Hari Perawat di Republik ISLAM Iran
| Ali Reza
Pada tanggal 5 Jumadilawal tahun keenam hijriah di kota Madinah, lahirlah seorang cucu nabi saw. yang dalam perjalanan hidupnya mengubah jalan sejarah manusia. Putri Fatimah ini mendapat didikan langsung dari Nabi Muhammad saw. dan Ali bin Abi Thalib, yang di antaranya adalah merawat, mengobati, dan menangani mereka yang sakit.Dalam Islam, ada beberapa teladan dalam keperawatan, seperti Nabi Yusuf, Mariam binti Imran, Rufaidah, Nasibah, dan tidak terkecuali Nabi Muhammad saw. Ali bin Abi Thalib menceritakan bahwa ketika beliau terserang demam, nabi membagi waktu malamnya untuk salat dan merawat Imam Ali (Al-Bihar, j. 43, h. 173). Nabi saat hari-hari terakhir hidupnya mengatakan seseorang yang merawat mereka yang sakit siang dan malam, Allah akan bangkitkan bersama Nabi Ibrahim dan melintas sirat bagaikan kilat. Demikian juga Imam Ali merawat ketika Fatimah sakit, meskipun beliau meminta agar suaminya tidak memberitahukan penyakitnya kepada orang lain. (Al-Bihar, h. 211)
Selain semua teladan tersebut, Zainab juga telah menjalani beberapa peristiwa sulit dalam hidupnya. Seperti ibunya yang menderita sakit, ayahnya yang dipukul pedang, kakaknya yang diracun, dan peristiwa besar di Karbala, telah menjadikannya teladan bagi para perawat.[1]
Selain sebagai perawat agung di Karbala dan penjaga Imam Sajjad yang di kala hari Asyura sakit parah, beliau juga penyemangat orang-orang yang terluka, keluarga para syahid, mereka yang selamat dan anak-anak. Tapi semua itu, tanggung jawab terkecil dari Zainab a.s. Dengan semua itu, kita tahu bahwa menjadi perawat merupakan tugas yang berat dan berharga. Meski demikian, tugas Zainab bukan hanya menjaga anak-anak dan merawat mereka yang sakit. Tugas utama Zainab adalah menggerakan darah Karbala yang tertumpah dan jika beliau tidak ada, maka darah pemimpin para syahid dan sahabatnya akan sia-sia.[2]
Di Iran, hari kelahiran Zainab binti Ali diperangati sebagai Hari Perawat. Di hari ini, para perawat akan diberikan hadiah dan setiap institusi, kementerian, rumah sakit dan poliklinik akan memperkenalkan perawat teladan. Imam Khomeini mengatakan, “Keperawatan merupakan salah satu tugas mulia. Jika seseorang menganggapnya sebagai kewajiban agama dan kemanusian, maka ia merupakan sebuah ibadah. Merawat orang yang sakit merupakan pekerjaan sulit, tapi sangat bernilai.”
Catatan: Hari Perawat di Iran tahun ini bertepatan dengan tanggal 17 Maret 2013. Di Indonesia, tanggal 17 Maret juga disebut sebagai Hari Perawat Nasional. Masih ditanggal yang sama, perawat saya juga berulang tahun. Selamat ulang tahun, mama!
Foto: trauma.sums.ac.ir
Sumber:
[1] http://rasekhoon.net/Article/Show-25719.aspx
[2] http://www.ashoora.ir/ashoora/zanane-ashooraie/1388-09-21-21-28-40/menu-id-6
(http://ejajufri.wordpress.com/2013/03/17/hari-perawat-di-iran/#more-8626)
15 Jumadil Awal, Imam Ali Zainal Abidin as Lahir (Sebuah Riwayat)
Tanggal
15 Jumadil Awal tahun 38 Hijriah, berdasarkan sebagian riwayat Islam,
pada hari ini Imam Ali bin Husein as putra Imam Husein as, cucu
Rasulullah Saw, terlahir ke dunia di kota Madinah. Ketakwaan, ketinggian
ilmu, dan kedermawanan Imam Ali bin Husain membuat beliau digelari
Zainal Abidin atau "Hiasan Para Abid".
Imam Ali Zainal Abidin merupakan salah satu dari 72 anggota kafilah Imam Husein di Karbala. Beliau menyaksikan sendiri ayah, paman, sepupu, dan sahabat-sahabat Imam Husein satu-persatu dibunuh oleh tentara Yazid, penguasa kaum muslimin saat itu. Namun karena sakit, Imam Ali Zainal Abidin tidak bisa ikut bertempur.
Setelah peristiwa tersebut, Imam Zainal Abidin mengabdikan hidup beliau untuk menyampaikan pesan perjuangan Imam Husein dan kebenaran Islam kepada kaum muslimin. Beliau akhirnya dibunuh oleh penguasa kaum muslimin saat itu, yaitu Dinasti Muawiyah.
Imam Ali Zainal Abidin dikenal sangat tekun beribadah dan sangat banyak bersujud menghadap Allah Swt, sehingga beliau juga digelari Imam as-Sajjad. Doa-doa dan munajat yang diucapkan Imam as-Sajjad dicatat oleh para pengikutnya dan dibukukan dalam sebuah kitab berjudul Sahifah Sajadiyah.
Mirza ShiraziLahir
Tanggal 15 Jumadil Awal tahun 1230 H, Marji Taklid besar Iran, Mirza Muhammad Hossein Shirazi atau lebih dikenal dengan nama Mirza Shirazi lahir di kota Shiraz. Dalam usia 20 tahun dia sudah berhasil meraih gelar Mujtahid. Pada tahun 1259 H Mirza Shirazi berhijrah ke hauzah ilmiah Najaf, Irak untuk menimba ilmu. Di sana ia berguru kepada Syeikh Mortadha Anshari. Setelah gurunya wafat, Mirza Shirazi akhirnya diangkat sebagai marji taklid menggantikan gurunya.
Kuatnya daya hapal beliau dan cara pengajarannya yang mudah dimengerti oleh siapapun, merupakan adalah kelebihan yang beliau miliki. Mirza Shirazi juga dikenal memiliki perhatian yang khusus terhadap persoalan politik, karena itu ia tak pernah segan untuk turun tangan dalam berbagai masalah politik.Fatwa beliau yang mengharamkan tembakau, berhasil menggagalkan monopoli Inggris di Iran.
Mirza-e Shirazi dikenal juga sebagai seorang penulis produktif. Salah satu karyanya adalah Khashiyeh bar Nejatul-Ebad. Beliau wafat pada tahun 1312 H.
Penerbitan Nomor Pertama Koran Urwatul-Wutsqa
Tanggal 15 Jumadil Awal tahun 1301 Hq, nomor perdana koran al-Urwatul Wutsqa terbit di Perancis. Pimpinan redaksi koran ini adalah Sayid Jamaluddin al-Afghani dan Syeikh Muhammad Abduh. Untuk mewujudkan persatuan dunia Islam, Sayid Jamaluudin membentuk organisasai dengan nama al-Urwatul Wutsqa dan menerbitkan koran dengan nama yang sama.
Kedua tokoh tersebut, berusaha menarik pembaca muslim dan menyebarkan pemikiran mereka tentang persatuan dunia Islam dengan cara melansir sejumlah artikel dan wawancara para ilmuan dan politikus. Akhirnya, setelah terbit beberapa bulan di Eropa, India, Mesir, Iran dan beberapa negara Arab lainnya, pada bulan Dzulhijjah di tahun yang sama, koran Urwatul-Wutsqa dilarang terbit akibat tekanan politik sejumlah negara. (IRIB Indonesia)
Imam Ali Zainal Abidin merupakan salah satu dari 72 anggota kafilah Imam Husein di Karbala. Beliau menyaksikan sendiri ayah, paman, sepupu, dan sahabat-sahabat Imam Husein satu-persatu dibunuh oleh tentara Yazid, penguasa kaum muslimin saat itu. Namun karena sakit, Imam Ali Zainal Abidin tidak bisa ikut bertempur.
Setelah peristiwa tersebut, Imam Zainal Abidin mengabdikan hidup beliau untuk menyampaikan pesan perjuangan Imam Husein dan kebenaran Islam kepada kaum muslimin. Beliau akhirnya dibunuh oleh penguasa kaum muslimin saat itu, yaitu Dinasti Muawiyah.
Imam Ali Zainal Abidin dikenal sangat tekun beribadah dan sangat banyak bersujud menghadap Allah Swt, sehingga beliau juga digelari Imam as-Sajjad. Doa-doa dan munajat yang diucapkan Imam as-Sajjad dicatat oleh para pengikutnya dan dibukukan dalam sebuah kitab berjudul Sahifah Sajadiyah.
Mirza ShiraziLahir
Tanggal 15 Jumadil Awal tahun 1230 H, Marji Taklid besar Iran, Mirza Muhammad Hossein Shirazi atau lebih dikenal dengan nama Mirza Shirazi lahir di kota Shiraz. Dalam usia 20 tahun dia sudah berhasil meraih gelar Mujtahid. Pada tahun 1259 H Mirza Shirazi berhijrah ke hauzah ilmiah Najaf, Irak untuk menimba ilmu. Di sana ia berguru kepada Syeikh Mortadha Anshari. Setelah gurunya wafat, Mirza Shirazi akhirnya diangkat sebagai marji taklid menggantikan gurunya.
Kuatnya daya hapal beliau dan cara pengajarannya yang mudah dimengerti oleh siapapun, merupakan adalah kelebihan yang beliau miliki. Mirza Shirazi juga dikenal memiliki perhatian yang khusus terhadap persoalan politik, karena itu ia tak pernah segan untuk turun tangan dalam berbagai masalah politik.Fatwa beliau yang mengharamkan tembakau, berhasil menggagalkan monopoli Inggris di Iran.
Mirza-e Shirazi dikenal juga sebagai seorang penulis produktif. Salah satu karyanya adalah Khashiyeh bar Nejatul-Ebad. Beliau wafat pada tahun 1312 H.
Penerbitan Nomor Pertama Koran Urwatul-Wutsqa
Tanggal 15 Jumadil Awal tahun 1301 Hq, nomor perdana koran al-Urwatul Wutsqa terbit di Perancis. Pimpinan redaksi koran ini adalah Sayid Jamaluddin al-Afghani dan Syeikh Muhammad Abduh. Untuk mewujudkan persatuan dunia Islam, Sayid Jamaluudin membentuk organisasai dengan nama al-Urwatul Wutsqa dan menerbitkan koran dengan nama yang sama.
Kedua tokoh tersebut, berusaha menarik pembaca muslim dan menyebarkan pemikiran mereka tentang persatuan dunia Islam dengan cara melansir sejumlah artikel dan wawancara para ilmuan dan politikus. Akhirnya, setelah terbit beberapa bulan di Eropa, India, Mesir, Iran dan beberapa negara Arab lainnya, pada bulan Dzulhijjah di tahun yang sama, koran Urwatul-Wutsqa dilarang terbit akibat tekanan politik sejumlah negara. (IRIB Indonesia)
Sayyidah Az Zahra adalah Suri Tauladan Kehidupan
Menurut
Kantor Berita ABNA, malam peringatan hari kesyahidan Sayyidah Fatimah
as (menurut satu versi sejarah) Senin (25/3) telah berlangsung di aula
Imam Khomeini kompleks pemakaman Sayyidah Ma'sumah sa Qom Republik Islam
Iran. Dalam acara tersebut Hujjatul Islam wa Muslimin DR.Rafi'i yang
didaulat sebagai penceramah menyebutkan segala wujud kebaikan ada dalam
kepribadian Sayyidah Fatimah az Zahrah as. "Malam ini, adalah malam
kesyahidan putri kesayangan Nabi Saw, istri dari Amirul Mukminin dan ibu
dari para Aimmah as, yang kemuliaan dan keagungan beliau tiada tara."
Ungkapnya.
Muballigh
terkemuka Iran tersebut kemudian melanjutkan, "Nabi Muhammad Saw
berkenaan dengan putri tercintanya tersebut bersabda, Jika semua
kebaikan dikumpulkan dan diletakkan disebuah tempat, maka az Zahra masih
jauh lebih baik dari semua kebaikan tersebut. Yang bisa kita ketahui
dari apa yang dimaksudkan Nabi Saw tersebut, penjelasan dan gambaran
apapun yang dikemukakan tidak bisa mewakili kemuliaan dan keagungan
hadhrat Fatimah az Zahra as."
Muballigh
yang juga mengajar di Hauzah Ilmiah Qom tersebut dalam lanjutan
ceramahnya menyebutkan, "Sangat disayangkan, kehidupan keseharian kita
belakangan ini, mau tidak mau yang kita saksikan justru menjauh dari apa
yang diajarkan agama, sedikit demi sedikit justru mengarah kepada
tradisi dan kebudayaan Barat, tenggelam dan terpedaya terhadap pesona
kemajuan yang Barat tawarkan dan ini persoalan yang sangat penting. Ini
saya sebut penting, karena pemimpin besar revolusi Islam kita juga
mengisyaratkan hal ini, dan menekankan pentingnya pembahasan agama
semakin banyak dibicarakan di hadapan umat."
DR.
Rafi'i kemudian mengkritik gaya kehidupan masyarakat muslim hari ini,
mulai dari style pakaian, kehidupan dalam rumah tangga, penataan kamar
sampai kepada jenis makanan pun tidak lagi berdasar pada apa yang
dituntunkan agama. Beliau berkata, "Kita harus menjadikan kehidupan
Maksumin as khususnya Sayyidah Fatimah az Zahra as sebagai suri tauladan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Saya tidak mengatakan bahwa
kehidupan kita hari ini jauh dari yang diteladankan para Maksumin,
tetapi maksud saya, kehidupan Maksumin harus menjadi teladan dan contoh
bagi kita dalam menjalani kehidupan hari ini."
Pada
bagian lain ceramahnya, DR. Rafi'i menyinggung ayat 19 sampai 25 surah
ar Rum dan mengatakan, "Pada ayat tersebut Allah SWT menunjukkan 6 hal
yang merupakan tanda-tanda kebesaranNya, bahwa Dialah yang menciptakan
bumi, langit, yang menidurkan manusia dan sebagainya dan juga
menunjukkan bahwa Dialah yang menciptakan pasangan buat manusia. Dari
penjelasan Al-Qur'an tujuan dari pernikahan bukan semata sebagai proses
alamiah yang memang mesti dijalankan melainkan kehidupan dengan pasangan
adalah penyebab dari timbulnya rasa tentram, kasih sayang dan
ketenangan. Pasangan pernikahan, baik suami maupun istri harus saling
mencintai dan menyayangi satu sama lain, dan salah satu sifat yang baik
dari seorang istri adalah besarnya kecintaan yang diperuntukkan kepada
suaminya."
Beliau
melanjutkan, "Sebagaimana yang pernah disebutkan oleh Imam Ja'far
Shadiq as. Jika seseorang memiliki saudara dan teman yang baik, pasangan
yang salih dan setia dan keturunan yang saleh dan salehah, maka Allah
memberikan kepadanya kebaikan dunia akhirat."
"Hal
yang patut kita pelajari dari kehidupan Sayyidah Fatimah as adalah saat
beliau dilamar oleh Imam Ali as. Ada musyawarah yang terjadi antara
Nabi dan putrinya tersebut mengenai Imam Ali as yang bakal menjadi suami
hadhrat Zahra. Nabi Saw meminta pandangan putrinya, dan Sayyidah
Fatimah as pun meminta saran dan nasehat dari ayahnya, sehingga kemudian
Sayyidah Fatimah as mengambil keputusan dari hasil musyawarah
tersebut." Lanjut beliau.
"Dalam
musyawarah ataupun diskusi yang dikedepankan adalah argumen-argumen
yang logis. Orang tua tidak boleh memaksakan kehendak ketika mengajukan
calon pasangan buat anaknya, calon suami buat putrinya dan calon istri
buat anak laki-lakinya. Begitupun sebaliknya, anak tidak layak
memaksakan kehendaknya kepada orangtua untuk menerima pilihannya sendiri
dengan lebih memperturutkan perasaan dibanding penilaian-penilaian yang
logis." Tambahnya lagi.
Cendikiawan
Islam yang juga menjadi tenaga pengajar di Universitas Internasional al
Mustafa Qom tersebut kemudian menyinggung mengenai besarnya mahar
dikekinian yang menurutnya tidak syar'i dan tidak sesuai dengan tuntunan
agama. Beliau berkata, "Menetapkan mahar juga harus logis. Yang sangat
disayangkan sebagian besar keluarga menganggap semakin besar dan tinggi
mahar yang diajukan menunjukkan kelas ekonominya dan tingkat derajatnya
di masyarakat. Ini adalah kesalahan berfikir yang harus diluruskan."
"Mengapa
kita tidak meneladani pernikahan Imam Ali dan Sayyidah Fatimah yang
diselenggarakan dengan sangat sederhana? Mengapa kita tidak saling
membantu dalam penyelenggaraan pesta pernikahan maupun membantu dalam
menyediakan perbekalan rumah tangga terhadap pasangan yang akan menempuh
hidup barunya? Bukankah acara walimah Imam Ali dan Sayyidah Fatimah
terselenggara atas bantuan dan sumbangan sahabat-sahabat dan kaumnya?
Mengapa hari ini kita tidak melakukan hal yang sama, saling membantu
dalam hal penyelenggaraan walimah pernikahan? Yang memiliki rumah yang
lumayan besar memberikan izin rumahnya digunakan untuk penyelenggaraan
walimah, sehingga pasangan pernikahan bisa memulai kehidupan rumah
tangganya dengan baik tanpa harus memulainya dengan pengeluaran dana
besar-besaran sekedar untuk penyelenggaraan pesta pernikahan?".
Tegasnya.
Pada
bagian akhir ceramahnya, DR. Rafi'i menyatakan, "Pembahasan lain yang
tidak kalah pentingnya adalah sisi maknawi dari pernikahan tersebut.
Harus diperhatikan, penyelenggaraan walimah (pesta) pernikahan harus
terhindar dari ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan perempuan
yang bukan mahram. Hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai syar'i
agama. Harus serius mengenai sisi maknawi pernikahan, sebab memulai
pernikahan dari hal yang tidak syar'i mengurangi keberkahan dari
pernikahan tersebut."
