu Nabi itu. Tapi di dalam hatinya ada sesuatu yang sangat mengganggu.
Ia terus memikirkan apa yang bakal dialami Imam Husein as setelah meninggalkan Madinah. Kegelisahan seakan tak mau melepaskan dirinya. Untuk itulah, ia memilih untuk membawa serta keluarga dan rombongannya meninggalkan Madinah. Setiap kali rombongan Imam berhenti di satu tempat, ia juga menghentikan langkah dan mendirikan kemah agak jauh dari posisi Imam Husein as. Ketika Imam dan rombongannya bergerak melanjutkan perjalanan, Zuhair pun melangkah mengikuti dari kejauhan. Mentari sudah sampai di ketinggian. Rombongan Imam berhenti. Zuhair sudah tiba terlebih dahulu di tempat itu. Kemah pun sudah ia dirikan. Imam bertanya kepada sahabat-sahabatnya, kemah siapakah itu? Mereka menjawab, kemah itu milik Zuhair bin al-Qain.
Imam Husein as lalu berkata, "Siapakah di antara kalian yang siap menyampaikan pesanku untuknya?" Salah seorang sahabat Imam menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan tugas itu. Kepadanya Imam berkata, "Semoga Allah mengganjarmu dengan kebaikan. Sampaikan salamku kepada Zuhair dan katakan kepadanya, putra Fathimah memintanya untuk bergabung."
Menerima pesan itu, hati Zuhair terguncang. Ia harus segera mengakhiri keragu-raguan yang selama ini menghantuinya. Hanya ada dua pilihan, tetap hidup atau mengikuti Imam Husein. Zuhair tenggelam dalam pikiran. Mendadak, ia dikejutkan oleh suara istrinya yang menyuruhnya untuk memenuhi panggilan putra Fathimah. "Zuhair! Pergi dan temuilah Husein. Dengarkanlah apa yang hendak ia katakan. Jika kau tak puas dengan kata-katanya kembalilah," kata sang istri.
Kata-kata itu bagai petir yang menyambar hati Zuhair. Ia bangkit dan segera meninggalkan kemahnya untuk menemui Imam Husein as. Zuhair belum tiba di kemah cucu Nabi itu, ketika Husein sudah menantinya di luar. Saat keduanya bertemu, Imam Husein as memeluknya dengan erat seakan bertemu lagi dengan kawan dekat yang sekian lama tak dijumpainya. Tatap mata Husein menghangatkan wujud dan jiwa Zuhair. Kini ia telah memutuskan dan yakin dengan keputusannya untuk menyertai Husein, putra Fathimah.
Zuhair kembali ke kemah dan menemui istrinya. Dia berkata, "Aku akan menyertai Husein. Aku merasakan cinta yang menyelimuti seluruh wujudku. Kau adalah istri yang selama ini selalu setia kepadaku. Aku memuji kesabaranmu. Tapi kini aku harus pergi dalam sebuah perjalanan yang penuh bahaya. Kupersilahkan kau untuk meninggalkanku." Sang istri terkejut mendengar penuturan suaminya dan menjawab, "Akulah yang menyuruhmu untuk menemui Husein dan mengikutinya. Sekarang, ketika kau memutuskan untuk memenuhi panggilan putra Fathimah, aku pun akan menyertaimu." Akhirnya Zuhair dan istrinya bergabung dengan rombongan Imam Husein as.(IRIB Indonesia)
Revolusi Asyura dan Peran Perempuan (Bagian 2)
Karbala meskipun sebuah padang tandus dan tak bertuan, namun kisah heroik terlukis dengan darah suci di bumi itu. Di sanalah terpahat seluruh nilai-nilai luhur agama mulai dari akhlak, keimanan, dan kepemimpinan hingga shalat, amar makruf dan nahi munkar, kesabaran, cinta dan pengorbanan. Para pahlawan Asyura meski jumlah mereka sedikit, tapi mereka adalah paduan dari berbagai lapisan mulai dari bayi yang masih menyusui, anak-anak, remaja, pemuda, orang tua hingga pasangan suami istri. Mereka semua datang untuk membela kebenaran dan menegakkan ajaran agama di bawah kepemimpinan cucu baginda Nabi Saw, Imam Husein as.
Di tengah berbagai dimensi luas peristiwa Asyura, Sang Pencipta memberi ruang khusus kepada perempuan sehingga mereka bisa menampilkan seluruh potensinya dalam memikul tanggung jawab besar dengan cara terbaik dan mengajarkan orang lain bagaimana membela kebenaran. Di Padang Karbala, perempuan – meski harus kehilangan orang-orang yang mereka cintai – memainkan berbagai peran sebagai istri, ibu, dan kakak dengan bentuk terbaik. Mereka ingin kaum perempuan generasi mendatang mampu menolak perlakuan tidak adil melalui gerakan spiritualitas, resistensi, dan pengorbanan di berbagai bidang serta mempersembahkan ide-ide baru kepada dunia.
Para srikandi Karbala membuktikan kepada dunia bahwa mereka bertindak dengan penuh wawasan, pengetahuan, dan emosional. Hal ini berbeda dengan apa yang dituduhkan oleh para pembela hak-hak kaum perempuan, sebuah makhluk yang tidak realistis dan menutup diri dari problema sosial dan politik. Peristiwa Asyura merupakan sebuah kisah seorang srikandi yang selain tidak membutuhkan pengayom dan pelindung, tapi dia sendiri tampil sebagai pengayom dan penolong terbaik bagi para sahabat Imam Husein as. Mental seperti ini muncul dari iman, kearifan dan rasa tanggung jawab mereka.
Di Sahara Nainawa dalam pertempuran antara hak dan batil, kaum perempuan tampil untuk membela keluarga Nabi Saw dan melukiskan kisah heroik yang dikenang sepanjang masa. Beberapa ibu yang hadir di Karbala, dengan penuh cinta memakaikan pakaian perang kepada putra-putra mereka, lalu menyaksikan bagaimana putra mereka bertarung membela agama Allah Swt. Saat musuh melempar kepala-kelapa putra mereka yang telah dipenggal, ibu-ibu tersebut datang menyambut dan mengusap wajah anaknya yang bersimbah darah. Mereka menegaskan apa yang telah dikorbankan di jalan Allah Swt, tidak akan diambil kembali. Ucapan mereka membuat musuh takjub sekaligus ketakutan. Di antara perempuan yang gagah berani itu, ada tiga orang yang termasuk istri-istri sahabat Nabi Saw.
Amr bin Junadah al-Anshari, seorang pemuda dan gagah berani. Tak lama setelah ia melepas kepergian ayahnya, Junadah bin Kaab al-Anshari di Karbala, ia berniat menghibur dan menenangkan hati ibunya. Namun ibunya berkata, "Wahai putraku, bangkitlah dari sisiku dan pergi ke medan perang, berjihadlah melawan musuh-musuh putra Nabi dan bantulah Husein." Amr bangkit dan ingin bergegas ke medan tempur. Menyaksikan itu, Imam Husein as berkata, "Ayahnya baru saja gugur syahid. Kepergian pemuda itu mungkin akan membuat ibunya terpukul. Suruh dia kembali ke kemah."
Amr bin Junadah menjawab, "Ibukulah yang memerintahkan aku untuk bertempur bahkan dia sendiri yang memakaikan pakaian perang ini padaku. Kini, izinkanlah aku untuk mempersembahkan pengorbanan demimu, wahai putra Rasul." Amr maju bagai seorang kesatria. Sambil menari-narikan pedangnya, dia bersenandung, "Tuanku adalah Husein, sungguh dialah sebaik-baik pemimpin, Husein buah hati Rasul, dialah putra Ali dan Fathimah, Adakah seorang pemimpin yang seperti dia? Dengan wajah bagai mentari dan dahi bagai purnama?"
Tak lama, Amr roboh bersimbah darah setelah menunjukkan kesetiaannya kepada putra Fathimah as. Pasukan Kufah yang kesetanan memenggal kepala pemuda belia itu dan melemparkannya ke perkemahan Imam Husein as. Ibu Amr bin Junadah maju memungut dan mendekap kepala anaknya seraya berkata, "Selamat untukmu wahai buah hatiku." Tanpa diduga, sang ibu melemparkan kepala itu ke arah musuh dan berteriak, "Apa yang telah kupersembahkan di jalan Allah, tidak akan kuambil kembali." Wanita itupun maju ke medan tempur dengan bersenjatakan sebatang kayu sambil berkata, "Memang aku wanita tua yang lemah. Kekuatan dan kepintaranku telah lenyap sedang tubuhku juga semakin layu. Aku bersumpah untuk memukul kalian sekuat tenaga demi membela anak-anak Fathimah." Imam Husein mengembalikan Ibu Amr bin Junadah ke kemah. Sebab beliau tidak mengizinkan seorang wanita pun terjun ke medan tempur.
Musuh yang berjumlah ribuan orang mulai mempersempit gerakan pasukan Imam Husein as yang hanya 72 orang. Satu-satu sahabat Imam gugur syahid di medan tempur dan dari dalam barisan pasukan Imam Husein as, Abdullah bin Umair al-Kalbi yang dikenal pemberani, dan jawara di medan laga serta memiliki postur tubuh yang tinggi dan tegap datang menghadap Imam dan meminta izin untuk berduel. Imam mengizinkan dan berkata, "Dia adalah prajurit yang mahir di medan laga."
Setelah sekian lama bertarung di medan laga, Abdullah kembali ke kemah Imam Husein as. Kedatangan Abdullah disambut oleh istrinya yang lantas mendorongnya untuk kembali ke medan perang. Istrinya berkata, "Abdullah, kembalilah ke medan dan korbankanlah dirimu untuk manusia suci dan anak Rasul ini. Demi Allah tak akan kubiarkan engkau gugur sendirian. Aku akan bersamamu menyongsong syahadah."
Kepada Imam Husein as, Abdullah berkata, "Ya Abu Abdillah, perintahkanlah istriku supaya kembali ke kemah." Imam memerintahkan istri Abdullah untuk kembali dan mengatakan, "Allah membalas jasa baik kalian yang telah membela keluarga Nabi-Nya. Ummu Wahb, kembalilah ke kemah, sebab Allah tidak memerintahkan wanita untuk berperang."
Syimr bin Dzil Jausyan dan beberapa orang prajurit Kufah menyerang perkemahan Imam Husein as. Abdullah bin Umair al-Kalbi datang menghadang laju mereka. Dengan semangat tinggi dan jiwa kepahlawanan, sahabat Imam Husein as itu menari-narikan pedangnya. Beberapa orang roboh terkena sabetan pedang Abdullah yang menyambar-nyambar bagai petir. Namun tak lama kemudian, pedang Hani Shabiy al-Hadhrami berhasil memisahkan tangan kanan Abdullah dari badannya. Ketangkasan Ibnu Umair mulai mengendur. Mendadak sebuah sabetan pedang merobohkan sahabat Imam Husein itu. Abdullah gugur sebagai syahid.
Dengan tergopoh-gopoh, istri Abdullah datang dan memangku tubuh tak bernyawa itu sambil membersihkan darah yang membasahi wajahnya. Kepada suaminya, sang istri berkata, "Berbahagialah, karena engkau kini telah terbang ke surga sana. Aku berharap Tuhan juga memberiku tempat di surga bersamamu." Adegan itu disaksikan oleh Syimr. Dia segera memanggil budaknya dan memerintahkannya untuk menghabisi Ummu Wahb, istri Abdullah. Sang budak yang berhati batu itu melaksanakan perintah tuannya. Tanah Karbala kembali dibasahi oleh darah manusia suci, pembela keluarga Nabi. Pembantaian itu sekaligus menobatkan Ummu Wahb sebagai wanita pertama yang syahid dalam tragedi Karbala.
Spirit perjuangan dan pengorbanan perempuan di Padang Karbala merupakan pelajaran-pelajaran penting Asyura. Mereka mengetahui bahwa Imam Husein as adalah manifestasi dari kebenaran dan keadilan, sementara Yazid bin Muawiyah adalah simbol kebatilan. Kebatilan mungkin saja memiliki kekuatan dan memberangus para pengikut kebenaran, namun cita-cita para penegak dan pencari kebenaran tidak akan pernah padam. Kebenaran akan selalu hidup dan menang sepanjang sejarah. Srikandi-srikandi Karbala bangga bisa hadir membela Imam Husein as dan mempersembahkan pengorbanan tak berarti demi tegaknya kebenaran dan agama Allah Swt. (IRIB Indonesia)
Revolusi Asyura dan Peran Perempuan (Bagian 3)
Asyura merupakan pancaran mata air yang akan terus mengalir menyirami setiap generasi umat manusia. Dalam revolusi agung ini, peran kaum perempuan yang dibarengi dengan pemahaman dan rasa tanggung jawab termasuk faktor-faktor penting keabadian peristiwa Asyura. Pemahaman agama yang baik dan kecintaan kepada Ahlul Bait Nabi as termasuk di antara karakteristik perempuan-perempuan Padang Karbala. Mereka telah menafsirkan ungkapan-ungkapan cinta, pengorbanan, kesabaran, dan perlawanan dalam membela dan melindungi cucu baginda Rasul Saw, Imam Husein as.
Mereka adalah wanita-wanita pengukir sejarah, meskipun jiwa mereka dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang kepada anak-anak dan suami, tapi mereka mampu mengalahkan perasaannya demi membela agama dan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kekasih Allah Swt. Menurut para skrikandi Karbala, tugas seorang Muslim adalah kearifan dalam beragama, pengenalan mendalam tentang Ahlul Bait as, dan cinta kepada mereka. Dalam surat ash-Shura ayat 23, Allah Swt berfirman, "Katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kecintaan dalam kekeluargaan."
Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh para sahabat dan pembela Imam Husein as adalah makrifat dan spiritualitas yang menyatu dalam jiwa mereka. Mereka menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan kemanusiaan, fenomena yang jarang ada padanannya dalam sejarah. Pada malam kesepuluh bulan Muharram, Imam Husein as mengumpulkan semua anggota kafilah dan memberi mereka pilihan untuk pergi atau tetap tinggal bersama beliau. Imam berkata, "Wahai para sahabatku! Siapa saja yang tetap tinggal bersamaku dan berperang melawan musuh, maka ia akan terbunuh... Kalian bebas untuk mengambil keputusan. Kalian bisa pergi dan tidak ada seorang pun yang menahan kalian..." Air mata nampak membasahi wajah-wajah penuh kerinduan itu di tengah malam yang membisu.
Namun, para wanita yang hadir di Karbala meminta suami dan putra-putra mereka untuk selalu bersama Imam Husein as dan keluarganya. Ketika istri Junadah bin Kaab Al-ansari menyaksikan jumlah pasukan musuh, ia berkata, "Meski aku sudah tua dan lemah, tapi dengan pukulan keras, aku akan menghancurkan kalian dan membela putra Fathimah."
Peristiwa Asyura merupakan sebuah peristiwa penting, dimana perempuan dan laki-laki sama-sama melakoni peran masing-masing dengan sempurna. Muslim patut berbangga diri karena Islam telah memberikan hak-hak kemanusiaan perempuan berdasarkan fitrah dan watak mereka, jauh sebelum munculnya mazhab-mazhab baru yang mendewakan hak asasi manusia. Dalam sejarah Islam, kita menemukan wanita-wanita dimana Rasul Saw telah berupaya maksimal untuk meningkatkan pengetahuan dan budaya mereka. Rasulullah Saw mendatangkan pengajar ke rumahnya dan kadang juga membawa beberapa wanita bersama putrinya untuk mengobati tentara Islam yang terluka di medan perang.
Parapengganti beliau juga berupaya maksimal untuk pendidikan dan pengajaran kaum perempuan. Kerja keras mereka telah melahirkan para wanita yang rela berkorban dan menjadi teladan di tengah masyarakat. Hasil dari jihad pendidikan itu dapat ditemukan di tengah wanita-wanita Padang Karbala. Beberapa wanita yang hadir di Karbala adalah putri Imam Ali bin Abi Thalib as seperti, Sayidah Zainab as, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Safiyyah. Selain itu, putri-putri Imam Husein as yaitu, Fathimah, Sukainah, dan Ruqayyah, serta Rubab, istri Imam dan Atikah, istri Imam Hasan as juga hadir di sana.
Sayidah Zainab adalah putri tertua Imam Ali as dan Sayidah Fathimah as. Saat pertama kali Rasul Saw menggendong dan mencium Zainab, beliau berkata "Aku mewasiatkan kepada kalian semua agar memuliakan anak perempuan ini, karena ia sama seperti Sayidah Khadijah as." Sejarah menjadi bukti bahwa Sayidah Zainab as sama seperti Sayidah Khadijah yang menanggung banyak kesulitan demi memperjuangkan Islam. Dengan kesabaran dan pengorbanannya, ia mempersiapkan sarana demi pertumbuhan dan kesempurnaan agama ini. Sayidah Zainab as mengikuti perjalanan bersejarah Imam Husein as dari kota Madinah hingga Karbala dan bangkit menghadapi Yazid bin Muawiyah, penguasa zalim dan korup.
Pada malam Asyura setelah semua yakin bahwa perang melawan kebatilan akan pecah dan para sahabat Imam as satu demi satu menyatakan kesetiaan mereka, Sayidah Zainab as merasa lega dan menemui kakaknya sambil tersenyum. Imam Husein as berkata, "Hai saudariku! Sejak kita bergerak dari Madinah, aku sama sekali tidak melihat engkau tersenyum. Sekarang ada gerangan apa hingga engkau tampak gembira?" Sayidah Zainab as hanya menyinggung kesetiaan dan ketulusan para sahabat abangnya itu. Kemudian Imam as kembali berkata, "Wahai Saudariku! Ketahuilah bahwa orang-orang yang ada di sisiku, mereka adalah para sahabat dan pembela setiaku. Kakekku, Rasulullah telah memberi kabar kepadaku tentang kesetiaan dan kecintaan mereka."
Selain menyaksikan saudara-saudaranya gugur syahdi dalam membela Islam, Sayidah Zainab juga mengirim putra-putranya untuk membela Imam Husein as di medan perang. Pada hari Asyura, Sayidah Zainab as memakaikan pakaian baru kepada anak-anaknya, ‘Aun dan Muhammad. Beliau kemudian membersihkan tubuh anak-anaknya dari debu dan kotoran, lalu memberikan sepasang pedang kepada keduanya yang menunjukkan mereka siap untuk jihad. Kemudian beliau membawa keduanya ke hadapan Imam Husein as dan meminta izin agar Imam membolehkan keduanya pergi ke medan perang. Tapi Imam Husein as tidak mengizinkan keduanya pergi ke medan perang. Sayidah Zainab as memaksa beliau agar mengizinkan keduanya. Akhirnya, Imam Husein as mengizinkan mereka pergi ke medan tempur.
Kedua anak Sayidah Zainab as melangkah dengan tegar menuju medan tempur dan setelah bertarung dengan gagah berani, keduanya akhirnya gugur syahid. Imam Husein as mendekati jasad dua remaja itu dan memeluknya lalu menggendong keduanya ke perkemahan. Para perempuan yang ada keluar menyambut jasad anak-anak Sayidah Zainab as. Biasanya, setiap kali ada yang syahid dan dibawa kembali ke tenda, maka Sayidah Zainab as adalah yang pertama menjemputnya. Namun, kali ini beliau tidak terlihat menyongsong jasad kedua anaknya. Beliau tidak keluar dari kemahnya. Sayidah Zainab as tidak keluar khawatir air matanya menetes menyaksikan jasad dua anaknya dan tidak dapat menahan diri. Sayidah Zainab as tidak ingin pahala kedua anaknya berkurang dan di sisi lain, beliau juga tidak ingin Imam Husein as melihatnya dalam kondisi sedih dan merasa malu atau tidak dapat menjawab pandangan matanya. Itulah mengapa Sayidah Zainab as memilih untuk tetap tinggal di dalam kemahnya.
Pertempuran tak seimbang pecah pada sore hari Asyura. Mentari kesucian telah tercabik-cabik di antara jasad-jasad para syuhada Karbala. Luka besar semakin menyesakkan Zainab, namun ia tahu bahwa setelah kepergian Husein, ia harus berada di samping Imam Sajjad as dan memimpin kafilah Karbala. Sekarang, Zainab memikul tugas yang jauh lebih besar yaitu menjadi penyambung lisan Imam Husein as dan penyampai nilai-nilai suci yang diperjuangkan oleh para syuhada. Sayidah Zainab as di puncak kesulitan dan penderitaan setelah syahadah saudara dan orang-orang tercintanya masih tetap tegar dan derajat kesabaran, keberanian, dan tawakkalnya kepada Allah Swt didemonstrasikan dengan indah.
Di hadapan para pemimpin zalim dan haus darah Dinasti Umayyah, Sayidah Zainab as berdiri dan tanpa takut mengecam sikap mereka serta membela kebenaran Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw. Beliau menilai Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya sebagai pemenang. Pidatonya yang lugas, fasih dan mematikan di istana Yazid begitu mempengaruhi hadirin yang membuat mereka kembali mengenang ayahnya Imam Ali as.
Sayidah Zainab as pernah mendengar dari ayahnya Imam Ali as bahwa "Manusia tidak akan pernah mampu mengenal hakikat iman tanpa memiliki tiga hal dalam dirinya; pengetahuan akan agama, kesabaran di tengah kesulitan dan pengelolaan yang baik urusan kehidupannya." Wanita mulia ini menerima tanggung jawab berat dan sulit, namun kesabarannya seperti permata yang menghiasi jiwanya. (IRIB Indonesia)
Revolusi Asyura dan Peran Perempuan (Bagian 4)
Revolusi Asyura memiliki dua fase dan fase pertamanya adalah perang dan jihad, sementara tahap berikutnya adalah dakwah dan penyadaran. Jika kebangkitan Imam Husein as hanya terbatas pada satu fase, pemerintah Yazid dengan segala sarana yang dimilikinya, dengan mudah bisa mendistorsi esensi revolusi Asyura untuk kepentingan-kepentingannya dan menutupi kejahatannya di mata publik.
Bani Umayyah memperkenalkan Imam Husein as dan para penentang mereka sebagai orang-orang yang tidak beragama, pecinta dunia, dan pengacau, namun para penyambung lisan Imam Husein as mampu menjelaskan kebenaran kebangkitan itu kepada masyarakat dan menghancurkan kekuasaan Yazid.
Gerakan kafilah tawanan dari Karbala ke Kufah dan kemudian ke Syam, memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan suci Asyura. Meski harus memikul penderitaan dan duka, para srikandi Karbala mampu menggagalkan tipu daya musuh dan mencerahkan masyarakat. Para tawanan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat bahwa apa yang disebut Islam di tengah mereka sungguh berbeda jauh dengan Islam murni dan ajaran-ajaran Rasul Saw. Dan orang yang sesungguhnya menebarkan kerusakan dan kemaksiatan di tengah umat adalah pemerintahan Yazid.