Yusuf Qardhawi yg sekarang tinggal di Qatar HINA Ulama Sunni Suriah : Turki, Saudi dan Qatar Punya Andil dalam Kesyahidan Syaikh al Buthi Sang Ulama Sunni Pemersatu ISLAM hingga RONALDO Real Madrid pun Bela PALESTINA di GAZA..!!!!!
Menurut
Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Nashir Makarim Shirazi berkenaan
dengan syahidnya imam besar Ahlus Sunnah di Damaskus Allamah Syaikh
Sa'id Ramadhan al Buthi ditangan teroris Suriah menyatakan
belasungkawanya yang mendalam dan mengutuk keras perbuatan biadab
tersebut. Beliau berkata, "Negara-negara seperti Turki, Saudi dan Qatar
memiliki saham atas kesyahidan ulama besar dan imam masjid Suriah
tersebut."
"Di
masjid, di rumah Allah yang suci, terjadi kebiadaban yang luar biasa,
ulama besar Islam yang sulit dicari padanannya syahid oleh kebengisan
kelompok teroris Suriah, yang menodai dan mencoreng kemuliaan ajaran
Islam." Lanjutnya.
Ulama
besar dan sekaligus marja taklid Syiah tersebut kemudian melanjutkan
penyampaiannya, "Imam Jum'at masjid Jami Damaskus tersebut adalah
diantara ulama mufti yang terkenal dikalangan Ahlus Sunnah dan bersama
dengan puluhan jama'ah lainnya yang juga adalah ahlus sunnah syahid oleh
bom yang diledakkan anggota kelompok teroris, masjid yang mulia
tersebut pun ternodai oleh darah-darah orang-orang yang tidak berdosa.
Tragedi yang memilukan ini menunjukkan kelompok teroris bukan hanya
memusuhi Syiah, bahkan Sunni sekalipun, apakah itu ulama dan imam
jama'ah ataupun bukan, di masjid
dan rumah-rumah Allah apalagi selainnya, tidak ada bedanya bagi mereka.
Tidak ada satupun ajaran Islam yang membolehkan itu, tidak juga
nilai-nilai kemanusiaan. Dan tidak bisa dipungkiri, Turki, Arab Saudi,
Qatar dan Negara yang merupakan pemimpin dan dalang dibalik semua ini
yaitu Amerika Serikat dan rezim Zionis punya andil atas kesyahidan dan
tertumpahnya darah suci ulama besar ini. Mereka harus
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka ini di Mahkamah Ilahi kelak.
Apakah dengan peristiwa yang luar biasa dasyhat ini, lembaga
internasionalpun tetap diam dan menutup mata?."
Pada
akhir penyampaiannya, ulama yang menulis kitab tafsir al Amtsal
tersebut menyatakan kecaman kerasnya. Beliau berkata, "Kami menuntut
lembaga-lembaga internasional turut mengutuk dan mengecam keras
peristiwa tersebut, dan turut menunjukkan perannya dalam menyelesaikan
dan menghentikan konflik berdarah di Suriah. Kami nasehatkan kepada kaum
muslimin untuk tidak tertipu dan terpedaya oleh pemberitaan-pemberitaan
dusta dan manipulatif dari pihak-pihak yang diuntungkan oleh peristiwa
ini. Kaum muslimin harus bangkit dari kelalaian dan tidak boleh ridha
atas apapun bentuk kekerasan dan pembunuhan atas nama apapun, terutama
dari amalan-amalan kekafiran yang mengenakan jubah Islam untuk
membenarkan aksi biadab mereka."(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=402462)
Penggalan Khutbah Terakhir Allamah Syahid al Buthi
Bukalah
mata kita, dan saksikan siapa pihak yang melanjutkan perang melawan
Suriah ini, laskar tersebut terdiri dari beberapa kelompok dan dari
beberapa Negara, dan kita melihat dengan mata kepala sendiri puluhan ton
bom mereka ledakkan dibeberapa tempat di tanah Suriah ini yang nabi
Muhammad Saw sendiri yang memberi nama jantung dan pusat Negara ini
dengan sebutan Syam.
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, Allamah Syahid Muhammad Sa'id al Buthi dalam
khutbah terakhirnya pada hari Jum'at (15/3) di pusat kota Damaskus,
beberapa hari sebelum kesyahidannya, mengatakan bahwa harapan Barat dan
kelompok teroris untuk merusak kedaulatan Suriah tidak akan tercapai.
Beliaupun menyatakan dukungannya terhadap militer Suriah dan mendo'akan
militer Suriah tersebut tetap diberi keberanian dan keteguhan serta
kesabaran dalam menghadapi segala makar para musuh.
Berikut
diantara penggalan khutbah terakhir ulama besar Sunni yang dianggap
munafik dan musuh Islam oleh ulama-ulama pendukung kelompok teroris
Suriah dan anti Bashar Asad:
"Sejak
dua tahun lalu, makar ini bermula, dan secara bertahap semakin
meningkat dan semakin mengganas, namun saya merasa, semua ini akan
segera berlalu dalam beberapa bulan terakhir, namun tiba-tiba dari kubu
Barat, baik Eropa maupun Amerika, menjadikan perang melawan Suriah
sebagai "Perang Dunia", dan perang ini menjadikan Kristiani tidak
ubahnya sebagaimana Yahudi, keduanya ibarat satu mata.
Kita
melihat dalam perang dunia ini, setiap kelompok dan Negara baik kiri
maupun kanan, baik Barat maupun Timur berkomplot, sehingga dalam perang
dunia ini kita menyaksikan bukan hanya satu laskar, melainkan beberapa
laskar yang merupakan laskar bayaran yang kebanyakan dari mereka berasal
dari Al-Qaedah yang merupakan kaki tangan Amerika Serikat.
Bukalah
mata kita, dan saksikan siapa pihak yang melanjutkan perang melawan
Suriah ini, laskar tersebut terdiri dari beberapa kelompok dan dari
beberapa Negara, dan kita melihat dengan mata kepala sendiri puluhan ton
bom mereka ledakkan dibeberapa tempat di tanah Suriah ini yang nabi
Muhammad Saw sendiri yang memberi nama jantung dan pusat Negara ini
dengan sebutan Syam.
Para
penjajah Barat menghendaki Negara besar Suriah hanya dalam beberapa
bulan dapat mereka jadikan menjadi empat Negara kecil, namun sampai saat
ini, dengan segala kerja keras mereka hasil apa yang mereka dapatkan?
Lebih
dari dua tahun, Suriah sendirian mampu bertahan dalam perang dunia ini.
Hanya satu kesatuan militer dari satu Negara. Dengan hanya satu
kesatuan militer Suriah ini kita memiliki harapan besar dapat
meluluhlantakkan dan mempermalukan para penjajah Barat tersebut. Bahkan
hari ini, pemerintah Suriah semakin kuat dan semakin kokoh dari
sebelumnya.
Militer
Negara ini dalam menghadapi makar dan agresi dunia ini, tidak
membutuhkan bantuan apapun dari siapapun, kecuali pertolongan Allah SWT
yang Maha Besar.
Kita
memiliki militer yang pemberani dan hanya berharap kekuatan dan
pertolongan dari Allah SWT, dan mengenai keberanian ini Allah SWT
berfirman dalam al-Qur'an, "Perangilah mereka, niscaya
Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu
dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka,
serta melegakan hati orang-orang yang beriman." (Qs. At Taubah: 14).
Inilah
bentuk keberanian dan kepahlawanan militer kita. Yang tidak pernah kita
mendengar mereka mendapat bantuan dari pihak manapun. Keberanian yang
berasal dari Pencipta langit dan bumi tersebut adalah anugerah yang tak
ternilai harganya yang kita miliki."
Allamah al Buthi, syahid beberapa hari setelahnya kamis (21/3), di saat beliau sedang memberi pelajaran ilmu agama dihadapan puluhan muridnya di masjid
al Iman pusat kota Damaskus. Tiba-tiba seseorang dari anasir kelompok
teroris yang geram dengan khutbah-khutbah dan dukungan ulama besar Sunni
tersebut terhadap pemerintahan Bashar Asad mendekati ulama yang berusia
80 tahun ini dan meledakkan diri bersama bom yang dibawanya. Ledakan
bom tersebut turut mensyahidkan puluhan jama'ah masjid tersebut.
Allammah
Syahid al Buthi adalah ulama besar Sunni yang dalam khutbah-khutbahnya
sering menyatakan dukungan terhadap pemerintahan Bashar Asad sehingga
mendapat kecaman dari kelompok oposisi Suriah. Beliau sering disebut
munafik dan oleh kelompok teroris yang diwakili oleh Ketua Mujahidin Harakah Ahrar asy-Syam al-Islamiyyah sekaligus ketua Al-Jabhah al-Islamiyyah as-Suriyah, Abu Abdullah al-Hamawi mengatakan kepada kantor berita Islam Haq
bersyukur atas kematian ulama pendukung rezim Bashar Asad tersebut.
Syaikh Yusuf Qardawi juga beberapa hari sebelumnya menyebut Allamah al
Buthi sebagai ulama munafik yang menebarkan kebatilan karenanya dia
menyerukan teror terhadap Allamah al Buthi.(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=402930)
Tangisan Mufti Suni Suriah
| Ali Reza
Tanggal 18 Maret 2013, kita mendengar kabar terpilihnya warga
Amerika Serikat, Ghassan Hitto, sebagai perdana menteri oposisi Suriah.
Tiga hari berselang kabar mengejutkan tersebut bertambah dengan wafatnya
Syekh Muhammad Said Ramadan Al-Buthi bersama empat puluh orang
lain—termasuk cucunya[1]—dalam sebuah ledakan di kota Damaskus.
Syekh Al-Buti bukan hanya sekedar ulama suni Syafii yang menentang
campur tangan asing dalam krisis di Suriah, tetapi juga pendukung
persatuan di antara mazhab ahlusunah dan Syiah.[2]Bukti-bukti yang ada sejak awal krisis hingga kini telah membuktikan campur tangan dan dukungan asing terhadap pemberontak demi runtuhnya pemerintahan Bashar Assad. Tetapi semua bukti jelas tersebut belum terasa cukup; justru sebaliknya, syahidnya Syekh Al-Buthi malah dituduhkan kepada pemerintahan Assad. Sehingga di satu sisi, media menyesalkan seorang ulama suni yang mendukung Bashar Assad; tapi di sisi lain media yang sama juga mengecam pemerintahan Bashar Assad karena membunuh pendukungnya.
Mendengar kabar duka tersebut, saya memutuskan untuk memuat pesan mufti agung suni Suriah yang sebelumnya telah saya terjemahkan pada medio Desember 2011. Pesan Syekh Ahmad Badr Hassoun ini disampaikan pada Oktober 2011 dalam prosesi pemakaman putranya yang juga syahid dibunuh oleh pemberontak Suriah.
Aku percaya engkau mendengarkanku dan merasakanku saat ini. Pertama, aku mempersembahkanmu kepada Allah. Jika darahmu menyembuhkan tanah air ini dan mencegah pertumpahan darah, ya Allah, saksikanlah bahwa aku mempersembahkanmu, wahai putraku, untuk melindungi darah saudara sebangsa.
Aku katakan kepadamu, wahai putraku, aku menangisimu.
Aku tahu engkau menjalankan salat malam dan berpuasa di siang hari. Allah menjadi saksi atas semua itu. Puasamu yang terakhir tanggal 6 Oktober dan salat tahajud terakhirmu kemarin malam. Engkau sering kali bangun malam untuk salat. Engkau penuh kasih sayang. Hatimu tidak membawa kebencian pada siapapun. Engkau jujur dan tidak pernah berbohong pada siapapun. Engkau penuh belas kasih, wahai putraku, kepada keluarga, guru, dan teman-temanmu. Tanyalah kepada teman-temannya yang pernah hidup bersamanya.
Kemarin, wahai putraku, ibumu mengatakan kepadaku bahwa dia ingin mempertunangkanmu dengan seorang pengantin. Dia memanggilku ke Damaskus, dan berkata, “Saya melihat dia (calonmu) itu orang yang baik dan perhatian.” Lalu aku berkata, “Selamat untuknya, jika dia menginginkannya.”
Putraku, Sariyah,
Empat bulan yang lalu, aku berkunjung ke Sanamain dan berkata kepada penduduk Daraa dan putra putri Suriah, “Darah kami adalah darah kalian, kehormatan kami adalah kehormatan kalian.” Jika engkau, putraku, hadir hari ini, aku memohon kepada Allah untuk menjadikanmu syahid. Maka hari ini aku memohon kepada ibu, putra, ayah, dan istri semua syahid untuk berkata kepada pembunuh, “Berhentilah! Berhentilah membunuh putra putri bangsa kami. Kami tidak menyiapkan putra-putri kami untuk dibunuh oleh putra bangsa. Kami menyiapkan mereka untuk (syahid) di tanah Palestina.”
Dengarkanlah, wahai pemimpin negara Arab! Aku menyiapkan putraku untuk syahid di tanah Palestina. Kedutaan kalian menolaknya. Kedutaan kalian menarik duta besarnya, sementara Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris membiarkan duta besar mereka ada di tanah air kita. Biarkan duta besar kalian untuk membangun komunikasi cinta di antara sesama saudara. Kami berharap kalian, wahai orang-orang terhormat, agar datang ke Suriah untuk bertemu rakyat dan pemimpinnya demi mendamaikan di antara manusia. Kami tidak mengharapkan kalian memberi fatwa.
Wahai para ulama yang terhormat, izinkan aku; wahai pemimpin terhormat, wahai Syekh Al-Azhar, wahai Syekh Qaradhawi, wahai para penceramah, wahai yang mengeluarkan fatwa untuk membunuh sepertiga rakyat Suriah, inilah putraku yang telah menuju Allah. Jika kalian tidak bisa mati dan mengikutinya, maka lakukanlah! Pada hari kiamat, darah 3.000 syuhada Suriah akan berdiri di hadapan Allah dan berkata kepada kalian, “Kalian yang berfatwa untuk membunuh rakyat Suriah.”
Wahai Tuhanku, darah kami ada di tangan-Mu. Kepada mereka yang berfatwa untuk membunuh kami, kepada mereka yang menyuruh orang-orang untuk membunuh rakyat Suriah, kepada mereka yang mengirim senjata ke Suriah, kepada mereka yang membawa uang ke Suriah, …
Katakan kepada mereka, wahai saudaraku Abul Walid dan Khaled Meshaal! Katakan kepada orang-orang Arab, siapa yang merangkul kalian di Suriah? Katakanlah, wahai Hamas, siapa yang merangkul kalian di Suriah? Kepada penduduk Gaza, siapa yang menangis darah untuk kalian di Suriah? ”Kesalahan” kami hanya karena kami merangkul Hamas dan Jihad Islam…
Salah seorang pemimpin oposisi Suriah, Burhan Ghalioun, dalam wawancaranya dengan Wall Street Journal mengatakan akan mengkaji ulang hubungan dengan Hamas, Hizbullah, dan tentunya Iran. Selengkapnya…
Dengarkanlah, wahai saudaraku. Putraku aku korbankan demi mengharap
pahala Allah, tapi demi Allah, nabi kita yang tercinta telah bersabda:
“Menghancurkan Kakbah dengan batu lebih ringan di sisi Allah dari pada
membunuh atau menumpah setetes darah seorang mukmin.”Aku ingin bertanya kepada empat orang pembunuh yang kemarin datang ke jalanan dan membunuh putraku dan gurunya. Aku ingin tanya kepada mereka dan pemimpinnya, atas dasar apa kalian membunuh putraku? Apakah dia membunuh salah seorang dari kalian? Apakah ayahnya ikut serta dalam membunuh seseorang?
Bukankah aku katakan sejak hari pertama bahwa aku pelayan bangsa ini? Aku penyambung cinta antara pemimpin dan rakyatnya. Aku tidak suka kedudukan, tapi aku seorang mufti bagi 23 juta penduduk negeri ini. Aku tidak ingin seorang pun terluka. Aku menangisi seluruh syahid. Aku meratapi setiap anak kecil dan ibunya. Mengapa kalian melakukannya terhadap Sariyah?
Kepada kalian yang masih berdemonstrasi di negeri ini, aku mencium tangan dan kening kalian. Tanah air ini akan menjadi tempat pembantaian kedua. Kalian semua akan dibunuh. Targetnya bukanlah pemerintah, tujuannya bukanlah rezim ini. Jika tujuannya adalah rezim ini, mereka akan kabur. Seluruh pemimpin Arab akan melarikan diri. Mengapa mereka membom hari ini? Mengapa mereka membunuh orang-orang di Sert hari ini? Mengapa Libia dibom? Mereka tidak menginginkan Sariyah dan teman-teman syuhadanya. Mereka menginginkan Suriah untuk berlutut di hadapan Zionis dan Amerika Serikat. Demi Tuhan pemilik Kakbah, hancurkanlah mereka!
Jika tidak ada yang tersisa di Suriah kecuali satu orang, maka dia akan tetap serius terkait masalah Palestina dan dia tidak akan tunduk di hadapan kalian, wahai musuh-musuh umat. Tapi dia juga tidak akan berlaku buruk dengan membunuh orang-orang tak bersalah. Tiga ribu syuhada dari kalangan tentara maupun rakyat biasa mengharap pahala Allah. Mereka semua anak-anak kita, saudara-saudara kita.
Saudara-saudaraku yang telah terperdaya, yang sedang membawa senjata; kalian seharusnya membunuhku karena syekh-syekh kalian memerintahkan kalian untuk melakukannya. Tapi mengapa kalian membunuh pemuda ini? Dia tidak melakukan apa-apa, apalagi menyakiti kalian. Setelah semua ini, akankah kalian wahai pemilik fatwa mengatakan bahwa semua ini halal? Para syuhada kami ada di sisi Allah. Biarkan mereka menuntut kalian di hadapan Allah.
Syekh Qaradhawi mengatakan dibolehkan membunuh mereka yang mendukung pemerintahan Bashar Assad, sekalipun ulama. Selengkapnya…
Aku berkata sebagaimana mereka berkata ketika dia dihukum mati oleh
seorang tiran. Mereka berkata kepadanya, “Apa permintaan terakhirmu?”
Dia menjawab, “Katakan kepada yang akan membunuhku, jika dia mampu untuk
tidak mengikutiku (mampu menghindari kematian), maka lakukanlah. Aku
akan menunggunya di hadapan Tuhan yang Maha Adil.”Tunggulah mereka, wahai Sariyah. Tunggulah mereka lalu katakan kepada Rasulullah, ”Rakyat Arab, wahai Rasulullah, telah membangun satelit televisi untuk saling membunuh, membohongi, dan menipu satu sama lain… dan targetnya adalah negeri Syam.” Wahai rakyat Suriah tersayang, janganlah takut. Sekalipun 1.000 syahid akan wafat, maka rasul lebih jujur dari pada mereka. Rasul berkata, “Malaikat yang Maha Pengasih masih akan melebarkan sayapnya di atas negeri Syam.”
Kalian yang bertemu di konferensi, baik muslim maupun yang lainnya, hotel-hotel kalian berbintang lima, tapi air mata kami hanyalah untuk Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kalian meminta bantuan musuh untuk melawan dan menembaki kami, tetapi kami akan meminta kepada Allah untuk mengadili antara kami dan kalian. Dialah sebaik-baik Pengadil. Suriah akan bertahan bersama putra-putranya, ulamanya, golongannya, sebagaimana yang Allah kehendaki. Negeri risalah para nabi, negeri yang diberkahi oleh langit. Suriah akan tetap bercahaya terang, sekalipun senjata kalian menjadi nyala api, nyalanya akan tetap menjadi mimbar seorang mukmin.
Aku tahu di antara kalian akan menentangku. Kalian para ahli-ahli internet, sebagian kalian akan berteriak bahagia. Aku katakan kepada kalian bahwa pertemuan kita akan ada di sisi Tuhan yang paling adil. Pertemuan kita akan berada di kursi kebenaran di hadapan Tuhan Pemilik Ketetapan. Aku akan mengadukan kalian kepada Allah. Aku akan mengadukan kalian atas apa yang terjadi di negeri ini, bukan atas apa yang terjadi pada putraku! Putraku hanya bagian dari diriku, tapi negeri ini adalah keseluruhan diriku.
Tulislah apapun yang kalian ingin tulis. Lepaskan dendam dan kebencian kalian. Tapi kami akan melawannya dengan cinta, iman dan kesabaran perlawanan (muqawamah) yang kami miliki dan keyakinan kepada Allah.
Wahai yang saya kasihi, para ayah dan ibu, aku memohon kepada kalian atas nama Allah, kepada siapa saja yang mengetahui anak-anaknya membawa senjata, katakanlah kepada mereka untuk melindungi negeri ini. Juga kepada siapa saja yang meletakkan senjatanya hari ini, berhentilah berperang dan membunuh. Aku memohon kepada Tuan Presiden, untuk memberikan ampunan (amnesti) kepada mereka, termasuk kepada mereka yang membunuh putraku, demi Suriah, demi tanah air, demi negaraku, atas nama agama dan moral, karena kalian wahai kelompok perlawanan…
Amerika Serikat meminta kelompok oposisi Suriah untuk menolak tawaran amnesti yang diberikan presiden Suriah. Selengkapnya…
Inilah Suriah yang pintunya terbuka lebar, berhentilah memfitnah kami
dari luar negeri sana. Datanglah dan katakan apapun yang ingin kalian
katakan di negeri ini, dan jika seseorang menolakmu, saya akan berada di
barisan kalian. Datang dan katakanlah kebenaran! Datang dan tanyalah
dengan jujur! Kalian inginkan kemerdekaan. Kalian ingin keadilan, mari
kita bangun fondasi itu bersama di Suriah.Karenanya dengan kalimat itu, aku menyampaikan salam perpisahan kepada putraku. Engkau telah mendahuluiku dan aku akan menyusulmu. Kita semua akan menyusulmu. Tunggulah kami karena Rasulullah telah berjanji kepada kita, siapa yang permata hatinya telah diambil lalu dia rida maka Allah akan memberkahinya. Aku meminta kepada Allah untuk meridaiku dan Engkau tahu, wahai Tuhanku, siapa Sariyah yang tidak pernah membahayakan seorang pun dalam hidupnya. Dia ingin sekali menjadi syahid di tanah Palestina.
Diberkahilah engkau, wahai ibu dari Muhammad Maruf, kami malu karena telah mengorbankan putra kami di sini, sementara engkau mengorbankan putramu di Palestina. Diberkahilah engkau wahai Abu Hadi, engkau mengorbankan putramu di Palestina, sehingga jika putramu berdiri maka ia berhadapan dengan Zionis. Siapa yang akan memusuhi putraku di hari kiamat? Putra bangsaku sendiri?
Wahai kalian yang mendengar ucapanku; yang membunuh putraku Sariyah, aku berbicara kepada kalian. Semoga Allah menjagamu dari kesedihan hati dan tidak mengalami penderitaan atas perbuatan yang engkau lakukan terhadap kami. Aku memohon kepada Allah untuk mengilhamkan kalian taubat sebelum meninggalkan dunia ini sehingga tidak menjadi musuh putraku di hari kiamat. Aku memohon kepada Allah untuk memasukkan ke dalam hati ibu Sariyah… keridaan untuk memaafkan mereka sebagaimana aku memaafkan, karena air matanya begitu berharga.
Aku berdoa kepada Allah untukmu, wahai Sariyah, agar bersama kakekmu ustazku Syekh Muhammad Al-Hamoui, beliau kakek dari ibumu, seorang alim di negeri Syam. Juga ustazku Syahid Asy-Syariah. Aku berdoa kepada Allah agar engkau berkumpul dengannya hari ini bersama kakekmu tersayang, Syekh Muhammad Adib Hassoun. Bersama nenekmu, wahai Ummah Usamah, wahai Ummah Muhammad, Sariyah datang kepada kalian. Pernikahannya di sana bersama kalian, bukan di sini bersama kami. Maka terimalah dan masukkan dia bersama setiap syuhada negeri ini, baik itu pemuda, ulama, anak-anak, dalam kebenaran di sisi Tuhan Pemilik Ketetapan.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian. Terima kasih saudaraku, Tuan Menteri. Semoga Allah membantu kita untuk melayani rakyat ini dalam agama, keyakinan, dan patriotisme. Terima kasih kepada pemimpin negara ini. Aku katakan kepadamu, Tuan Presiden, aku mengenalmu lebih dari yang lain termasuk orang yang paling dekat, Allah menyaksikan, engkau ingin memimpin Suriah demi menjaga keamanan lalu pergi dan mengucapkan salam. Tidak, semoga Allah bersamamu dalam membawa Suriah menjaga keadilan, kebenaran, serta menempatkan kaki rakyatnya di jalan kemenangan. Negeri yang bangga dengan nilai-nilai, agama, kebersamaan, dan nasionalisme yang dimilikinya.
Kalian wahai saudaraku di dunia Arab, selama engkau mendengarku, demi Allah, datang dan kunjungilah Suriah. Datanglah ke Hama, Homs, Daraa, Lattakia, Damaskus, Aleppo, dan Deir Zur, datang dan buktikan kebohongan stasiun televisi. Sejak enam bulan lalu mereka berbohong. Datang dan jangan biarkan delegasi Amerika dan Rusia yang datang dua pekan lalu berkata kepadaku, “Mengapa orang Arab tidak datang dan melihat keamanan negerimu. Kami jalan di malam hari dan tidak merasa ketakutan.” Ini yang mereka katakan kepadaku. Datanglah bangsa Arab dan saudara muslimku ke Suriah bersama membantunya menjadi negeri baru yang menjadi contoh pembebasan umat dan pembebasan Palestina, insya Allah.
Air mata mengalir, hati telah bersedih. Wahai Sariyah, aku bersedih atas kepergianmu. Aku akan mendoakanmu. Akan tetapi, jika nanti di hari kiamat aku tidak menjadi syahid, syafaatilah aku karena engkau seorang syahid. Inilah yang aku harapkan dari Allah.
Aku akan tutup dengan firman Allah, orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” Cukuplah Allah menjadi penolongku. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa… Ya Allah berikanlah kami kenikmatan dan karunia tersebut.
Tamu yang terhomat, setelah salat mohon duduklah. Sekelompok pemuda akan memindahkan Sariyah ke rumahnya yang baru. Selagi itu bacakanlah surah Yasin selama duduk sampai mereka merebahkannya di rumah yang baru. Semoga ia menjadi salah satu taman surga. Kami menerima duka cita kalian dengan izin Allah. Terima kasih atas kebaikan kalian semoga Allah menjaga kalian dari kehilangan seseorang yang dicintai.
Referensi:
[1] Aji, Albert. (21 Maret 2013). “Sheikh Mohammad Said Ramadan Al Buti, Syrian Pro-Assad Cleric, Killed In Damascus Bombing”. The Huffington Post.
[2] “Ulama Terkenal Said Ramadhan Al Buthi Tewas dalam Ledakan di Masjid Damaskus”. MuslimDaily. 21 Maret 2013
Ayatullah Sistani Tegaskan Haramnya Darah Muslim untuk Ditumpahkan
Menurut
Kantor Berita ABNA, Ayatullah al-Uzma Sistani mengeluarkan fatwa
haramnya menumpahkan darah rakyat Irak secara umum, khususnya darah
Ahlusunnah sambil meminta pengikut mazhab Syiah Irak untuk menghindari
apapun bentuk aktivitas yang dapat memicu perpecahan dan pertikaian
dengan pengikut Ahlus Sunnah.
Fatwa
tersebut dikeluarkan ulama besar dan marja taklid Irak ini sewaktu
melakukan silaturahmi dengan ulama Ahlusunnah di wilayah Selatan dan
Kurdistan sebelum berlangsungnya Kongres Ulama Nasional Syiah dan Sunni
di Najaf Irak.
Syeikh
Khalid al-Mulla selaku ketua umum persatua Ulama Ahlusunnah Selatan
Irak dalam pertemuan bersama Ayatullah Sistani tersebut meminta saudara
yang bermazhab Syiah di Irak melindungi saudara Ahlusunnah sembari
menghindari hal-hal yang dapat memicu perselisihan dan perpecahan antara
dua belah pihak. Ayatullah Sistani menilai keluarnya fatwa haramnya
menumpahkan darah kaum muslimin secara umum khususnya dari kalangan
Ahlusunnah sebagai hal positif dikalangan umum untuk bisa semakin
memperat hubungan persaudaraan dan persatuan Islam.
Syeikh
Khalid al-Mulla kemudian menyebutkan bahwa Ayatullah Sistani turut
menjelaskan: "Saya berkhidmat untuk seluruh rakyat Irak tanpa membedakan
antara Syiah dan Sunni, antara Kurdi maupun Kristiani."
Ayatullah
Sistani turut meluapkan rasa syukur dan bahagianya terhadap keamanan
dan bebasnya negeri Irak dari unsur al-Qaeda dan Takfiri. "Kami
menegaskan setiap individu Syiah hendaklah melindungi saudara
Ahlusunnah. Begitu juga saudara Ahlusunnah hendaklah melindungi saudara
mereka Syiah. Ulama juga perlu peka terhadap konspirasi perpecahan yang
dipicu oleh musuh-musuh Islam." Tegasnya.
Universitas al Azhar Membuka Diri untuk Mahasiswa asal Iran
Menurut
Kantor Berita ABNA, Syaikh Ja'far Abdullah, petinggi Universitas al
Azhar di Mesir menyatakan, tidak ada dalih dan alasan apapun untuk
menghalangi pelajar asal Iran untuk menuntut ilmu di universitas
terkemuka di dunia Islam tersebut.
Beliau
menyatakan, "Kami menerima dan menyambut dengan baik mahasiswa maupun
pelajar agama dari seluruh dunia, namun mereka sebelumnya harus lulus
tes dan ujian masuk yang kami berikan yaitu test al-Qur'an al karim dan
beberapa masalah syar'i, terutama harus istimewa dalam nilai bahasa
Arab."
"Sampai
saat ini, di Universitas al Azhar belum satupun ada mahasiswa yang
tercatat berasal dari Iran, dan jumlah pelajar di universitas ini
mencapai setengah juta orang." Lanjutnya.
Saya Berada di Bumi Palestina Bukan Israel
Menurut
laporan Shabestan, wartawan televisi Aljazeera saat bertanya kepada
Ronaldo, Anda saat ini berada di tanah Israel atau Palestina? Bintang
dunia asal Portugal ini menjawab, "Saya berada di bumi Palestina."
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, di akhir pertandingan kualifikasi Piala Dunia Grup F
antara Portugal dan Rezim Zionis Israel yang digelar hari Jumat (22/3),
Cristiano Ronaldo menolak bertukar kostum dengan pemain Israel.
Menurut
laporan Shabestan, wartawan televisi Aljazeera saat bertanya kepada
Ronaldo, Anda saat ini berada di tanah Israel atau Palestina? Bintang
dunia asal Portugal ini menjawab, "Saya berada di bumi Palestina."
Di
akhir pertandingan, pemain Israel mendekati Ronaldo untuk bertukar
kostum, namun ia tidak mengindahkan pemain rezim penjajah tersebut.
Seperti
diberitakan, Portugal bertanding melawan Israel pada hari Jumat (22/3)
di pertandingan kualifikasi Piala Dunia Grup F. Seperti diberitakan oleh
Antara, Portugal bangkit dari ketertertinggalan 1-3 untuk menyamakan
kedudukan pada masa tambahan waktu saat melawan Israel, pada
pertandingan kualifikasi Piala Dunia Grup F Jumat, hasil yang membuat
kedua tim memiliki peluang sama untuk lolos.
Tim
tamu mengejutkan Israel dan membungkam 40.000 penonton melalui gol
Bruno Alves di menit kedua, namun tuan rumah kemudian mampu menyamakan
kedudukan, lapor Reuters.
Israel
menyamakan kedudukan pada menit ke-24 melalui Tomer Hemed dan mereka
balik memimpin berkat gol Eden Ben Bassat pada menit ke-30, dan Rami
Gershon pada menit ke-70.
Namun
upaya determinan Cristiano Ronaldo, yang merangsek ke area pertahanan
Israel, dan kemudian memberi umpan pada Helder Postiga untuk memperkecil
ketinggalan menjadi 2-3 pada menit ke-72, dan gol penyama kedudukan
dibukukan Fabio Coentrao ketika tim tamu menggempur gawang Israel.
Israel
dan Portugal memiliki delapan angka dari lima pertandingan mereka,
tertinggal empat angka dari pemuncak klasemen Rusia, yang
pertandingannya melawan Irlandia Utara di Belfast harus ditunda sampai
Sabtu karena salju turun dengan lebat.
Cristiano
Ronaldo bintang Portugal yang juga membela klub Spanyol Real Madrid
tersebut bukan hanya sekali ini menunjukkan pembelaan dan dukungannya
terhadap pembebasan dan kemerdekaan Palestina. Pemain fenomenal ini
menunjukkan simpatiknya terhadap perjuangan Palestina dengan
mengikhlaskan sepatu emas yang diraihnya pada musim 2011 bersama real
madrid kepada kepada lembaga amal klubnya. Hal itu dilakukan pemain
berjuluk CR7 itu untuk membantu anak-anak Palestina.
Laman
Qodsna pada akhir tahun lalu mengabarkan, lembaga amal Real Madrid
melelang sepatu emas milik Ronaldo itu hingga 1,4 juta euro alias Rp
16,77 miliar. Uang hasil lelang itu disumbangkan untuk membangun
beberapa sekolah yang hancur di sepanjang di Jalur Gaza. Dukungan Pemain
Terbaik Dunia pada 2008 tersebut tidak berhenti sampai di situ.
Sebelumnya
ketika masih memperkuat tim manchester united, dalam sebuah acara
Ronaldo mengenakan kafiyeh alias syal Palestina. Tindakannya itu
mendapat kecaman hebat dari lobi-lobi Zionis dan media barat. Beberapa
media barat yang berafiliasi dengan Yahudi seakan memusuhinya dan
mencitrakan segala keburukannya.
Namun
ada juga sebagian media Inggris menyebut aksi Ronaldo itu sebagai
bentuk kemanusiaan. Ia menunjukkan kepedulian dan solidaritasnya
terhadap krisis Palestina dan warga Jalur Gaza. Ronaldo dikabarkan
pernah langsung berkunjung ke tanah pendudukan Palestina pada 2007 dan
2008.
Di
sana dia disambut suka cita oleh warga Palestina dan mendapat
pengawalan ketat. Tapi lagi-lagi Ronaldo dikecam media yang pemiliknya
mendukung kebijakan pemerintah Zionis.
PBB Harus Selidiki Penggunaan Senjata Kimia oleh Militan Suriah
Menteri
Luar Negeri Republik Islam Iran Ali Akbar Salehi meminta Sekretaris
Jenderal PBB Ban Ki-moon mengirimkan tim investigasi untuk menyelidiki
penggunaan senjata kimia oleh para militan Suriah.
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Ali Akbar
Salehi meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengirimkan tim
investigasi untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia oleh para militan
Suriah.
Permintaan tersebut disampaikan Salehi melalui sebuah surat yang dikirim kepada Ban pada Selasa (26/3).
Salehi
dalam suratnya menegaskan bahwa tindakan teror merupakan ancaman besar
terhadap perdamaian dan keamanan internasional dan pelanggaran terbuka
atas norma-norma global, khususnya Konvensi Senjata Kimia (CWC).
Ia menyerukan PBB untuk mengadopsi langkah-langkah pencegahan untuk menghindari terulangnya peristiwa semacam itu.
Salehi
menegaskan bahwa Republik Islam Iran sebagai korban terbesar senjata
kimia, mengecam kejahatan yang tidak manusiawi ini dan berharap semua
pemerintah dan organisasi internasional termasuk PBB dengan cepat dan
terang-terangan mengecam kekejaman yang tidak manusiawi itu.