Di antara para pahlawan Nainawa, Ahlul Bait Nabi as sebagai poros utama gerakan itu telah memainkan peran gemilang. Dakwah para tawanan Karbala, khususnya Sayidah Zainab as di sepanjang perjalanan mereka berperan penting dalam mensukseskan kebangkitan Imam as. Para skrikandi Ahlul Bait as tak pernah berhenti memperkenalkan Imam Husein as dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di Padang Karbala. Masyarakat yang awalnya datang untuk menyaksikan para tawanan perang, kini tak kuasa menahan tangis dan menyesali apa yang telah mereka lakukan terhadap keluarga Nabi as. Para pahlawan Karbala menanggung semua derita demi kemuliaan, harga diri, dan wibawa.
Tatkala para tawanan melintasi kota Kufah, warga ingin memberi kurma dan roti kepada bocah-bocah yatim Karbala. Namun, Ummu Kultsum, saudari Imam Husein as berteriak lantang, "Hai warga Kufah! Haram bagi kami menerima sedekah." Dengan begitu, semua mulai mengetahui bahwa mereka adalah Ahlul Bait Nabi as yang diharamkan menerima sedekah.
Fathimah, salah satu putri Imam Husein as, dengan fasih menjelaskan tujuan-tujuan kebangkitan sang ayah. Sebuah tujuan yang telah ditulis dalam wasiatnya kepada Muhammad Hanafiah bahwa "Aku tidak keluar atas dasar kepentingan pribadi dan ingin berfoya-foya atau dengan tujuan ingin merusak dan berbuat kezaliman. Aku keluar dengan tujuan untuk melakukan perbaikan di tubuh umat kakekku. Aku ingin melaksanakan kewajiban amar maaruf dan nahi munkar dan demi menegakkan sirah kakek dan ayahku, Ali bin Abi Thalib as."
Kemudian Ummu Kultsum binti Ali as berpidato dari belakang tabir yang menutupinya dan berkata, "Tahukah kalian siapakah orang-orang yang memperdaya kalian? Dosa apakah yang kalian pikul di pundak kalian? Darah siapakah yang kalian tumpahkan? Siapakah wanita mulia yang kalian zalimi? Siapakah putri kecil yang kalian rampok? Harta apakah yang kalian rampas? Kalian telah membunuh sebaik-baik lelaki setelah Rasulullah Saw. Rasa belas kasihan telah sirna dari hati kalian. Ingatlah bahwa tentara Allah akan menang dan tentara setan akan merugi !"
Perawi berkata, "Orang-orang riuh dengan tangisan, raungan dan ratapan. Para wanita menguraikan rambut mereka, menaburkan pasir di kepala, memukuli wajah, menampar pipi dan mengeluarkan kutukan dan laknat atas para durjana. Sedangkan para lelaki menangis dan menarik-narik janggut mereka. Demi Allah, aku tak pernah menyaksikan orang sebanyak itu menangis bersama-sama."
Ketika rombongan tawanan tiba di istana Yazid di Syam, kepala suci al-Husain as di bawa ke hadapan Yazid bersama dengan para wanita tawanan dan anak-anak mereka. Saat itu, Zainab binti Ali as duduk dengan wajah yang sulit dikenali. Yazid bertanya, "Siapakah dia ?" Terdengar jawaban, "Dia adalah Zainab binti Ali." Yazid berpaling kepadanya dan berkata, "Puji syukur kepada Allah yang telah mempermalukan kalian dan membuka kedok kebohongan kalian!" Zainab menjawab, "Yang sebenarnya dipermalukan adalah orang fasik dan yang mempunyai kebohongan adalah para pendosa, bukan kami."
Yazid kemudian menyahut, "Bagaimana pendapatmu tentang apa yang telah Allah lakukan terhadap saudara dan keluargamu ?" Zainab dengan lantang menjawab, "Aku tidak melihat ketentuan Allah kecuali keindahan. Mereka adalah sekelompok orang yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk mati terbunuh. Mereka pun bergegas menuju kematian itu. Allah kelak akan mempertemukanmu dengan mereka. Kelak kau akan dihujani pertanyaan dan disudutkan. Lihatlah! Siapa pemenang di hari itu! Semoga ibumu memakimu, hai anak Marjanah!"
Para perawi juga mengisahkan Sayidah Ruqayyah, putri kecil Imam Husein as. Ia terbangun di tengah malam dan menangis karena rindu sang ayah. Suara tangisan dan jerintannya sampai ke telinga Yazid. Setelah bertanya kepada para pengawalnya, Yazid memerintahkan mereka untuk membawa kepala Imam Husein as kepada putrinya itu. Awalnya, Sayidah Ruqayyah yang masih mungil ketakutan menyaksikan itu. Namun setelah yakin bahwa itu adalah kepala ayahnya, ia memeluk erat kepala itu dan kemudian meninggal dunia sambil mendekap sang ayah.
Pada masa itu, Sayidah Ruqayyah meski belum memiliki kekuatan untuk membela diri dan berpidato, tapi kini makam wanita mulia itu di Damaskus, Suriah menjadi tempat ziarah yang dikunjungi ribuan orang. Makam suci itu telah mengabadikan peristiwa Karbala dengan caranya sendiri dan menarik semua jiwa ke arahnya serta membangkitkan kebencian kepada Dinasti Umayyah. Makam putri Imam Husein as telah menjadi pelipur lara bagi bocah-bocah yatim yang kehilangan tempat bermanja.
Di pihak lain, Ummu Rubab, istri Imam Husein as adalah perempuan mulia, beriman, dan rela berkorban demi membela agama Allah Swt. Dalam perjalanan ke Karbala, Ummu Rubab senantiasa menyertai dan mendampingi Imam Husein as. Ia memikul semua beban perjalanan panjang dengan penuh cinta dan setia. Ummu Rubab adalah simbol cinta, kesetiaan, ketulusan, dan pengorbanan. Ia bersama para srikandi Karbala lainnya juga aktif menyebarkan pesan-pesan kebangkitan sang suami tercinta. Di istana Yazid, Ummu Rubab mencium kepala Imam Husein as dan meletakkan di pangkuannya seraya berkata, "Aku tidak akan pernah melupakanmu wahai Husein. Musuh-musuh telah menghujani tombak pada tubuhmu dan membiarkan jasadmu tergelatak di atas tanah."
Sekitar 14 abad sudah berlalu dari tragedi Karbala. Namun sampai saat ini, peristiwa agung itu tetap mengilhami kebangkitan kaum tertindas dan para pejuang kebenaran. Tak syak bahwa kebangkitan Islam yang kita saksikan saat ini di berbagai belahan dunia Islam terinspirasi oleh gerakan Imam Husein as di Karbala. Bagi pihak musuh, apa yang dilakukan para srikandi Karbala ini terkesan kecil dan remeh. Namun tanpa mereka sadari, kesan yang ditimbulkannya sangat besar dan berhasil melahirkan gelombang penentangan terhadap kekuasaan Bani Umayyah.
Para skrikandi Karbala ini menerima tanggung jawab berat dan sulit, namun kesabaran mereka seperti permata yang menghiasi jiwanya. Bagi Sayidah Zainab as sendiri, ketegaran di jalan kebenaran dan pengorbanan di jalan Allah Swt senantiasa indah. Demikianlah setelah peristiwa Asyura, Sayidah Zainab as berkata, "Aku tidak menyaksikan sesuatu kecuali keindahan." (IRIB Indonesia)
Revolusi Asyura dan Peran Perempuan (Bagian 5)
Sepanjang sejarah kaum perempuan senantiasa menampakkan perannya dalam dua arena; kebenaran dan kebatilan, keimanan dan kekufuran, kebaikan dan keburukan. Kaum perempuan penjunjung akhlak, spiritual, kemuliaan dan kesucian dengan pengetahuan dan tanggung jawabnya telah menjamin kebahagiaan masyarakat. Sebaliknya kaum perempuan yang mengabaikan naluri kemanusiaannya, mereka cenderung pada kemungkaran dan kehancuran.
Al-Quran telah menggambarkan sejumlah perempuan baik-baik dan buruk untuk menjadi pelajaran dan contoh bagi yang lainnya. Kitab ilahi ini telah mengenalkan perempuan-perempuan bertakwa yang terkenal seperti Maryam, Asiyah istri Firaun dimana keduanya adalah sumber perubahan-perubahan positif. Al-Quran juga mengenalkan perempuan-perempuan seperti istri Nabi Luth dan Nabi Nuh as. Pemikiran dan perbuatannya bertentangan dengan suaminya yang mengakibatkan jatuhnya keutamaan manusia termasuk dirinya dan orang lain.
Tentunya karakter dan watak perempuan sama seperti laki-laki. Ia memiliki tiga ciri khas kemanusiaan yakni ikhtiar, tanggung jawab dan kemampuan meningkatkan kesempurnaan. Perempuan sama seperti laki-laki memiliki kapasitas untuk berkembang dan maju.
Al-Quran ketika menyebutkan nikmat surgawi, ia memberikan kabar gembira kepada keduanya. Dalam surat Hadid ayat 2 disebutkan, "(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan dimana cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar."
Kenyataan dan wajah hakiki perempuan yang merupakan setengah dari anggota masyarakat ini bisa disaksikan di sela-sela peristiwa masa lampau dengan memperhatikan peran positif dan negatifnya. Peran positif perempuan di Karbala dan penyampaian pesan Imam Husein as lebih mencolok daripada peran negatifnya. Peran Sayidah Zainab as merupakan sebuah teladan luar biasa dan abadi untuk menuju pada ketinggian dan membela kebenaran serta kepemimpinan. Selain para srikandi Karbala, di kalangan penduduk Kufah dan Syam ada juga perempuan-perempuan mulia yang menolak membela Yazid, tidak seperti suami-suami mereka. Perempuan-perempuan itu mendukung Imam Husein as, menolong para tawanan dari Ahlul Bait dan membela kebenaran mereka.
Dukungan dan pembelaan ini merupakan sebuah refleksi dari syahadah Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya yang muncul di tengah-tengah masyarakat pada sore Asyura itu juga. Kaum perempuan dalam gerakan ini telah menunjukkan bahwa mereka melihat semua peristiwa dan kejadian-kejadian itu dengan kepekaan hati dan pengetahuan.
Saat itu syahadah Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya baru saja berlalu. Asap masih mengepul, api masih berkobar dan darah-darah masih mengalir segar. Musuh sedang melakukan perampokan dan pembakaran kemah-kemah keluarga Ahlul Bait. Tiba-tiba muncul teriakan dan ajakan untuk melakukan pembalasan atas tumpahnya darah Imam Husein as, "Tidak ada hukum selain hukum Allah! Ayo lakukan tuntutan atas pertumpahan darah karena Allah!"
Suara itu adalah suara panggilan seorang perempuan dari suku Bakr bin Wail bersama suaminya di tengah-tengah hiruk pikuk pasukan musuh. Ketika ia menyaksikan kebrutalan dan kebuasan pasukan Ibnu Ziyad, ia mengangkat pedangnya dan berkata, "Hai keluarga Bakr bin Wail! Apakah kalian hanya sebagai penonton saja ketika putri-putri Rasulullah Saw ditawan dan pakaian-pakaiannya dirampok?!"
Perempuan ini meminta bantuan dan pertolongan, tapi tak seorang pun mau mendengarkannya. Suaminya datang dengan marah-marah dan menarik tangannya menghalangi agar ia tidak menyerang musuh.
Pasca syahadahya Imam Husein as dan sahabat-sahabat setianya, Umar bin Saad komandan pasukan Ibnu Ziyad memerintahkan seorang bernama Khauli untuk membawa kepala Imam Husein as dari Karbala menuju Kufah dan menyerahkannya kepada Ibnu Ziyad. Khauli sampai di Kufah sudah malam dan istana Ibnu Ziyad sudah tutup. Terpaksa ia harus membawa kepala Imam Husein as ke rumahnya.
Istrinya bernama Nawar salah seorang pecinta Imam Husein dan Ahlul Bait as kepadanya berkata, "Bagaimana kabar bepergianmu?"
Khauli berkata, "Aku membawa harta karun untukmu. Penggalan kepala Husein kini ada di rumahmu."
Begitu Nawar mendengar nama Imam Husein as, detak jantungnya berhenti, kedua kakinya melemas dan wajahnya memucat. Dengan marah ia berteriak, "Celakalah kamu! Orang-orang dari bepergian kembali ke rumahnya membawa emas dan perak, sementara kau membawa penggalan kepala putra Rasulullah Saw?!"
Khauli berkata, "Besok, bila kepala ini aku serahkan kepada Ibnu Ziyad, maka aku akan mendapatkan hadiah yang besar."
Nawar berkata, "Demi Allah! Aku tidak akan hidup seatap bersamamu. Kau telah menyakiti Rasulullah Saw dengan membunuh keluarganya. Apakah kau tidak takut kepada Allah, sehingga kau mencari hadiah dengan perantara kepala putra perempuan penghulu dunia Fathimah Zahra?"
Dengan mata bercucuran air mata, Nawar meninggalkan suaminya.
Durrah as-Shadaf putri Abdullah bin Umar Anshari adalah seorang perempuan pemberani dan salah satu pecinta Ahlul Bait Rasulullah Saw. Ketika ia mendengar kabar tentang syahadah Imam Husein dan ditawannya keluarga beliau, ia menangis tersedu-sedu. Kepada ayahnya ia berkata, "Wahai Ayah! Setelah syahadahnya penunjuk hidayah, tidak ada lagi kebaikan di dunia. Demi Allah, aku akan mengajak masyarakat untuk bangkit. Aku akan membebaskan para tawanan dan mengambil kepala Imam Husein as dari tangan mereka, kemudian memakamkannya di rumahku.
Durrah as-Shadaf keluar dari rumahnya dan meminta bantuan kepada warga Halaf dan sekitarnya. Menurut catatan sejarah ada 70 orang perempuan datang membantunya. Semuanya memakai pakaian tempur dan pergi mengintai musuh dan rombongan tawanan yang mereka bawa. Perempuan-perempuan ini menangis ketika mendengar suara tawanan dan tangisan anak-anak. Dari tempat persembunyiannya mereka menyelidiki kondisi musuh kemudian menyerang mereka. Dalam perang yang tak seimbang ini Durrah as-Shadaf mencapai syahadah. Setelah kematiannya, yang lainnya menjadi kocar kacir.
Tidak berapa lama pasca syahadahnya Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya, para perempuan Bani Asad melewati Karbala. Mereka melihat jenazah-jenzah para syuhada berserakan di bawah terik matahari. Mereka benar-benar takjub dan kembali menuju kabilahnya. Mereka meminta orang-orang laki untuk memakamkan jenazah-jenazah para syuhada itu. Namun karena rasa takut kepada Ibnu Ziyad, para lelaki itu tidak mau memenuhi permintaan mereka. Akhirnya para perempuan Bani Asad sendiri yang membawa cangkul, kampak dan tikar menuju Karbala. Sikap para perempuan ini membangkitkan semangat para laki-laki. Akhirnya orang-orang laki itu menyusul para perempuan bergerak menuju Karbala. Pada saat itu suara jeritan dan tangisan para perempuan dan laki-laki mengaung. Badan-badan tidak berkepala dan tak dikenal. Dengan sedih para perempuan Bani Asad menepuk-nepuk wajah dan kepala mereka. Gerakan para perempuan Bani Asad ini merupakan gerakan pertama melawan Ibnu Ziyad dan Bani Umayah pasca peristiwa Karbala.
Hindun, salah satu istri Yazid pernah belajar dan menjadi murid Sayidah Zainab as di Madinah. Ketika dikabarkan kepadanya bahwa para tawanan yang masuk ke Syam dan istana suaminya adalah Ahlul Bait Imam Husein as, dengan suara tangisan dan jeritan ia keluar dari tempat tinggalnya dengan kaki telanjang dan tanpa memakai hijab menuju ke arah suaminya. ketika itu Yazid sedang duduk-duduk bersama tamu-tamu spesialnya.
Hindun berteriak, "Hai Yazid? Apakah kau memerintahkan agar kepala Husein dipancung di atas tombak lalu dipajang di pintu gerbang Syam?"
Melihat istrinya seperti itu Yazid segera berdiri dan menutupi istrinya dan dengan tipu muslihat ia berkata, "Iya. Menangis dan menjeritlah untuk putra dan putri Rasulullah! Semoga Allah melaknat Ibnu Ziyad yang tergesa-gesa membunuh Husein! Ketika Yazid memakaikan hijab kepada Hindun. Dengan suara lantang Hindun berkata, "Celakalah kau, hai Yazid! Kau ingin menunjukkan dirimu laki-laki dengan menutupi aku? Mengapa kau tidak melakukan ini untuk putri Fathimah Zahra? Kau telah menyingkap hijab-hijab mereka dan membuka wajah-wajah mereka serta meletakkan mereka di reruntuhan puing-puing. Melihat sikap Hindun, para perempuan lainnya yang ada istana Yazid bangun dan menangis histeris.
Dengan demikian, filsafat amar makruf dan nahi mungkar dan perbaikan agama yang dilakukan Imam Husein as sebagai tujuan kebangkitannya, menjadi pembangkit gerakan para perempuan pasca peristiwa Asyura, peristiwa heroik Kufah dan Syam. Setiap perempuan menggunakan tujuan ini sesuai dengan kemampuan dan kondisinya masing-masing untuk berbicara, membela kebenaran, membongkar dan melawan kejahatan dan kezaliman. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Revolusi Asyura dan Peran Perempuan (Bagian 6, Habis)
Sejarah telah membuktikan bahwa kaum perempuan seperti Sayidah Zainab as di dalam peristiwa besar Karbala mampu menciptakan sebuah gerakan konstruktif dan penentu. Mereka telah membuktikan bahwa perempuan bisa tampil dan berperan di tengah medan kebangkitan dan perlawanan yang paling sulit dan bahkan mengerikan. Imam Husein as dan para sahabatnya telah menciptakan peristiwa heroik ini dan para perempuan dari tenggelamnya matahari saat itu sampai kini sebagai pembawa pesan peristiwa besar kemanusiaan ini. Sebuah peristiwa yang di dalamnya semua faktor-faktor kehidupan, kebanggaan, kemuliaan dan keteguhan membuncah. Kini, seorang muslimah dengan mengikuti dan meneladani gerakan para perempuan di dalam kebangkitan Imam Husein as dan setelahnya bisa berperan sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu yang hebat. Di rumah ia bertanggung jawab mendidik anak-anaknya dan di tengah-tengah masyarakat ia bertanggung jawab akan nasib masyarakat. Ia menyebarkan nilai-nilai kebangkitan Imam Husein as.
Pada hakikatnya, peran perempuan di pelbagai tahapan penentu sejarah Islam tidak terbatas pada arena kebangkitan Karbala saja. Sejarah telah membuktikan bahwa perempuan didikan ajaran Imam Husein as senantiasa tampil aktif dan semangat di pelbagai arena keilmuan, ekonomi, sosial dan politik. Teriakan menuntut kebebasan dan kemulian wanita didikan ajaran Imam Husein as membuat ketakutan jiwa para penguasa despotik dan diktator dan sebaliknya malah menarik hati-hati yang suci. Para perempuan ini terkadang di puncak perasaan dan kasih sayang keibuannya rela mengirimkan anak-anak mudanya menuju medan perang. Sementara ia meyakini anak-anak mudanya tidak akan kembali dan pasti akan mencapai syahadah. Terkadang juga para perempuan ini menebarkan benih-benih keilmuan dan makrifat di dalam jiwa-jiwa anaknya dan mempersenjatai mereka dengan senjata ilmu dan hikmah.
Bulan Khordad tahun 1342 Hs, Imam Khomeini memulai perjuangannya melawan rezim despotik Shah Pahlevi. Sejumlah penduduk nomaden Iran mengumumkan kesiapannya untuk berjuang melawan rezim despotik Shah Pahlevi, setelah mereka mendengar Imam Khomeini ra memulai perjuangannya. Kepada istri-istrinya mereka berkata, "Sebaiknya pergi saja ke rumah famili kalian!" Salah satu dari perempuan di situ berkata, "Para perempuan nomaden tidak tertinggal di belakang kaum laki-lakinya. Bagaimana mungkin kami para perempuan akan membiarkan laki-laki kami sendirian dalam berjuang. Sementara Fathimah az-Zahra dan Zainab sebagai contoh dan teladan kami?!"
Para laki-laki nomaden bersama keluarganya menyerang pusat-pusat militer rezim Shah Pahlevi dan berhasil menyita banyak senjata dan amunisi. Setelah bertempur melawan anasir-anasir Shah, mereka mencapai syahadah. Di antara syuhada nomaden, tercantum nama seorang perempuan "Bakhtar Biglari". Ia saat itu berusia 30 tahun dan memiliki dua orang anak yang masih kecil. Ketika ia tahu Imam Khomeini memulai perjuangannya melawan Shah, karena ingin meneladani Sayidah Zainab as, ia tinggal di pegunungan bersama suami dan anak-anaknya. Ketika peluru-peluru pasukan keamanan Shah menghujani mereka, suami dan anaknya yang berusia 3 tahun telah mencapai syahadah. Dengan tegar dan berani Bakhtar menghadapi mereka dan diapun mencapai syahadahnya. Bakhtar Biglari tercatat sebagai syahid perempuan Revolusi Islam Iran yang pertama.
Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, ketika semangat revolusi semakin memuncak, para perempuan sepenuhnya menunjukkan solidaritas dan pengabdiannya kepada revolusi untuk mencapai kemenangan.
Di antara slogan-slogan mereka antara lain:
Kau harus ciptakan epik
Sebagaimana para pengikut Husein
Kau harus mengundang matahari
Dan sampaikan pesan cinta ke dalam hati-hati
Para perempuan kader ajaran Imam Husein as adalah perempuan pemberani, teguh dan peka hati. Pada masa perang pertahanan suci yang dipaksakan oleh Saddam Husein, para perempuan Iran berdiri kokoh bak gunung. Mereka mengambil alih peran suami-suaminya yang telah mencapai syahadah dan mendidik serta mengasuh anak-anaknya. Sebagian dari ibu-ibu telah menyerahkan tiga sampai empat anaknya untuk membela agama dan tanah airnya dan berjuang di jalan Allah. Dengan cara ini mereka membela ideologi yang dipertahankan oleh Imam Husein as selama ini. Kesabaran perempuan-perempuan ini sulit untuk dipercaya oleh kebanyakan orang. Mereka telah mengikuti dan meneladani Sayidah Zainab as dimana kesabaran dan keteguhan beliau di hari Asyura menjadi teladan bagi perempuan-perempuan dunia. Seorang perempuan yang dalam setengah hari saudara-saudara, anak-anak dan semua keluarganya mencapai syahadah. Namun dia tetap bersabar. Puncak kesabaran ini terjadi ketika di samping jenazah saudaranya Imam Husein as dengan segala keimanan meminta kepada Allah agar menerima korban ini dari keluarga Rasulullah Saw.