Dalam
surat yang salinannya juga telah diteruskan kepada Dewan Keamanan PBB
itu, Salehi mendesak peluncuran penyelidikan obyektif mengenai insiden
dan sumber senjata kimia serta agen untuk para teroris di Suriah, dan
memastikan bahwa mereka diidentifikasi dan diseret ke pengadilan.
Menlu Iran berharap PBB akan mengecam keras penggunaan senjata kimia terhadap orang yang tidak berdosa di kota Aleppo, Suriah.
Menlu Iran berharap PBB akan mengecam keras penggunaan senjata kimia terhadap orang yang tidak berdosa di kota Aleppo, Suriah.
Sebelumnya,
jaringan TV resmi Suriah mengutip Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vitaly
Churkin melaporkan bahwa Churkin menuntut komite pencari fakta PBB untuk
tidak melibatkan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang
telah terlibat dalam mendukung dan mempersenjatai kelompok-kelompok
teroris dan militan di Suriah.
Anggota NATO, khususnya Amerika Serikat, Turki, Inggris, Jerman dan Perancis, telah memainkan peran aktif dalam mendukung para militan anti-Damaskus dengan menyuplai perangkat keras militer, selain apa yang mereka sebut sebagai bantuan senjata non-lethal.
Anggota NATO, khususnya Amerika Serikat, Turki, Inggris, Jerman dan Perancis, telah memainkan peran aktif dalam mendukung para militan anti-Damaskus dengan menyuplai perangkat keras militer, selain apa yang mereka sebut sebagai bantuan senjata non-lethal.
Pada
tanggal 19 Maret, sedikitnya 25 orang tewas dan 86 lainnya terluka
ketika para militan menembakkan sebuah roket yang mengandung zat kimia
ke desa Khan al-Assal, di kota Aleppo. Perempuan dan anak-anak
dilaporkan berada di antara para korban.
Serangan
itu terjadi setelah koalisi oposisi Suriah yang dikenal sebagai Koalisi
Nasional Suriah memilih Ghassan Hitto, seorang warga negara Amerika
kelahiran Suriah sebagai perdana menteri dari apa yang mereka sebut
pemerintah sementara.
Dalam
pidato pertamanya setelah dipilih oleh koalisi oposisi Suriah, Hitto di
kota Istanbul Turki pada tanggal 19 Maret mengatakan bahwa tidak akan
ada dialog antara oposisi dan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Krisis
Suriah meletus pada pertengahan bulan Maret 2011. Banyak orang termasuk
pasukan keamanan dan warga sipil tewas selama kerusuhan ini.
Organisasi-organisasi
HAM internasional menyatakan bahwa para militan yang mendapat dukungan
dari berbagai pihak asing telah melakukan berbagai kejahatan perang di
Suriah.
Dialog Ilmiah Syeikh Sa’id Ramadhan Al-Buthi (Islam Sunni) dan Syeikh Al-Albani (Islam Wahabi)
Ada
sebuah perdebatan yang menarik tentang ijtihad dan taqlid, antara
Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, seorang ulama Ahlussunnah wal
Jama’ah di Syria, bersama Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, seorang
tokoh Wahhabi dari Yordania.
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, ada sebuah perdebatan yang menarik tentang ijtihad
dan taqlid, antara Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, seorang
ulama Ahlussunnah wal Jama’ah di Syria, bersama Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-Albani, seorang tokoh Wahhabi dari Yordania.
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Bagaimana cara Anda memahami hukum-hukum Allah,
apakah Anda mengambilnya secara langsung dari al-Qur’an dan Sunnah, atau
melalui hasil ijtihad para imam-imam mujtahid?”
Al-Albani
menjawab: “Aku membandingkan antara pendapat semua imam mujtahid serta
dalil-dalil mereka lalu aku ambil yang paling dekat terhadap al-Qur’an
dan Sunnah.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Seandainya Anda punya uang 5000 Lira. Uang itu Anda
simpan selama enam bulan. Kemudian uang itu Anda belikan barang untuk
diperdagangkan, maka sejak kapan barang itu Anda keluarkan zakatnya.
Apakah setelah enam bulan berikutnya, atau menunggu setahun lagi?”
Al-Albani menjawab: “Maksud pertanyaannya, kamu menetapkan bahwa harta dagang itu ada zakatnya?”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Saya hanya bertanya. Yang saya inginkan, Anda
menjawab dengan cara Anda sendiri. Di sini kami sediakan kitab-kitab
tafsir, hadits dan fiqih, silahkan Anda telaah.”
Al-Albani
menjawab: “Hai saudaraku, ini masalah agama. Bukan persoalan mudah yang
bisa dijawab dengan seenaknya. Kami masih perlu mengkaji dan meneliti.
Kami datang ke sini untuk membahas masalah lain”.
Mendengar
jawaban tersebut, Syaikh al-Buthi beralih pada pertanyaan lain: “Baik
kalau memang begitu. Sekarang saya bertanya, apakah setiap Muslim harus
atau wajib membandingkan dan meneliti dalil-dalil para imam mujtahid,
kemudian mengambil pendapat yang paling sesuai dengan al-Qur’an dan
Sunnah?”
Al-Albani menjawab: “Ya.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Maksud jawaban Anda, semua orang memiliki kemampuan
berijtihad seperti yang dimiliki oleh para imam madzhab? Bahkan
kemampuan semua orang lebih sempurna dan melebihi kemampuan ijtihad para
imam madzhab. Karena secara logika, seseorang yang mampu menghakimi
pendapat-pendapat para imam madzhab dengan barometer al-Qur’an dan
Sunnah, jelas ia lebih alim dari mereka.”
Al-Albani
menjawab: “Sebenarnya manusia itu terbagi menjadi tiga, yaitu muqallid
(orang yang taklid), muttabi’ (orang yang mengikuti) dan mujtahid. Orang
yang mampu membandingkan madzhab-madzhab yang ada dan memilih yang
lebih dekat pada al-Qur’an adalah muttabi’. Jadi muttabi’ itu derajat
tengah, antara taklid dan ijtihad.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Apa kewajiban muqallid?”
Al-Albani menjawab: “Ia wajib mengikuti para mujtahid yang bisa diikutinya.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Apakah ia berdosa kalau seumpama mengikuti seorang
mujtahid saja dan tidak pernah berpindah ke mujtahid lain?”
Al-Albani menjawab: “Ya, ia berdosa dan haram hukumnya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Apa dalil yang mengharamkannya?”
Al-Albani menjawab: “Dalilnya, ia mewajibkan pada dirinya, sesuatu yang tidak diwajibkan Allah padanya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Dalam membaca al-Qur’an, Anda mengikuti qira’ahnya siapa di antara qira’ah yang tujuh?”
Al-Albani menjawab: “Qira’ah Hafsh.”
Al-Buthi bertanya: “Apakah Anda hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja? Atau setiap hari, Anda mengikuti qira’ah yang berbeda-beda?”
Al-Albani menjawab: “Tidak. Saya hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Mengapa Anda hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja,
padahal Allah subhanahu wata’ala tidak mewajibkan Anda mengikuti qira’ah
Hafsh. Kewajiban Anda justru membaca al-Qur’an sesuai riwayat yang
dating dari Nabi Saw. secara mutawatir.”
Al-Albani
menjawab: “Saya tidak sempat mempelajari qira’ah-qira’ah yang lain.
Saya kesulitan membaca al-Qur’an dengan selain qira’ah Hafsh.”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Orang yang mempelajari fiqih madzhab asy-Syafi’i,
juga tidak sempat mempelajari madzhab-madzhab yang lain. Ia juga tidak
mudah memahami hukum-hukum agamanya kecuali mempelajari fiqihnya Imam
asy-Syafi’i. Apabila Anda mengharuskannya mengetahui semua ijtihad para
imam, maka Anda sendiri harus pula mempelajari semua qira’ah, sehingga
Anda membaca al-Qur’an dengan semua qira’ah itu. Kalau Anda beralasan
tidak mampu melakukannya, maka Anda harus menerima alasan ketidakmampuan
muqallid dalam masalah ini. Bagaimanapun, kami sekarang bertanya kepada
Anda, dari mana Anda berpendapat bahwa seorang muqallid harus
berpindah-pindah dari satu madzhab ke madzhab lain, padahal Allah tidak
mewajibkannya. Maksudnya sebagaimana ia tidak wajib menetap pada satu
madzhab saja, ia juga tidak wajib berpindah-pindah terus dari satu
madzhab ke madzhab lain?”
Al-Albani
menjawab: “Sebenarnya yang diharamkan bagi muqallid itu menetapi satu
madzhab dengan keyakinan bahwa Allah memerintahkan demikian.”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Jawaban Anda ini persoalan lain. Dan memang benar
demikian. Akan tetapi, pertanyaan saya, apakah seorang muqallid itu
berdosa jika menetapi satu mujtahid saja, padahal ia tahu bahwa Allah
tidak mewajibkan demikian?”
Al-Albani menjawab: “Tidak berdosa.”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Tetapi isi buku yang Anda ajarkan, berbeda dengan
yang Anda katakan. Dalam buku tersebut disebutkan, menetapi satu madzhab
saja itu hukumnya haram. Bahkan dalam bagian lain buku tersebut, orang
yang menetapi satu madzhab saja itu dihukumi kafir.”
Menjawab pertanyaan tersebut, al-Albani kebingungan menjawabnya.
Demikianlah
dialog panjang antara Syaikh al-Buthi dengan al-Albani, yang
didokumentasikan dalam kitab beliau al-Lamadzhabiyyah Akhthar Bid’ah
Tuhaddid asy-Syari’at al-Islamiyyah. Dialog tersebut menggambarkan,
bahwa kaum Wahhabi melarang umat Islam mengikuti madzhab tertentu dalam
bidang fiqih. Tetapi ajakan tersebut, sebenarnya upaya licik mereka agar
umat Islam mengikuti madzhab yang mereka buat sendiri. Tentu saja
mengikuti madzhab para ulama salaf, lebih menenteramkan bagi kaum
Muslimin. Keilmuan, ketulusan dan keshalehan ulama salaf jelas diyakini
melebihi orang-orang sesudah mereka. [pustakamuhibbin]
Universitas al Azhar Kecam Aksi Biadab Wahabi di Suriah
Menurut
Kantor Berita ABNA, stasiun televisi al 'Alam menyiarkan berita
mengenai kecaman pihak universitas al Azhar atas teror yang menimpa
Allamah Sa'id Ramadhan al Buthi di masjid al Iman pusat kota Damaskus
Suriah.
Dalam
sebuah serangan bom bunuh diri yang dilakukan anasir kelompok teroris
Suriah di masjid al Iman kota Damaskus mensyahidkan Allamah al Buthi
beserta 49 jama'ah masjid lainnya. Bom tersebut diledakkan disaat
Allamah al Buthi sedang memberikan pelajaran ilmu agama kepada puluhan
murid-muridnya. Pelaku sebelumnya duduk bersama puluhan jama'ah lainnya
dalam majelis tersebut yang kemudian secara tiba-tiba mendekati Allamah
dan meledakkan bom yang dibawa bersamanya yang kemudian menyebabkan
kesyahidan ulama besar Sunni Suriah tersebut.
Berkenaan
dengan aksi anarkis dan biadab kelompok teroris tersebut rektor
universitas al Azhar Syaikh Ahmad al Khatib mengutuk aksi tersebut, dan
mendoakan semoga arwah Allamah al Buthi diterima di sisi Allah SWT dan
tergolong dalam kelompok para syuhada.
Qardhawi Pernah Menyerukan Teror Terhadap Al-Buti
Al-Qaradhawi
dalam khutbah shalat Jumatnya menyatakan bahwa Al-Buti meninggal dunia
sebelum terhidayah dan tanpa menyinggung seruannya untuk membunuh
orang-orang seperti Al-Buti, seraya mengklaim, "Dia adalah sahabat saya
dan meski saya berharap dia menerima hidayah Allah Swt, akan tetapi dia
meninggal dunia sebelum terhidayah."
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, Syeikh Yusuf Al-Qaradhawi, Mufti Qatar, beberapa
hari sebelum teror terhadap Allamah Syeikh Muhammad Said Ramadhan
Al-Buti, telah menghina ulama terkemuka Sunni Suriah.
Alalam
(23/3) melaporkan sebagaimana dinukil dari IRIB, ini bukan pertama
kalinya Syeikh Al-Qaradhawi menyerang dan menghina para ulama Arab dan
ulama terbaru yang dihina dan dinistakannya adalah Allamah Al-Buti.
Video yang terunggah di Youtube menunjukkan bahwa Syeikh Al-Qaradhawi menyebut Syeikh Al-Buti dan orang-orang dekatnya mendukung pemerintah Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan menudingnya telah menebarkan kebatilan. Syeikh Al-Qaradhawi menyebut ulama besar Sunni Suriah itu tidak beradab dan tidak berakal, serta mengimbau pembunuhan para pendukung pemerintah Suriah termasuk pasukan militer, warga dan para ulama.
Al-Qaradhawi dalam khutbah shalat Jumatnya menyatakan bahwa Al-Buti meninggal dunia sebelum terhidayah dan tanpa menyinggung seruannya untuk membunuh orang-orang seperti Al-Buti, seraya mengklaim, "Dia adalah sahabat saya dan meski saya berharap dia menerima hidayah Allah Swt, akan tetapi dia meninggal dunia sebelum terhidayah."
Seraya mengkritik Al-Buti akibat dukungannya terhadap Bashar Al-Assad, Al-Qaradhawi menyebut pemerintahan sah Suriah sebagai "kriminal."
Al-Qaradhawi juga menuding pemerintah Bashar Al-Assad yang membunuh Al-Buti demi merusak citra Ahlussunnah dan kelompok oposisi. Seraya meragukan bahwa Al-Buti diteror dengan bom bunuh diri, Al-Qaradhawi mengklaim, "Al-Buti diteror dengan tembakan peluru yang sangat jitu."(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=402438)
Serangan Bom Bunuh Diri Dimasjid Syahidkan Ulama Sunni
Dalam
serangan bom bunuh diri tersebut, Allamah Syaikh Muhammad Sa'id
Ramadhan al Buthi gugur sebagai syahid bersama puluhan orang lainnya.
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, kelompok teroris Suriah kamis (21/3) menyerang
masjis al Iman di pusat kota Damaskus Suriah. Dalam serangan bom bunuh
diri tersebut, Allamah Syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan al Buthi gugur
sebagai syahid bersama puluhan orang lainnya.
Syaikh
al Buthi adalah ulama besar Sunni yang dalam khutbah-khutbahnya sering
menyatakan dukungan terhadap pemerintahan Bashar Asad sehingga mendapat
kecaman dari kelompok oposisi Suriah. Beliau sering disebut munafik dan
oleh kelompok teroris yang diwakili oleh Ketua Mujahidin Harakah Ahrar asy-Syam al-Islamiyyah sekaligus ketua Al-Jabhah al-Islamiyyah as-Suriyah, Abu Abdullah al-Hamawi mengatakan kepada kantor berita Islam Haq bersyukur atas kematian ulama pendukung rezim Bashar Asad tersebut.
Umat Islam Tidak Boleh Diam Menghadapi Teror Wahabi
"Wahabi
dalam sepanjang sejarah, bukan hanya memusuhi Syiah, namun juga
melancarkan permusuhan dan kebencian terhadap kelompok-kelompok Sufi dan
kaum muslimin diluar kelompok mereka. Bagi mereka selain golongan
mereka bukan Islam. Mereka dalam beberapa tahun terakhir melakukan
berbagai makar dan kekacauan dan bagi mereke, hanya mereka yang layak
menyandang gelar kaum muslimin."
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, Syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan al Buthi, seorang
ulama besar Sunni kenamaan Suriah gugur akibat serangan bom bunuh diri
anggota kelompok Wahabi yang menyerang masjid Al-Iman di ibukota Suriah dan menewaskan sedikitnya 25 orang serta melukai 30 lainnya.
Beliau
lahir tahun 1929 dan menempuh jalur pendidikan agama di universitas
pada bidang ilmu syariat. Beliau telah menghasilkan banyak karya
diberbagai bidang ilmu Islam khususnya pembahasan aqidah dan fiqh.
DR.
Rasul Ja'farian, seorang sejawarahwan dan akademisi kampus Iran
mengatakan, "Kita tidak boleh tinggal diam dalam menghadapi teror dan
aksi-aksi kekerasan yang dilakukan kelompok takfiri terutama jika teror
tersebut ditujukan untuk menghabisi nyawa ulama-ulama Islam. DR. Buthi
memiliki ilmu agama yang luas, menguasai berbagai macam bahasa, Arab,
Turki, Ingris dan Kurdi, dan selama 3 kurun dikenal sebagai ulama besar
Ahlus Sunnah di dunia Islam. Beliau adalah ulama yang bijak, tawadhu dan
disegani. Dan beliau banyak mengungkap penyimpangan-penyimpangan aqidah
Wahabi kepada kaum muslimin."
Beliau
melanjutkan, "Pada tanun 1426 H beliau mendapat penghargaan
internasional penguasaan terhadap ilmu-ilmu Al-Qur'an dan mendapatkan
pengakuan sebagai ulama yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
dalam bidang keislaman. Diantara karyanya yang paling terkenal adalah,
kitab as Siratu al Nabawiyah yang telah berulang kali naik cetak. Beliau
bukan hanya menentang aqidah dan penyimpangan Wahabi namun juga tidak
memiliki hubungan yang baik dengan kelompok Ikhwanul Muslimin Suriah,
sementara dengan Bashar Asad presiden Suriah beliau memiliki hubungan
yang baik. Meskipun demikian beliau tetap dikenal sebagai ulama yang
bersih dari kekisruhan politik bahkan beliau berkali-kali menegaskan
untuk tidak terlibat dalam urusan politik."
Menurut
DR. Rasul Ja'farian, teror yang menimpa ulama besar Suriah tersebut
adalah musibah besar bagi dunia Islam. "Syahidnya beliau, dengan kondisi
terbunuh lewat ledakan bom oleh kelompok teroris di masjid al Iman yang
beliau menjadi imam masjid tersebut beserta 20 orang lainnya
menunjukkan bahwa Wahabi meskipun terhadap ulama besar Sunni yang
berusia 80 tahun tidak memiliki rasa belas kasihan, dan untuk mencapai
tujuan busuk mereka, mereka menghalalkan segala cara. Menyerang masjid
dan membunuh ulama. Ini menunjukkan kelompok teroris Suriah bukan orang
yang beragama dan apapun yang mereka lakukan yang diuntungkan adalah
kelompon Barat dan musuh-musuh Islam." Ungkapnya.
Dalam
penyampaian terakhirnya, "Wahabi dalam sepanjang sejarah, bukan hanya
memusuhi Syiah, namun juga melancarkan permusuhan dan kebencian terhadap
kelompok-kelompok Sufi dan kaum muslimin diluar kelompok mereka. Bagi
mereka selain golongan mereka bukan Islam. Mereka dalam beberapa tahun
terakhir melakukan berbagai makar dan kekacauan dan bagi mereka, hanya
mereka yang layak menyandang gelar kaum muslimin."
Syaikh
al Buthi, kamis (21/3) gugur bersama 20 orang lainnya ketika beliau
sedang menyampaikan pelajaran agama di masjid al Iman di Damaskus oleh
serangan bom bunuh diri kelompok Wahabi.
Al-Watan: Qardhawi Layani Kepentingan Rezim Qatar
Gelombang kecaman terhadap Sheikh Yusuf Qardhawi mengalir deras dari berbagai kalangan. Kali ini datang dari koran Aljazair, Al-Watan. Koran berbahasa Perancis itu mengkritik keras sepak terjang Qardhawi yang mengeluarkan fatwa pengobar fitnah di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Kini, kredibilitasnya sebagai pemimpin agama telah sirna. Sebab posisinya sebagai ulama telah dipergunakan untuk melayani kepentingan rezim Qatar," tulisan koran al-Watan, mengutip Al-Alam (Jumat,26/4).
"Merpati perdamaian (sebagai simbol) bagi Qardhawi telah terbang dan kini berganti dengan datangnya elang-elang perang," ungkap koran Aljazair berbahasa Perancis itu menyindir fatwa tendensius Qardhawi tentang Suriah.
Koran al-Watan menulis, "Milisi teroris Front Al-Nusra senantiasa memuji fatwa provokatif Qardhawi dalam konflik Suriah,".
Menurut koran Aljazair itu, Qardhawi sangat tahu Front Al-Nusra mendapat dukungan persenjataan lengkap dari rezim Qatar demi menggulingkan rezim Assad atas nama jihad.
"Fatwa Qardhawi menguntungkan oposisi Suriah sekaligus menyulut fitnah bagi revolusi negara-negara Arab. Dengan air mata buayanya, Qardhawi mengobarkan perang yang semakin berkecamuk di Suriah," tulis Al-Watan.
Milisi al-Nusra yang mendapat "restu fatwa jihad" dari Qardhawi tercatat sebagai gerakan teroris internasional paling berbahaya yang menumpahkan begitu banyak darah di Suriah.
Selain membunuhi rakyat sipil dan menyerang pasukan keamanan Suriah, anggota kelompok teroris, Front al-Nusra juga menghancurkan infrastruktur hingga rumah ibadah. Baru-baru ini milisi teroris ini menghancurkan menara Masjid Jami Umayyah dan pintu masuk sebelah selatan masjid tersebut dengan bahan peledak. Berbagai laporan menunjukkan milisi teroris bersenjata sengaja didatangkan dari luar Suriah untuk menjatuhkan rezim Assad.(IRIBIndonesia/PH/SL)
Anjurkan Membunuh Anak-anak Syiah, Dosen Saudi Mendapat Kecaman
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Seorang ulama Arab Saudi dalam pernyataanya menuntut kelompok teroris yang disebutnya Mujahidin al-Qaeda di Irak untuk terus menimbulkan kekacauan kalau perlu sampai harus membunuh perempuan dan anak-anak dari kelompok muslim Syiah.
Sa'ad al-Duraihim yang merupakan dosen di Universitas Islam Muhammad bin Saud di Riyadh dalam situs internet pribadinya menulis, "Sekiranya mujahidin di Irak melakukan tekanan dan pembunuhan yang lebih banyak, meskipun dengan cara menculik wanita dan anak-anak, sudah tentu (semua firqah Syiah) akan rasa merasa geram dan panik."
Pernyataan dosen jurusan syariah tersebut telah mengundang banyak kritikan.
Seorang penulis dalam surat khabar al-Madinah berkata, "Allah menjadi saksi bahwa mereka yang paling banyak menjadi penyebab Islam dicemoohkan dan diejek bukanlah Yahudi, Kristiani dan Zoroaster, namun Islam dicemoh justru karena kelakuan berlebihan seperti Sa'ad al-Duraihim yang menyeru kepada pembunuhan dan pertumpahan darah."
Penulis bernama Abdullah bin Bakhit dalam surat khabar 'Ukkazh Saudi menulis, "Jika orang seperti ini menyebarkan tuduhan dan fitnah tanpa memberikan pembuktian dibiarkan, maka tidak mengherankan kelompok teroris banyak yang berasal dari Arab Saudi."
Muhammad al-Umar pula menulis, "Dalam wasiat orang-orang saleh terdahlu, tidak ada satupun dari mereka pernah menyerukan hal yang sedemikian keji."
Penulis yang lain bernama Abdul Aziz al-Zahrani dalam tulisannya yang ditujukan kepada al-Duraihim berkata, "Nabi Saw adalah pembawa rahmat, tidak pernah membunuh walaupun itu perempuan dan anak-anak Yahudi."
Selain itu, penulis bernama Halimah Mudzaffar dalam surat khabar al-Watan meminta pejabat Saudi yang berwenang untuk menyeret al-Duraihim ke pengadilan sekaligus memecatnya dari dunia akademik.
Yusuf Abal Kheil dalam akhbar al-Riyadh menulis,,, "Bukan Allah saja yang akan menggelapkan iman dalam hati orang yang berkata seperti ini, bahkan seluruh hewan dan tumbuhan tidak mendoakan rahmat pada golongan yang menyerukan pembunuhan pada kelompok yang tidak berdosa."
Sa'ad al-Duraihim sebelumnya juga pernah mengklaim hak untuk masuk surga hanya milik penduduk dan ulama Najed saja, sebab menurutnya kelompok Ahlus Sunnah dan Firqah al Najiyah hanya bermukim diwilayah tersebut, meskipun tidak menafikan pengikut Ahlus Sunnah juga bermukim ditempat lain, namun disebutnya itu hanya sedikit. Mayoritas aktivis kemanusiaan dan cendekiawan dari Arab Saudi sendiri mengkritik keras pernyataan-pernyataan kontroversial al Duraihim tersebut dan menyebutnya sebagai provokator dan pemecah belah ummat.
Mengenakan Jilbab, Bocah Syiah Dikeluarkan dari TK
|
Menurut Kantor Berita ABNA, ditengah upaya kubu anti Islam melakukan kampanye menolak simbol-simbol Islam diantaranya dengan melakukan pelarangan terhadap muslimah untuk berjilbab ditempat-tempat umum, persekolahan dan kantor-kantor pemerintah, di India justru berbuat lebih jauh lagi. Sebuah TK di India mengeluarkan salah satu muridnya karena jilbab yang dikenakannya ke sekolah. Fatimah Baibai bocah 4 tahun yang terlahir dan besar dari keluarga muslim Syiah dikeluarkan dari TK karena mengenakan jilbab senin (22/4). TK di salah satu provinsi di India yang bernama Assam bagian utara India tersebut menetapkan larangan buat murid-muridnya untuk mengenakan jilbab.
Dua minggu sebelumnya pengurus TK negeri tersebut telah mengirimkan surat peringatan kepada orangtua Fatimah untuk tidak mengenakan jilbab pada anaknya ketika kesekolah, namun karena peringatan tersebut tidak diindahkan akhirnya pengurus TK tersebut membuat kebijakan, Fatimah harus dikeluarkan dari tempat dia menimba ilmu dan bermain-main setiap harinya.
Atas kebijakan sekolah tersebut, kedua orang tua Fatimah protes keras dan menulis surat pengaduan kepada pengadilan tinggi negara. Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi setempat "Tamiz" ibu dari Fatimah mengatakan, "Saya mendidik Fatimah untuk mengenakan jilbab bukan hanya ketika ia ke sekolah, namun juga setiap keluar rumah, baik bermain atau dalam perjalanan, begitupun ketika kami kedatangan tamu asing, Fatimah saya ajar buat mengenakan jilbabnya."
Patut disampaikan, warga muslim di India berkisar 200 juta orang, dan 50 juta diantaranya adalah muslim Syiah. Dengan warga muslim Syiah sebanyak 50 juta orang, maka India adalah negara kedua berpenduduk muslim Syiah terbesar setelah Republik Islam Iran. Muslim Syiah di India tersebar diberbagai kota dan pelosok-pelosok desa. Muslim Syiah di India dikenal sangat menjaga aturan Islam termasuk dalam penggunaan jilbab bagi muslimahnya.
Kelompok Salafi Anti Persatuan Gelar Seminar Kecam Syiah
|
Menurut Kantor Berita ABNA, ditengah kemelut politik dan keamanan negara yang masih dalam proses perbaikan, kelompok salafi garis keras Mesir justru menggalakkan kampanye Gerakan Anti Syiah. Ibarat memancing di air keruh, kelompok Salafi mengadakan seminar dengan tema, "Syiah adalah musuh, berwaspadalah!" dengan menampilkan beberapa penceramah seperti Syeikh Muhammad Ibrahim Manshur, Syeikh Husain Abu Khair, Syiekh Muhammad Farid dan Syiekh Sa'ad Zalhaf.
Dalam forum yang berlangsung di Masjid Nurul Iman (Barat Mesir) pada Ahad lalu, Muhammad Ibrahim Manshur yang merupakan mantan anggota Parlemen dan Perancang Undang-Undang Mesir berkata, "Syiah berada dalam fase pertama menarik orang awam ke arah mereka dengan propaganda kecintaan dan turut merasakan duka dan derita Ahlul Bait, setelah itu mereka akan menerangkan syubhat seperti "Barangsiapa yang mencintai Ahlul Bait akan ke syurga sebaliknya mereka yang tidak cinta Ahlul Bait akan ke neraka".
Manshur turut mengakui pesatnya pengaruh Syiah dan perkembangannya di Mesir sambil berkata, "Saat ini kami menjadi saksi akan semakin pesatnya perkembangan dakwah Syiah di berbagai wilayah."
Syeikh Muhammad Farid (Dosen Jurusan Hadis Institut Ibnu Taimiyah) dalam forum tersebut turut menjelaskan bahwa Khomeinisme mempunyai akidah yang aneh dan sesat. Katanya, "Masalah Tasyayyu' amatlah sukar, bahaya Syiah terlalu besar bagi mereka yang awam dan tidak mengenali sejarahnya."
Syeikh Sa'ad Zalhaf dalam penyampainnya turut membenarkan kesesatan Syiah sembari mengumbar, "Syiahlah yang hakekatnya yang membunuh Husain! mereka sentiasa mengkhianati umat Islam!".
Di akhir forum, Syiekh Husain Abul Khair menunjukkan kepada peserta bukti-bukti yang disebutnya sebagai penyimpangan akidah Syiah dengan menayangkan beberapa klip video dan gambar.
Di antara tuduhan yang dilemparkan termasuklah syubhat lama yang telah dijawab oleh banyak ulama baik Syiah maupun ulama Ahlus Sunnah yang adil. "Syiah memiliki aqidah bahwa al-Quran telah diwahyukan kepada Ali sebelum diturunkan kepada Nabi Saw." Umbarnya.
Gerakan anti Syiah tersebut semakin gencar menyebar fitnah terhadap Syiah setelah Ikhwanul Muslimin, cendekiawan dan mayoritas rakyat Mesir termasuk ulama-ulama universitas Al Azhar menyatakan tekad akan mempererat hubungan antara Kairo dan Teheran. Kelompok yang mendapat kucuran dana besar dari Arab Saudi dan Qatar tersebut berusaha mencegah terjalinnya hubungan erat itu dengan menggalakkan propagan anti Syiah dan anti Iran.
Sementara itu Hazim Ismail, salah seorang aktivis Salafi yang menyebut diri mereka sebagai Pembela Sahabat telah mengecam Syiah dan menyamakannya dengan Majusi. Dalam sebuah debat beliau bersama tokoh Syiah Ahmad Rasim al-Nafis di stasiun televisi Akhir al-Nahar, beliau berkata, "Israel dan Yahudi adalah Ahli Kitab, Nabi Islam menjalinkan hubungan dengan Yahudi dan Kristian, namun tidak dengan Majusi."
Ada Tiga Tersangka Utama dalam Krisis Suriah
Menurut
Kantor Berita ABNA, Khatib shalat Jumat Tehran, Ayatullah Ahmad Khatami
menyinggung ketamakan kekuatan imperialis terhadap Suriah dan Irak
seraya menyatakan, "Kaum imperialis dunia mempersenjatai anasir teroris
di Suriah dengan bom-bom kimia yang membunuh banyak orang serta melukai
puluhan warga tak berdosa Suriah."
IRNA
(22/3) melaporkan, Sayid Ahmad Khatami dalam khutbah kedua shalat Jumat
di Tehran mengatakan, "Suriah saat ini berada di garis terdepan dan
jika dunia imperialis sampai berhasil mencapai tujuannya di Suriah, maka
target mereka selanjutnya adalah Irak."
Ayatullah
Khatami menambahkan, "Saat ini di dua negara tersebut (Suriah dan Irak)
terbentuk dua pemerintahan independen namun kaum imperialis
menginginkan dua pemerintahan boneka. Oleh karena itu mereka selalu
merongrong kedua negara itu dan kita menyaksikan berbagai aksi
pengeboman termasuk di Irak."
Menurut
khatib shalat Jumat Tehran, dalam berbagai kejahatan di dua negara
tersebut ada tiga tertuduh yang terlibat. Tertuduh pertama adalah
Amerika Serikat, Inggris dan rezim Zionis Israel. Sebagaimana yang telah
dijelaskan Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei (Pemimpin Besar
Revolusi Islam Iran), jika rezim Zionis berani berulah dengan Iran, maka
Republik Islam akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah.
Ayatullah
Khatami menjelaskan, "Perancis juga termasuk di antara para tersangka
utama. Mereka adalah para penjahat yang berkoar tentang HAM namun pada
saat yang sama berusaha menyulut pertumpahan darah di Suriah dan di
Irak."
Adapun
tersangka kedua adalah negara-negara despotik Arab seperti Arab Saudi
dan Qatar yang mempersenjatai kelompok teroris. Sementara tersangka
ketiga adalah para mufti Wahabi yang mengeluarkan fatwa halal penumpahan
darah sesama saudara Muslim dan perampasan harta kekayaan mereka.
Ayatullah
Khatami memperingatkan bahwa dunia Islam harus mengetahui bahwa mereka
ini adalah para pengkhianat agama Islam, Al-Quran dan para ulama yang
menjual agama mereka demi kekayaan serta bahwa pihak yang mendengarkan
seruan para ulama Wahabi itu akan terjebak dalam tindak kejahatan dan
nasibnya tidak lain kecuali neraka.
Apa Kata Tokoh Indonesia Tentang Syiah
KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia):
“Dengan tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah sebagai negara Islam dalam wadah OKI tersebut, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam.”(tempointeraktif) |
Said Agil Siradj (Ketua Umum PB NU):
“ Ajaran
syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya sunni. Di
universitas di dunia manapun tidak ada yang menganggap Syiah sesat “(tempo.co)
Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah):
“ Tidak ada beda Sunni dan Syi’ah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama muslim” (republika.co.id)
Buya Syafii Ma’arif (Cendikiawan Muslim, Mantan Ketua PP Muhammadiyah):
“Kalau Syiah dikalangan mazhab, dianggap sebagai mazhab kelima,” (okezone.com)
Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah):
“Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam “
(satuislam.wordpress.com)
Marzuki Ali (Ketua DPR RI):
“
Syi'ah itu mahzab yang diterima di negara manapun diseluruh dunia, dan
tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syi'ah adalah
aliran sesat “
(okezone.com)
Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI):
“ Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat ” (tempo.co)
“ Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat ” (tempo.co)
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (Cendikiawan Muslim, Direktur Sekolah PascaSarjana UIN Jakarta):
“Syiah
adalah bagian integral dari umat Islam dan tidak ada perbedaan yang
prinsipil dan fundamental dalam Syiah dan Sunni, kecuali masalah
kepemimpinan politik”
“
Fatwa haram atau sesat Syiah itu tidak diperlukan, baik secara
teologis, ibadah dan fiqh karena pertaruhannya Ukhuwah Islamiyah di
Indonesia,”
(republika.co.id)
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta):
“
Syiah merupakan bagian dari sejarah Islam dalam perebutan kekuasaan,
dari masa sahabat, Karenanya akidahnya sama, Alqurannya, dan nabinya
juga sama,”
(republika.co.id)
KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia):
“Dengan
tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah sebagai negara Islam
dalam wadah OKI tersebut, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam.
Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang
tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara
Islam.”(tempointeraktif)
Rhoma Irama ( Seniman dan Mubaligh ):
“Tuhan
kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat kita sama, puasa
kita sama, zakat kita sama, haji kita sama, kenapa harus saling
mengkafirkan” (tempo.co)
Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU):
“ Caranya terus menjaga persamaan sesama Umat Islam, bukan mencari perbedaannya,”
(republika.co.id)
Muhammad Mahfud MD (Ketua MK):
“ Kalau
saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh
negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia
mengganggu keyakinan orang lain,”
(Okezone.com)
Prof. Dr. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat):
“ Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam International sebagai bagian dari Islam,”
(rakyamerdekaonline.com)
Alm, Buya Hamka (Mantan Ketua Umum MUI Pusat):
Mengutip pernyataan Imam Syafi’i
“ Jika
saya dituduh Syiah karena mencintai keluarga Muhammad Saw, maka
saksikanlah wahai Jin dan Manusia, bahwa saya ini orang Syiah. Jika
dituduhkan kepada saya bahwa saya Syiah karena membela Imam Ali, saya
bersaksi bahwa saya Syiah”
(majalah.tempointeraktif.com)
KH Nur Iskandar Sq (Ketua Dewan Syuro PPP):
“ Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah, ”
(Inilah.com)
Komentar Pembaca
-
mgkn, lebih baiknya juga cantumkan tokoh2 yg anti syiah serta
komentarnya... agar umat bisa membandingkan tingkat kualitas
intelektualitasnya... diantara kedua kubu yg berseberangan.. [aris]
- 1. Imam Malik
Imam Malik telah ditanya tentang Rafidhah (syiah), maka beliau menjawab : Janganlah kamu berbicara dengan mereka, dan janganlah mengambil riwayat dari mereka, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berdusta (pembohong).