Perempuan yang menjadikan kebangkitan Imam Husein as sebagai teladan adalah perempuan yang pemberani dan penyebar agama dan nilai-nilai. Ummu Yasir salah seorang perempuan yang berada di barisan Imam Husein as. Kehidupan perempuan Lebanon ini dipenuhi dengan jihad dan pengorbanan. Ia bersama suaminya Syahid Abbas Musawi (Sekjen Hisbullah Lebanon) telah melakukan perubahan dasar dalam urusan agama para perempuan. Ia telah mengasuh dan mendidik para pemudi dan ibu-ibu. Dia sendiri adalah seorang guru yang penuh kasih sayang yang melangkahkan kakinya di jalan Sayidah Fathimah as. Ia telah mencapai syahadah di jalan ini. Meski syahadahnya telah lama berlalu, sampai saat ini kota-kota, huseiniyah-huseiniyah dan pusat-pusat pendidikan di Jabal Amil dan Bekaa di Lebanon membuktikan peran aktif dan menentukan syahidah ini.
Rumah Ummu Yasir senantiasa menjadi tempat perkumpulan para pecinta Ahli Bait Rasulullah Saw. Acara duka dan doa Kumail senantiasa diselenggarakan di rumahnya. Ia bercita-cita bisa berziarah ke makam Imam Husein as di Karbala. Ia benar-benar menunjukkan kegembiraannya ketika semua persayaratan untuk pergi ke Karbala telah siap. Karena dia adalah salah seorang pecinta Imam Husein as.
Suatu Hari Ummu Yasir bersama suaminya Abbas Musawi mendaki gunung Jabal Safi. Tiba-tiba suaminya berkata, "Ummu Yasir! Bila engkau memperoleh derajat syahadah peluru-peluru artileri Israel yang akan mengenaimu."
Sambil tersenyum Ummu Yasir menjawab, "Saya menerima segala yang ditentukan Allah untukku dan aku siap untuk mencapai syahadah."
Tidak lama Allah mengabulkan doanya untuk mencapai syahadah. Ummu Yasir mencapai syahadah oleh tembakan roket Zionis Israel.
Perempuan yang dibesarkan dengan ajaran Asyura, akan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai dengan kemuliaan dan hijabnya. Ketika nilai-nilai itu dihina dan dinjak-injak, ia akan bangkit membelanya. Anda pasti mengenal seorang perempuan bernama Marwa Sherbini. Kedua orang tuanya adalah ahli kimia. Ia lulus dari universitas pada tahun 1995. Pada tahun 2003 ia berhijrah ke Jerman bersama suaminya.
Ketika Marwa Sherbini di taman bermain bersama anaknya, Alex W, asli Jerman menghinanya. Karena hijabnya ia disebut sebagai teroris. Marwa meyakini bahwa hijab tidak akan pernah menghalangi aktifitas perempuan. Bahkan sebagai pelindung dan penjaga keselamatan jiwanya. Ia pergi ke pengadilan untuk membela dan mempertahankan kemuliaan seorang muslimah. Pengadilan sedang melakukan penelitian tentang masalah ini. Tiba-tiba orang Jerman itu menyerang Marwa di hadapan mata hakim dan orang-orang yang hadir di situ. Marwa yang saat itu mengandung 3 bulan mencapai syahadah karena tikaman pisau. Darah Marwa sama seperti darah para syuhada tidak mengalir sia-sia. Perilaku zalim yang dilakukan oleh seorang Jerman ini tidak saja mendapatkan kecaman dari kaum Muslimin tapi juga mendapat kecaman dari orang-orang non Muslim.
Sekarang, perempuan didikan ajaran Imam Husein as telah menjadi teladan bagi manusia zaman ini. Teladan perempuan-perempuan tersebut di atas adalah para perempuan yang berdiri tegak melawan para pezalim di Karbala dan tidak pernah menyerah sama sekali. Mereka telah menjaga kehormatan dan kemuliaan manusia dan menyampaikan pesan-pesan abadi Imam Husein as kepada generasi umat manusia selanjutnya yakni "MATI DENGAN KEMULIAAN LEBIH BAIK DARIPADA HIDUP DENGAN KEHINAAN." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Maharani D. Permanasari: Pembuat Peredam Suara dari Pelepah Pisang ASLI orang Indonesia...WOWWW...
Pelepah pisang bagi kebanyakan orang mungkin hanya dianggap sampah. Bagi sebagian lainnya, pelepah pisang diolah menjadi berbagai bentuk kerajinan, seperti tas, sandal, dan hiasan rumah. Namun bagi Maharani Dian Permanasari, lewat penelitiannya ia menemukan satu lagi manfaat pelepah pisang, yakni sebagai peredam suara.
Penelitian tersebut dilakukan Maharani saat menjadi mahasiswa pascasarjana di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2011. Dia meneliti manfaat pelepah pisang kepok (Musa acuminax balbisiana Calla), yang tidak hanya dibentuk menjadi perabot, tetapi bisa meredam suara bila disusun serta dianyam dalam pola tertentu.
”Jika anyaman pelepah pisang dipasang di rumah sebagai peredam suara ruang home theatre, tentu harganya lebih terjangkau ketimbang peredam suara impor,” kata wanita yang menjadi dosen di Universitas Surabaya (Ubaya) ini.
Hasil penelitian di Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim) menunjukkan contoh pelepah pisang setebal 2 sentimeter yang dibawa Maharani mampu meredam suara berfrekuensi 200 hertz hingga 63 persen. Frekuensi itu tergolong frekuensi rendah atau suara bas.
Menurutnya, saat ini kemampuan meredam suara dari pelepah pisang belum meliputi seluruh frekuensi suara. Suara frekuensi rendah 125 hertz bisa meredam hingga 51 persen, tetapi pada frekuensi 160 hertz tidak sampai meredam 21 persen. Pada frekuensi tinggi, 2.000 hertz, bisa meredam sampai 55 persen, tapi pada 1.600 hertz hanya 40 persen.
”Sebetulnya ini sudah sesuai untuk kebutuhan home theatre karena suara bas yang paling harus diredam,” kata Maharani. Untuk mampu meredam suara, pelepah pisang harus dianyam membentuk pola segi enam layaknya sarang lebah. Pola ini paling efektif dalam menutup rapat setiap lubang bila disusun bertumpuk layaknya gelombang.
Pola ini tidak dijumpai di Indonesia, melainkan di kepulauan Pasifik. Pola ini biasa digunakan untuk membuat topi anyaman. Penelitian Maharani menarik perhatian dari luar negeri. Karyanya dipamerkan dalam acara Red Dot Design Museum di kota Essen, Jerman, kemudian dilanjutkan ke pameran Designer’s Open 2012 di Leipzig, Jerman.
Keduanya merupakan pameran yang mempertunjukkan tren terbaru dalam busana ataupun desain produk dari berbagai negara. Penelitian Maharani menunjukkan masih terbukanya kemungkinan untuk memadukan bahan dari pelepah pisang dengan bahan lain untuk meningkatkan daya peredaman suara.
Hak cipta dari desain pelepah pisang sebagai bahan akustik itu sudah didaftarkan Maharani ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Di sela tugasnya sebagai dosen, Maharani terus meneliti mengenai aplikasi pelepah pisang kepok untuk dipakai secara massal hingga kemungkinan dijual secara komersial. ”Untuk produksi massal masih membutuhkan bantuan kelompok perajin yang terbiasa dengan menganyam pelepah pisang,” katanya.
Bahan Baku yang Melimpah
Alasan Maharani memilih pelepah pisang adalah karena bahan baku ini melimpah di Indonesia. Setiap tahun Indonesia memproduksi pisang sampai 6 juta ton lebih dan tersebar di berbagai pulau. Pelepah pisang adalah bagian dari batang pohon yang tidak lagi terpakai begitu berbuah.
Menurut Maharani, dia menggunakan lapisan ketiga dan keempat atau di tengah pokok pohon pisang. Alasannya, lapisan pertama dan kedua terlalu rapuh karena kering, sementara lapisan kelima dan keenam sulit dibentuk karena terlalu banyak kandungan airnya. Pelepah pisang memiliki karakter berpori, berongga, serta berserat sehingga tampil unik.
Setelah menjajal berbagai jenis pisang, pilihan jatuh pada pisang kepok. Sebelumnya, Maharani sudah mencoba pelepah pisang susu (Musa sativa L), pisang raja (Musa paradisiaca), maupun pisang batu (Musa balbisiana Colla), tetapi daya redam suaranya tidak ada yang bisa mengalahkan pelepah pisang kepok.
”Sewaktu diuji di Puslitbangkim, peneliti di sana sempat heran karena yang biasa diuji akustik adalah bahan seperti gipsum atau kayu,” ujarnya. Dengan penelitian ini, Maharani berharap agar produksi pisang di Indonesia makin didorong karena tidak hanya buahnya yang dipanen, tetapi juga batang pohon pisang ikut memberikan nilai ekonomis kepada petaninya.
Nilai Tambah Ekonomis
Sebenarnya, keterlibatan Maharani dengan pelepah pisang dimulai sejak dia kuliah Desain Produk di ITB pada 2008. Saat mengerjakan tugas akhir, Maharani menggunakan pelepah pisang sebagai peralatan sehari-hari. Bila perajin lain membuat dengan cara menganyam dan desainnya masih sebatas kotak, dia memakai teknik pres kemudian dicetak sehingga bentuknya unik, tetapi tidak meninggalkan karakter awal.
Dari perjumpaan dengan penghasil pelepah pisang di daerah Bojonegoro, Jawa Timur, Maharani tertarik untuk mengolah pelepah pisang lebih jauh untuk memberi nilai tambah. Hal itu diwujudkan dalam penelitian soal pelepah pisang sebagai peredam suara. Maharani berharap, hasil penelitiannya bisa bermanfaat bagi pemilik home theatre yang ingin menata akustik ruangan dengan biaya lebih ringan. Selain itu memberi nilai tambah bagi pelepah pisang dan menambah penghasilan petani pisang.
Sumber:http://indonesiaproud.wordpress.com/2012/11/25/maharani-d-permanasari-pembuat-peredam-suara-dari-pelepah-pisang/ kompas.com
Tags:
Indonesia
,
Tekhnologi
Mengadakan Haul cucunda Nabi Muhammad saww sang penghulu pemuda surga "DILARANG"...?????
Asyura Berdarah di Yaman, Ancaman Friksi Antarmazhab Menguat
FNA (26/11) melaporkan, pasca insiden teror di hari Asyura itu, berbagai partai politik Yaman memperingatkan ancaman munculnya friksi mazhab di masa mendatang.
Banyak pihak yang menilai pemerintah bertanggung jawab atas keamanan berbagai peringatan yang digelar warga.
Kelompok Syiah al-Houthi menilai aksi teror tersebut sebagai lanjutan kejahatan terhadap warga revolusioner Yaman.
Dalam hal ini, parlemen Yaman (26/11) mengecam aksi pengeboman itu dan memanggil para pejabat Kementerian Pertahanan Yaman untuk hadir dalam sidang parlemen dan memberikan penjelasan dalam hal ini.
Zaid al-Syami, anggota parlemen Yaman meminta semua pihak khususnya warga Syiah untuk tenang. Menurutnya, aksi pengeboman seperti itu akan mengancam persatuan serta berpotensi menyulut friksi etnis dan mazhab. (IRIB Indonesia/MZ)
Pengunduran Diri Ehud Barak dan Awal dari Dampak Perang Gaza
Akhirnya
Menteri Peperangan Rezim Zionis Israel, Ehud Barak mengundurkan diri
dari posisinya setelah kegagalan militer rezim ini di perang delapan
hari Jalur Gaza. Ini merupakan goncangan pertama yang menggoyang rezim
ini pasca perang delapan hari Gaza. Sementara itu, para pengamat
meyakini dalam beberapa pekan mendatang goncangan ini akan terus mendera
Israel dan sejumlah petinggi akan terpaksa mundur dari jabatannya.
Barak sebagai salah satu pemimpin berpengalaman Israel bukan hanya mundur dari posisi menteri peperangan, bahkan ia mengaku akan pensiun dari dunia politik serta tidak akan turut andil dalam pemilu parlemen mendatang.
Berita pengunduran diri Barak dirilis hari Senin (26/11) dalam sebuah konferensi pers di kantor departemen peperangan di Tel Aviv. Berita ini langsung menyedot perhatian dan reaksi media massa Israel dan regional. Rencana Barak untuk pensiun dari dunia politik menunjukkan parahnya keretakan sendi-sendi rezim ilegal ini sejak dekade 90-an hingga kini yang terus terulang. Sebelumnya Barak juga telah keluar dari Partai Buruh dan mendirikan partai sendiri.
Krisis beruntun yang mendera kabinet Israel, pembubaran parlemen yang kerap terulang dan tumbangnya sejumlah partai politik serta pensiunnya pemimpin rezim ini dari dunia politik merupakan fenomena biasa yang kerap terulang dan menggoyah pilar rezim Zionis Israel. Israel yang mengobarkan sejumlah perang di kawasan di abad 20 senantiasa mengklaim bahwa militernya tak terkalahkan di Timur Tengah.
Di tahun 2000, ketika Ehud Barak menjadi pemimpin Partai Buruh dan perdana menteri Israel saat itu, mengeluarkan instruksi penarikan militer rezim ini dari Lebanon selatan di malam hari setelah bercokol di kawasan ini selama 22 tahun. Keputusan ini harus dibayar mahal Barak dengan mengundurkan diri dari posisi PM Israel. Dunia telah menyadari bahwa kekuatan militer Israel yang didengungkan selama ini hanya sekedar propaganda.
Kekalahan memalukan militer Israel di perang 33 hari Lebanon dan 22 hari di Jalur Gaza juga harus dibayar mahal para petinggi Israel. Perdana Menteri Israel saat itu, Ehud Olmert dan Dan Halutz, kepala staf militer Israel serta sejumlah menteri terpaksa mengundurkan diri dan pensiun dari dunia politik. Dengan kata lain, Israel yang saat ini tengah memulihkan diri akibat kekalahannya di dekade 2000, kini terpaksa menelan kekalahan memalukan lagi akibat ulah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Dampak dari perang delapan hari Gaza bukan saja menunjukkan kekalahan militer, namun juga kekalahan politik dan intelijen.
Prediksi keliru dinas rahasia dan intelijen Israel terhadap muqawama Palestina dan kemampuannya dalam membalas setiap brutalitas rezim ini kembali membuat Gaza menjadi medan kekalahan rezim ilegal Tel Aviv. Hal ini sekaligus membongkar kekeliruan klaim kemampuan militer Israel dan efektifitas sistem intelijen Tel Aviv.
Para petinggi Tel Aviv di awal diberlakukannya gencatan senjata di Gaza mengakui kekalahan militer rezim ini dan menyatakan bahwa perang ini telah menimbulkan kerugian besar dan di berbagai sektor bargi Israel. Penggunaan Iron Dome di perang delapan hari Gaza telah mengakibatkan kerugian sebesar 30 juta dolar bagi Tel Aviv. Di sisi lain, kerugian ini terjadi di tengah-tengah propaganda mereka terkait kemampuan sistem perisai Iron Dome yang didukung penuh Amerika Serikat. Tentu saja hal ini menjadi pukulan telak tersendiri bagi Israel.
Oleh karena itu, pengunduran diri Barak yang memiliki pengalaman segudang dan termasuk politikus berpengaruh di Israel merupakan peristiwa pending di Israel yang selama beberapa waktu terakhir tengah menghadapi krisis internal yang berat. (IRIB Indonesia/MF)
Barak sebagai salah satu pemimpin berpengalaman Israel bukan hanya mundur dari posisi menteri peperangan, bahkan ia mengaku akan pensiun dari dunia politik serta tidak akan turut andil dalam pemilu parlemen mendatang.
Berita pengunduran diri Barak dirilis hari Senin (26/11) dalam sebuah konferensi pers di kantor departemen peperangan di Tel Aviv. Berita ini langsung menyedot perhatian dan reaksi media massa Israel dan regional. Rencana Barak untuk pensiun dari dunia politik menunjukkan parahnya keretakan sendi-sendi rezim ilegal ini sejak dekade 90-an hingga kini yang terus terulang. Sebelumnya Barak juga telah keluar dari Partai Buruh dan mendirikan partai sendiri.
Krisis beruntun yang mendera kabinet Israel, pembubaran parlemen yang kerap terulang dan tumbangnya sejumlah partai politik serta pensiunnya pemimpin rezim ini dari dunia politik merupakan fenomena biasa yang kerap terulang dan menggoyah pilar rezim Zionis Israel. Israel yang mengobarkan sejumlah perang di kawasan di abad 20 senantiasa mengklaim bahwa militernya tak terkalahkan di Timur Tengah.
Di tahun 2000, ketika Ehud Barak menjadi pemimpin Partai Buruh dan perdana menteri Israel saat itu, mengeluarkan instruksi penarikan militer rezim ini dari Lebanon selatan di malam hari setelah bercokol di kawasan ini selama 22 tahun. Keputusan ini harus dibayar mahal Barak dengan mengundurkan diri dari posisi PM Israel. Dunia telah menyadari bahwa kekuatan militer Israel yang didengungkan selama ini hanya sekedar propaganda.
Kekalahan memalukan militer Israel di perang 33 hari Lebanon dan 22 hari di Jalur Gaza juga harus dibayar mahal para petinggi Israel. Perdana Menteri Israel saat itu, Ehud Olmert dan Dan Halutz, kepala staf militer Israel serta sejumlah menteri terpaksa mengundurkan diri dan pensiun dari dunia politik. Dengan kata lain, Israel yang saat ini tengah memulihkan diri akibat kekalahannya di dekade 2000, kini terpaksa menelan kekalahan memalukan lagi akibat ulah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Dampak dari perang delapan hari Gaza bukan saja menunjukkan kekalahan militer, namun juga kekalahan politik dan intelijen.
Prediksi keliru dinas rahasia dan intelijen Israel terhadap muqawama Palestina dan kemampuannya dalam membalas setiap brutalitas rezim ini kembali membuat Gaza menjadi medan kekalahan rezim ilegal Tel Aviv. Hal ini sekaligus membongkar kekeliruan klaim kemampuan militer Israel dan efektifitas sistem intelijen Tel Aviv.
Para petinggi Tel Aviv di awal diberlakukannya gencatan senjata di Gaza mengakui kekalahan militer rezim ini dan menyatakan bahwa perang ini telah menimbulkan kerugian besar dan di berbagai sektor bargi Israel. Penggunaan Iron Dome di perang delapan hari Gaza telah mengakibatkan kerugian sebesar 30 juta dolar bagi Tel Aviv. Di sisi lain, kerugian ini terjadi di tengah-tengah propaganda mereka terkait kemampuan sistem perisai Iron Dome yang didukung penuh Amerika Serikat. Tentu saja hal ini menjadi pukulan telak tersendiri bagi Israel.
Oleh karena itu, pengunduran diri Barak yang memiliki pengalaman segudang dan termasuk politikus berpengaruh di Israel merupakan peristiwa pending di Israel yang selama beberapa waktu terakhir tengah menghadapi krisis internal yang berat. (IRIB Indonesia/MF)
Kalah Perang, Barak Tinggalkan Dunia Politik
Menteri Urusan Militer Israel Ehud Barak mengumumkan rencananya untuk mengakhiri karir politiknya.
Barak menyatakan pada hari Senin (26/11) bahwa ia pensiun dari dunia politik dan tidak akan bersaing dalam pemilihan parlemen pada 22 Januari 2013, AFP melaporkan.
"Saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari ranah politik dan tidak berpartisipasi dalam pemilu Knesset mendatang," katanya pada konferensi pers di Tel Aviv. "Saya akan menyelesaikan tugas-tugas saya sebagai menteri sampai formasi kabinet mendatang terbentuk dalam tiga bulan," tambah Barak.
Pejabat rezim Zionis ini mengatakan, "Saya ‘sudah lelah dengan politik' dan saya ingin mendedikasikan lebih banyak waktu untuk keluarga saya."
Pada kesempatan itu, Barak mengklaim bahwa ia telah mempertimbangkan untuk istirahat dari dunia politik untuk beberapa waktu, namun serangan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza telah menunda keputusannya.
Sebelum terjun ke dunia politik pada 1995, Barak adalah tentara karir di militer Israel selama 35 tahun, dan menjadi kepala staf militer dengan pangkat jenderal bintang empat.
Ia kemudian menjadi Menteri Dalam Negeri di bawah Perdana Menteri Yitzhak Rabin, dan kemudian menjadi Menteri Luar Negeri pada masa kekuasaan Partai Buruh pada 1996. Ia terpilih sebagai perdana menteri Israel dari 1999 hingga 2001, sebelum kalah bertarung dalam pemilu dengan ketua Partai Likud Ariel Sharon. Ia kemudian mundur dari kepemimpinan partai. (IRIB Indonesia/RM)
Barak menyatakan pada hari Senin (26/11) bahwa ia pensiun dari dunia politik dan tidak akan bersaing dalam pemilihan parlemen pada 22 Januari 2013, AFP melaporkan.
"Saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari ranah politik dan tidak berpartisipasi dalam pemilu Knesset mendatang," katanya pada konferensi pers di Tel Aviv. "Saya akan menyelesaikan tugas-tugas saya sebagai menteri sampai formasi kabinet mendatang terbentuk dalam tiga bulan," tambah Barak.
Pejabat rezim Zionis ini mengatakan, "Saya ‘sudah lelah dengan politik' dan saya ingin mendedikasikan lebih banyak waktu untuk keluarga saya."
Pada kesempatan itu, Barak mengklaim bahwa ia telah mempertimbangkan untuk istirahat dari dunia politik untuk beberapa waktu, namun serangan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza telah menunda keputusannya.
Sebelum terjun ke dunia politik pada 1995, Barak adalah tentara karir di militer Israel selama 35 tahun, dan menjadi kepala staf militer dengan pangkat jenderal bintang empat.