2. Imam Syafii
“Saya belum pernah melihat seseorang yang lebih mudah bersaksi dengan kepalsuan daripada Rafidhah (syiah)”.
3. Imam Ahmad
Saya (Abdullah bin Ahmad bin Hambal) telah bertanya kepada bapakku tentang Rafidhah (syiah), maka ia mengatakan : “Yaitu orang-orang yang mencaci maki atau mencela Abu Bakar dan Umar”. Dan Imam Ahmad ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, maka ia menjawab : Doa’kanlah mereka berdua agar diberi rahmat, dan berlepas dirilah dari orang yang membenci mereka berdua”.
4. Hasyim Asy'ari (pendiri NU)
“Di zaman akhir ini tidak ada madzhab yang memenuhi persyaratan kecuali madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali). Adapun madzhab yang lain seperti madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah adalah ahli bid’ah. Sehingga pendapat-pendapatnya tidak boleh diikuti” [elfarisi]
Imam Malik telah ditanya tentang Rafidhah (syiah), maka beliau menjawab : Janganlah kamu berbicara dengan mereka, dan janganlah mengambil riwayat dari mereka, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berdusta (pembohong).
2. Imam Syafii
“Saya belum pernah melihat seseorang yang lebih mudah bersaksi dengan kepalsuan daripada Rafidhah (syiah)”.
3. Imam Ahmad
Saya (Abdullah bin Ahmad bin Hambal) telah bertanya kepada bapakku tentang Rafidhah (syiah), maka ia mengatakan : “Yaitu orang-orang yang mencaci maki atau mencela Abu Bakar dan Umar”. Dan Imam Ahmad ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, maka ia menjawab : Doa’kanlah mereka berdua agar diberi rahmat, dan berlepas dirilah dari orang yang membenci mereka berdua”.
4. Hasyim Asy'ari (pendiri NU)
“Di zaman akhir ini tidak ada madzhab yang memenuhi persyaratan kecuali madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali). Adapun madzhab yang lain seperti madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah adalah ahli bid’ah. Sehingga pendapat-pendapatnya tidak boleh diikuti” [elfarisi]
- semua manusia sama disisi Allah...mau Shia atau Sunni...kalau tidak bertaqwa ya tempatnya di neraka... [noorhayati]
- APAKAH ADA KETURUNAN AHLUL BAIT?
Dlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".
2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?
3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".
Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait menjadi universal:
1. Kedua orang tua para nabi/rasul;.
2. Saudara kandung para nabi/rasul.
3. Isteri-isteri beliau.
4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki.
Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah bukan termasuk kelompok ahlul bait.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Tidak ada seorangpun yang mengaku (orang lain) sebagai ayahnya, padahal dia tahu (kalau bukan ayahnya), melainkan telah kufur (nikmat) kepada Allah. Orang yang mengaku-ngaku keturunan dari sebuah kaum, padahal bukan, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesimpulan dari tulisan di atas, bahwa pewaris tahta 'ahlul bait' yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya seperti Saidina Hasan dan Husein maupun yang perempuan bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.
[aelfizon]
Dlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".
2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?
3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".
Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait menjadi universal:
1. Kedua orang tua para nabi/rasul;.
2. Saudara kandung para nabi/rasul.
3. Isteri-isteri beliau.
4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki.
Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah bukan termasuk kelompok ahlul bait.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Tidak ada seorangpun yang mengaku (orang lain) sebagai ayahnya, padahal dia tahu (kalau bukan ayahnya), melainkan telah kufur (nikmat) kepada Allah. Orang yang mengaku-ngaku keturunan dari sebuah kaum, padahal bukan, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesimpulan dari tulisan di atas, bahwa pewaris tahta 'ahlul bait' yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya seperti Saidina Hasan dan Husein maupun yang perempuan bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.
[aelfizon]
-
setahu saya yang ada islam bukan suni atau syiah, Allah akan menilai
kita, seberapa taqwa kita padaNya, ya Allah tunjukilah kami jalan yang
lurus, Ya Allah jadikanlah kami "keluarga" RasulMu [gatotkoco]
- SYIAH SESAAAAAAAAAAAAAATTTTTTTTTTT [dani]
- Salam wa Rahmah,
Rasulullah saw, junjungan kita yang mulia, menganjurkan (bahkan memerintahkan) dengan perilakunya agar kita memupuk persaudaraan (sesama muslim), persahabatan (sesama pemeluk agama langit) dan pertemanan (sesama manusia lainnya).. dengan silaturahim..
Al-Amin, gelar yang disandang, menyimbolkannya sebagai kepercayaan seluruh makhluk (manusia terutama).
Kalau ada orang menyebarkan ; permusuhan, kebencian, perpecahan dsb, pada hakikatnya dia sedang menentang Rasulullah, meskipun dia mengaku sebagai muslim (sunni ataupun syi'i).. [yadi]
Rasulullah saw, junjungan kita yang mulia, menganjurkan (bahkan memerintahkan) dengan perilakunya agar kita memupuk persaudaraan (sesama muslim), persahabatan (sesama pemeluk agama langit) dan pertemanan (sesama manusia lainnya).. dengan silaturahim..
Al-Amin, gelar yang disandang, menyimbolkannya sebagai kepercayaan seluruh makhluk (manusia terutama).
Kalau ada orang menyebarkan ; permusuhan, kebencian, perpecahan dsb, pada hakikatnya dia sedang menentang Rasulullah, meskipun dia mengaku sebagai muslim (sunni ataupun syi'i).. [yadi]
- dani...ente belom memahami Alquran,...?
Ente msh ingusan belom ape2,....petinggi2 islam aje memahami apa itu Syi'ah,..Ente tau ga apa arti Syi'ah,...Otak ente O BESAR....!!!! [yaman]
Ente msh ingusan belom ape2,....petinggi2 islam aje memahami apa itu Syi'ah,..Ente tau ga apa arti Syi'ah,...Otak ente O BESAR....!!!! [yaman]
-
janganlah suka mencari perbedaan , sebaiknya kita nikmati persamaan dan
persaudaraan , habluminannas ,mari kita koreksi diri , seberapa taqwa
kita kepada Allah SWT , karena taqwa adalah yang utama . Bukan suni atau
syi'ah atau yang lainnya ( jalu )
KH. Said Aqil Sirodj: Wahabi Itu Pintu ke Teroris
Saya
tidak mengatakan Wahabi teroris akan tetapi ajaran Wahabi itu bisa
membuka pintu dan peluang ke arah teroris. Ketika ada orang yang
mengatakan ziarah kubur itu musyrik, bagi anda yang sudah di doktrin
mendengar itu, berarti orang NU musyrik, berarti boleh dibunuh. Tinggal
tunggu tanggal kapan dia punya keberanian membunuh atau dia tega dan ada
kesempatan atau tidak.
|
Semakin
meluasnya paham Wahabi di tanah air dianggap sebagai ancaman bagi
organisasi Islam terbesar, Nahdlatul Ulama. Hingga Ketua Umum PBNU, Said
Aqil Sirodj harus meneriakan perlawanan terhadap gerakan yang
ditudingnya sebagai kelompok Islam ekstrim ini.
Paham
yang di tempat asal awalnya memperjuangkan purifikasi (pemurnian- red)
agama Islam ini, di Indonesia dinilainya telah berkembang menjadi
kelompok intoleran dan bahkan menjadi paham yang menularkan kekerasan
dan terorisme.
Paham
ini juga dianggap mengancam kemapanan keberagamaan dan toleransi.
Karena itu NU menyayangkan tidak adanya antisipasi pemerintah terhadap
meluasnya paham ini. Berikut wawancara tim Prioritas dengan Said Aqil.
Bagaimana anda mengidentifikasi gerakan Wahabi di Indonesia?
Sejak
tahun 80-an mulai banyak jaringan Arab Saudi yang bukan jaringan negara
tetapi jaringan LSM-nya. Menyebarkan ajaran radikalisme ke seluruh
negara non Arab, seperti Pakistan, India, Banglades, dan Indonesia. Di
Afrika gerakan ini mengganti nama dari Wahabi menjadi Salafi. Itu ide
dua orang Nassirudin Al Albani orang Madinah dan Syekh Mukbil Al- Wakdi
di kota Damaz Yaman. Yang salah satu muridnya Jafar Umar Thalib itu.Ini
dari sana sama sekali tidak membenarkan pergerakan, tapi hanya
purifikasi akidah, seperti memusyrikan tahlil dan haul.
Sekarang
ada Wahabi yang ekstrim tinggalnya di London, Abdullah Syururi, ini
Wahabi yang pergerakan. Di Indonesia dua-duanya ada di sini. Yang
sebatas purifikasi akidah, ini kebanyakan tidak membangun organisasi
resmi, pokoknya ceramah sana sini. Tapi ada juga yang harokah, berupa
gerakan politik.
Bagaimana membedakan gerakan ini bukan formal kerajaan Arab Saudi, sementara paham ini menjadi mahzab resmi di sana?
Begini,
Wahabi dahulu pertama kalinya berdiri memang keras berdarah- darah.
Yang menentang di bunuh, kalau tidak menentang minimal tidak boleh
mengajar. Namun setelah kekuasaan Abdul Aziz stabil, lalu ada amnesti,
walaupun bukan Wahabi dipanggil pulang. Artinya kerajaan Saudi sangat
berkembang. Raja Faisal orang yang pertama kali membuka televisi dan
madrasah perempuan ini, ditentang oleh ulama-ulama sampai dia ditembak,
dibunuh karena melenceng dari mazhab Wahabi.Sekarang pun di sana masih
begitu, antara pemerintah dan fundamental itu berseberangan.
Saya
tidak mengatakan Wahabi teroris akan tetapi ajaran Wahabi itu bisa
membuka pintu dan peluang ke arah teroris. Ketika ada orang yang
mengatakan ziarah kubur itu musyrik, bagi anda yang sudah di doktrin
mendengar itu, berarti orang NU musyrik, berarti boleh dibunuh. Tinggal
tunggu tanggal kapan dia punya keberanian membunuh atau dia tega dan ada
kesempatan atau tidak.
Jadi munculnya gelombang pembaharuan ini sekonyong-konyong?
Ini
bukan pembaharuan tapi purifikasi, tidak sekonyong-konyong. Jadi waktu
itu khilafah Ottoman kedodoran wilayahnya dipereteli oleh penjajah.
Tinggal ada jazirah Arabia dan Turki sekarang itu. Islam sedang
mengalami kemunduran luar biasa. Itu menurut Muhammad bin Abdul Wahab
akibat orang Islam meninggalkan jihad, sibuk dengan kuburan, sibuk
dengan tarekat dengan dzikir semangat perangnya tidak ada. Kebetulan ada
tokoh masyarakat yang disegani karena dia jawara, namanya Muhammad bin
Saud, ingin jadi raja (politik), bekerjasama dengan Abdul Wahab yang
kepentingannya ideologi.
Namun
pertama bergerak dihantam tentara Turki dari Mesir. Cucunya bin Saud,
Abdul Aziz lari ke Bahrain, ketemu dengan Inggris dan Amerika yang
sedang mengebor minyak, kemudian dilatih, masuk kembali dan menang.
Bagaimana kelompok Wahabi bisa mengumpulkan dana begitu besar?
Saya
kira dari masyarakat mereka yang kaya. Proposal yang diajukan mungkin
untuk dakwah, membantu yatim piatu dan fakir miskin, bencana alam masa
tidak memberikan. Padahal ketika sampai di sini dananya dibelokkan…
Bapak pernah mengatakan bahwa masjid NU sudah banyak diculik, apa ini benar terjadi?
Bukan
masjid NU saja, masjid Muhammadiyah juga banyak, prosesnya pertama kali
mereka datang ke situ, bilangnya saya ke sini mau mengabdi tidak usah
digaji saya mau jadi marbot. Lama-kelamaan mereka ikut rapat ini itu.
Misalnya ada rapat di masjid itu besok Jumat yang ceramah, si ustad anu
saja, tidak usah dibayar kok. Datang ustadnya ya itulah antara lain
(prosesnya). Mereka punya sistem yang cukup canggih. Teroris ada, ada
sistemnya, ada dananya, ada tutornya, ada pelatihnya, ada jaringannya.
Nah
keadaan terbuka ini dimanfaatkan secara maksimal oleh mereka. Contoh
HTI, di Timur Tengah itu dilarang karena pemikirannya menolak adanya nation, dan hanya mau kembali ke khalifah. Tapi di Indonesia tidak?
Kenapa?
Yaitu, saya juga mempertanyakan hal yang sama.
Bagaimana pola ideologisasi Wahabi di Indonesia, apakah sama dengan di luar negeri?
Sama,
mereka awal berdirinya adalah orang Islam yang mengamalkan ajaran
Rasullulah sesuai penafsiran Muhammad bin Abdul Wahab, kalau kafir,
halal darahnya. Tapi saat ini dari pusatnya tidak sekeras itu, prinsip
dakwahnya purifikasi agama Islam.
Prinsipnya
masih itu yang dipakai. Akan tetapi agak ke sini setelah Syeh bin Baas,
tidak sama pola gerakannya. Hanya jangan ikut bid’ah, tidak ada kata bunuh.
Kalau pola-pola dakwah yang paling utama?
Ya itu tadi di masjid-masjid.
Mereka mendirikan pesantren juga?
Iya, bikin pesantren bikin yayasan, ada 12 yayasan di sini.
Apakah NU pernah mengusulkan Hizbut Tahrir Indonesia ditutup pemerintah?
Secara
diskusi sering, bukan langsung perintah, tapi pertimbangan dengan bapak
SBY. NU itu diusulkan Ki Wahab kepada Kyai Hasyim didirikan tahun 1914.
Namun saat itu belum diizinkan. Tapi tahun 1926 baru diizinkan sebagai
reaksi atas Wahabi, karena Wahabi di sana membongkar situs-situs
sejarah. Kuburan diratakan dengan tanah. Di Baqi 15.000 kuburan sahabat
rata dengan tanah. Kuburanya Nabi Muhammad, Abu Bakar dan Umar yang ada
di pojok masjid juga akan dibongkar. Berangkatlah ke sana komite Hijaz,
Kyai Wahab, Kyai Zul Arifi n, Syeh Gonaim orang Mesir yang tinggal di
Surabaya, dan Hajah Hasan Kipo mohon kepada raja Abdul Aziz agar itu
tidak dilakukan.
Soviet
saja tidak membongkar kuburan Baihaqi, Buchori yang ada di Samarkand
Uzbekistan. Sekarang di Baqi kita mencari kuburan Siti Aisyah saja tidak
tahu. Kuburan istri Nabi dimana, bibinya Nabi dimana? Rata dengan
tanah. Begitu juga dengan rumah tempat lahirnya Nabi Muhammad ketika
pertama kali Wahabi masuk itu dijadikan wc, rumahnya Sayidina Ali
dijadikan kandang keledai. Memang sekarang tidak lagi, rumah Nabi jadi
perpustakaan, rumah Ali jadi madrasah.
Di
masjid itu ada pintu bani Saibah di buang, ada makam Syafi’i dibuang,
Baitul Arkom tempat pertama kali Nabi mengkader, dibongkar. Rumahnya
Siti Khadijah dibongkar. Rugi besar itu situs sejarah.
Seperti apa tafsiran Abdul Wahab kok bisa luar biasa menyihir?
Apa yang tidak ada di zaman Nabi Muhammad itu bid’ah, dan bid’ah itu harus diperangi, setiap bid’ah itu sesat, dan setiap sesat itu itu pasti neraka. Itu memang ada dasar dalilnya.
Tapi kita juga kalau mau mencari dasar dalilnya seabreg-abreg.
Rasullulah setiap Jumat sore ziarah kubur ke Baqi, setiap tahun ziarah
ke Gunung Uhud karena ada kuburan Hamzah, itu kan berarti haul. Apalagi soal memuji-muji Nabi dan sahabat, seabreg-abreg seperti Maulid, saya punya tiga jilid volume buku isinya para sahabat bikin syair memuji Nabi.
Kalau Wahabi bagaimana?
Mereka hanya mengakui dua hari besar Idul Fitri dan Idul Adha lain itu bid’ah semua. Sekarang rupanya mereka sedang blunder
kalau hari nasional tidak diperingati generasi muda tidak akan paham
walaupun ada di pelajaran. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Saudi,
apabila tidak diperingati setiap tahun dengan seremonial. Kurang membekas dong.
Apakah dalam hidupnya Abdul Wahab sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad?
Iya yang ia yakini dijalankan, untuk dirinya dan keluarganya.
Seberapa besar potensi Wahabi di Indonesia mampu membuat kerusakan untuk Islam Indonesia?
Itu
tadi setiap dakwah di daerah mengobrak-abrik yang sudah mapan,
terjadilah kerusakan. Masyarakat sudah tenang-tenang setiap syukuran
baca maulid, setiap ada kematian baca tahlil, sewaktuwaktu ziarah kubur
ke orang tuanya.
Nabi
Muhammad itu 13 tahun di Mekah, di masjid ada 330 berhala diatas kabah
ada Hubal namanya, tidak pernah diganggu. Setelah hijrah ke Madinah, dan
orang Mekah berbondong-bondong masuk Islam, baru dengan kesadaran
sendiri membersihkan Masjidil Haram dari berhala.