Ia kemudian menjadi Menteri Dalam Negeri di bawah Perdana Menteri Yitzhak Rabin, dan kemudian menjadi Menteri Luar Negeri pada masa kekuasaan Partai Buruh pada 1996. Ia terpilih sebagai perdana menteri Israel dari 1999 hingga 2001, sebelum kalah bertarung dalam pemilu dengan ketua Partai Likud Ariel Sharon. Ia kemudian mundur dari kepemimpinan partai. (IRIB Indonesia/RM)
Warga Syiah Mesir Gagal Gelar Asyura Karena Aksi Wahabi-Salafi
Taher
al-Hashemi, seorang tokoh Syiah Mesir menyinggung peringatan Asyura di
negara ini dan mengatakan, "Upaya pelaksanaan peringatan Asyura yang
menurut rencana akan digelar di masjid Ra'sul Husein gagal."
FNA (26/11) melaporkan, warga Syiah Mesir di sebagian besar propinsi gagal melaksanakan peringatan Asyura akibat perang media Salafi-Qahabi dan al-Azhar serta Departemen Urusan Wakaf Mesir. Warga Syiah terpaksa melaksanakannya di rumah-rumah.
Al-Hashemi menambahkan, "Ini semua akibat berbagai majalah dan selebaran yang ditebar oleh kelompok Wahabi yang mendapat dukungan dana dari Arab Saudi."
Dalam menjelaskan pelaksanaan Asyura di Mesir, al-Hashemi mengatakan, "Peringatan Asyura di Mesir mencakup pembacaan al-Quran, penyebutan berbagai kesulitan yang dihadapi Ahlul Bait as, pembahasan mengenai pelajaran dan pesan Asyura termasuk pengorbanan, syahadah, jihad, kemuliaan, kehormatan dan perlawanan terhadap kezaliman."
Acara Asyura di Mesir yang digelar di rumah-rumah warga Syiah, menurut al-Hashemi, juga meliputi pembacaan narasi duka Imam Husein as di padang Karbala. (IRIB Indonesia/MZ)
FNA (26/11) melaporkan, warga Syiah Mesir di sebagian besar propinsi gagal melaksanakan peringatan Asyura akibat perang media Salafi-Qahabi dan al-Azhar serta Departemen Urusan Wakaf Mesir. Warga Syiah terpaksa melaksanakannya di rumah-rumah.
Al-Hashemi menambahkan, "Ini semua akibat berbagai majalah dan selebaran yang ditebar oleh kelompok Wahabi yang mendapat dukungan dana dari Arab Saudi."
Dalam menjelaskan pelaksanaan Asyura di Mesir, al-Hashemi mengatakan, "Peringatan Asyura di Mesir mencakup pembacaan al-Quran, penyebutan berbagai kesulitan yang dihadapi Ahlul Bait as, pembahasan mengenai pelajaran dan pesan Asyura termasuk pengorbanan, syahadah, jihad, kemuliaan, kehormatan dan perlawanan terhadap kezaliman."
Acara Asyura di Mesir yang digelar di rumah-rumah warga Syiah, menurut al-Hashemi, juga meliputi pembacaan narasi duka Imam Husein as di padang Karbala. (IRIB Indonesia/MZ)
Zareeh Baru untuk Makam Imam Husein as Dilepas dari Qom
Zareeh (pagar makam) baru untuk makam Imam Husein as di Karbala, Irak, dilepas warga Qom dengan penuh duka.
IRNA melaporkan, zareeh baru untuk makam Imam Husein as itu dilepas oleh warga Qom termasuk para pejabat, ulama, pelajar hauzah dan keluarga para syuhada, Senin (26/11).
Sebelum pelepasan zareeh tersebut, Hujjatul Islam Saidi menyampaikan pidato singkat.
Setelah khutbah, konvoi yang membahwa zareeh bergerak menuju makam suci Imam Khomeini di pinggiran kota Tehran. Menurut rencana, zareeh makam Imam Husein as itu akan dibawa hingga ke Bundaran Imam Husein as di Tehran, memberikan kesempatan kepada warga ibukota untuk melepas zareeh tersebut.
Relokasi zareeh Imam Husein as akan dilanjutkan dari Tehran dan melalui kota-kota hingga sampai ke kota Abadan, dekat perbataan Irak.
Pembuatan zareeh tersebut menelan waktu enam tahun yang dua tahunnya hanya untuk persiapan, adapun empat tahun berikutnya untuk pembuatan zareeh itu sendiri. Pembuatannya membutuhkan 118 kilo emas, dan total dana yang dihabiskan mencapai 140 milyar rial.(IRIB Indonesia/MZ)
Kelompok-kelompok pejuang Palestina mengatakan bahwa pengunduran diri Barak merupakan kekalahan politik dan militer Israel.
Muqawama Palestina menyebut pengunduran diri menteri peperangan rezim Zionis Israel dan langkahnya meninggalkan dunia politik secara terpaksa merupakan bukti kekalahan politik dan militer rezim Zionis Israel dalam agresinya terhadap Gaza.
Menurut laporan Fars News(26/11) mengutip Kantor Berita SAMA, Hamas menilai pengunduran diri Ehud Barak dari kehidupan politik sebagai bukti kekalahan politik dan militer rezim Zionis Israel dalam agresinya terhadap Jalur Gaza.
Fauzi Barhoum, Jurubicara Hamas dalam pernyataan di laman Facebooknya menulis, pengunduran diri Ehud Barak dan dunia politik bukti kekelahan rezim penjajah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
"Pengunduran diri Barak merupakan kemenangan lain yang menambah kemenangan operasi Hijarah Sijjil dan muqawama Palestina dan bukti kebingungan dan krisis sebenarnya para pemimpin rezim Zionis Israel dampak dari keberhasilan muqawama," tambahnya.
Sementara itu, Abu Ahmad, Jurubicara Brigade al-Quds, sayap militer Jihad Islam menegaskan bahwa pengundurandiri Barak merupakan reaksi langsung dari kekalahannya dan militer Israel di Jalur Gaza. Pengunduran ini menunjukkan darah bangsa Palestina dan para korban tidak tumpah begitu saja.
Abu Ahmad juga menyatakan bahwa pengunduran diri ini merupakan hasil pertama perang yang dilakukan oleh Brigade al-Quds dan kelompok-kelompok muqawama lainnya dalam menghadapi agresi brutal rezim Zionis Israel. Masih akan banyak peristiwa lain yang bakal terjadi, dan tidak menutup kemungkinan Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel merupakan orang selanjutnya yang terpaksa mengundurkan diri.
Abu Ahmad menyebut semangat warga zionis anjlok melihat kemenangan muqawama Palestina. (IRIB Indonesia / SL)
Rezim Al Saud bertahun-tahun menerapkan kebijakan menekan warga Syiah. Aksi yang dilakukan berupa ancaman, penangkapan, penumpasan, penyiksaan, pemenjaraan dan bahkan hukuman mati terhadap warga Syiah yang tinggal di timur negara ini, Jeddah, Madinah dan tempat-tempat lain. Kebijakan represif ini semakin meningkat seiring dengan Kebangkitan Islam di Timur Tengah.
Film ini meliput proses perusakan masjid dan rumah-rumah penduduk oleh rezim Al Saud disertai protes warga yang tempat tinggalnya dihancurkan. Perusakan masjid dan rumah penduduk ini dilakukan dengan buldozer. (IRIB Indonesia / SL)
IRNA melaporkan, zareeh baru untuk makam Imam Husein as itu dilepas oleh warga Qom termasuk para pejabat, ulama, pelajar hauzah dan keluarga para syuhada, Senin (26/11).
Sebelum pelepasan zareeh tersebut, Hujjatul Islam Saidi menyampaikan pidato singkat.
Setelah khutbah, konvoi yang membahwa zareeh bergerak menuju makam suci Imam Khomeini di pinggiran kota Tehran. Menurut rencana, zareeh makam Imam Husein as itu akan dibawa hingga ke Bundaran Imam Husein as di Tehran, memberikan kesempatan kepada warga ibukota untuk melepas zareeh tersebut.
Relokasi zareeh Imam Husein as akan dilanjutkan dari Tehran dan melalui kota-kota hingga sampai ke kota Abadan, dekat perbataan Irak.
Pembuatan zareeh tersebut menelan waktu enam tahun yang dua tahunnya hanya untuk persiapan, adapun empat tahun berikutnya untuk pembuatan zareeh itu sendiri. Pembuatannya membutuhkan 118 kilo emas, dan total dana yang dihabiskan mencapai 140 milyar rial.(IRIB Indonesia/MZ)
Muqawama Palestina: Olmert dan Barak Pensiunan Terpaksa Dua Perang Gaza
Kelompok-kelompok pejuang Palestina mengatakan bahwa pengunduran diri Barak merupakan kekalahan politik dan militer Israel.
Muqawama Palestina menyebut pengunduran diri menteri peperangan rezim Zionis Israel dan langkahnya meninggalkan dunia politik secara terpaksa merupakan bukti kekalahan politik dan militer rezim Zionis Israel dalam agresinya terhadap Gaza.
Menurut laporan Fars News(26/11) mengutip Kantor Berita SAMA, Hamas menilai pengunduran diri Ehud Barak dari kehidupan politik sebagai bukti kekalahan politik dan militer rezim Zionis Israel dalam agresinya terhadap Jalur Gaza.
Fauzi Barhoum, Jurubicara Hamas dalam pernyataan di laman Facebooknya menulis, pengunduran diri Ehud Barak dan dunia politik bukti kekelahan rezim penjajah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
"Pengunduran diri Barak merupakan kemenangan lain yang menambah kemenangan operasi Hijarah Sijjil dan muqawama Palestina dan bukti kebingungan dan krisis sebenarnya para pemimpin rezim Zionis Israel dampak dari keberhasilan muqawama," tambahnya.
Sementara itu, Abu Ahmad, Jurubicara Brigade al-Quds, sayap militer Jihad Islam menegaskan bahwa pengundurandiri Barak merupakan reaksi langsung dari kekalahannya dan militer Israel di Jalur Gaza. Pengunduran ini menunjukkan darah bangsa Palestina dan para korban tidak tumpah begitu saja.
Abu Ahmad juga menyatakan bahwa pengunduran diri ini merupakan hasil pertama perang yang dilakukan oleh Brigade al-Quds dan kelompok-kelompok muqawama lainnya dalam menghadapi agresi brutal rezim Zionis Israel. Masih akan banyak peristiwa lain yang bakal terjadi, dan tidak menutup kemungkinan Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel merupakan orang selanjutnya yang terpaksa mengundurkan diri.
Abu Ahmad menyebut semangat warga zionis anjlok melihat kemenangan muqawama Palestina. (IRIB Indonesia / SL)
Video: Rezim Al Saud Hancurkan Masjid dan Rumah Warga Syiah
Rezim Al Saud bertahun-tahun menerapkan kebijakan menekan warga Syiah. Aksi yang dilakukan berupa ancaman, penangkapan, penumpasan, penyiksaan, pemenjaraan dan bahkan hukuman mati terhadap warga Syiah yang tinggal di timur negara ini, Jeddah, Madinah dan tempat-tempat lain. Kebijakan represif ini semakin meningkat seiring dengan Kebangkitan Islam di Timur Tengah.
Film ini meliput proses perusakan masjid dan rumah-rumah penduduk oleh rezim Al Saud disertai protes warga yang tempat tinggalnya dihancurkan. Perusakan masjid dan rumah penduduk ini dilakukan dengan buldozer. (IRIB Indonesia / SL)
Tags:
Syiah di Israel
Oleh: Mu'taz Ahmad
"Kami orang-orang Syiah dan pengikut mazhab yang benar. Kami akan memperbaiki akal bangsa ini sama seperti yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya; pantas dan cemerlang.
Wahai Allah Yang Maha Pengasih! Berkati Sayid Hasan Nasrullah dan pengibar bendera Syiah Presiden Ahmadinejad! Bantu dan enyahkan musibah dari mereka!"
Ucapan di atas bukan keluar dari lisan orang-orang Syiah Lebanon dan pengikut Hizbullah dan bukan dari sebagian orang Syiah Iran atau orang-orang Syiah yang tinggal di kawasan Syiah, tapi bagian dari doa yang diucapkan dengan lirih oleh orang-orang Syiah yang hidup di Palestina pendudukan atau Israel.
Fenomena ini sempat dilaporkan oleh sebagian media dan lembaga riset di Tel Aviv yang memunculkan kekhawatiran pejabat politik dan keamanan rezim Zionis Israel dan akhirnya media-media massa di sana menyebut fenomena ini sangat membahayakan Israel. Sebagian kelompok Syiah di Israel sangat aktif yang secara alamiah terus mengalami pertumbuhan dan punya hubungan dengan pelbagai organisasi dan kelompok. Hubungan ini tentu sangat berbahaya dalam pandangan rezim ini.
Data Statistik
Kantor Pusat Data dan Statistik Zionis Israel dalam laporan tahunannya yang dirilis tahun 2007 menyebut jumlah orang-orang Syiah yang resmi di Israel mendekati 600 orang, namun lembaga ini tidak terlalu percaya dengan angka tersebut. Ketidaktepatan angka yang disebutkan mengenai jumlah orang Syiah di Israel karena mereka menyelenggarakan acara-acara keagamaan mereka secara rahasia. Mereka berlaku sedemikian rupa agar tidak sampai dikenal. Karena bila mereka sampai diketahui bermazhab Syiah, pasti kehidupan mereka akan semakin sulit. Oleh karenanya jumlah orang Syiah di Israel lebih banyak dari jumlah yang disebutkan.
Situs Kanal Tujuh Televisi Yaman dalam item yang dikelola oleh orang-orang Arab yang tinggal di Israel menyebut jumlah orang Syiah di Israel sepuluh kali lipat dari yang diumumkan oleh kantor pusat data dan statistik rezim ini dengan bersandarkan pada sumber-sumber keamanan yang dapat dipercaya, yakni populasi syiah di Israel mencapi 6.000 orang dan bila ditambahkan dengan para simpatisan Syiah orang-orang Arab di Israel jumlah mereka bisa mencapai 10 ribu orang. Mereka yang memeluk syiah ini karena sudah tidak lagi dapat berharap untuk memperbaiki kondisi yang ada dan juga krisis politik dan sosial yang dihadapi orang-orang Arab. Oleh karenanya mereka melihat solusi Syiah sebagai alternatif untuk keluar dari krisis yang ada.
Patut menjadi pertanyaan di sini adalah mengapa Israel merasa khawatir dengan angka ini. Karena keberadaan mazhab Syiah di Israel dan pengaruhnya dengan sendirinya mampu menciptakan krisis dan masalah besar yang berarti kemenangan sejumlah teori anti Zionis Israel. Satu dari teori ini adalah ekspor revolusi Syiah Iran ke luar dari teritorialnya yang merupakan prinsip Revolusi Islam di Tehran dan itu berarti keberhasilan Tehran mengekspornya tepat di jantung musuhnya. Hal ini juga berarti kemenangan pemikiran dan strategi Hizbullah atas Israel dan terhitung keberhasilan gerakan ini dalam merekrut anggota baru ke dalam mazhab Syiah dan juga kemenangan militer terakhir pengikut Syiah di Yaman.
Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa orang-orang Arab Israel yang memeluk mazhab Syiah sejak terbentuknya rezim Zionis Israel tahun 1948 secara aktif melakukan acara keagamaan mereka secara khusus guna menarik orang lain memeluk mazhab ini. Aktivitas ini menimbulkan kekhawatiran khusus bagi Israel. Riset ini berasal dari laporan dua bulan sebelumnya Meir Dagan, Ketua Dinas Rahasia Israel Mossad kepada Ehud Olmert, Perdana Menteri waktu itu Israel. Dalam laporan tersebut Meir Dagan menyebut sejumlah pengikut gerakan Islam di Israel yang dipimpin oleh Syeikh Raid Salah di utara, Syeikh Ibrahim Marmur di selatan telah telah memeluk mazhab Syiah dan di kawasan Arab seperti Kofr Kana, an-Nasirah, Syafa Amru, al-Jalil, al-Mutsallats, Yafa, Majd al-Kurum dan Negev serta orang-orang Syiah secara periodik aktif melakukan pertemuan rahasia.
Jelas sudah bahwa hubungan rezim Zionis Israel dengan mazhab Syiah kembali pada masa lalu. Orang-orang Syiah sejak dahulu hidup di Palestina dan sebagian di kawasan utara yang berbatasan dengan Lebanon dan Suriah kini. Sebagian daerah-daerah ini menyaksikan pelbagai kejadian bersejarah mengenai orang-orang Syiah seperti di Kofr Manda dan Kofr Kinya, bahkan Syafa Amru dan Majd al-Kurum yang saat ini menjadi bagian dari Palestina pendudukan. Orang-orang Syiah sebelum terbentuknya Zionis Israel telah lama hidup di daerah ini. Sebagian dari mereka terpaksa meninggalkan Palestina, sebagian besar pindah ke Irak dan sisanya pergi ke Suriah dan sebagian negara-negara Teluk Persia dan Mesir.
Baru-baru ini muncul pembicaraan mengenai orang-orang Syiah di Mesir. Sejatinya, mayoritas Syiah Mesir berasal dari orang-orang Arab asli Palestina yang terpaksa meninggalkan tanah airnya akibat tekanan militer Israel. Puluhan rakyat Palestina yang berada di daerah-daerah seperti Palmah dan Haganah memeluk macam-macam mazhab. Mereka kemudian pergi dari daerah tersebut ke pelbagai penjuru dunia.
Nama sebagian tokoh-tokoh Syiah Palestina yang sejak awal telah memeluk Syiah disebutkan dalam laporan tersebut seperti Syeikh Abdurrafi' al-Muhajanah, Syeikh Loui Dawud dan Syeikh Muhammad Zahaliqah adalah para pendakwah dan pembela Syiah di sana.
Jelas ada sejumlah kelompok-kelompok sederhana Syiah seperti Aulad Abdurrafi' (Keturunan Abdurrafi') secara resmi melakukan aktivitasnya di sebagian daerah-daerah Arab di Palestina pendudukan, bahkan mereka juga menerima bantuan keuangan sama seperti kelompok-kelompok agama lainnya seperti Yahudi dan Kristen. Sebagai contoh, organisasi ini bulan Juli 2008 meminta kepada rezim Zionis Israel agar mengizinkan orang-orang Syiah Israel melakukan ziarah ke tempat-tempat suci di Irak seperti Najaf dan Karbala atau tempat-tempat ziarah lainnya di Iran seperti Qom, namun pemerintah dan badan intelejen Israel menolak keras permintaan ini. Masalah ini masih terus dibahas di pengadilan tinggi Israel. Namun baru-baru ini akibat kunjungan sebagian anggota Arab parlemen Israel (Knesset) ke Suriah dan Lebanon muncul undang-undang yang melarang orang-orang Israel untuk mengunjungi negara-negara seperti Iran yang secara transparan menyebut dirinya sebagai musuh Israel dan siap untuk menghapus rezim ini dari peta dunia.
Selain organisasi Keturunan Abdurrafi' ada organisasi lain bernama Syiah Hakiki di daerah al-Mutsallats di Israel yang melakukan aktivitasnya secara rahasia sehingga membuat media massa Israel sangat penasaran akan kelompok ini. Rasa penasaran ini semakin meningkat di saat organisasi ini mengeluarkan pernyataan yang menuntut agar Syiah diakui secara resmi dalam kelompok minoritas agama yang punya pengaruh di kancah politik. Dalam pernyataan itu disebutkan, tidak boleh menggabungkan politik dengan agama dan mengingatkan bahwa Amerika sangat membantu orang-orang Syiah Irak dan mengantarkan mereka ke tampuk kekuasaan. Dengan mencermati bahwa tidak ada teks Syiah yang mendorong untuk memusuhi Yahudi, Barat atau Amerika, pemerintah Israel sebagai pemerintah yang bebas harus mengakui mazhab ini secara resmi dan mencatat identitas mereka di kartu tanda pengenal.
Menariknya lagi, organisasi ini beberapa pekan sebelum mengeluarkan pernyataan tersebut juga telah mengeluarkan sejumlah statemen yang memboikot kerjasama dengan orang-orang Ahli Sunnah dan tokoh-tokoh gerakan Islam seperti Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan Jihad Islam serta kelompok-kelompok yang beraktivitas di Palestina pendudukan. Pernyataan ini terbukti tidak pernah ditandatangani oleh seorang pun dan kelompok ini juga mengumumkan bahwa pengikut Ahli Sunnah di sepanjang sejarah banyak menyusahkan orang-orang Syiah.
Ketika pernyataan ini dipublikasikan di daerah al-Mutsallats yang merupakan daerah agamis yang beraliran keras, pelbagai reaksi bermunculan dan itu kembali pada tidak adanya seorang pun yang menandatanganinya, bahkan naskah yang dimuat oleh media massa hanya memuat nama Syiah Hakiki. Organisasi ini berusaha menyebarkan pernyataan tersebut lewat email untuk membangun hubungan dengan sebagian orang-orang Arab di Israel.
Sejumlah organisasi Syiah lain di Israel yang masih aktif seperti Syiah Abrar, Keturunan Husein dan Syiah di hati mengeluarkan statemen yang mirip dengan pernyataan Syiah Hakiki. Seluruh organisasi ini melakukan aktivitasnya secara rahasia dan mengirimkan pesan mereka lewat email.
Ada juga kelompok-kelompok kecil yang secara terang-terangan melakukan aktivitasnya, namun kegiatan dan kecenderungan kelompok-kelompok rahasia yang disebutkan sebelumnya membuat sejumlah organisasi kecil ini terpaksa merahasiakan juga kegiatan mereka dan secara perlahan-lahan mereka terseret memusuhi kekuatan yang berkuasa di Israel. Sementara sekalipun rezim Zionis Israel memberikan kebebasan kepada setiap kelompok untuk melakukan acara keagamannya, namun tidak pernah mentolerir bila kebebasan ini dimanfaatkan untuk mengancam keamanan Tel Aviv.
Selain organisasi yang disebutkan di atas ada kelompok seperti organisasi al-Amr, Ummul Fahm, al-Khair, dan al-Islam melakukan aktivitasnya di daerah-daerah Arab di Israel memilih sejumlah anggota yang berasal dari orang Syiah. Orang-orang Syiah ini melakukan aktivitas sosialnya secara berkelompok berdasarkan program yang ada dan tidak melakukannya sendiri-sendiri. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Koran Al-Seyassah, vol 13696, Majalah Mingguan Pegah Hawzeh, vol 240.
Di Hari Asyura, Tanah Liat di Tangan Allamah Thabathabai Mengeluarkan Darah
Hujjatul Islam Agha Tehrani pada malam kesepuluh bulan Muharam (24/11) menukil dari Ayatullah Payani:
"Pagi hari Asyura saya menemui Allamah Thabathabai di pekuburan Qom Nov (Abu Hossein). Saat itu beliau sedang membaca Ziarah Asyura. Setelah selesai, beliau berkata kepada saya, ‘Sheikh Ahmad! Hari ini adalah hari dimana bumi dan langit menangis darah.' Beliau kemudian mengambil sebuah tanah liat kering dan meremasnya. Saya melihat darah keluar dari tanah liat itu."