Jadi mereka kokoh karena selain ideologi juga karena memiliki kekuasaan?
Memang
sampai sekarang Wahabi tanpa kekuasaan tidak akan laku. Siapa sih orang
bangga ikut Wahabi. Kita bangga dong ikut Syafi’i, Hambali, Maliki,
Hanafi , yang jelas kaliber imam besar.
Apa tujuan Wahabi di Indonesia?
Pertama kali dari sananya itu purifikasi, tapi ditataran action ya ada kepentingan.
Tapi pemerintah tak bereaksi menghadapi gerakan seperti ini, atau ada pembiaran?
Ya
kita juga tidak tahu kenapa, karena reformasi dan keterbukaan ini
setiap orang mendaftarkan LSM Mendagri tidak bisa menolak. Saya pernah
diskusi dengan Mendagri di depan Presiden malah. Cobalah ditinjau ulang
kembali, tegas saja menurut saya yang bertentangan dengan Pancasila dan
UUD 1945 dengan kebhinekaan larang saja organisasinya apapun dan siapa
pun.
Tapi sampai sekarang belum ada tindakan?
Ya itu, belum ada makanya tampak seperti ada pembiaran padahal katakanlah HTI tadi, sudah menolak nation, kalau di Timur Tengah sudah di tolak
Apa Wahabi bisa disebut musuh besar NU dan umat Islam Indonesia?
Ya
musuh dalam tanda petik, bahwa tidak semua yang dari Arab itu bisa kita
terima di sini. Kyai Hasyim, Kyai Bisri, Kyai Wahab semua belajar di
Arab, pulang tidak jadi kyai Arab, kyai Jawa. Sama saja Pak Hatta kuliah
di Belanda pulang gak jadi liberal.
Apa langkah NU untuk mengisolasi gerakan Wahabi dan menyadarkan yang sudah terjebak?
Ya
kita tidak henti-hentinya dakwah dan kaderisasi atau memperkuat
pelajaran di pesantren. Tapi pertahanan paling kuat adalah keluarga,
bila ada anak mendengar khutbah di masjib Wahabi lalu pulang lihat
bapaknya tahlil di rumah selesai itu. Mental gak masuk.
Kalau
yang namanya ekstrimis itu di mana saja sama. Pokoknya yang
bertentangan dengan budaya dan peradaban berarti bertentangan dengan fi
trah manusia pasti akan mental, yang langgeng adalah yang moderat dan
toleran. []
BiodataK.H. Said Aqil Sirodj
Tempat dan tanggal lahir: Cirebon, 03 Juli 1953
Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal- S1 Universitas King Abdul Aziz , Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, tamat 1982
- S2 Universitas Ummu al-Qur’an, jurusan Perbandingan Agama, tamat
1987 - S3 Universitas Ummu al-Qur’an, jurusan Aqidah/Filsafat Islam, tamat 1994
- Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek C irebon
- Pesantren Hidayatul Mubtadi’en Lirboyo Kediri (1965-1970)
- Pesantren Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta (1972-1975)
- Ketua PBNU
- Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa
- Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI
- Penasehat PMKRI
- Penasehat Masyarakat Pariwisata Indonesia
- Dosen pasca sarjana ST Maqdum Ibrahim Tuban
- Dosen pasca sarjana Universitas Nahdlatul Ulama UNU solo
- Dosen pasca sarjana Unisma, Malang
- Dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatulah Jakarta
- Penasehat dosen MKDU di Universitas Surabaya
- Dosen luar biasa Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri
Ulama Sunni-Syiah Lebanon Pamerkan Mereka Bisa Bersatu
Menurut
Kantor Berita ABNA, ulama-ulama, tokoh-tokoh masyarakat dan seluruh
lapisan masyarakat Lebanon dari berbagai kelompok agama maupun lintas
mazhab menyatakan tekad untuk bersatu dan menegaskan siap menghadapi
pihak dari manapun yang berupaya memecah belah persatuan rakyat Lebanon.
Ribuan
warga Lebanon yang berpartisipasi dalam aksi unjuk persatuan tersebut
membuat rantai manusia terpanjang dengan saling bergenggaman tangan dan
menjadikan bendera Lebanon sebagai simbol pemersatu mereka. Rantai
ribuan warga Lebanon tersebut menghubungkan antara dua masjid Sunni dan
Syiah yang jaraknya sampai 1 kilo meter tersebut. Masjid sunni 'Al
Bastha al Tahta' dihubungkan dengan bentangan tangan ribuan warga
Lebanon sampai ke masjid muslim Syiah, 'Imam Ali as'.
Hadir
dalam unjuk persatuan tersebut ulama-ulama berpengaruh lintas mazhab,
dari Sunni maupun Syiah, juga hadir rohaniawan Kristiani. Lewat aksi
tersebut mereka hendak menunjukkan ke seluruh dunia bahwa di Lebanon
tidak ada pertikaian antar mazhab maupun antar kelompok. Juga sekaligus
menegaskan kepada pihak musuh yang hendak merusak kedaulatan Lebanon
bahwa mereka tidak akan mudah terprovokasi dan menjadikan persatuan
sebagai senjata pamungkas dalam menghadapi musuh bersama.
(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=403295)
Syahrbanu, Iran, dan Islam
| Ali Reza
Tulisan Saudara Jumal Ahmad[1] yang mengangkat tema pernikahan Imam Husain dengan seorang putri raja Persia menarik perhatian saya.
Meski menggabungkan tema tersebut dengan beberapa tema lain yang sudah
biasa dituduhkan kepada Syiah sekaligus dijawab oleh ulama Syiah—seperti ratapan saat Asyura, caci maki terhadap sahabat, atau kekeliruan terhadap pemahaman imamah—namun
muatan utama tulisan tersebut adalah anggapan bahwa riwayat pernikahan
tersebut dibuat oleh Syiah untuk melegitimasi akidahnya dan berdusta
atas nama ahlulbait.Riwayat pernikahan Imam Husain dengan seorang putri raja Persia bernama Syahrbanu sama sekali tidak berkaitan dengan akidah, karena akidah Syiah jelas dibangun oleh tauhid, kenabian, dan hari akhir. Karenanya, seorang pengikut Syiah yang tidak meyakini riwayat pernikahan tersebut tidak kemudian terkeluar dari Syiah. Dengan demikian, tuduhan bahwa riwayat pernikahan tersebut berkaitan dengan “akidah”, yakni, imam ahlulbait hanya berasal dari keturunan Imam Husain—karena menikah dengan putri Persia—sama sekali tidak memiliki dasar yang kuat.
Seperti riwayat dan kabar sejarah pada umumnya, perbedaan riwayat-riwayat yang muncul bukanlah berarti bahwa seluruhnya adalah mutlak palsu dan tertolak. Sekaitan dengan riwayat pernikahan Imam Husain dengan putri raja Persia, Yazdgerd III, yang dikenal dengan nama Syahrbanu, dalam Syiah sendiri juga menjadi perhatian kritis; bukan sebuah riwayat yang menjadi dogma atau dikultuskan.
Di antara kitab yang menyebutkan riwayat tersebut adalah Ushûl Kâfi dan ‘Uyûn Akhbâr Ar-Ridhâ, namun kedua kitab tersebut menyebutkan peristiwa pada zaman yang berbeda. Sebagaimana yang dijelaskan ulama Syiah, kitab-kitab hadis Syiah tidaklah mencatat riwayat yang seluruhnya sahih. Tidak seperti sahih Bukhari yang disebut sebagai kitab paling sahih setelah Alquran, riwayat dalam kitab hadis Syiah seperti Al-Kâfi maupun Al-Bihâr terus dikritisi oleh para ulama Syiah sendiri. Riwayat dalam Ushûl Kâfi tersebut, misalnya, mendapat kritikan baik dari sisi sanad maupun matan.
Sementara terkait pribadi Syahrbanu, ahli tarikh seperti Yaqubi (w. 284 H), Muhammad bin Hasan Qummi, Kulaini (w. 329 H), Muhamad bin Hasan Shaffar Qummi (w. 290 H), Allamah Majlisi (w. 1110 H), Syekh Shaduq (w. 381 H), Syekh Mufid (w. 413 H) memandangnya benar sebagai putri Yazdgerd III meski mereka tidak sepakat mengenai namanya.[2] Dalam sumber suni, di antara nama-nama yang disebutkan adalah Salafah, Salamah, Harrar, atau Ghazalah. Sementara dalam sumber Syiah, di antara nama-nama yang disebutkan adalah Syahzanan, Jahansyah, Fatimah, Mariam, namun yang lebih sering disebut adalah Syahrbanu.
Sementara nama-nama putri Yazdgerd yang disebut oleh Masudi tidak sesuai dengan nama-nama yang pernah disebutkan—oleh ahli sejarah lain yang jumlah lebih banyak—untuk ibu Imam Sajjad dan Masudi sendiri tidak menyebutkan kisah tentang penawanan dalam kitabnya. Perlu diingat juga bahwa pelafazan nama Persia bagi orang yang tinggal di Arab bukanlah sesuatu yang lazim. Misalnya perubahan nama Roozbeh menjadi Salman Al-Farisi atau Khosrau menjadi Kasra.[3] Sementara nama Ummu Walad yang disebut para ahli sejarah sebagai ibu dari Ali bin Husain, disebutkan tertawan di beberapa tempat seperti Sistan, Sinad, atau Kabul. Ummu Walad sendiri hanyalah sebutan yang memiliki arti “budak wanita yang memiliki anak”.
Dengan kritikan terhadap riwayat dan perbedaan sejarah tersebut, maka sulit untuk mendapatkan informasi yang pasti terkait istri Imam Husain bin Ali. Namun demikian, hal yang lebih penting adalah tuduhan bahwa riwayat tersebut diciptakan untuk melestarikan keyakinan Persia dan melegitimasi akidah Syiah. Jauh sebelum Ahmad Jumal mengutip pendapat nasionalis Iran dan orientalis—kelompok kedua yang disebut ini sering kali mendapat kritikan, namun juga digunakan untuk memperkuat dalil—Syahid Muthahhari telah mengkritik tuduhan tersebut dalam kajiannya tentang Islam dan Iran.
Keyakinan Syiah dan Persia[4]
Sejak awal menerima Islam, rakyat Iran sudah menunjukkan ikatan emosional yang lebih kuat kepada keluarga nabi (ahlulbait) dibandingkan dengan rakyat dan bangsa lain. Namun beberapa orientalis berusaha mewarnai ikatan emosional ini dengan motif tersembunyi dan menafsirkannya sebagai reaksi melawan Islam, atau setidaknya melawan Arab, dengan tujuan menghidupkan tradisi dan kebiasaan kuno Iran. Pandangan orang-orang ini melengkapi dalih yang baik bagi dua kelompok. Pertama, kelompok suni fanatik yang menggunakannya untuk memfitnah Syiah sebagai kelompok politik bermuka dua dalam Islam—seperti yang dilakukan Ahmad Amin, penulis Mesir, dalam bukunya Fajr Al-Islâm yang telah dibantah oleh Allamah Syekh Muhammad Husain Kasyif Al-Ghita dalam bukunya Ashl Asy-Syî’ah wa Ushûlihâ. Kedua, mereka yang disebut sebagai nasionalis Iran, yang bertolak belakang dengan kelompok pertama, membanggakan Iran untuk melestarikan dan menghidupkan kembali tradisi Persia kuno di bawah jubah Syiah.Dalam Qânun wa Šakhsiyyât, salah satu terbitan Universitas Tehran, Dr. Parviz Sanii, ketika menyatakan bahwa pengajaran sejarah di sekolah-sekolah kita kering, dangkal, dan hambar dan karena itu harus hidup, mendalam, dan analitis, menulis:
Sebagai contoh, masalah perbedaan Syiah dan suni berkaitan dengan Islam diajarkan sebagai masalah sejarah. Dikatakan bahwa orang Iran, yang cenderung kepada Ali, mengikutinya, dan perbedaan mendasar antara pengikut Syiah dan suni adalah karena kita menganggap Ali sebagai khalifah pertama, sementara suni menganggapnya sebagai khalifah keempat. Metode penjelasan dan pendeskripsian masalah ini menunjukkan bahwa perbedaan Syiah dan suni sebenarnya hal yang formal dan sepele, sehingga perbedaan itu sendiri dibuat agar terlihat tidak masuk akal. Bertahun-tahun setelah meninggalkan sekolah, dalam perjalanan studi saya, saya sampai pada kesimpulan bahwa kelahiran sekte Syiah memiliki asal-usul yang bersumber dari pemikiran Iran yang ingin menjaga independensi nasional dan warisan kunonya. Seperti Imam Husain yang menikahi putri raja Persia terakhir, sehingga putra dan anak keturunannya dianggap sebagai pangeran dan penerus kekaisaran Iran yang agung. Dengan cara ini mereka berhasil memastikan keberlanjutan pemerintahan Iran dengan seluruh tradisi dan perbedaan masa lalu. Setelah itu, gelar “sayid” yang dikhususkan untuk keturunan para imam, menjadi pengganti bagi gelar “pangeran” (shâhzâdeh).(Arthur) Comte de Gobineau dalam bukunya, Les Religions Et Les Philosophies Dans L’Asie Centrale, yang diterbitkan sekitar seratus tahun yang lalu, telah menelusuri akar keyakinan Syiah dalam kemaksuman dan kesucian para imam kepada dogma Iran kuno terkait asal-usul ketuhanan raja-raja Sasaniyah. Dia menganggap pernikahan Imam Husain dengan Syahrbanu sebagai faktor yang bertanggung jawab atas berpindahnya keyakinan tersebut kepada pemikiran Syiah. Edward G. Browne juga menganut pandangan Gobineau tersebut.
Seperti itulah pandangan beberapa orientalis dan orang Iran—yang berada dalam pengaruh leluhur—menafsirkan dan menjelaskan keyakinan Syiah dan penyebab kemunculannya. Tentu saja, diskusi rinci terkait masalah ini membutuhkan risalah terpisah, namun tetap tidak dapat dihindari untuk menjelaskan beberapa isu relevan di sini.
Masalah pernikahan Imam Husain dengan Syahrbanu, putri Yazdgerd, dan kelahiran Imam Sajjad (Ali bin Husain) dari seorang putri Iran serta pertalian para imam dari garis keturunannya dengan dinasti Sasaniyah menjadi alasan bagi sebagian orang-orang aneh dengan tujuan menafsirkan kencederungan orang Iran kepada keluarga nabi saw. karena hasil dari hubungannya dengan dinasti Sasaniyah, dan untuk menafsirkan keyakinan Syiah tentang hak ketuhanan para imam keluarga nabi sebagai sisa dari kepercayaan Iran kuno tentang kekuasaan para kaisar Sasaniyah, karena memang sebuah fakta bahwa raja-raja Sasaniyah meyakini bahwa mereka berasal dari langit yang memiliki kedudukan luar biasa atau setengah dewa, dan keyakinan mereka ini didukung oleh kepercayaan Zoroaster.
Oleh karena itu, mereka mengatakan, di satu sisi para raja Sasaniyah percaya bahwa diri mereka memiliki asal-usul ketuhanan dan di sisi lain garis keturunan para imam suci kembali kepada mereka, dan karena semua pengikut Syiah mereka adalah orang Iran, yang menurut mereka sebuah kedudukan langit, atas dasar premis-premis tersebut maka kesimpulan logis yang muncul adalah keyakinan Syiah terkait masalah kepemimpinan para imam suci merupakan cabang dari keyakinan Iran kuno.
Untuk membuktikan kejanggalan argumen tersebut, sebagai jawaban awal, kita harus katakan bahwa pandangan tersebut di atas didasari oleh dua premis yang perlu dipisahkan satu sama lain.
Pertama, merupakan sesuatu yang alami ketika sebuah bangsa dengan serangkaian kepercayaan dan nilai-nilai—baik agama maupun non-agama—kemudian berpindah kepada sebuah keyakinan yang baru, pasti menyimpan beberapa keyakinan lama di hati mereka dan tanpa sadar membaurkannya dalam keyakinan yang baru. Sebagaimana juga mungkin saja orang-orang tersebut harus menerima keyakinan yang baru dengan tulus tanpa ada niat untuk menjaga keyakinan lama mereka dalam bentuk baru, tapi karena hati mereka tidak sepenuhnya bebas dari keyakinan yang lama, mereka dengan satu dan lain cara, membawa keyakinan lama mereka bersama diri mereka sendiri kepada keyakinan yang baru.
Tidak ada keraguan bahwa beberapa negara yang kemudian memeluk Islam setelah sebelumnya penyembah berhala dan politeis, sementara yang lainnya Kristen atau Zoroaster, dan paling mungkin keyakinan lama mereka memberikan pengaruh kepada pemikiran dan keyakinan Islam mereka. Hal ini juga jelas terlihat bahwa orang-orang Iran juga mempertahankan keyakinan lama mereka dalam bentuk pakaian islami. Sayangnya, bagian dari takhayul kuno tersebut masih ada di beberapa orang Iran saat ini, seperti melompati api pada hari Rabu terakhir setahun atau bersumpah dengan sinar lampu, yang merupakan sisa-sisa pra-Islam masa lalu. Merupakan sebuah kewajiban agama untuk menjaga keyakinan Islam yang asli dari tercemar oleh keyakinan-keyakinan jahiliah pra-Islam.
Jika kita ingin mempelajari masalah imamah dan wilayah, kita harus merujuk pada Quran dan riwayat otentik dari nabi sehingga kita mampu untuk mengetahui apakah keyakinan seperti itu ada di dalam Islam sebelum berbagai bangsa dunia menganut Islam.
Studi terhadap Quran dan sunah nabi yang pasti mengungkapkan bahwa, pertama, kedudukan samawi dan suci beberapa orang saleh dapat dibuktikan oleh Quran itu sendiri. Kedua, Quran baik secara eksplisit maupun implisit, telah menegaskan masalah imamah dan wilayah. Selain itu, nabi saw. yang mulia juga menyatakan bahwa keluarganya (‘itrah) mendapatkan kedudukan tersebut.