Menurut Rasa News (24/11), Hujjatul Islam Agha Tehrani menukil dari Sheikh Hadi Marvi yang mendengar langsung dari Ayatullah Ahmad Payani yang menceritakan kisah dari Allamah Thabathabai di hari Asyura.
Ayatullah Ahmad Payani mengatakan:
"Pagi hari Asyura hatiku merasa sumpek. Akhirnya aku berkata kepada diriku, lebih baik saya pergi ke kuburan Hazrat Maksumah as untuk bertawasul dan menangis agar hatiku lega. Saya kemudian berjalan menuju makam suci Hazrat Maksumah as, tapi saya merasa ada yang mengganjal dalam hatiku.
Saya akhirnya berbelok menuju pekuburan Abu Hossein, yang dikenal dengan nama pekuburan Qom Nov. Di sana Almarhum Rasoul Turk dan Karbalai Kazem dikuburkan di sana. Waktu itu belum semua dipenuhi kuburan.
Saya melihat di sudut kuburan ada seorang tua yang sedang berdiri. Ia sepertinya sibuk dengan pekerjaannya. Saya menjadi tertarik dengan apa yang sedang dilakukannya. Akhirnya saya berjalan ke arahnya. Tiba di dekatnya, saya baru sadar kalau itu adalah Allamah Thabathabai. Kepalanya tidak tertutup apa-apa, begitu juga beliau tidak memakai alas kaki dan tengah membaca Ziarah Asyura.
Saya berusaha agar kehadiranku tidak mengganggu beliau. Saya berdiri di belakang beliau dan ikut bacaannya. Beliau mengakhiri Ziarah Asyura dengan seratus laknat dan salam. Setelah itu beliau melaksanakan shalat.
Melihat beliau selesai menunaikan shalatnya, saya melangkah maju dan mengucapkan salam kepada beliau.
Allamah bertanya, ‘Sheikh Ahmad! Kamu tahu hari apa ini?'
Saya menjawab, ‘Hari Asyura.'
Beliau kembali bertanya, ‘Hari ini ada berita apa?'
Saya menjawab, ‘Saya tidak tahu.'
Beliau kemudian berkata, ‘Hari ini adalah hari dimana bumi dan langit menangis darah. Apakah engkau ingin melihatnya?'
Beliau berkata, ‘Begini cara mereka menangis.'
Allamah Thabathabai kemudian mengambil sebuah tanah liat kering dan menekannya dengan kuat dalam kepalannya. Tiba-tiba saya melihat darah keluar dari tengah tanah liat itu dan mengalir di antara jari-jari Allamah. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Asyura dan Budaya Syiah Nusantara
Eksistensi
umat Syiah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mulai digerus
sejumlah kalangan yang menolak kebhinekaan, dan memahami persatuan
sebagai penyamaan. Pasca penyerangan terhadap muslim Syiah di Sampang,
muncul gelombang baru anarkisme terhadap berbagai kegiatan ritual
Syiah.
Hari Ahad (25/11), segelintir orang yang mengklaim mewakili ormas Islam tertentu menyerang peringatan Asyura yang digelar warga Syiah di gedung pusat kegiatan penelitian Universitas Hasanudin Makassar. Akhirnya peringatan mengenang perjuangan Imam Husein melawan rezim Yazid yang lalim Itu dihentikan di tengah jalan, setelah berjalan sekitar dua puluh lima menit.
Para penyerang beralasan peringatan hari Asyura dilarang berdasarkan fatwa MUI. Dengan represif, para penyerang itu memaksakan keyakinannya bahwa peringatan Asyura menyimpang dan harus dihentikan.
Jika menengok sejarah, peringatan Asyura telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Islam nusantara. Misalnya, perayaan Tabuik di Kota Pariaman Sumatera Barat, yang dilaksanakan tiap 1 hingga 10 Muharram, merupakan ritual budaya lokal yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dari satu generasi ke generasi hingga kini.
Warga Pariaman, Sumatera Barat, mengawali tahun baru Hijriyah dengan menggelar ritual budaya Tabuik. Prosesi tersebut dilakukan dalam dua kelompok yaitu kelompok tabuik Pasa dan kelompok tabuik Subarang yang akan diiringi oleh arakan serta ditemani dengan dentuman gandang tasa.
Ritual yang digelar bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1434 Hijriyah itu dimulai dengan upacara "maambiak tanah," pengambilan tanah dari dasar sungai yang berbeda dan berlawanan arah oleh dua kelompok Tabuik. Prosesi itu dilakukan oleh seorang laki-laki dari keluarga pengurus tabuik. Dia mengenakan pakaian putih, melambangkan kejujuran kepemimpinan Husein, cucu Nabi Muhammad Saw.
Menurut Tuo (sesepuh) Tabuik, Nasrul Syam, ritual ini tidak hanya sekedar pengambilan tanah saja, tetapi merupakan simbol dari pengambilan jasad Husein yang mati syahid dalam perang Karbala melawan penguasa Yazid Bin Muawiyah. (Antara, 15/11). Kemudian, Tanah yang diambil tersebut kemudian dibungkus dengan kain putih seolah-olah mengafani jasad Husein, lalu dimasukkan ke dalam panci yang kemudian juga dibungkus dengan kain putih. "Kemudian panci yang sudah dibungkus kain putih tersebut akan diletakkan di Daraga (tempat pembuatan tabuik)," jelas Tuo Tabuik.
Sejarawan Minangkabau Muhammad Ilham Fadli menilai Tabuik sebagai pengaruh Syi'ah di Minangkabau adalah realitas sejarah yang tak bisa dipungkiri. "Dalam konteks sosiologis, simbol-simbol budaya semacam Tabuik tidak bisa dipisahkan dari realitas sosial historis sebuah masyarakat," tegasnya.
Jika di Sumatera ada tradisi Tabuik memperingati Asyura, di Jawa, pada bulan Muharam, para tetangga saling berkirim ‘bubur Sura' atau ‘jenang Suro', sebuah makanan khas Asyura. Bubur dengan warna putih sebagai simbol kesucian, dan warna merah menjadi simbol kesyahidan Imam Husein yang dibantai Yazid di padang Karbala. Inilah fakta budaya yang yang tidak bisa dipungkiri oleh para "Panitia Surga" yang berupaya memberangus kekayaan khazanah Islam nusantara dengan penafsiran tunggal atas Islam.(IRIB Indonesia/PH)
Kondisi Mesir saat ini kembali rusuh setelah pro kontra akibat dekrit terbaru Presiden Muhammad Mursi. Di sisi lain, intervensi nyata Amerika Serikat di urusan internal Kairo dengan memanfaatkan slogan usang Hak Asasi Manusia (HAM) membangkitkan kegeraman berbagai kubu dan tokoh masyarakat negara ini. mereka menuntut dihentikannya konspirasi Gedung Putih terhadap Mesir.
Mursi baru-baru ini melakukan gebrakan baru dengan melarang pembubaran Majelis Konstituante yang tengah menyusun undang-undang baru serta memecat Jaksa Agung Abdel Meguid Mahmud dan menunjuk Talaat Ibrahim Abdallah sebagai penggantinya. Di bulan Juni lalu, Mursi juga membatalkan keputusan pembubaran parlemen oleh Dewan Militer.
Kini, Mursi pun merilis keputusan yang menekankan proses pengadilan baru bagi mantan diktator, Hosni Mubarak beserta kroninya dengan dakwaan terlibat dalam pembantaian revolusioner dan korupsi. Selanjutnya tidak ada lembaga Mesir termasuk pengadilan dan Mahkamah Agung yang mampu membatalkan keputusan presiden. Apalagi kini Mursi telah memecat Jaksa Agung dan menggantinya dengan pejabat baru.
Mereaksi keputusan Mursi, aliansi jaksa Mesir menggelar sidang darurat dan meminta anggotanya mogok kerja menentang keputasan baru presiden tersebut. Tak hanya aliansi jaksa dan hakim Mesir yang menentang, Sejumlah tokoh dan kelompok politik Mesir berjanji akan bersatu untuk melawan deklarasi konstitusi baru yang dikeluarkan oleh Presiden Muhammad Mursi.
Puluhan partai dan kelompok politik mengumumkan pembentukan Front Nasional untuk melawan dekrit Presiden Mursi yang dikeluarkan Kamis lalu. Para pihak menyatakan bahwa mereka tidak akan mengadakan pertemuan atau dialog apapun dengan Mursi sampai dekrit tersebut dibatalkan.
Front baru, yang antara lain mencakup Partai Konstitusi, Partai Sosial Demokrat dan Partai Aliansi Sosialis, mengumumkan dukungannya untuk demonstrasi dan aksi protes terhadap dekrit presiden, serta dukungan atas tindakan para hakim untuk mempertahankan independensi peradilan.
Pertemuan untuk memulai gerakan itu dihadiri oleh tokoh-tokoh politik termasuk, mantan kandidat presiden Hamdeen Sabbahi, ketua Partai Konstitusi Mohamed ElBaradei, mantan Sekjen Liga Arab Amr Mousa serta perwakilan dari mantan kandidat presiden Abdel-Moneim Abul-Fotouh. Lebih dari 30 partai dan kelompok politik berpartisipasi pada hari Jumat dalam demonstrasi di Mesir, memprotes deklarasi konstitusi baru.
Ikhwanul Muslimin Mesir menyatakan kesiapan untuk menggelar aksi sejuta massa di Bundaran Tahrir Kairo dan memperingatkan upaya penyusupan oleh provokator.
Kelompok Islam itu juga menyerukan kepada Kementerian Dalam Negeri untuk memberi pengamanan kepada para perserta aksi, yang rencananya akan digelar pada hari Selasa (27/11) untuk menyatakan dukungan pada dektrit Presiden Muhammad Mursi.
Menurut Humas Ikhwanul Muslimin, kelompok ini telah memobilisasi sejumlah besar pendukungnya untuk menggelar aksi damai pada hari Selasa. Ditambahkannya, peserta aksi dengan baik dapat menjaga dirinya masing-masing.
Aksi tersebut bertujuan untuk menunjukkan dukungan bagi Presiden Mursi, yang menghadapi gelombang protes setelah mengeluarkan sebuah dekrit yang memperluas kekuasaannya.
Pihak yang menentang keputusan tersebut juga telah menyerukan protes pada hari yang sama di Kairo, meskipun di lokasi yang berbeda.
Sayap politik Ikhwanul Muslimin menegaskan bahwa dekrit Mursi, yang menempatkan keputusannya melampaui hukum, adalah langkah yang diperlukan untuk mencegah pengadilan membubarkan panel, yang sedang menyusun konstitusi baru.
Sementara itu, Kedutaan AS di Kairo memperingatkan warga Amerika untuk menghindari semua tempat, di mana demonstrasi diadakan. Misi diplomatik AS telah menyarankan para stafnya untuk menghindari pusat kota sejauh mungkin sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland pada hari Jumat, mengatakan keputusan dan deklarasi yang diumumkan pada 22 November lalu telah menimbulkan kekhawatiran bagi banyak warga Mesir dan masyarakat internasional. "Salah satu aspirasi revolusi adalah untuk memastikan bahwa kekuasaan tidak akan terlalu terkonsentrasi di tangan satu orang atau lembaga," tambahnya.
Muhammad al-Baltagi, sekjen Partai Kebebasan dan Keadilan menandaskan, revolusi sejati kian sempurna dengan pemecatan jaksa agung dan diadilinya kembali mantan diktator Hosni Mubarak beserta kroninya. Kubu pro Mursi meyakini bahwa mereka yang mendukung mantan jaksa agung adalah orang-orang yang pros Mubarak guna melanjutkan dukungan mereka terhadap sisa-sisa anasir diktator terguling ini.
Para pengulas berita memperkirakan iklim politik Mesir akan semakin menghangat akibat dikeluarkannya dekrit presiden tersebut.
Sejak tumbangnya rezim Presiden Mubarak pada 11 Februari 2011, Mesir mengalami kebuntuan politik dan ketidakstabilan keamanan.
Penyusunan konstitusi baru juga mengalami jalan buntu dengan mundurnya sejumlah anggota Majelis Konstituante pada awal pekan ini. Dalam dekrit itu, presiden memperpanjang masa tugas Majelis Konstituante selama dua bulan lagi. (IRIB Indonesia/MF)
Hari Ahad (25/11), segelintir orang yang mengklaim mewakili ormas Islam tertentu menyerang peringatan Asyura yang digelar warga Syiah di gedung pusat kegiatan penelitian Universitas Hasanudin Makassar. Akhirnya peringatan mengenang perjuangan Imam Husein melawan rezim Yazid yang lalim Itu dihentikan di tengah jalan, setelah berjalan sekitar dua puluh lima menit.
Para penyerang beralasan peringatan hari Asyura dilarang berdasarkan fatwa MUI. Dengan represif, para penyerang itu memaksakan keyakinannya bahwa peringatan Asyura menyimpang dan harus dihentikan.
Jika menengok sejarah, peringatan Asyura telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Islam nusantara. Misalnya, perayaan Tabuik di Kota Pariaman Sumatera Barat, yang dilaksanakan tiap 1 hingga 10 Muharram, merupakan ritual budaya lokal yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dari satu generasi ke generasi hingga kini.
Warga Pariaman, Sumatera Barat, mengawali tahun baru Hijriyah dengan menggelar ritual budaya Tabuik. Prosesi tersebut dilakukan dalam dua kelompok yaitu kelompok tabuik Pasa dan kelompok tabuik Subarang yang akan diiringi oleh arakan serta ditemani dengan dentuman gandang tasa.
Ritual yang digelar bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1434 Hijriyah itu dimulai dengan upacara "maambiak tanah," pengambilan tanah dari dasar sungai yang berbeda dan berlawanan arah oleh dua kelompok Tabuik. Prosesi itu dilakukan oleh seorang laki-laki dari keluarga pengurus tabuik. Dia mengenakan pakaian putih, melambangkan kejujuran kepemimpinan Husein, cucu Nabi Muhammad Saw.
Menurut Tuo (sesepuh) Tabuik, Nasrul Syam, ritual ini tidak hanya sekedar pengambilan tanah saja, tetapi merupakan simbol dari pengambilan jasad Husein yang mati syahid dalam perang Karbala melawan penguasa Yazid Bin Muawiyah. (Antara, 15/11). Kemudian, Tanah yang diambil tersebut kemudian dibungkus dengan kain putih seolah-olah mengafani jasad Husein, lalu dimasukkan ke dalam panci yang kemudian juga dibungkus dengan kain putih. "Kemudian panci yang sudah dibungkus kain putih tersebut akan diletakkan di Daraga (tempat pembuatan tabuik)," jelas Tuo Tabuik.
Sejarawan Minangkabau Muhammad Ilham Fadli menilai Tabuik sebagai pengaruh Syi'ah di Minangkabau adalah realitas sejarah yang tak bisa dipungkiri. "Dalam konteks sosiologis, simbol-simbol budaya semacam Tabuik tidak bisa dipisahkan dari realitas sosial historis sebuah masyarakat," tegasnya.
Jika di Sumatera ada tradisi Tabuik memperingati Asyura, di Jawa, pada bulan Muharam, para tetangga saling berkirim ‘bubur Sura' atau ‘jenang Suro', sebuah makanan khas Asyura. Bubur dengan warna putih sebagai simbol kesucian, dan warna merah menjadi simbol kesyahidan Imam Husein yang dibantai Yazid di padang Karbala. Inilah fakta budaya yang yang tidak bisa dipungkiri oleh para "Panitia Surga" yang berupaya memberangus kekayaan khazanah Islam nusantara dengan penafsiran tunggal atas Islam.(IRIB Indonesia/PH)
Mesir Membara
Kondisi Mesir saat ini kembali rusuh setelah pro kontra akibat dekrit terbaru Presiden Muhammad Mursi. Di sisi lain, intervensi nyata Amerika Serikat di urusan internal Kairo dengan memanfaatkan slogan usang Hak Asasi Manusia (HAM) membangkitkan kegeraman berbagai kubu dan tokoh masyarakat negara ini. mereka menuntut dihentikannya konspirasi Gedung Putih terhadap Mesir.
Mursi baru-baru ini melakukan gebrakan baru dengan melarang pembubaran Majelis Konstituante yang tengah menyusun undang-undang baru serta memecat Jaksa Agung Abdel Meguid Mahmud dan menunjuk Talaat Ibrahim Abdallah sebagai penggantinya. Di bulan Juni lalu, Mursi juga membatalkan keputusan pembubaran parlemen oleh Dewan Militer.
Kini, Mursi pun merilis keputusan yang menekankan proses pengadilan baru bagi mantan diktator, Hosni Mubarak beserta kroninya dengan dakwaan terlibat dalam pembantaian revolusioner dan korupsi. Selanjutnya tidak ada lembaga Mesir termasuk pengadilan dan Mahkamah Agung yang mampu membatalkan keputusan presiden. Apalagi kini Mursi telah memecat Jaksa Agung dan menggantinya dengan pejabat baru.
Mereaksi keputusan Mursi, aliansi jaksa Mesir menggelar sidang darurat dan meminta anggotanya mogok kerja menentang keputasan baru presiden tersebut. Tak hanya aliansi jaksa dan hakim Mesir yang menentang, Sejumlah tokoh dan kelompok politik Mesir berjanji akan bersatu untuk melawan deklarasi konstitusi baru yang dikeluarkan oleh Presiden Muhammad Mursi.
Puluhan partai dan kelompok politik mengumumkan pembentukan Front Nasional untuk melawan dekrit Presiden Mursi yang dikeluarkan Kamis lalu. Para pihak menyatakan bahwa mereka tidak akan mengadakan pertemuan atau dialog apapun dengan Mursi sampai dekrit tersebut dibatalkan.
Front baru, yang antara lain mencakup Partai Konstitusi, Partai Sosial Demokrat dan Partai Aliansi Sosialis, mengumumkan dukungannya untuk demonstrasi dan aksi protes terhadap dekrit presiden, serta dukungan atas tindakan para hakim untuk mempertahankan independensi peradilan.
Pertemuan untuk memulai gerakan itu dihadiri oleh tokoh-tokoh politik termasuk, mantan kandidat presiden Hamdeen Sabbahi, ketua Partai Konstitusi Mohamed ElBaradei, mantan Sekjen Liga Arab Amr Mousa serta perwakilan dari mantan kandidat presiden Abdel-Moneim Abul-Fotouh. Lebih dari 30 partai dan kelompok politik berpartisipasi pada hari Jumat dalam demonstrasi di Mesir, memprotes deklarasi konstitusi baru.
Ikhwanul Muslimin Mesir menyatakan kesiapan untuk menggelar aksi sejuta massa di Bundaran Tahrir Kairo dan memperingatkan upaya penyusupan oleh provokator.
Kelompok Islam itu juga menyerukan kepada Kementerian Dalam Negeri untuk memberi pengamanan kepada para perserta aksi, yang rencananya akan digelar pada hari Selasa (27/11) untuk menyatakan dukungan pada dektrit Presiden Muhammad Mursi.
Menurut Humas Ikhwanul Muslimin, kelompok ini telah memobilisasi sejumlah besar pendukungnya untuk menggelar aksi damai pada hari Selasa. Ditambahkannya, peserta aksi dengan baik dapat menjaga dirinya masing-masing.
Aksi tersebut bertujuan untuk menunjukkan dukungan bagi Presiden Mursi, yang menghadapi gelombang protes setelah mengeluarkan sebuah dekrit yang memperluas kekuasaannya.
Pihak yang menentang keputusan tersebut juga telah menyerukan protes pada hari yang sama di Kairo, meskipun di lokasi yang berbeda.
Sayap politik Ikhwanul Muslimin menegaskan bahwa dekrit Mursi, yang menempatkan keputusannya melampaui hukum, adalah langkah yang diperlukan untuk mencegah pengadilan membubarkan panel, yang sedang menyusun konstitusi baru.
Sementara itu, Kedutaan AS di Kairo memperingatkan warga Amerika untuk menghindari semua tempat, di mana demonstrasi diadakan. Misi diplomatik AS telah menyarankan para stafnya untuk menghindari pusat kota sejauh mungkin sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland pada hari Jumat, mengatakan keputusan dan deklarasi yang diumumkan pada 22 November lalu telah menimbulkan kekhawatiran bagi banyak warga Mesir dan masyarakat internasional. "Salah satu aspirasi revolusi adalah untuk memastikan bahwa kekuasaan tidak akan terlalu terkonsentrasi di tangan satu orang atau lembaga," tambahnya.
Muhammad al-Baltagi, sekjen Partai Kebebasan dan Keadilan menandaskan, revolusi sejati kian sempurna dengan pemecatan jaksa agung dan diadilinya kembali mantan diktator Hosni Mubarak beserta kroninya. Kubu pro Mursi meyakini bahwa mereka yang mendukung mantan jaksa agung adalah orang-orang yang pros Mubarak guna melanjutkan dukungan mereka terhadap sisa-sisa anasir diktator terguling ini.
Para pengulas berita memperkirakan iklim politik Mesir akan semakin menghangat akibat dikeluarkannya dekrit presiden tersebut.
Sejak tumbangnya rezim Presiden Mubarak pada 11 Februari 2011, Mesir mengalami kebuntuan politik dan ketidakstabilan keamanan.
Penyusunan konstitusi baru juga mengalami jalan buntu dengan mundurnya sejumlah anggota Majelis Konstituante pada awal pekan ini. Dalam dekrit itu, presiden memperpanjang masa tugas Majelis Konstituante selama dua bulan lagi. (IRIB Indonesia/MF)
Ini Pidato Nasrullah di Hari Asyuro
Sekjen
Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah, menyampaikan pidato via
konferensi video pada peringatan hari kesepuluh bulan Muharram atau
Asyura, hari syahadah cucu Rasulullah Saw, Imam Husein bin Ali bin Abi
Thalib as, di padang Karbala.
Di awal pidatonya, Sayid Nasrullah menyampaikan ucapan belasungkawa kepada atas syahadah Imam Husein as kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.
Sayid Nasrullah juga menyampaikan terima kasih kepada warga Lebanon atas kehadiran mereka di hari Asyura.
Haihat Minnadzillah!
"Hari ini, kita di sini dan kita kembali ke Karbala tahun 61 Hijriah ketika Imam Husein as di detik-detik sekarang berdiri di hadapan pasukan musuh dan mengumandangkan seruan bersejarahnya yang dapat didengar sampai hari ini dan berkata: adakah para penolong yang menolongku?"