Sebelum muslim-muslim Arab berhubungan dengan bangsa-bangsa lain dan terpengaruhi oleh keyakinan mereka, gagasan seperti itu telah ada dalam Islam. Sebagai contoh, sebuah ayat Alquran dalam surah Âli ‘Imrân ayat 33-34 menyebutkan:
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat, (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.Ayat ini jelas menyatakan kedudukan khusus beberapa manusia yang ditandai oleh gagasan wilayah. Keyakinan Syiah tentu berakar dari Quran dan sunah, dan tidak ada keraguan akan hal tersebut. Kami tidak bermaksud untuk memulai masalah ini—meskipun membutuhkan bidang yang lebih luas untuk didiskusikan—karena tidak relevan dengan penelitian kami saat ini. Apa yang kita bahas di sini adalah hubungan Iran dengan keyakinan Syiah dan juga mengacu pada pernyataan beberapa orientalis dan pengikut mereka yang mengatakan bahwa keyakinan Syiah diciptakan oleh orang Iran sebagai media untuk melawan Islam serta melestarikan dan melindungi keyakinan kuno yang telah kuat diyakini di bawah jubah Syiah.
Poin lain adalah ketika sebuah bangsa ditundukkan oleh bangsa lain baik secara militer maupun politik, secara sadar ia akan melekat pada keyakinan lama dengan menjaganya diam-diam, dan ini merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap penakluknya. Beberapa orientalis, begitu juga orang-orang Iran yang terpengaruh leluhurnya, biasanya menyatakan bahwa Iran memilih Syiah dengan tujuan menyamarkan keyakinan lama secara diam-diam. Sekarang kami akan melakukan pemeriksaan analisis terkait pandangan ini.
Pandangan ini berhubungan dengan sesuatu yang sudah didiskusikan, yaitu, apakah orang-orang Iran menerima Islam dengan tulus atau ia merupakan sesuatu yang dipaksakan kepada mereka dengan kekuatan? Jika orang-orang Iran dipaksa untuk melepaskan keyakinan lama mereka dan menyerah pada agama baru, seseorang mungkin menganggap bahwa mereka berpura-pura membuang keyakinan kuno mereka dan menerima Islam di bawah tekanan. Tapi merupakan fakta yang telah dibangun bahwa umat muslim tidak pernah memaksa orang Iran untuk meninggalkan agama dan keyakinan mereka; sebaliknya, umat Islam mengizinkan mereka untuk mempertahankan kuil-apinya.
Setelah mengadakan perjanjian dzimmah dengan ahlulkitab (Yahudi, Kristiani, dan Zoroaster), umat Islam bahkan menganggap dirinya berkewajiban untuk menjaga kuil mereka dan melindunginya dari kehancuran. Selain itu, tampaknya tidak mungkin sejumlah kecil orang-orang Arab—yang jumlahnya tidak pernah melebihi beberapa ribu—dapat memaksa sebuah bangsa yang jumlahnya beberapa juta untuk mengingkari agaman dan keyakinan mereka, terutama ketika keduanya, kelompok yang dilengkapi dengan senjata dan kekuatan yang imbang, atau lebih tepatnya, ketika orang-orang Iran lebih siap dalam hal ini.
Oleh karena itu, pasukan Arab tidak dalam posisi menggunakan tekanan kepada orang Iran untuk memaksa mereka meninggalkan agamanya. Mengingat fakta ini, mungkin akan ditanyakan, jika orang Iran ingin menjaga tradisi dan keyakinan kuno mereka, apa perlunya bagi mereka untuk menjadi munafik tunduk pada Islam dan menyelamatkan agama mereka di bawah jubah Syiah? Terlepas dari hal ini, kami telah membuktikan sebelumnya bahwa penerimaan Islam oleh Iran berlangsung secara bertahap, dan pengaruh Islam terhadap masyarakat Iran dan dominasinya terhadap Zoroastrianisme lebih besar dan mendasar selama periode ketika Iran merebut kembali kemerdekaan politik mereka. Dalam fakta terang ini, tidak ada dasar sama sekali untuk tuduhan absurd seperti itu.
Edward Browne sendiri telah mengakui dalam banyak tempat di bukunya bahwa orang-orang Iran dengan rela dan pilihan mereka sendiri untuk memeluk Islam. Dalam A Literary History of Persia dia menulis:
Lebih sulit dari melacak wilayah penaklukan kekuasaan Sasaniyah adalah kemenangan bertahap agama Muhammad terhadap Zoroaster. Seringkali dianggap bahwa pilihan yang ditawarkan oleh pejuang Islam adalah antara Quran dan pedang… Jumlah orang Persia yang memeluk Islam pada hari-hari pertama kekuasaan Arab mungkin sangat besar daripada alasan yang diberikan di atas, namun masa terakhir keyakinan kuno mereka dan catatan kepindahan tidak rutin selama berabad-abad berturut-turut, memberi kemungkinan bahwa penerimaan Islam berlangsung damai dan suka rela.Mengutip (Reinhart) Dozy (Essai Sur L’Histoire de L’Islamisme, halaman 156), E. G. Browne menulis:
Bangsa yang paling penting dalam memeluk Islam adalah bangsa Iran, karena mereka memberikan kekuatan dan keseimbangan bagi Islam. Mereka bukan orang Arab. Dari merekalah sekte paling penting muncul.Respon rakyat Iran terhadap Islam begitu bergairah dan bersemangat sehingga tak seorang pun dapat menuduh mereka dengan tabir sentimen kebangsaan dan tradisi keagamaan dengan menyamar dalam bentuk Syiah, sehingga mereka harus mempertahankan dan mempropagandakan keyakinan kuno mereka dalam jubah yang baru.
Sebelumnya, kami telah menjelaskan bahwa salah satu alasan utama kekalahan rakyat Iran—meskipun mereka memiliki seluruh kekuasaan dan keagungan—adalah ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah dan agama mereka. Rakyat merasa jijik terhadap mereka dan siap untuk mencari tempat berlindung. Mereka sudah siap menyambut panggilan keadilan serta kebenaran dan dengan segera menerimanya. Semangat yang luar biasa rakyat Iran dalam menerima keyakinan Mazdak juga didorong oleh ketidakpuasan yang sama. Telah ditunjukkan sebelumnya bahwa Zoroastrianisme telah merosot dan jika Islam tidak sampai ke Iran, Kristen akan berjaya di sana.
Pergeseran orang-orang Iran dari Avesta kepada Quran (juga) merupakan sebuah masalah sederhana dan alami. (Pertama), orang-orang Iran tidak punya alasan untuk tetap berpegang pada nilai-nilai yang mereka pelajari dari Avesta, atau kebiasaan untuk meyakini raja-raja mereka dan menyembunyikannya di bawah jubah Syiah dengan tujuan mengamalkannya.
Kedua, ketika Yazdgerd gagal untuk mempertahankan ibu kotanya, dia melarikan diri mencari perlindungan dari satu kota ke kota lain dan dari satu propinsi ke propinsi yang lain bersama rombongan istana yang besar, wanita selir, ribuan musisi, anjing pemburu, aktor dan badut, dan juga sejumlah besar pegawai lainnya, yang semuanya itu dia anggap masih sedikit. Jika rakyat Iran ingin menolong dia dari tentara yang menyerang, jelas mereka mampu melakukannya. Tapi mereka tidak memberinya pertolongan hingga dia tiba di Khorasan, di mana, sekali lagi tidak mendapati dukungan dari pihak manapun, sehingga harus bersembunyi di sebuah penggilingan, dan akhirnya terbunuh oleh penggilingan itu sendiri atau oleh seorang penjaga perbatasan berkebangsaan Iran. Bagaimana bisa seseorang menjelaskan pandangan bahwa orang Iran yang tidak memberikan perlindungan apapun untuk Yazdgerd, tapi kemudian menghubungkan kecintaan mereka kepada keluarga nabi saw. hanya karena hubungan (pernikahan) mereka dengan Yazdgerd, sampai menghormati dan menjaganya dalam hati?
Ketiga, jika kita menerima hipotesis bahwa orang-orang Iran terpaksa menyembunyikan sentimen mereka di bawah jubah Syiah pada abad pertama, mengapa mereka tidak merobek jubah ini bahkan dua abad setelah mereka meraih kemerdekan, agar sentimen asli mereka diketahui semua orang? Sebaliknya, mengapa dengan berlalunya waktu, mereka justru semakin mencurahkan komitmen yang lebih besar terhadap Islam, dan memutus diri mereka dari keyakinan lama?
Keempat, sementara setiap muslim Iran tahu bahwa Syahrbanu tidak mendapat penghormatan yang lebih besar daripada para ibu imam suci yang lain—di antara mereka adalah orang Arab dan beberapa lainnya berasal dari Afrika—apakah pengikut Syiah Iran atau non-Iran lebih menghormati dan memulikan ibu Imam Sajjad dibandingkan para ibu imam yang lain? Narjis Khatun, ibu Imam Mahdi—semoga Allah mempercepat kehadirannya—merupakan seorang budak Romawi, tapi beliau jelas lebih dihormati oleh rakyat Iran dibandingkan Syahrbanu.
Kelima, jika kita meneliti kisah pernikahan Syahrbanu dengan Imam Husain berdasarkan bukti-bukti sejarah, pernikahan ini dan kelahiran Imam Sajjad melalui seorang putri Iran diragukan keasliannya.
Kisah kedekatan rakyat Iran dengan para imam suci karena alasan hubungan mereka dengan dinasti Sasaniyah melalui Syahrbanu serupa dengan kisah Yusuf yang diceritakan ulang oleh seseorang yang berkata: “Putra seorang imam, Yakub, dicabik-cabik oleh seekor serigala di atas menara.” Orang itu diberi tahu, “Dia putra seorang nabi, bukan imam. Beliau Yusuf, bukan Yakub. Beliau juga bukan di atas menara, tapi di bawah sumur. Karenanya, cerita tersebut benar-benar palsu, karena Yusuf tidak pernah dicabik-cabik oleh seekor serigala.”
Begitu juga seluruh kisah pernikahan seorang putri Yazdgerd yang disebut bernama Syahrbanu atau yang lainnya dengan Husain bin Ali dan keberadaan dia sebagai ibu Imam Sajjad adalah diragukan dari sudut pandang bukti sejarah. Sejarawan kontemporer biasanya meragukan keaslian kisah ini dan menganggapnya sebagai tak berdasar. Mereka mengatakan bahwa di antara seluruh ahli sejarah hanya Ibnu Wadhih Al-Yaqubi yang menyatakan bahwa ibunda Ali bin Husain adalah Harrar, putri Yazdgerd, dan Imam Husain menamainya Ghazalah. Edward Browne sendiri menganggap kisah ini palsu. Christensen juga menganggap kisah ini meragukan. Said Nafisi dalam Târikh-e Ejtemâ’i-ye Irân (“Sejarah Masyarakat Iran”) menjulukinya sebagai fiksi.
Jika kita menganggap bahwa orang-orang Iran telah menciptakan dan mengarang cerita ini untuk membenarkan cinta mereka kepada ahlulbait, yang pasti bahwa itu dilakukan dua abad setelah peristiwa terjadi—yaitu, bersamaan dengan kemerdekaan politik Iran. Seiring waktu, keyakinan Syiah juga telah berusia dua ratus tahun. Sekarang, apakah dibenarkan untuk mengatakan bahwa kencederungan rakyat Iran kepada Syiah merupakan hasil dari sebuah rumor tentang status bangsawan para imam ahlulbait?
Kisah pernikahan Imam Husain dengan seorang putri Yazdgerd yang meragukan merupakan pandangan berdasarkan penelitian sejarah. Tapi kisah ini dikonfirmasi oleh sejumlah hadis, salah satunya dicatat oleh Kulaini dalam Al-Kâfî. Diriwayatkan bahwa putri-putri Yazdgerd dibawa ke Madinah sebagai tawanan pada masa kekhalifahan Umar, dan wanita-wanita Madinah berkumpul untuk melihat mereka. Atas saran Amirulmukminin Ali, Umar membebaskan mereka untuk memilih orang yang ingin dinikahi, dan salah satu di antara mereka adalah Husain bin Ali. Tapi terlepas dari kesesuaian riwayat ini dengan bukti sejarah, di antara periwayat hadis ini terdapat dua orang yang kehadirannya di sanad menjadikannya tidak dapat diandalkan. Salah satu di antara mereka adalah Ibrahim bin Ishaq Al-’Ahmari An-Nahawandi, yang oleh para ahli rijal dianggap meragukan dari sisi agama dan riwayatnya tidak dapat diandalkan. Satu orang lainnya adalah ‘Amr bin Syimr, yang juga dianggap sebagai pendusta dan pembuat-buat riwayat. Saya tidak dalam posisi menilai riwayat lain terkait masalah ini. Seluruh riwayat terkait masalah ini perlu diteliti dan diperiksa secara hati-hati.
Keenam, jika orang-orang Iran menghormati para imam ahlulbait karena hubungan mereka dengan dinasti Sasaniyah, mereka juga seharusnya—karena alasan yang sama—menghormati keluarga Umayyah, karena mereka yang menyangkal keberadaan putri Yazdgerd yang bernama Syahrbanu sekalipun, mengakui bahwa salah satu putri Yazdgerd yang bernama Syahafrid, tertawan di salah satu pertempuran Qutaibah bin Muslim pada masa Walid bin Abdul Malik, yang kemudian menikahinya, dan melalui pernikahan ini lahirlah Yazid bin Walid bin Abdul Malik, yang dikenal sebagai Yazid An-Naqish. Karenanya, Yazid An-Naqish, salah seorang khalifah Umayyah, juga memiliki hubungan dengan raja-raja Sasaniyah dan seorang pangeran Iran dari sisi ibu. Tapi mengapa orang-orang Iran tidak mengekspresikan penghormatan dan kecintaan kepada Walid bin Abdul Malik sebagai menantu Yazdgerd dan kepada Yazid bin Walid sebagai seorang pangeran Iran? Juga kenapa, sebagai contoh, orang Iran menunjukkan kecintaan yang besar kepada Imam Ridha, padahal hubungannya dengan Yazdgerd telah berlalu enam generasi?
Jika orang-orang Iran terdorong oleh sentimen kebangsaan seperti itu, mereka juga seharusnya dengan luar biasa menghormati Ubaidullah bin Ziad, karena tentu dia adalah keturunan Iran. Ayah Ubaidullah adalah keturunan yang tidak diketahui, tapi ibu Ubaidullah, Marjanah, adalah seorang wanita Iran yang berasal dari Syiraz, yang dinikahi oleh Ziad ketika menjabat gubernur provinsi Fars. Lalu atas alasan apa orang-orang Iran, yang disebutkan oleh orang-orang di atas, memiliki sentimen kebangsaan dan rasial, memuliakan para imam ahlulbait karena kekerabatan mereka dengan dinasti rakyat Iran, tapi di sisi yang lain, meskipun memiliki kekerabatan yang sama, membenci dan memandang rendah Ubaidullah yang berdarah Iran dan ibunya yang asli orang Iran, Marjanah?
Ketujuh, pandangan tersebut dapat diterima sebagai kebenaran jika keyakinan Syiah hanya dibatasi untuk orang-orang Iran, atau setidaknya, jika orang-orang Iran menjadi kelompok Syiah pertama, atau jika mayoritas orang-orang Iran yang menjadi Islam menerima keyakinan Syiah. Tetapi faktanya adalah orang-orang Syiah yang pertama bukanlah orang Iran—dengan pengecualian Salman—dan juga mayoritas orang Iran yang menjadi Islam bukanlah Syiah. Sebaliknya, di era awal Islam sebagian besar ulama muslim yang berasal dari Iran dalam bidang tafsir, hadis, kalam, dan sastra mereka semua adalah suni, dan beberapa di antara mereka memiliki bias yang kuat terhadap Syiah—sebuah kecenderungan yang terus menerus sampai Safavi berkuasa (907/1501). Sebagian provinsi di Iran dihuni oleh mayoritas suni sampai pada masa Safavi. Ketika mengutuk Imam Ali dari mimbar-mimbar pada masa pemerintahan dinasti Umayyah menjadi sebuah praktik biasa, orang-orang Iran yang terpengaruh propaganda jahat Bani Umayyah, juga tertipu dan melakukan praktik jahat tersebut. Bahkan dikatakan, ketika Umar bin Abdul Aziz melarang praktik tersebut, beberapa kota di Iran menolak perintah larangan tersebut.
Mayoritas ulama suni terkemuka biasanya adalah orang Iran sampai kemunculan Safavi—mufasir, muhadis, teolog, filosof, sastrawan, leksikograf, dan filolog. Abu Hanifah, fakih besar ahlusunah, yang dikenal sebagai Imâm A’zhâm adalah orang Iran. Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, muhadis besar suni, yang rangkumannya dianggap sebagai kitab hadis suni terbesar, juga orang Iran. Demikian pula, Sibawayh di kalangan ahli bahasa, Al-Jauhari dan Al-Firuzabadi di kalangan leksikograf, Az-Zamakhsyari di kalangan mufasir, dan Abu Ubaidah dan Wail bin Atha di kalangan teolog, mereka semua adalah orang Iran. Mayoritas ulama Iran dan masyarakatnya tetap suni sampai pada masa Safavi.
Referensi:
[1] Ahmad, Jumal (18 Maret 2013). “Hakikat Pernikahan Imam Husain dan Syahzanan Putri Yazdrajid”. Fimadani.
[2] “Apakah kisah pernikahan Imam Husain As dan Puan Syahrbanu itu benar adanya?”. Islam Quest.
[3] “Ayâ mâdar-e Emâm-e Sajjâd Sharbânu ast?”. Guftegu-ye Dînî.
[4] Muthahhari, Murtadha. “Islam and Iran: A Historical Study of Mutual Services”. At-Tawhid. Ahlul Bayt Digital Islamic Library Project.
(http://ejajufri.wordpress.com/2013/03/25/syahrbanu-iran-dan-islam/#more-8663)
Tags:
Agama
,
Arab Saudi
,
Barat
,
Berita
,
Headline News
,
Indonesia
,
IRAN
,
Israel
,
Mesir
,
Saudi
,
Sunni dan Syi'ah
,
Suriah
,
Syiria
,
Turki