"Kepada Imam Husein as, kami ucapkan labbaika ya Husein dengan jiwa, nyawa, anak-anak, dan harta kami. Kami tidak akan ingkar janji. Kami bersama Husein as dan setiap hari kami akan mengulangi sikap tegas Husein yang tercatat abadi dalam sejarah, kepada para kaum taghut dan mufsidin. Dan kepada orang-orang yang mengharapkan kekalahan untuk kami, kami akan berkata: Haihaat minnadzillah!"
Kami Bukan Umat yang Bungkam Menghadapi Penistaan
"Dalam 10 tahun terakhir, kami selalu bersama dengan Husein as, dan dalam beberapa bulan terkahir kami menyaksikan penistaan terhadap Rasulullah Saw dan hari ini adalah hari pengorbanan untuk membela Rasulullah dan kami akan mengatakan kepada seluruh dunia yang menistakan nabi kami atau berniat untuk menistakannya, bahwa kami adalah umat yang tidak akan pernah bungkam dalam menghadapi penistaan dan kami siap untuk membela nabi-nabi kami, hari ini kami bersama dengan Husein menyerukan pembelaan terhadap Rasululah sampai dunia mendengar labbaika ya Rasulullah."
Lawan Jangan Dijadikan Kawan!
"Menurut kami, Yazid di era sekarang yang harus dihadapi oleh para Husein-Husein kita adalah adalah proyek Zionis-Amerika yang mengancam bangsa, sakralitas serta agama kami, dan menghadapinya adalah prioritas kami."
"Kami memperingatkan upaya menjadikan musuh sebagai kawan dan kami tegaskan bahwa sejumlah pihak di dunia Arab dan Islam berusaha menjadikan Israel sebagai kawan dan Iran sebagai lawan akan tetapi Israel tidak akan membantu mereka karena watak kriminal serta agresornya, dan akan terus meningkatkan tekanannya setiap kali menyerang."
"Mereka juga mengetahui bahwa apa saja yang telah mereka kumpulkan dalam beberapa tahun terakhir telah hancur dan kami katakan, semua proyek mereka gagal."
"Semakin lama masyarakat Islam semakin sadar bahwa Iran adalah kawan masyarakat Arab dan Muslim dan orang-orang tertindas ini sudah terbukti dalam perang terbaru di Jalur Gaza dan sebelumnya di Lebanon. Musuh kami hanya satu yaitu Israel."
"Iran mendukung gerakan muqawama dalam rangka mengamalkan tugasnya dari sisi akidah, keimanan, dan strategis dan dalam melaksanakannya Iran tidak meminta imbalan apapun."
"Saya katakan kepada bangsa-bangsa Arab bahwa siapa pun yang mencoba menjadikan Iran sebagai musuh maka dia adalah pembantu rezim Zionis baik secara sadar atau tidak."
Palestina Adalah Masalah Inti
"Palestina adalah masalah inti dan utama kami dan akan tetap demikian dan tidak ada yang dapat memisahkan manusia dengan keimanan dan keyakinannya."
"Ada pihak-pihak yang memang berusaha mengobarkan api fitnah guna menciptakan gangguan dan perpecahan antara Arab dan non Arab, antara Syiah dan Ahlussunnah, dan antara bangsa Arab dan Palestina, dan saya katakan kepada semua orang bahwa Palestina adalah bagian dari iman dan tanggung jawab kami yang tidak akan mungkin ada sesuatu yang memisahkan kami dari masalah Palestina."
Selamat untuk Muqawama Palestina
"Kembali kami ucapkan selamat katakan kepada warga Jalur Gaza dan muqawama, semua gerakan dan brigadenya, atas kemenangan besar ini dan kami menyampaikan salam sejahtera kepada para syuhadanya."
"Kemenangan ini adalah kemenangan hakiki dan sejati, meski sebagian pihak berusaha mereduksi nilai pentingnya, sama seperti ketika mereka berusaha meremehkan pentingnya kemenangan dalam perang tahun 2006 dan kemenangan warga Jalur Gaza dalam perang sebelumnya melawan rezim Zionis Israel."
Jalur Gaza Tidak Membutuhkan Kunjungan Saja
"Kami katakan kepada pemerintahan dan negara-engara Arab dan Islam bahwa Jalur Gaza tidak perlu sekedar perhatian dan kunjungan kalian saja, melainkan mereka juga memerlukan senjata, dana dan dukungan sejati kalian dan Gaza layak untuk mendapat dukungan tersebut, karena konstruktif dan mampu mengukir berbagai kemenangan satu persatu, dan melalui kemenangan itu terbukti pula ternyata Israel bahkan lebih lemah dari sarang laba-laba."
Kami Dukung Gerakan Damai Rakyat Bahrain
"Terkait rakyat Bahrain, kembali kami tekankan bahwa kami selalu bersama bangsa Bahrain dan aksi-aksi damai mereka, kami meminta pemerintah Bahrain untuk menjawab tuntutan legal rakyatnya yang mampu menjaga ketenangan hati dan akal mereka meski menghadapi berbagai kezaliman, kejahatan dan penindasan."
"Kami tahu mengapa negara-negara di kawasan menolak untuk memberikan solusi untuk krisis Bahrain, karena mereka takut tuntutan reformatif akan merambat ke negara-negara tetangga."
Suriah Jadi Sasaran dari Berbagai Sisi
"Banyak pihak yang mengatakan kepada kami bahwa pesan terpenting Asyura adalah menolong kaum tertindas dan sekarang rakyat, militer, kedaulatan dan eksistensi Suriah sedang tertindas, karena Suriah saat ini menjadi sasaran serangan dari berbagai sisi."
"Tahun lalu kami telah katakan bahwa ada tuntutan legal dan benar untuk reformasi dan ada pihak-pihak yang menerima tuntutan tersebut, sekarang menolong rakyat tertindas Suriah terus berlanjut dengan menyerukan penghentian pembantaian, pembunuhan, dan pertumpahan darah, sehingga Suriah tetap bersatu dan dapat kembali berdiri tegak serta tidak hancur di tangan pihak lain."
Penekanan Pada Penjagaan Stabilitas dan Keamanan Lebanon
"Kami menekankan kembali pada pemeliharaan keamanan, stabilitas, ketenangan, dan kehidupan damai di dalamnya serta kerukunan warga negara ini."
"Di sini saya ingin tekankan kembali bahwa tuduhan yang dilontarkan terhadap kami, tidak berdasar dan bohong serta tidak berdasarkan bukti kongkret, bahkan merupakan penyempurna tujuan-tujuan teror dan kami menekankan bahwa kami jauh dari segala bentuk fitnah dan kerusuhan. Setiap tuduhan yang dilontarkan kami hanya bersabar dan ketahuilah bahwa musuh kami adalah Israel dan kami tidak memiliki musuh di Lebanon."
Kami Tidak Pernah Menentang Dialog
"Terdapat perpecahan, perbedaan dan friksi politik di Lebanon, akan tetapi tidak ada satu kelompok yang kami pandang sebagai musuh, kami punya iman dan masih memilikinya bahwa dialog dan solusi politik merupakan satu-satunya solusi krisis di Lebanon, dan kami tidak pernah menentang dialog."
"Pekan lalu, sejumlah pihak mengklaim tidak akan beruding dengan Hizbullah dan ada pula pihak yang memboikot perundingan ini, akan tetapi ketika kami berbicara di hari syahid mereka mengatakan bahwa kami telah menutup pintu perundingan."
Iya untuk Perundingan Tapi Tidak untuk Pemaksaan
"Kami tidak menerima orang yang memaksakan persyaratannya kepada kami dalam perundingan atau bersombong ketika berunding. Sekarang kami katakan bahwa kami menyetujui perundingan, pertemuan dan solusi politik. Namun jika ada orang yang ingin bertakabur di hadapan kami, maka kami pun akan menyombongkan diri."
"Kami tidak mengemis dialog dari seorang pun dan kami menyambut siapa pun yang ingin berdialog, dan jika dia tidak mau, maka semoga Allah menolongnya."
Bagaimana Mungkin Israel Menghadapi Rudal-Rudal Muqawama Lebanon?
"Kami tidak membutuhkan belas kasihan, Israel mengetahui dengan baik bahwa di sisini ada persenjataan dan jika Israel sedemikian terguncang di hadapan beberapa roket Fajr-5 yang ditembakkan ke Tel Aviv dalam delapan hari, lalu bagaimana dia akan bertahan menghadapi ribuan roket dan rudal yang akan menghantam Tel Aviv dan selain Tel Aviv jika terjadi serangan ke Lebanon?"
"Pertempuran kami memiliki jangkauan yang luas, dari mulai Kiryat Shmona hingga Eilat. Hari-hari ketika Israel mengancam kami telah berakhir, dan sekarang mimpi buruk dan kekhawatiran yang ada puluhan tahun lalu itu telah sirna." (IRIB Indonesia/MZ)
Di awal pidatonya, Sayid Nasrullah menyampaikan ucapan belasungkawa kepada atas syahadah Imam Husein as kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.
Sayid Nasrullah juga menyampaikan terima kasih kepada warga Lebanon atas kehadiran mereka di hari Asyura.
Haihat Minnadzillah!
"Hari ini, kita di sini dan kita kembali ke Karbala tahun 61 Hijriah ketika Imam Husein as di detik-detik sekarang berdiri di hadapan pasukan musuh dan mengumandangkan seruan bersejarahnya yang dapat didengar sampai hari ini dan berkata: adakah para penolong yang menolongku?"
"Kepada Imam Husein as, kami ucapkan labbaika ya Husein dengan jiwa, nyawa, anak-anak, dan harta kami. Kami tidak akan ingkar janji. Kami bersama Husein as dan setiap hari kami akan mengulangi sikap tegas Husein yang tercatat abadi dalam sejarah, kepada para kaum taghut dan mufsidin. Dan kepada orang-orang yang mengharapkan kekalahan untuk kami, kami akan berkata: Haihaat minnadzillah!"
Kami Bukan Umat yang Bungkam Menghadapi Penistaan
"Dalam 10 tahun terakhir, kami selalu bersama dengan Husein as, dan dalam beberapa bulan terkahir kami menyaksikan penistaan terhadap Rasulullah Saw dan hari ini adalah hari pengorbanan untuk membela Rasulullah dan kami akan mengatakan kepada seluruh dunia yang menistakan nabi kami atau berniat untuk menistakannya, bahwa kami adalah umat yang tidak akan pernah bungkam dalam menghadapi penistaan dan kami siap untuk membela nabi-nabi kami, hari ini kami bersama dengan Husein menyerukan pembelaan terhadap Rasululah sampai dunia mendengar labbaika ya Rasulullah."
Lawan Jangan Dijadikan Kawan!
"Menurut kami, Yazid di era sekarang yang harus dihadapi oleh para Husein-Husein kita adalah adalah proyek Zionis-Amerika yang mengancam bangsa, sakralitas serta agama kami, dan menghadapinya adalah prioritas kami."
"Kami memperingatkan upaya menjadikan musuh sebagai kawan dan kami tegaskan bahwa sejumlah pihak di dunia Arab dan Islam berusaha menjadikan Israel sebagai kawan dan Iran sebagai lawan akan tetapi Israel tidak akan membantu mereka karena watak kriminal serta agresornya, dan akan terus meningkatkan tekanannya setiap kali menyerang."
"Mereka juga mengetahui bahwa apa saja yang telah mereka kumpulkan dalam beberapa tahun terakhir telah hancur dan kami katakan, semua proyek mereka gagal."
"Semakin lama masyarakat Islam semakin sadar bahwa Iran adalah kawan masyarakat Arab dan Muslim dan orang-orang tertindas ini sudah terbukti dalam perang terbaru di Jalur Gaza dan sebelumnya di Lebanon. Musuh kami hanya satu yaitu Israel."
"Iran mendukung gerakan muqawama dalam rangka mengamalkan tugasnya dari sisi akidah, keimanan, dan strategis dan dalam melaksanakannya Iran tidak meminta imbalan apapun."
"Saya katakan kepada bangsa-bangsa Arab bahwa siapa pun yang mencoba menjadikan Iran sebagai musuh maka dia adalah pembantu rezim Zionis baik secara sadar atau tidak."
Palestina Adalah Masalah Inti
"Palestina adalah masalah inti dan utama kami dan akan tetap demikian dan tidak ada yang dapat memisahkan manusia dengan keimanan dan keyakinannya."
"Ada pihak-pihak yang memang berusaha mengobarkan api fitnah guna menciptakan gangguan dan perpecahan antara Arab dan non Arab, antara Syiah dan Ahlussunnah, dan antara bangsa Arab dan Palestina, dan saya katakan kepada semua orang bahwa Palestina adalah bagian dari iman dan tanggung jawab kami yang tidak akan mungkin ada sesuatu yang memisahkan kami dari masalah Palestina."
Selamat untuk Muqawama Palestina
"Kembali kami ucapkan selamat katakan kepada warga Jalur Gaza dan muqawama, semua gerakan dan brigadenya, atas kemenangan besar ini dan kami menyampaikan salam sejahtera kepada para syuhadanya."
"Kemenangan ini adalah kemenangan hakiki dan sejati, meski sebagian pihak berusaha mereduksi nilai pentingnya, sama seperti ketika mereka berusaha meremehkan pentingnya kemenangan dalam perang tahun 2006 dan kemenangan warga Jalur Gaza dalam perang sebelumnya melawan rezim Zionis Israel."
Jalur Gaza Tidak Membutuhkan Kunjungan Saja
"Kami katakan kepada pemerintahan dan negara-engara Arab dan Islam bahwa Jalur Gaza tidak perlu sekedar perhatian dan kunjungan kalian saja, melainkan mereka juga memerlukan senjata, dana dan dukungan sejati kalian dan Gaza layak untuk mendapat dukungan tersebut, karena konstruktif dan mampu mengukir berbagai kemenangan satu persatu, dan melalui kemenangan itu terbukti pula ternyata Israel bahkan lebih lemah dari sarang laba-laba."
Kami Dukung Gerakan Damai Rakyat Bahrain
"Terkait rakyat Bahrain, kembali kami tekankan bahwa kami selalu bersama bangsa Bahrain dan aksi-aksi damai mereka, kami meminta pemerintah Bahrain untuk menjawab tuntutan legal rakyatnya yang mampu menjaga ketenangan hati dan akal mereka meski menghadapi berbagai kezaliman, kejahatan dan penindasan."
"Kami tahu mengapa negara-negara di kawasan menolak untuk memberikan solusi untuk krisis Bahrain, karena mereka takut tuntutan reformatif akan merambat ke negara-negara tetangga."
Suriah Jadi Sasaran dari Berbagai Sisi
"Banyak pihak yang mengatakan kepada kami bahwa pesan terpenting Asyura adalah menolong kaum tertindas dan sekarang rakyat, militer, kedaulatan dan eksistensi Suriah sedang tertindas, karena Suriah saat ini menjadi sasaran serangan dari berbagai sisi."
"Tahun lalu kami telah katakan bahwa ada tuntutan legal dan benar untuk reformasi dan ada pihak-pihak yang menerima tuntutan tersebut, sekarang menolong rakyat tertindas Suriah terus berlanjut dengan menyerukan penghentian pembantaian, pembunuhan, dan pertumpahan darah, sehingga Suriah tetap bersatu dan dapat kembali berdiri tegak serta tidak hancur di tangan pihak lain."
Penekanan Pada Penjagaan Stabilitas dan Keamanan Lebanon
"Kami menekankan kembali pada pemeliharaan keamanan, stabilitas, ketenangan, dan kehidupan damai di dalamnya serta kerukunan warga negara ini."
"Di sini saya ingin tekankan kembali bahwa tuduhan yang dilontarkan terhadap kami, tidak berdasar dan bohong serta tidak berdasarkan bukti kongkret, bahkan merupakan penyempurna tujuan-tujuan teror dan kami menekankan bahwa kami jauh dari segala bentuk fitnah dan kerusuhan. Setiap tuduhan yang dilontarkan kami hanya bersabar dan ketahuilah bahwa musuh kami adalah Israel dan kami tidak memiliki musuh di Lebanon."
Kami Tidak Pernah Menentang Dialog
"Terdapat perpecahan, perbedaan dan friksi politik di Lebanon, akan tetapi tidak ada satu kelompok yang kami pandang sebagai musuh, kami punya iman dan masih memilikinya bahwa dialog dan solusi politik merupakan satu-satunya solusi krisis di Lebanon, dan kami tidak pernah menentang dialog."
"Pekan lalu, sejumlah pihak mengklaim tidak akan beruding dengan Hizbullah dan ada pula pihak yang memboikot perundingan ini, akan tetapi ketika kami berbicara di hari syahid mereka mengatakan bahwa kami telah menutup pintu perundingan."
Iya untuk Perundingan Tapi Tidak untuk Pemaksaan
"Kami tidak menerima orang yang memaksakan persyaratannya kepada kami dalam perundingan atau bersombong ketika berunding. Sekarang kami katakan bahwa kami menyetujui perundingan, pertemuan dan solusi politik. Namun jika ada orang yang ingin bertakabur di hadapan kami, maka kami pun akan menyombongkan diri."
"Kami tidak mengemis dialog dari seorang pun dan kami menyambut siapa pun yang ingin berdialog, dan jika dia tidak mau, maka semoga Allah menolongnya."
Bagaimana Mungkin Israel Menghadapi Rudal-Rudal Muqawama Lebanon?
"Kami tidak membutuhkan belas kasihan, Israel mengetahui dengan baik bahwa di sisini ada persenjataan dan jika Israel sedemikian terguncang di hadapan beberapa roket Fajr-5 yang ditembakkan ke Tel Aviv dalam delapan hari, lalu bagaimana dia akan bertahan menghadapi ribuan roket dan rudal yang akan menghantam Tel Aviv dan selain Tel Aviv jika terjadi serangan ke Lebanon?"
"Pertempuran kami memiliki jangkauan yang luas, dari mulai Kiryat Shmona hingga Eilat. Hari-hari ketika Israel mengancam kami telah berakhir, dan sekarang mimpi buruk dan kekhawatiran yang ada puluhan tahun lalu itu telah sirna." (IRIB Indonesia/MZ)
Aksi Garang Oknum Ormas Islam, Gagalkan Asyura di Makassar
Acara peringatan Asyura warga Syiah di Nusantara kembali digagalkan oleh aksi garang sejumlah oknum yang mengatasnamakan ormas Islam.
Warga Syiah Makassar yang sedang memperingati syahadah Imam Husein as di Karbala, pada hari kesepuluh bulan Muharram atau Asyura, merencanakan dua event, pertama orasi dan pembacaan doa di plyover Graha Pena dengan tema "Derita Tanpa Ujung dari Karbala ke Gaza". Acara dimulai pukul sembilan pagi hingga pukul 11. Acara berjalan lancar.
Acara kedua, yaitu ceramah dan pembacaan maqtal (narasi duka Imam Husein as di Karbala), digelar di Gedung Pusat Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar.
Namun acara kedua yang baru dimulai sekitar 25 menit itu, diinterupsi oleh sekelompok orang yang menyelonong masuk membawa pentungan dan membubarkan jemaah.
Sebelumnya, situs Detik melaporkan sekitar seratus anggota Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan mendatangi gedung Graha Pena, di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Jumat (23/11/2012) sekitar pukul 22.30. Massa FPI mencoba membubarkan peringatan Asyura yang diselenggarakan salah satu kelompok Syiah di Makassar.
Peringatan Asyura yang diselenggarakan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) untuk memeringati gugurnya cucu Nabi Muhammad, Imam Husein Bin Ali yang syahid di Karbala pada 10 Muharram di abad pertama tahun hijriyah. Peringatan itu menghadirkan pentolan IJABI, Prof Jalaluddin Rakhmat.
Untungnya, aksi massa FPI Sulsel yang hendak merangsek masuk ke lantai II Graha Pena berhasil dihalau oleh seratusan anggota Polsek Panakukang dan Satuan Brimob Polda Sulsel yang bersenjata lengkap. Sempat terjadi insiden saling lempar antara massa FPI dan kelompok Syiah, namun berhasil diredam oleh aparat. (IRIB Indonesia/MZ/PH)
Nasrullah: Ancaman Tidak Menghalangi Kami Menggelar Peringatan Asyura
Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah menyebut bohong isu yang ditebar sejumlah media soal kemungkinan terjadinya aksi bom bonuh diri atau peledakan pada acara long march di hari Asyura, di Lebanon.
FNA mengutip al-Manar melaporkan, Sayid Hasan Nasrullah pada peringatan malam kesembilan Muharram di selatan Lebanon mengatakan, "Apa yang ditebar media massa soal penangkapan kelompok bersenjata yang merencanakan pengeboman pada acara Asyura hari ini di Nabatiyah, tidak benar."
Sayid Nasrullah menyatakan, "Besok (Ahad, 25/11) kami akan turun ke jalan-jalan, kami tidak mengkhawatirkan panas atau dingin untuk membuktikan komitmen kami pada keyakinan kami dan kami juga tidak takut dengan ancaman keamanan terkait operasi pengeboman pada peringatan Asyura." (IRIB Indonesia/MZ)
Iran Tenggelam Dalam Duka Asyura
Seluruh kota dan wilayah di Iran hari ini (Ahad, 25/11) tenggelam dalam duka memperingati syahadah Imam Husein as dan para sahabatnya.
IRNA (25/11) melaporkan, pada hari Asyura memperingati perjuangan epik Imam Husein as beserta para sahabat dan keluarga beliau di padang Karbala, warga Iran mengenakan pakaian hitam sebagai tanda berkabung.
Peringatan Asyura digelar di berbagai tempat ziarah, masjid, huseiniyah dan bahkan di jalan-jalan. (IRIB Indonesia/MZ/PH)
Tanggal Merah
Oleh: Dr. Muhsin Labib
Bulan Muharam (Suro) menjelang. Sebagian orang menganggapnya sebagai bulan kemenangan seraya baku kirim pesan pendek berisi ucapan "Selamat Tahun Baru Hijriah", berpuasa dan menyantuni anak-anak yatim. Namun, tidak sedikit umat Islam di Indonesia dan negara lain meyakininya sebagai bulan duka seraya menganggap hari kesepuluhnya sebagai puncak kedukaan tersebut. Itulah 10 Muharam, yang akrab disebut dengan "Asyura".
Terdapat dua ‘tanggal merah' pada Muharam. Pertama adalah ‘tanggal merah' nasional, yang dirayakan sebagai awal tahun baru Hijriah. Kedua adalah ‘tanggal merah' (baca: berdarah) yang dikenal dengan Asyura, yaitu 10 Muharam.
Ternyata, ‘tanggal merah' kategori kedua telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi Indonesia, seperti di Jawa, Melayu, dan Maluku. Di Jawa, pada bulan Muharam, tetangga saling berkirim ‘bubur Sura' atau ‘jenang Suro', sebuah makanan khas Muharam dan Asyura, yang berwarna putih (kesucian) dan bertabur warna merah (kesyahidan). Sebagian orang Jawa melakukan meditasi untuk merenungi diri di tempat-tempat sakral, melakukan "lek-lekan" (begadang) hingga pagi hari di beberapa tempat yang dianggap sakral. Ada pula yang melaksanakan upacara Grebeg Suro. Di Maluku dan Sulawesi, warga pesisisr enggan melaut di bulan ini. Di Sumatera, terutama di Padang, Riau, dan Aceh, diadakan upacara "Tabut" pada 10 Muharam. Bahkan, tarian Saman khas Aceh diduga sebagai jejak upacara ratapan Asyura yang disertai dengan pemukulan dada sebagai simbol kesedihan.
Ada apa di 10 Muharam dan Asyura? Menurut Dr. Zafar Iqbal, pakar sejarah budaya Persia dan Indonesia, dalam Kafilah Budaya (Citra: 2006), tradisi-tradisi itu berakar dari peristiwa ‘tanggal merah' 10 Muharram (tanggal monumetal pembantaian Husain bin Ali bin Abi Thalib) yang terjadi di Karbala sekitar 89 tahun sejak wafatnya sang datuk, Muhammad saw. Sayang, sebagian besar umat Islam tidak lagi mengingatnya. Yang jelas, apa pun bentuk tradisinya, ada ‘tanggal merah' (peritiwa berdarah) pada 10 Muharam.
Mengapa perlu diperingati? Dendamkah? Menurut Antoane Bara, penulis Kristen asal Suriah, dalam bukunya, The Saviour: Husain dalam Kristianitas (Citra:2007), pikiran manusia mana pun yang mengamati perjalanan hidup Husain bin Ali, yang dibantai bersama 73 anggota keluarga dan sahabatnya pada 10 Muharam, sudah pasti merasakan getaran cinta yang aneh dalam hatinya.
Bagi siapa pun, dari mazhab mana pun, dan pemeluk agama apa pun, Husain bin Ali adalah simbol dan inspirasi cinta keadilan. Karena itulah, Mahatma Gandhi menjadikannya sebagai ikon kemerdekaan dan kemanusiaan. "Saya belajar dari Husain cara meraih kemerdekaan," katanya seperti dikutip dalam The Saviour.
Cinta yang diperagakan dengan pengorbanan adalah cinta yang tidak bersyarat. Ia adalah spektrum nilai, yang tidak hanya melahirkan ketaatan dan pengabdian, tetapi juga menerbitkan api amarah dan kebencian terhadap rezim anti cinta. Ia stabil, lestari, dan tak terperikan.
Demi pembuktian cintanya pada ‘Sang Cinta', subjek rela meniadakan dirinya untuk menggapai puncak kesempurnaan cintanya. Ia bagai laron yang hangus karena terbakar cahaya yang dipujanya. Ia laksana semut yang tenggelam dalam samudera madu yang dicintainya.
Cinta sejati, kata Ibnu Arabi, "Hanya bisa dirasakan oleh peneguknya. Siapa pun, yang belum pernah merasakan seteguk saja air cinta, pasti belum pernah mengenalnya. Ketahuilah, cinta adalah minuman yang tak pernah memuaskan pecandunya." Husain melakukan sacrifice demi menyelamatkan cinta sejati. Cinta telah melahirkan semangat heroik menentang kezaliman.
Adakah tanggal merah (hari duka) dalam kalender Islam? Mengapa mesti berduka dan meratap serta menangis? Menangis bukan hanya diperbolehkan tetapi bahkan dianjurkan. Allah berfirman, "Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak. (9:82)". Berduka dan meratap tidaklah selalu bisa diasosiasikan dengan kelemahan dan pesimisme. Namun, sebagaimana diajarkan pula oleh Sidharta Gautama, duka dapat menjadi pemusnah kesombongan dan penuhanan diri. Karena itulah, doa beriring rintih penyesalan akan dosa, yang dilantunkan seorang hamba dalam kesendirian, lebih terdengar merdu di langit.
Siapakah simbol cinta keadilan yang mesti dikenang pada 10 Muharam? Dengarlah sejenak untaian ‘puisi merah' Muhammad Iqbal Lahori,
Di Ka‘bah yang tinggi dan kisahnya
Beritakan limpahan darah di atas batu
Pelajarannya dimulai dari Ismail
Dan darah al-Husain akhir pelajaran
‘Tanggal merah' Asyura adalah momentum untuk menghayati cinta sejati. Cinta sejati itulah yang membuat sang martir, Husain bin Ali, memekik seraya mengangkat ke langit bayinya yang berlumur darah, akibat panah yang menembus lehernya, "Ya Allah, terimalah pengorbanan kecil ini."
Bulan Suro perlu dikenang demi merawat cinta kepada kebenaran sekaligus benci kezaliman. Tanpa cinta dan benci yang positif ini, perlawanan dan perjuangan hanyalah sederet aksara tak bermakna dan huruf-huruf yang mubazir. Inilah buhulan-buhulan iman yang harus terus terjuntai dengan erat dan indah (al-urwah al-wutsqa).
Pekikan ‘pantang hina!' yang dikumandangkannya sejak lebih dari 1400 tahun tahun lalu di Sahara Nainawa telah meranggas dan memasuki lorong-lorong waktu serta mengiang lestari di sanubari setiap pejuang keadilan di seluruh penjuru planet bumi. Itulah cinta yang merah dalam kalbu yang putih, harmoni merah-putih.(IRIB Indonesia/PH)
Mengapa Arab Tidak Puji Kemenangan Muqawama Palestina?
Menteri Pertanian Lebanon, Husein Haj Hasan menyatakan, sikap para pejabat tinggi Arab terkait agresi Israel ke Jalur Gaza sangat memalukan.
Hal itu dikemukakan Haj Hasan dalam wawancaranya dengan Al-Manar (24/11) pada malam Asyura di Shamstar, Bekaa. Dia juga menyatakan terkejut mengapa tidak satu pun pejabat Arab yang menyampaikan selamat kepada kelompok muqawama Gaza atas kemenangannya dalam menghadapi kejahatan rezim Zionis.
"Mereka sedang sibuk menyelundupkan senjata ke Suriah," tandasnya.
Haj Hasan juga mengkritik kinerja media massa Arab di masa agresi Israel yang memberitakan peristiwa di wilayah di Gaza sebagai sebuah insiden tidak terlalu penting.
Bahkan menurut Haj Hasan, kinerja media-media Barat lebih baik, sementara media Arab masih meragukan kemenangan muqawama. (IRIB Indonesia/MZ/PH)
Nasib Musuh Imam Husein as: Ibnu Hauzah
1. Ibnu Hauzah
Abdullah bin Hauzah Tamimi, anggota pasukan Umar bin Saat di Karbala yang suka menghina. Ia salah satu orang yang dikutuk langsung oleh Imam Husein as dalam peristiwa ini. Ia berasal dari kabilah Tamim. Sebagian buku sejarah menyebutnya Ibnu Hauzah dan yang lain menulis namanya Taimi.
Di hari Asyura, ketika pasukan Bani Umayah akan menyerang pasukan Imam Husein as, Ibnu Hauzah pergi ke depan pasukan Imam Husein as. Ia memanggil Imam Husein as dengan bahasa yang kasar dan kurang ajar. Berkali-kali ia melakukan itu. Di akhir ucapannya, Imam Husein as bergerak ke depan berhadap-hadapan dengannya.
Imam Husein as bertanya, "Apa yang engkau inginkan?"
Ibnu Hauzah menjawab, "Ubassyiru bin Naar. Kabar gembira! Engkau akan dimasukkan ke neraka Jahannam!"
Imam Husein as membalikkan badannya kepada para sahabatnya dan bertanya, "Siapa dia?"
Mereka menjawab, "Ibnu Hauzah Tamimi."
Imam Husein as berkata kepadanya, "Engkau pembohong. Aku akan pergi menghadap Allah dengan penuh kasih sayang dan mendapat syafaat-Nya."
Setelah mengucapkan itu, Imam Husein as mengutuknya dan berkata, "Ya Allah! Bawa dia ke api neraka!"
Ibnu Hauzah sangat marah mendengar ucapan Imam Husein as. Ia kemudian berusaha menggerakkan kudanya ke arah Imam Husein as, tapi yang terjadi kudanya seakan-akan liar dan tidak menuruti keinginannya. Kudanya bergerak semakin liar dan akhirnya Ibnu Hauzah terjatuh, sementara satu kakinya tetap tersangkut ke badan kuda dan yang satunya lagi terlepas.
Muslim bin Ausajah, sahabat Imam Husein as yang melihat kondisi Ibnu Hauzah seperti itu dengan cepat bergerak ke arahnya lalu mengayunkan pedangnya ke arah kakinya dengan kuat, sehingga kakinya putus.
Kuda masih bergerak liar dan berlari dengan cepat sehingga kepalanya membentur batu, tanah dan apa saja yang ada di depannya, sehingga akhirnya ia tewas seketika. Tapi kuda miliknya berhenti dan mulai menginjak-injak jasad Ibnu Hauzah, sehingga badanya benar-benar hancur dan yang tertinggal hanya dua kakinya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber:
1. Muntahal Amal.
2. Nafas al-Mahmum.
3. Farhang Asyura.
Nasib Musuh Imam Husein as: Abul Janub Kufi
2. Abul Janub Kufi
Abul Janub Kufi satu di antara anasir hina dan busuk Umar bin Saad yang menyerang Imam Husein as di Karbala. Namanya Abdurrahman Ju'fi dan bergelar Abul Janub, Abul Khanuq dan Abul Hatuf. Ia termasuk orang yang kuat dan kekar dan bertempat tinggal di Kufah.
Pada hari Asyura tahun 61 Hq, Abul Janub bagian dari pasukan pejalan kaki Umar bin Saad. Ia berada di samping Syimr bin Dziljausyan, Saleh bin Wahab Yazni dan Khauli serta sejumlah orang lainnya. Dengan dorongan dan bujukan satu sama lainnya mereka mengepung Imam Husein as.
Ketika Imam Husein as maju ke medan pertempuran, dengan segala kekuatannya Abul Janub menyerang Imam Husein as. Syimr bin Dziljausyan kepada Abul Janub yang memiliki persenjataan lengkap berkata, "Maju dan seranglah!"
Dengan kasar Abul Janub berkata, "Kenapa bukan kau sendiri yang maju?"
Syimr berkata, "Mengapa kau bicara seperti itu kepadaku? Kau kurang ajar terhadapku?"
Abul Janub menjawab, "Kau yang kurang ajar terhadapku?"
Kemudian keduanya satu sama lainnya saling mencaci maki.
Abul Janub berkata, "Demi Allah! Sekarang juga aku ingin menancapkan tombak ini ke matamu."
Syimr kembali dan berkata, "Demi Allah! Kalau saja bisa, akan aku binasakan kau!"
Abul Janub bersama pasukan pejalan kaki lainnya menyerang dan mengepung Imam Husein as kemudian membunuh beliau. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Sumber:
1. Nafas al-Mahmum
2. Mausu'ah al-Imam al-Husein menukil dari Tarikh Thabari, Ansab al-Asyraf, al-‘Abarat, Mahmudi.
Asyura Ibarat Universitas yang Memberi Banyak Pelajaran
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Ust. Ali Pasolowongi, Lc dalam ceramah yang disampaikan di depan puluhan mahasiswa Indonesia asal Sulawesi yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Qom-Iran Sabtu (24/11) menyatakan, "Memperingati hari Asyura wajib hukumnya. Sebab dalam peringatan Asyura banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Peristiwa Asyura ibarat sebuah universitas yang mengajarkan banyak hal dalam kehidupan ini."
Menukil pernyataan Ayatullah Murtadha Muthahari mengenai Asyura, mahasiswa jurusan Filsafat pasca sarjana Universitas Imam Khomeini tersebut melanjutkan ceramahnya, "Sebagaimana yang disebutkan Ayatullah Muthahari bahwa mengenang Asyura itu mampu menghidupkan kembali sisi spritual dan maknawi kita. Asyura mampu memberi spirit baru dan semangat untuk kita menjalani kehidupan sampai tahun kedepannya. Karenanya, kita sebagai pecinta al Husain harus berbangga dan bersenang hati karena memiliki Asyura. Sebuah peristiwa yang hanya sekali terjadi di dunia ini. Tidak pernah dialami oleh orang-orang sebelumnya dan orang-orang setelah Imam Husain as. Kita bersyukur memiliki dan memperingatinya sekaligus berduka atas kedukaan yang menimpa imam Husain dan keluarganya."
"Memperingati kesyahidan Imam Husain sangat dianjurkan dan akan diganjar dengan pahala yang besar. Setiap momentum memiliki fadilah dan keutamaannya sendiri. Dan kita semua sudah mengetahui mengenai keutamaan melakukan majelis-majelis duka mengenang terbantainya cucu Nabi di Karbala." Lanjutnya.
Pada bagian lain ceramahnya, Ust. Ali Pasolowongi mengatakan, "Kita yakin, bahwa imam Husain as lebih rasional dari orang-orang dimasanya. Namun mengapa tidak menghindarkan diri dari peristiwa Karbala?. Mereka yang rasional dimasanya telah memperingatkan Imam akan keniscayaan kematiannya jika tetap menuju Karbala. Namun bukan saja tidak menuruti nasehat itu, imam Husain bahkan membawa seluruh keluarganya turut menyertainya menuju Karbala. Sebuah tindakan yang bagi kebanyakan orang tidak rasional."
"Kita harus memahami, bahwa keputusan Imam Husain keluar dari Makah menuju Karbala bukanlah pilihan yang terpaksa diambil. Melainkan Imam melakukannya dengan penuh kecintaan. Bisa saja Imam Husain memilih menghindar, namun tugas dan amanah beliau sebagai imam mewajibkan beliau memilih keputusan yang berujung pada tragedi di Karbala. Imam keluar untuk menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Jika nabi Muhammad saw kakeknya yang membawa Islam, maka Imam Husain yang menghidupkannya. Kebangkitan Imam Husain melestarikan Islam dan tauhid. Di masa Yazid, Islam hampir terlupakan, dimasa-masa genting seperti itulah Imam Husain melakukan revolusi tauhid untuk membuka kedok kebobrokan rezim Yazid." Papar mahasiswa asal kabupaten Barru terssebut.
Ust. Ali melanjutkan, "Ideologi Imam Husain dalam kebangkitannya adalah kebenaranlah yang pasti akan menang. Sementara musuh-musuh Imam memandang bahwa yang prinsip adalah materi. Bahwa kekuatan dan kemenangan adalah milik mereka yang kuat secara materi. Kebangkitan imam Husain mementahkan ideologi musuh itu. Meskipun imam Husain syahid dan terbunuh namun pada hakikatnya kemenangan berpihak pada imam Husain."
Beliau melanjutkan, "Ayatullah Jawad Amuli membagi jihad itu menjadi tiga bagian, jihad kecil, jihad pertengahan dan jihad akbar. Peperangan yang terjadi di Gaza beberapa hari lalu terkategori sebagai jihad kecil. Sementara peperangan memerangi hawa nafsu itu menurut Ayatullah Jawad Amuli barulah terkategori sebagai jihad pertengahan yakni pilihan antara hawa nafsu dan akal. Sementara jihad yang lebih besar lagi adalah kondisi yang memperhadapkan kita untuk memilih antara akal atau cinta. Jihad yang dilakukan imam Husain terkategorikan sebagai jihad akbar. Imam Husain memilih cinta, sebab akal tidak bisa mendorong seseorang untuk menjemput syahadah. Kecintaanlah yang mampu membuat orang begitu semangat memilih mati untuk meraih kemenangan. Orang-orang memperingakan imam Husain, bahwa menurut akal pilihan imam Husain tidak logis dan rasional. Sama halnya di masa perjuangan imam Khomeini, orang-orang memperingatkan bahwa usahanya untuk menumbangkan rezim Pahlevi itu akan sia-sia. Sangat tidak logis imam Khomeini yang tidak memiliki senjata dan pasukan militer sedikitpun akan mampu menumbangkan rezim yang memiliki kekuatan militer terkuat kelima di dunia. Namun karena beliau melakukan semua perjuangan tersebut dilandaskan kecintaan pada agamanya, maka prediksi-prediksi berdasarkan logika itu berhasil dimentahkan."
Mahasiswa yang juga diamanahkan sebagai Sekretaris Umum KKS periode 2012-2014 ini menutup ceramahnya dengan memesankan peringatan Asyura harus terus dilakukan setiap tahun sebab telah menjadi syiar Islam meskipun banyak yang tidak menyukainya termasuk dari kalangan kaum muslimin sendiri.
Turut hadir dalam acara yang berlangsung dari pukul 18.00 sampai 22.00 Hujjatul Islam Ismail Khan, Deputi Urusan Keluarga Universitas Internasional al Mustafa Qom yang memesankan pada malam kesepuluh Muharram tersebut untuk mengeluarkan sedekah yang dimaksudkan untuk keselamatan Imam Zaman afs sebagaimana yang dipesankan oleh Ayatullah Bahjat rahimahullah. Acara yang berlangsung di kediaman Ir. H. Muhammad Adlani, MA tersebut dibuka dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an oleh Ali Akbar Kamil dan pembacaan do'a ziarah yang dipimpin oleh ust. Soeltan Nur, Lc. Acara peringatan Asyura KKS tersebut juga diisi dengan pembacaan Sajak Prahara Karbala oleh Alfin Syair dan pembacaan maqtal oleh ust. Rahman Dahlan. Setelah makan malam bersama, acara yang dihadiri lima puluhan orang tersebut ditutup dengan pengumpulan sedekah.
Larangan Rektor Al Azhar Kunjungi Iran di Hari Asyura
|
Menurut Kantor Berita ABNA, ditengah-tengah rencana lawatan beberapa ulama al Azhar yang hendak mengunjungi Iran untuk melihat lebih dekat peringatan Asyura yang dilakukan oleh rakyat Iran, rektor Universitas al Azhar Syaikh Ahmad at Tayyib, menyatakan penolakan dan ketidaksepakatannya atas kunjungan itu.
Rektor universitas al Azhar itu menurunkan perintah langsung agar kunjungan tersebut dibatalkan meskipun pengurusan paspor, visa serta tiket semuanya telah selesai. Atas pembatalan itu pihak universitas Al Azhar meminta maaf kepada Republik Islam Iran yang telah menyiapkan segala hal untuk menyambut kedatangan beberapa ulama al Azhar tersebut.
Diantara ulama al Azhar yang rencananya akan mengunjungi Iran adalah DR. Farid Hamadeh wakil rekor Universitas al Azhar, DR. Alawi Amin, salah seorang dosen dan Mahmud Syuaib salah seorang petinggi al Azhar.
Tahun lalu, beberapa universitas Mesir termasuk al Azhar mengunjungi Iran tepat pada saat rakyat Iran memperingati kesyahidan Imam Husain as. Para akademisi universitas tersebut melihat langsung bagaimana rakyat Iran memperingati Asyura. Tahun ini, kunjungan tersebut tidak terlaksana karena pembatalan sepihak dari universitas al Azhar tanpa ada penjelasan pembatalan.
Peringatan Asyura di Yaman Dirusak oleh Ledakan Bom
|
Menurut Kantor Berita ABNA, ditengah-tengah peringatan duka mengenang kesyahidan cucu Nabi saw Imam Husain as, seseorang yang tidak dikenali melemparkan bom yang menewaskan 3 orang dan 10 orang lainnya luka-luka. Ledakan tersebut terjadi di Yaman. Menurut laporan petugas keamanan, serangan tersebut dilakukan oleh seseorang yang tidak dikenali dari arah atas bangunan yang ditujukan kepada massa yang melakukan peringatan Asyura di kota Shan'a ibu kota Yaman.
Saksi mata menyebutkan, ledakan tersebut terjadi Sabtu (24/11) sekitar pukul 18:30 waktu setempat. Sesaat setelah terjadi ledakan, terjangan peluru dari arah yang tidak diketahui tiba-tiba ditujukan kepada para pecinta al Husain tersebut.
Jutaan Peziarah Membludak di Kota Suci Karbala
|
Menurut Kantor Berita ABNA, kafilah azadari Husaini dari beberapa tempat telah memasuki kota Karbala Irak sementara yang dari beberapa hari sebelumnya telah berada di Karbala telah mempersiapkan peringatan Asyura 10 Muharram esok. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pengamanan ketat dan ratusan tenaga medis telah dipersiapkan untuk memberikan pelayanan terhadap jutaan peziarah yang membanjiri Haram Imam Husain di Karbala.
Gubernur Karbala menyatakan, "Tahun ini kembali kota Karbala menjadi saksi semakin bertambahnya jumlah peziarah dari dalam maupun luar Irak untuk memperingati Asyura di Haram Imam Husain. Sampai hari ketujuh tercatat lebih dari satu juta peziarah yang memasuki kota Karbala dan sekitar 200 ribu orang berasal dari Negara lain."
Pejabat Irak tersebut kemudian menaksir jumlah peziarah akan mencapai lebih dari 4 juta orang sebagaimana tahun lalu ketika mencapai puncak peringatan Asyura pada 10 Muharram. Dalam memberikan pelayanan, pemerintah setempat telah menyediakan tenda-tenda di pinggir-pinggir jalan sebagai tempat istrahat para peziarah.
Warga Syiah Madinah Peringati Kesyahidan Imam Husain as
|
Menurut Kantor Berita ABNA, menjelang hari Asyura warga Syiah Madinah al Munawarah telah memulai menyelenggarakan majelis-majelis duka mengengang kesyahidan penghulu para Syuhada Imam Husain as di padang Karbala. Menurut informasi majelis duka al Husain di kota Madinah terselenggara di beberapa tempat yang dikabarkan akan terus berlangsung sampai 13 Muharram nanti.
Meskipun marak diperingati oleh warga Syiah Madinah yang juga diikuti oleh muslim sunni warga setempat, media-media berita Arab Saudi sama sekali tidak memberikan pemberitaan mengenai terselenggaranya majelis-majelis duka ini.
FPI Emosi Gagal Hentikan Peringatan Asyura di Makassar
|
Menurut Kantor Berita ABNA, tidak sepakat dengan acara peringatan Asyura yang diselenggarakan PP IJABI dan beberapa yayasan pecinta Ahlul Bait di Makassar, puluhan massa Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung Graha Fajar Pena Jalan Urip Sumoharjo, Makassar lokasi acara berlangsung. Massa FPI sekitar pukul 22.30 waktu setempat mencoba membubarkan peringatan Asyura yang dimulai sejak pukul 19.00 dan dihadiri ratusan orang tersebut.
Peringatan Asyura yang ditujukan untuk mengenang kesyahidan Imam Husain as di padang Karbala tersebut mengusung tema, "Dengan Semangat al Husain, Bebaskan al Quds" menghadirkan Ketua Dewan Syura IJABI KH. DR. Jalaluddin Rakhmat sebagai pembicara.
Akibat pengamanan seratusan anggota Polsek Panakukang dan Satuan Brimob Polda Sulsel yang bersenjata lengkap massa FPI yang memaksa hendak merangsek masuk lantai II Graha Pena berhasil digagalkan. Meskipun sempat terjadi insiden saling lempar batu namun berhasil diredam aparat.
Gagal dalam aksinya untuk menghentikan acara peringatan Asyura tersebut massa FPI meledakkan emosinya dengan merusak baliho-baliho yang dipajang di areal parkiran depan Graha Pena. Setelah sempat diizinkan meluapkan emosinya, massapun dihalau aparat dan diminta untuk membubarkan diri. Akhirnya massa FPI Sulsel membubarkan diri dan kembali ke markasnya di jalan sungai Limboto Makassar. Sementara peringatan Asyura yang dihadiri ratusan warga Syiah tersebut tetap berlangsung dengan penuh khidmat.
Ismail Amin
Karbala, nama hamparan sahara dekat sungai Eufrat yang menjadi panggung drama nyata tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah. Sebuah padang pasir yang di beritakan dalam Al-Kitab, bahwa di tempat ini terjadi penyembelihan yang teramat dahsyat, yang digambarkan pedang akan makan sampai kenyang dan akan puas minum darah mereka (Yeremia 46:1).
Dari sekian tragedi kemanusiaan yang terjadi, tragedi di Karbalalah yang terbesar. Bukan dilihat dari jumlah korban, melainkan siapa yang telahmenjadi korban dan bergelimang darah. Jumlah mereka tidak seberapa, 'hanya' kurang lebih 72 orang. Yang menjadikan peristiwa ini sulit untuk terlupakan adalah Karbala menjadi samudera pasir yang menyuguhkan genangan darah dan air mata suci putera-puteri Rasul. 10 Muharram 61 Hijriah, Imam Husain bersama 72 pengikutnya — termasuk di dalamnya anak-anak — syahid dibantai oleh sekitar 30.000 tentara Yazid bin Muawiyyah di padang Karbala , Irak. Kepala Imam dan para syuhada dipenggal dan diarak keliling kota .
Tragedi Karbala merupakan tragedi terbesar sepanjang sejarah Islam. Meski telah berlalu berabad-abad lamanya, namun masih sangat membekas dan berpengaruh dalam benak umat manusia, seakan-akan peristiwa ini terjadi kemarin sore. Kita tidak menemukan peristiwa apapun di dunia ini yang dikenang sedemikian rupa melebihi kenangan atas tragedi Karbala. Tragedi Karbala benar-benar menggelitik nalar dan nurani kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan; mengapa tragedi ini harus selalu dikenang ? Mengapa kematian sekelompok orang yang sudah berlalu sekian abad masih terus ditangisi? Mengapa perasaan benci terhadap para pembantai keluarga Nabi masih terus dipelihara? Bukankah sebagai seorang muslim sudah seharusnya melupakan masa lalu dan memaafkan segala kesalahan mereka? Bukankah membahas peristiwa ini hanya akan menyulut benih-benih perpecahan antara kaum muslimin, antara kelompok yang pro dengan kebangkitan dan kesyahidan Imam Husain as, dengan kelompok yang kontra dan menganggap Imam Husain as adalah agitor dan pemberontak terhadap penguasa yang sah ?. Masihkah relevan kita memperbincangkan tentang kesyahidan Imam Husain di padang Karbala di abad yang justru orang-orang membincangkan perdebatan antar budaya dan peradaban melalui dunia maya? Apa faedah kita mengungkit-ngungkit tragedi yang telah menjadi masa lalu ini, dan buat apa kita menangisinya ?. Bukankah semestinya kita berpikir tentang upaya mendirikan peradaban yang lebih manusiawi dan membangun masyarakat yang inklusif-prularis di tengah perseteruan yang tajam antar penganut agama?
Saya pribadi, menganggap hal ini sangat penting untuk kita perbincangkan. Terlepas dari tragedi Karbala, di Indonesia, atas nama suku, agama, ras dan golongan, nyawa manusia tidak lebih mahal dari sebungkus rokok. Aceh, Ambon , Sambas, Sampit, Poso, Papua adalah sebagian diatara kota-kota yang telah menjadi saksi prahara itu. Kitapun menyaksikan sampai detik ini, Jet-jet tempur Rezim Zionis Israel tak henti-hentinya menggempur sejumlah kawasan di Jalur Gaza yang menjadikan ratusan orang hancur menjadi debu dan darah dalam waktu singkat. Genangan darah, tumpukan mayat diantara bangunan yang roboh, jerit tangis dan air mata telah menjadi saksi atas kebiadaban segelintir manusia atas manusia lainnya. Lalu, di manakah kemanusiaan kita? Tersentuhkah kita dengan derita-derita mereka? Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah pernah berkata, “Mereka yang tidak pernah tersentuh dengan tragedi Karbala, tidak akan pernah tersentuh dengan tragedi kemanusiaan yang lain.” Tragedi Karbala menjadi ukuran. Kepedulian kita atas tragedi kemanusiaan, khususnya di bumi Nusantara maupun yang terjadi di Gaza saat ini akan terukur dari kepedulian kita pada Karbala . Imam Ja;far Ash-Shadiq as pernah berkata, “Sungguh kesyahidan Husain senantiasa membakar hati-hati orang-orang yang beriman.” Dari sini, saya melihat tragedi Karbala sangat relevan untuk kita kenang.
Hakikat Tangisan
Pertama-tama, kami tegaskan bahwa masalah memperingati tragedi Karbala (10 Muharram) bukanlah masalah khas Syi'ah saja, tetapi masalah islami. Meskipun muslim yang bermadhzab Syi'ah lebih memberikan prioritas terhadap peristiwa ini dibanding kelompok muslim lainnya. Sebab, Imam Husain ra tokoh utama dibalik tragedi ini, bukanlah pelita bagi kaum Syi'ah saja, melainkan lentera hati setiap mukmin, apapun madhzabnya. Karenanya, kami tegaskan lagi, apapun yang berkaitan dengan peristiwa karbala pada hakikatnya adalah fenomena islami. Yang akan saya ketengahkan adalah, tangisan dan perilakunya terhadap manusia. Kami berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis seputar tangisan yang biasa dilakukan orang-orang Syi'ah saat mengenang peristiwa Karbala. Peringatan akan tragedi Karbala dengan tangisan dan ratapan yang mereka lakukan bagi sebagian muslim yang lain adalah bid'ah bahkan cenderung kepada kesyirikan. Manusia manapun pasti mengalami kegetiran hidup yang membuatnya harus menangis. Bahkan lembaran kehidupan manusia diawali dengan tangisan dan diakhiri pula dengan tangisan perpisahan. Tangisan sesuatu yang alamiah, sesuatu yang telah menjadi fitrah kemanusiaan. Menurut Syaikh Taqi Misbah Yazdi, menangis disebabkan empat tingkatan spiritual : keridhaan (ar-rida'), kebenaran (ash-shidiq), petunjuk (al-hidayah) dan pemilihan (al-isthifa'). Dan para nabi telah mencapai empat tingkatan spiritual yang tinggi ini. "Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an al-Karim dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata, "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk." (Qs. Al-Isra' : 107-109). Melalui ayat ini, disimpulkan bahwa ilmu dan makrifat adalah penyebab timbulnya tangisan. Setiap orang yang mengetahui hakikat sesuatu, mengetahui hakikat kenabian Rasulullah SAW dan mengetahui hakikat kesyahidan Imam Husain as, maka hatinya sangat peka dan matanya muda mengucurkan air mata. Rasul bersabda, "Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Di ayat lain Allah SWT berfirman, "Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (Qs. Al-Maidah : 83).
Seseorang yang menjadikan Imam Husain sebagai kekasihnya dan mendengar sang kekasih mengalami musibah dan bencana, apa layak hanya menanggapinya dengan dingin dan tidak menangis ?. Imam Husain adalah adalah kekasih bagi setiap muslim, beliau gugur dalam keadaan kehausan dan tidak cukup dibantai, tapi kepala beliau dipisahkan dari tubuhnya dan ditancapkan di atas tombak serta di bawa untuk dipersembahkan kepada raja Yazid yang bermukim di Syuriah. Oleh karenanya bagi yang ingin menziarahi tubuh Imam Husain, maka hendaknya pergi ke Karbala Irak dan bagi yang ingin menziarahi kepalanya, maka hendaknya pergi ke Suriah. Ini bukan cerita dongeng, sejarahnya sangat masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab ahli sejarah. Tidak ada yang memungkiri, Imam Husain adalah cucu kesayangan nabi, dan berkali-kali menyampaikan kepada para sahabat untuk juga menyayanginya. Abu Hurairah bercerita, “Rasulullah SAW datang kepada kami bersama kedua cucu beliau, Hasan dan Husain. Yang pertama di bahu beliau yang satu, yang kedua di bahu beliau yang lain. Kemudian beliau bersabda, ‘Barang siapa mencintai keduanya (Hasan dan Husain) berarti juga mencintai daku; barang siapa membenci keduanya berarti juga membenci daku.” Imam Husain adalah kekasih setiap mukmin dan mukminah dan teman dekat setiap Muslim dan Muslimah, sehingga setiap orang mukmin akan merasa sedih atas kepergiannya. Tidak sedikit rakyat Pakistan yang menangisi kematian Benazir Bhutto yang tragis ataupun mahasiswa Makassar yang tidak bosan-bosannya memperingati tragedi AMARAH tiap tahunnya, maka bagaimana mungkin kita tidak menangis atas kematian Imam Husain yang mengajari dan menjaga nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebenaran! Seandainya kalau bukan karena jihad sucinya, niscaya Islam akan lenyap bahkan namanya pun tidak akan terdengar. "Jikalau raga diciptakan untuk menyongsong kematian, maka kematian di ujung pedang di jalan Allah jauh lebih baik dan mulia ketimbang mati di atas ranjang." (Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib).
Menangis atas Imam Husain, Sunnah atau Bid'ah?
Allah SWT berfirman tentang nabi Yaqub as yang menangisi kepergian anaknya, Nabi Yusuf as, "…Aduhai duka citaku terhadap Yusuf; dan kedua matanya menjadi putih (buta) karena kesedihan dan dialah yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)." (Qs. Yusuf : 85). Dari ayat ini, kita bisa bertanya, apakah tangisan Nabi Yaqub as karena terpisah dengan anaknya sampai matanya menjadi buta adalah bentuk jaza' (keluh kesah) yang dilarang ? apakah Nabi Yaqub as melakukan sesuatu yang menjemuruskan dia dalam kebinasaan sampai anak-anaknya bertanya, " Demi Allah, senantiasa kamu mengingat Yusuf, sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang yang binasa ?" (Qs. Yusuf : 86). Alhasil, Al-Qur'an menceritakan bahwa ketika Yusuf dijauhkan Allah SWT dari pandangan Yaqub serta merta Yaqub menangis sampai air matanya mengering karena sangat sedihnya. Tentu saja tangisan Nabi Yaqub as bukanlah tangisan keluh kesah yang sia-sia, melainkan ungkapan kesedihan atas kebenaran yang telah dikotori, atas anaknya Yusuf yang telah di dzalimi. Hakim an-Naisaburi dalam Mustadrak Shahih Muslim dan Bukhari meriwayatkan, bahwa Rasulullah keluar menemui para sahabatnya setelah malaikat Jibril memberitahunya tentang terbunuhnya Imam Husain dan ia membawa tanah Karbala. Beliau menangis tersedu-sedu di hadapan para sahabatnya sehingga mereka menanyakan hal tersebut. Beliau memberitahu mereka, "Beberapa saat yang lalu Jibril mendatangiku dan membawa tanah Karbala , lalu ia mengatakan kepadaku bahwa di tanah itulah anakku Husain akan terbunuh." Kemudian beliau menangis lagi, dan para sahabatpun ikut menangis. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa inilah acara ma'tam (acara kesedihan dan belasungkawa untuk Imam Husain).
Jika ketika mendengar kisah terbunuhnya Imam Husain lalu tidak mengucurkan air mata, maka kitapun akan dingin terhadap tragedi-tragedi kemanusiaan lainnya. Karenanya wajar, hati masyarakat kita tidak tersentuh ketika mendengar berita seorang suami membakar istrinya, seseorang membunuh dengan dalih yang sepele dan sebagainya. Mayoritas kita kehilangan kepekaan kemanusiaan dan empati sosial ketika menatap korban-korban di Jalur Gaza yang berlumuran darah dan debu bangunan. Masyarakat kita tidak terbiasa menangis tetapi terbiasa untuk tertawa. Hati kita cenderung keras dan menganggap tangisan adalah bentuk kekalahan. Tangisan atas Imam Husain bukanlah tangisan kehinaan dan kekalahan, namun adalah protes keras atas segala bentuk kebatilan dan sponsornya di sepanjang masa. Orang-orang mukmin merasakan gelora dalam jiwanya ketika mengenang terbunuhnya Imam Husain, bahkan Mahatma Ghandi berkali-kali mengatakan semangat perjuangannya terinspirasi dari revolusi Imam Husain ra.
Kullu Yaumin As-Syura , Kullu ardin Karbala, semua hari adalah As-Syura, semua tempat adalah Karbala. Hari asy-Syura sesungguhnya termasuk hari-hari Allah, tentangnya Allah berfirman: "Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." (Qs. 14:5). Meskipun ada usaha-usaha untuk memadamkan gelora perlawanan akan ketertindasan dan kedzaliman. Tetapi Allah Maha Perkasa, Dia tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun musuh-musuh-Nya tidak suka. Allah tetap menjaga gelora spiritual itu tetap menyala di hati-hati orang mukmin dan tidak akan pernah padam sampai hari kiamat. Semua mukminin wajib mengenang tragedi ini dan menangis atasnya, "Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis?" (QS. An-Najm: 59-60)
Wallahu'alam bishshawwab
Sekelompok Preman Berjubah Hentikan Peringatan Asyura di Makassar
Menurut
Kantor Berita ABNA, setelah sebelumnya gagal menghentikan peringatan
Asyura yang diadakan IJABI dan beberapa yayasan Ahlul Bait di Makassar
Jum'at (23/11), sekelompok massa yang menolak disebut dari Front Pembela
Islam (FPI) menyerang komunitas pecinta Ahlul Bait yang sedang
melakukan peringatan Asyura di Gedung Pusat Penelitian Universitas
Hasanuddin Makassar Ahad (25/11). Peringatan Asyura tersebut merupakan
lanjutan dari aksi solidaritas Makassar untuk Palestina yang diadakan di
Fly Over Graha Pena dengan tema "Derita Tanpa Ujung dari Karbala ke
Gaza". Acara yang dimulai pukul sembilan pagi hingga pukul sebelas
tersebut berjalan lancar tanpa gangguan.
Setelah
melakukan aksi solidaritas dukung Palestina, rombongan bergerak ke
kampus UNHAS untuk menyelenggarakan peringatan Asyura. Namun tanpa
diduga, gedung yang semalam suntuk telah dipersiapkan panitia bahkan
telah dilunasi biaya penyewaannya tersebut ternyata telah disegel dan
mereka dilarang masuk. Pihak Rektorat UNHAS secara sepihak melakukan
pembatalan dengan alasan ada ancaman dari ormas yang tidak menyukai
penyelenggaraan peringatan Asyura dilakukan di tempat itu.
Tanpa
kejelasan, pantia akhirnya memutuskan melakukan acara di depan gedung
meskipun pegawai gedung meminta acaranya harus cepat atau sebaiknya
ditiadakan karena akan ada berita penyerangan dari FPI atau Ormas Islam.
Meskipun diadakan di depan gedung yang tanpa kursi sehingga jama'ah
yang hadir hanya bisa berdiri, acara peringatan Asyura tersebutpun
berlangsung, dibuka dengan lantunan paduan suara dari anak-anak Bahrain
yang menyenandungkan syair-syair al Husaini di altar gedung. Lantunan
lagu yang penuh haru itu diiringi isak tangis jama'ah yang betapa tidak,
untuk sekedar memperingati kesyahidan Imam Husain cucu nabi di padang
Karbala mereka harus melakukannya dalam kondisi terancam.
Acara
selanjutnya, Ust. Rusli Malik didaulat untuk menyampaikan ceramah
Asyura. Dalam ceramahnya, muballigh nasional tersebut memesankan jama'ah
yang hadir untuk memiliki kesabaran yang kuat dalam menghadapi cobaan,
sebab kesabaran adalah diantara ciri orang-orang beriman. Ketika giliran
ust. Husain Sahab hendak menyampaikan ceramahnya, datanglah
berbondong-bondong sekelompok massa yang berpakaian putih-putih dan
celana di atas mata kaki. "Mereka adalah saudara-saudara kita, mari kita
sambut mereka.." ucap ust. Husain Sahab, namun kelompok yang berjumlah
kurang lebih 30 orang tersebut malah berbuat gaduh meneriakkan takbir
sambil memekikkan "Bubarkan Syiah!". Bahkan diantara mereka ada yang
berteriak, "Syiah sesat berdasarkan fatwa MUI 2005!". Sementara MUI
tidak sekalipun mengeluarkan fatwa yang menyatakan Syiah sesat apalagi
itu tahun 2005.
Menghindari
bentrok dan ekses negatif yang tidak diinginkan, terlebih lagi puluhan
preman berjubah tersebut semakin garang meneriakkan ancaman, "Nanti kami
akan Sampangkan kalian!!!" akhirnya panitia mengakhiri peringatan
Asyura yang baru berlangsung 25 menit tersebut.
"Sangat
kami sayangkan, Polisi datang terlambat untuk memberi pengamanan. Kami
bisa saja menghalau mereka karena hanya 30 orang, tetapi kami diminta
untuk bersabar dibanding membalas perlakuan buruk mereka. " Ujar salah
seorang panitia.
Dunia Islam Bersatu, AS dan Israel Tersingkir
Menurut
Kantor Berita ABNA, Khatib shalat Jumat Tehran, Ayatullah Muhammad
Emami Kashani mengatakan, Rezim Zionis Israel dan pendukungnya di perang
8 hari Jalur Gaza mengalami kekalahan telak dari kubu muqawama.
Ayatullah
Emami Kashani di khutbah shalat Jumatnya di Tehran mengutuk agresi
brutal Israel ke Jalur Gaza. "Rezim ilegal ini dengan dukungan penuh
sejumlah negara Arab dan Islam serta Amerika Serikat kembali menyerang
Gaza, namun resistensi bangsa Palestina di Gaza berhasil membendung
brutalitas Israel sehingga rezim Tel Aviv gagal meraih tujuannya,"
tandas Ayatullah Emami Kashani.
Khatib
shalat Jumat Tehran menekankan bahwa perang 8 hari Rezim Zionis
terhadap bangsa Palestina di Jalur Gaza hanya meninggalkan noktah hitam
bagi Israel dan pendukungnya, khususnya Amerika Serikat. "Kebuasan dan
kekejaman rezim ilegal Israel di perang ini sangat transparan bagi
masyarakat internasional," tandas Ayatullah Emami Kashani.
Ayatullah
Emami Kahsani di bagian lain khutbahnya menyinggung konspirasi musuh
terhadap bangsa dan pemerintah Suriah. "Musuh-musuh muqawama berusaha
merusak front muqawama di kawasan dengan mengirim senjata kepada
kelompok teroris demi kepentingan Rezim Zionis, namun mereka kembali
menelan kekalahan pahit," kata Ayatullah Emami Kashani.
Ayatullah
Emami Kashani juga mengisyaratkan konspirasi yang digelar Amerika
Serikat dan Rezim Zionis Israel terhadap Islam dan mengingatkan, jika
Dunia Islam bersatu maka AS dan Israel tidak akan mendapat tempat di
kawasan.
Di
khutbahnya, Ayatullah Emami Kashani juga menyinggung kebangkitan Imam
Husein as melawan kezaliman. "Gerakan yang digalang Imam Husein adalah
jalan yang terang, terorganisir dan penuh dengan ketauhidan," tandas
Ayatullah Emami Kashani. (IRIB Indonesia)
Berubahnya Tanah Karbala Menjadi Darah di Hari Asyura
Menurut
Kantor Berita ABNA, setelah kurang lebih 1400 tahun peristiwa Asyura
telah berlalu, namun bagi pecinta Ahlul Bait, serasa baru kemarin sore
kejadiannya. Kebangkitan al Husain selalu abadi dalam jiwa-jiwa
pecintanya, kesedihan atas kesyahidan Imam Husain masih terus terasa. Di
hari-hari bulan Muharram para pecinta al Husain di seluruh dunia
menangisi kematian beliau yang teramat tragis, tidak sekedar dibunuh
namun kepalanya dipisahkan dari tubuhnya dan diarak untuk dipermalukan.
Ahad
(25/11) bertepatan dengan tanggal 10 Muharram 1434 H hari peristiwa
terbantainya Imam Husain as segenggam tanah yang diambil dari makam Imam
Husain yang diletakkan dalam museum di Karbala tiba-tiba berubah
menjadi gumpalan darah.
Peristiwa
berubahnya tanah tersebut menjadi darah disaksikan langsung dengan mata
kepala sendiri oleh ratusan orang yang kemudian disampaikan secara
resmi oleh pengurus Haram al Husain di Karbala dan dimuat dalam situs
resmi mereka.
Kejadian
berubahnya tanah Karbala menjadi darah bukanlah sesuatu yang baru,
kejadian tersebut juga pernah terjadi di masa Rasululllah yang
periwayatan kisahnya terdapat dalam kitab mu'tabar Sunni dan Syiah.
Suatu ketika malaikat Jibril as mendatangi Rasululllah saw dan
memberikan segenggam tanah karbala sembari mengabarkan akan terbantainya
Imam Husain cucunya kelak di padang Karbala. Nabi kemudian menangis
mendengarkan kabar dari malaikat Jibril as tersebut. Ketika ditanya oleh
istrinya, Ummu Salamah ra, Nabi kemudian memberikan tanah Karbala
tersebut dan menyatakan, "Simpanlah tanah ini, dan ketika kamu melihat
tanah ini berubah menjadi darah, maka ketahuilah cucu saya Husain telah
terbunuh di tanah yang bernama Karbala." Kisah ini diriwayatkan
diantaranya dalam kitab mustadrak al Hakim dan kitab Tahdzib at Tahdzib
karya Ibnu Hajar 'Asqalani.
Berikut foto-foto kejadian tersebut: