Idhul Ghadir di tentang, Idhul Ghadir dicari....Idhul Ghadir akan selalu ada di hati orang yang beriman...Selamat Idhul Ghadir bagi ummat Islam seluruh dunia
Menurut Kantor Berita ABNA, Acara yang dimulai sekitar jam 9 pagi tersebut adalah seminar internasional yang menghadirkan pembicara dari Iran dan organisasi Islam besar di Indonesia. Ada segelintir orang yang mengira bahwa acara tersebut akan diisi dengan ritual khusus mazhab ahlulbait yang merayakan hari raya Idul Ghadir. Namun, acara tersebut laiknya seminar lainnya, adalah penyampaian beberapa materi dari para pembicara yang diundang mengisi seminar.
Pada kesempatan tersebut, acara dibuka dengan sambutan ketua PP IJABI, Ust. Syamsuddin Baharuddin serta keynote speech dari Duta Besar Iran untuk Indonesia, Dr. Mahmoud Farazandeh setelah lantunan ayat-ayat suci Alquran, gegap lagu Indonesia raya serta Hymne dan Mars IJABI. Beberapa undangan yang diantaranya juga menjadi narasumber di acara ini adalah Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Pengendalian Kependudukan, Drs. Usmayadi, M.Si.; Rais Syuriah PBNU KH. Syaifuddin Amtsir; Ketua PP 'Aisyiyah yang juga Rektor Universitas Muhammadiyyah Jakarta, Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.A.; Budayawan H. Ridwan Saidi; Dr. Mohammad Hosein Safakhah, Chairperson dari Center for Iranian Studies, Azad University; Dr. Mohammad Mahdi Mazahery, penasehat untuk Kementrian Kebudayaan Republik Islam Iran; serta Ketua Dewan Syura IJABI Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat. Pada kesempatan tersebut turut juga hadir Duta Besar Paraguay untuk Indonesia, Cecar Estebon Grillion dan Atase Kebudayaan Iran Dr. Hujjatullah Ebrahimiyan.
Mengajak Pemuda Indonesia Belajar Kepada Imam Ali
Ketua Umum PP IJABI Ust Syamsuddin Baharuddin mengatakan, berdekatannya antara peringatan Idul Ghadir dan Hari Sumpah Pemuda, menyiratkan harapan atas keprihatinan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini. Idul Ghadir menghadirkan Imam Ali sebagai teladan, bagi pemuda Indonesia khususnya, untuk menghidupkan kembali semangat persatuan dan kesatuan. Melalui momen al-Ghadir ini, IJABI ingin lebih memperkenalkan putra terbaik Islam yang dilahirkan di Ka'bah, yang dibimbing di dalam rumah Kenabian.
Umat Islam di Indonesia menjadi bagian terbesar kekuatan bangsa. Oleh karena itu, jika umat Islam Indonesia bersatu, kuatlah bangsa; dan sebaliknya, jika umat Islam bercerai berai, lemah bahkan hancurlah negara. Itulah sebabnya seminar Idul Ghadir ini mengambil sosok Imam Ali sebagai pelajaran. Imam Ali dilahirkan di Ka'bah, simbol pemersatu ummat Islam. Semasa kecilnya dibimbing langsung oleh Rasulullah Saw. Imam Ali juga pembela Nabi Saw ketika masih sangat muda, membantu Nabi Saw menegakkan agama ketika masih sangat belia. Dan peran Imam Ali terbukti semakin pentingnya setelah Rasulullah Saw wafat.
Maka dengan penyelenggaraan acara al-Ghadir ini, IJABI ingin berkontribusi dalam ikhtiar menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, mengambil hikmah dari Imam Ali yang mewakafkan dirinya menjaga persatuan Islam sepanjang hidupnya. Bagi IJABI, NKRI yang berdiri tegak di atas dasar Pancasila harus tetap dijaga keutuhannya dari rongrongan kelompok-kelompok yang suka memecah belah persatuan, tidak menghargai Bhinneka Tunggal Ika, bahkan yang ingin mengganti dasar negara dengan mendirikan negara agama.
Response Positif Perayaan Idul Ghadir Dari Tokoh Agama dan Masyarakat
Mewakili pemerintah DKI Jakarta, Drs. Usmayadi, M.Si. membacakan pesan tertulis Gubernur Joko Widodo. Dalam sambutannya, Gubernur mendukung penuh acara perayaan Ghadir ini dan berterima kasih karena telah diundang ke acara ini. Pemerintah DKI juga sangat mendukung setiap acara yang dilakukan untuk mempererat ikatan elemen masyarakat dan memperkuat pilar bangsa sebagaimana yang menjadi tujuan perayaan Idul Ghadir oleh pengurus pusat IJABI ini.
Budayawan Ridwan Saidi ketika menyampaikan sambutannya sangat bersemangat. Beliau bahkan mengajak untuk meneriakkan "Hidup IJABI.... Hidup IJABI" yang kemudian disambut gempita oleh hadirin yang memenuhi gedung Smesco di ruang utama dan tribun atas. Sebagai mantan pengurus HMI dan mengaku akrab dengan KH Jalaluddin Rakhmat sejak aktif di HMI dulu, budayawan Betawi ini menyatakan kegembiraan karena mengetahui banyak alumni HMI yang aktif di IJABI. Selain mengatakan bahwa banyak ulama Betawi dulu yang mengajarkan lagu-lagu yang sering dinyanyikan oleh pengikut mazhab ahlulbait, beliau juga mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan Kang Jalal saat ini.
Selain itu, KH Syaifuddin Amtsir menyampaikan pengalamannya ketika mengunjungi Iran. Beliau menyampaikan bahwa apa yang sering didengar tentang perlakuan yang tidak benar terhadap ulama dan pengikut mazhab ahlussunnah di Iran adalah kebohongan besar dari media yang ingin mengadudomba kaum muslimin. Beliau menambahkan bahwa banyak ulama ahlussunnah dan ahlulbait di Iran yang sepakat tentang pendekatan mazhab-mazhab Islam. Dan yang bisa dipetik dari kesamaan pandangan tersebut adalah bahwa taqrib bukanlah menjadikan sunni menjadi syi'i atau menjadikan syi'i menjadi sunni. Taqrib adalah mencari persamaan dari perbedaan dan mencari alat pemersatu dari persamaan tersebut.
Di bagian akhir acara, Ketua Dewan Syura IJABI Dr. KH Jalaluddin Rakhmat serta Ketua PP IJABI Ust Syamsuddin Baharuddin memberikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pembicara yang berkenan hadir sebagai narasumber di acara ini. Mereka juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih tulus kepada seluruh aparat keamanan dari jajaran Polri dan TNI yang telah menjalankan tugasnya secara profesional dalam membantu pengamanan pelaksanaan acara. IJABI menunjukkan kebanggaannya kepada Polri dan TNI yang telah menunjukkan komitmen tinggi untuk bersama-sama menjaga keutuhan NKRI dari rongrongan kelompok intoleran yang selalu memaksakan kehendak kepada orang lain.
Demo Menolak Perayaan Idul Ghadir
Pada saat acara berlangsung, sekelompok kecil orang yang membawa atribut Majelis Mujahidin Indonesia melakukan demo menuntut pembubaran acara. Mereka menyampaikan bahwa selain dilakukan oleh pengikut Syi'ah yang sesat, acara ini juga tidak memiliki izin dari aparat. Sehari sebelumnya, kelompok ini bahkan telah menebar teror untuk membubarkan acara ini secara paksa jika pihak kepolisian tetap memberikan izin. Mereka, melalui media online milik sendiri, mengajak kelompok lainnya untuk melakukan demo bersama dan berjanji membawa ribuan massa untuk pembubaran acara Ghadir IJABI ini.
Menanggapi tuntutan pembubaran acara seperti yang disampaikan oleh Abu Jibril yang juga hadir dalam demo tersebut, Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Wahyu Hadiningrat menyampaikan bahwa acara ini sudah memiliki izin dan bahwa kepolisian telah menerima izin resminya. Akhirnya kelompok kecil yang hanya terdiri dari puluhan orang tersebut melakukan orasi di depan pintu gedung Smesco yang kemudian pulang sendiri sekitar jam 12 siang. Acara al-Ghadir sendiri berakhir sekitar jam 1 siang seperti yang telah direncanakan sebelumnya. (http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=476408)
Imamah dan Ahlul Bait
|
Ismail Amin*
Akidah Islamiyah adalah kumpulan kaidah, hukum, landasan, perintah, larangan dan pengetahuan yang universal dan terperinci yang diturunkan Allah SWT kepada hamba-Nya, Muhammad SAW. Rasululullah SAW bertugas memberikan penjelasan kepada umat mausia melalui perantara dakwah dan daulah yang dipimpinnya sendiri. Oleh karena itu setiap perkataan, perbuatan dan taqrir Rasulullah SAW adalah juga aturan Ilahi sebagai pelengkap Al-Qur’an. Semasa hidupnya, Rasulullah menjadi satu-satunya sumber rujukan syar’i yang merupakan pengejewantahan akidah Ilahiah. Adalah mustahil jika aqidah yang berasal dari Allah ini dibiarkan tanpa seorang rujukan yang bertugas menjelaskan aqidah tersebut. Sumber rujukan ini haruslah orang yang memiliki pengetahuan Ilahiah, paling baik, afdhal dan tepat dari sekian manusia yang ada. Untuk memilih dan mengangkat orang yang memiliki kapasitas itu, hanya Allah sendirilah yang berhak menentukan. Sejarah perjalanan manusiapun membuktikan, semua nabi-nabi yang 124 ribu jumlahnya diutus dan diangkat oleh Allah SWT. Tak sekalipun Allah SWT menyerahkan penentuan dan pemilihan orang yang menjadi sumber rujukan kepada hawa nafsu dan pendapat-pendapat manusia. Begitulah sejarah membuktikan, dan tidak ada seorangpun yang menyelisihi ini.
Lewat tulisan ini, saya ingin memperlihatkan ada realitas lain selain Nabi dan Rasul yang juga menjadi ketetapan Ilahi. Allah SWT berfirman, "Dan ingatlah ketika Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa perintah, lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman :"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu seorang Imam bagi umat manusia." Ibrahim berkata, "(Dan aku mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman :"Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim." (Qs. Al-Baqarah : 124).
Ayat ini menunjukkan bahwa menurut Al-Qur'an ada satu lagi realitas selain nabi dan rasul yakni imam, sebab bukankah penunjukan Ibrahim sebagai imam setelah ia menjadi nabi dan rasul dengan berbagai ujian ?. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, "Dan Kami menganugerahkan kepadanya (Ibrahim), Ishak dan Yaqub sebagai suatu anugerah. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah." (Qs. Al-Anbiya : 73). Di ayat lain, "…Kemudian Allah memberinya (Dawud) kerajaan dan hikmah dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki." (Qs. Al-Baqarah : 41). Dari ayat-ayat ini menunjukkan bahwa penunjukkan imam, khalifah ataupun pemimpin atas umat manusia adalah wewenang dan otoritas mutlak Allah SWT sebagaimana penunjukan nabi dan rasul.
Sebagaimana surah Al-Baqarah ayat 124 di atas, kedudukan imam sebagai jabatan langit selain nabi dan rasul juga dianugerahkan kepada keturunan biologis nabi Ibrahim as.
Pada dasarnya, jabatan imam Allah merupakan tunas dari “Pohon Kejadian” yang menjadi tujuan atas penciptaan manusia di bumi. Sedangkan kenabian atau kerasulan adalah cabang dari “Pohon Kejadian” tersebut. Artiya, institusi ilahiah ini secara gradual diawali lebih dahulu oleh kenabian, kerasulan dan berakhir pada keimamahan. Ini bisa dimaklumi bahwa tidak mungkin ada hukum tanpa ada hakim. Hukum Islam telah sempurna, karenanya dengan wafatnya Nabi terakhir meniscayakan adanya hakim Ilahiah yang mendampingi pelaksanaan hukum. Hakim di bumi inilah yang disebut Imam.
Setelah nabi Ibrahim as wafat, jabatan-jabatan ini terus diwariskan melalui keturunan biologis Ismail dan Ishak yang mana keduanya adalah nabi. Dalam Alkitab dinubuatkan bahwa dari Ismail dan keturunannya akan muncul duabelas orang imam “Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas imam dan Aku akan membuatnya menjadi umat yang besar (Kejadian 17:20). Kondisi serupa juga ditampakkan kepada bangsa Israel pada zaman Musa as yang mana dia telah diperintahkan oleh Allah untuk melantik dua belas orang imam yang dikepalai oleh Harun dan keturunannya, “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin” (QS. Al-Maidah :12)
Pelantikan para imam Allah ini menandai kesempurnaan RisalahNya dan puncak dari perjanjian antara Allah dan para nabi yang ditugaskan untuk menyampaikan AjaranNya kepada manusia. Bahkan fungsi utama dari pengutusan seorang nabi atau rasul itu adalah untuk menegakkan kerajaan imam dan umat yang kudus. Al-Qur’an menyatakan: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari kamu, dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh”. (QS. 33:7)
Alhasil, substansi yang ingin saya tegaskan, bahwa status seorang imam di dalam Islam bahkan dalam ajaran Ibrahimik lainnya (Yahudi dan Nashrani) memang ada dan dipilih secara mutlak oleh Allah sebagaimana halnya kenabian dan kerasulan. Artinya tidak melalui konsensus. Imam Allah adalah jabatan sorgawi yang kudus dan tidak terbentuk melalui mekanisme pemilihan umum ataupun cara-cara lain yang dilandasi oleh perspektif manusia. Imamah atau kekhalifaan terlalu berharga, terlalu tinggi dan tidak pantas hanya disebut sebagai pemimpin sebuah pemerintahan. Imamah terlalu pelik dan rumit bagi manusia biasa untuk memilih dan mengangkat sendiri imam mereka. Imamah tidak dapat diputuskan dalam pemilihan. Sebab imamah bukan sekedar masalah mengurus ummat melainkan perwakilan Allah SWT di muka bumi. Karena itu hanya Allah SWT yang berhak memilih dan mengangkatnya.
Sungguh tidak mengherankan bila Al-Qur’an sendiri pernah menegaskan bahwa keluarga Ibrahim as telah dianugerahi suatu kerajaan yang besar.
“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar”. (QS. 4:54) Maka bagaimanakah dengan keluarga Muhammad saw sendiri? Dan apabila jumlah para imam dari keluarga Ibrahim as ini selalu dua belas orang, maka mungkinkah jumlah para imam dari keluarga Muhammad pun juga demikian?. Barangkali hadis Nabi saw yang pernah diriwayatkan dalam Sahih Bukhari ini bisa membawa kita kepada kontemplasi mendalam yang selaras dengan pendewasaan beragama. Bukhari-Muslim meriwayatkan, "Agama (Islam) akan selalu tegak kukuh sampai tiba saatnya, atau sampai dua belas khalifah, semuanya dari Qurays."
Imamah dan Penjagaan Risalah
Setelah jelas dari pembahasan di atas, bahwa Imamah adalah juga jabatan Ilahiah seperti halnya kenabian dan kerasulan. Maka kita selanjutnya mengkaji lebih mendalam tentang peran keimamahan dalam menjaga warisan spiritual Islam. Kita akan mengawali pembahasan imamah dan penjagaan warisan spiritual Islam dari hadits Tsaqalain. Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahihnya, juz 4 hal 123 terbitan Beirut Lebanon, Zaid bin Arqam berkata, "Pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di tengah-tengah kami dan menyampaikan khutbah di telaga yang bernama "Khum", yang terletak antara Makah dan Madinah.
Setelah mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada-Nya serta memberi nasihat dan peringatan Rasulullah SAW berkata, "Adapun selanjutnya, wahai manusia, sesungguhnya aku ini manusia yang hampir didatangi oleh utusan Tuhanku, maka akupun menghadap-Nya. Sesungguhnya aku tinggalkan padamu dua perkara yang amat berharga, yang pertama adalah kitab Allah, yang merupakan tali Allah. Barangsiapa yang mengikutinya maka dia berada di atas petunjuk, dan barang siapa yang meninggalnya maka ia berada di atas kesesatan." Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya, Adapun yang kedua adalah Ahlul Baitku. Demi Allah aku peringatkan kamu akan Ahlul Baitku, aku peringatkan kamu akan Ahlul Baitku, aku peringatkan kamu akan Ahlul Baitku."
Al-Hakim juga meriwayatkannya dalam al-Mustadraknya dari Zaid bin Arqam bahwa nabi bersabda pada Haji Wada', "Sesungguhnya aku telah tinggalkan kepada kalian tsaqalain (dua peninggalan yang sangat berharga) yang salah satu dari keduanya lebih besar daripada yang lain, Kitabullah (Al-Qur'an) dan keturunanku. Oleh karena itu perhatikanlah kalian dalam memperlakukan keduanya sepeninggalku. Sebab sesungguhnya keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga berjumpa denganku di Haudh."
Setelah menyebutkan hadits ini Al-Hakim berkata, "Hadits ini shahih sesuai syarat (yang ditetapkan Bukhari-Muslim)." Sebagaimana diketahui bahwa kaum muslimin sepakat untuk mensahihkan seluruh hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, maka saya mencukupkan dengan hanya mengutip kedua hadits ini sebab dalam banyak kitab hadits ini pun dinukil. Rasul menyebut keduanya (Al-Qur'an dan Ahlul Baitnya) sebagai Tsaqalain yakni sesuatu yang sangat berharga. Keduanya sebagaimana hadits Rasulullah tidak akan pernah terpisah dan saling melengkapi. Keduanya tidak dapat dipisahkan, apalagi oleh sekedar perkataan salah seorang sahabat pada saat Rasulullah mengalami masa-masa akhir dalam kehidupannya, bahwa Al-Qur'an sudah cukup bagi kita (baca tragedi ini dalam Al-Bukhari pada bab "Al-Ilmu" (Jilid I, hal 22). Muslim meriwayatkannya dalam Shahihnya pada akhir bab al-Washiyah dan juga tertulis dalam Musnad Ahmad jilid I hal. 355).
Rasulullah menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada kedua tsaqal ini, maka tidak akan pernah mengalami kesesatan. Kemunduran dan penyimpangan kaum muslimin terjadi ketika mencoba memisahkan kedua tsaqal ini.
Tentu saja sabda Rasul tentang Ahlul Baitnya yang tidak akan terpisah dengan Al-Qur'an bukan berdasarkan hawa nafsu pribadinya, sebab Allah SWT telah menjamin dalam Al-Qur'an bahwa apapun yang disampaikan Rasul adalah semata-mata wahyu dari-Nya.
Pertanyaanya, mengapa Al-Qur'an saja tidak cukup menjadi petunjuk bagi kaum muslimin sepeninggal Rasulullah ?. Diantara jawabannya, semua kitab suci adalah kitab-kitab petunjuk yang mengandung prinsip-prinsip dasar petunjuk dan tidak menjelaskan prinsip-prinsip tersebut secara mendetail dan terperinci. Dan para Rasul diutus untuk menjelaskan kitab yang diwahyukan yang menjadi bukti kerasulannya, "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. " (Qs. Ibrahim : 4). Apakah semasa hidupnya Rasulullah telah menjelaskan kepada ummat Islam seluruh aturan-aturan dalam Al-Qur'an secara mendetail ? Niscaya kita akan menjawab tidak seluruhnya, sebab selama sepuluh tahun Rasulullah SAW memerintah di Madinah, telah terjadi sekitar dua puluh tujuh atau dua puluh delapan peperangan (ghazwah) dan tiga puluh lima hingga sembilan puluh sariyah. Ghazwah adalah sebuah peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, sedangkan sariyah adalah sebuah peperangan yang tidak langsung dipimpin olehnya. Akan tetapi, ia mengutus sebuah pasukan yang dipimpin oleh salah seorang sahabat yang telah ditunjuk olehnya.
Tentu saja dengan berbagai kesibukan mengatur pertahanan dan peperangan menghadapi kaum kuffar pada awal-awal revolusi Islam membuat Rasululllah tidak sempat untuk menjelaskan semua maksud ayat-ayat Al-Qur'an secara terperinci. Sementara Allah SWT berfirman, " Alif Lam Ra. (Inilah) kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci , (yang diturunkan) dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana dan Maha Teliti". (Qs. Hud : 1). Dan di ayat lain, "Tidaklah Kami lalaikan sesuatu pun dalam Kitab ini." (Qs. Al-An'am : 38). Berkembangnya paham-paham yang saling bertolak belakang misalnya antara paham Jabariyah dan Qadariyah yang masing-masing menjadikan Al-Qur'an menjadikan landasan pemikirannya, menjadi bukti bahwa kaum muslimin di awal perkembangan Islam mengalami kehilangan pegangan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an.
Bahwa sesungguhnya Rasul belum menjelaskan seluruhnya, walaupun agama ini telah sempurna, "Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu." (Qs. Al-Maidah : 3 ). Sebab, "Kewajiban Rasul tidak lain hanya menyampaikan (risalah Allah)." (Qs. Al-Maidah : 99). Bukan berarti Rasulullah sama sekali tidak menjelaskan, "Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. " (Qs. An-Nahl : 64), masalah ini berkaitan dengan Al-Qur'an sebagai mukjizat, berkaitan dengan kedalaman dan ketinggian Al-Qur'an, sehingga hukumnya membutuhkan penafsir dan pengulas.
Al-Qur'an adalah petunjuk untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman karenanya akan selalu berlaku dan akan selalu ada yang akan menjelaskannya sesuai dengan pengetahuan Ilahi. "Sungguh, Kami telah mendatangkan kitab (Al-Qur'an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Qs. Al-A'raf : 52). Dan menurut hadits Rasulullah Ahlul Baitlah yang meneruskan tugas Rasulullah untuk menjelaskan secara terperinci ayat-ayat Al-Qur'an.
Penerus nabi adalah orang-orang tahu interpretasi ayat-ayat Al-Qur'an sesuai dengan makna sejatinya, sesuai dengan karakter esensial Islam, sesuai yang dikehendaki Allah SWT. Imam Ali as dalam salah satu khutbahnya yang dihimpun dalam Nahj Balaqah, khutbah ke-4, "Melalui kami kalian akan dibimbing dalam kegelapan dan akan mampu menapakkan kaki di jalan yang benar. Dengan bantuan kami kalian dapat melihat cahaya fajar setelah sebelumnya berada dalam kegelapan malam. Tulilah telinga yang tidak mendengarkan seruan (nasihat) sang pemandu".
Tentang Imam Ali as Rasulullah bersabda, "Aku adalah kota ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya. Barang siapa yang menghendaki ilmu, hendaklah ia mendatangi pintunya" Hadits ini disepakati keshahihannya oleh kaum muslimin sebab banyak terdapat dalam kitab-kitab hadits, diantaranya At-Thabari, Hakim, Ibnu Hajar, Ibnu Katsir dan lainnya. Umar bin Khattab pun mengakui keilmuan Imam Ali as sebagaimana yang diriwayatkan Ath-Thabari, Al-Kanji Asy-Syati'i dan As-Shuyuti dalam kitabnya masing-masing, "Dari sanad Abu Hurairah, Umar bin Khattab berkata, "Ali adalah orang yang paling mengetahui di antara kami tentang masalah hukum. Aku mengetahui hal itu dari Rasululah maka sekali-kali aku tidak akan pernah meninggalkannya" Dalil yang menyatakan bahwa tidak hanya Rasulullah yang mengetahui makna Ilahiah Al-Qur'an, maksud sebagaimana yang diinginkan Allah SWT terdapat dalam ayat, "Sebenarnya (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas dalam dada orang-orang berilmu." (Qs. Al-Ankabut : 49). Dan Ahlul Baitlah yang dimaksud dengan orang-orang berilmu tersebut.
Dan dengan firman Allah SWT, "Aku hendak jadikan seorang khalifah (wakil) di muka bumi." (Qs. Al-Baqarah : 30), berarti di muka bumi akan senantiasa ada yang menjadi pemimpin otoritatif yang diangkat Allah SWT untuk menjadi khalifahnya. Akan tetap ada di muka bumi orang-orang yang menerima pengetahuan dari sumber Ilahiah. Imam Ali as berkata, "Pengetahuan masuk ke mereka, sehingga mereka mempunyai pengetahuan mendalam tentang kebenaran." Mereka memiliki pengetahuan bukan hasil belajar dan terlepas dari kekeliruan. Mereka pun memiliki 'Roh Tuhan' yang menghubungkan mereka dengan dunia gaib.
Betapa pentingnya keberadaan Imam dan seorang Khalifah di muka bumi, "Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. " (Qs. Al-Baqarah : 251). Sebagian manusia yang menjadi pelindung atas manusia yang lainnya adalah Ahlul Bait sebagaimana hadits Rasulullah SAW, "Perumpamaan Ahlul Baitku seperti bahtera Nuh, barangsiapa yang menaikinya niscaya ia akan selamat; dan barangsiapa tertinggal darinya, niscaya ia akan tenggelam dan binasa." Seluruh ulama Islam sepakat akan keshahihan hadits ini yang dikenal sebagai hadits Safinah, diantaranya Al-Hakim, Ibnu Hajar dan Ath-Thabrani. Dan kitapun tahu dari informasi Rasulullah bahwa di akhir zaman akan muncul juru penyelamat yang akan menyelamatkan manusia dari berbagai kedzaliman dan menyebarkan keadilan di muka bumi, dialah yang dinanti-nantikan, Imam Mahdi as.
Rasulullah SAW bersabda, "Kiamat tidak akan tiba kecuali kalau dunia ini sudah dipenuhi dengan kezaliman dan permusuhan. Kemudian keluar setelah itu seorang laki-laki dari Ahlul Baitku memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman dan permusuhan." Hadits-hadits Rasulullah SAW tentang Imam Mahdi sangat banyak jumlahnya.
Hanya saja, sejauh mana kita mencoba mengenali siapa yang termasuk Ahlul Bait nabi, siapakah mereka Imam 12 yang disebut Rasul berasal dari Bani Qurays, dan siapakan Imam Mahdi yang akan muncul di akhir zaman ?. Sebagai muslim adalah kewajiban untuk mengetahui dan taat kepada mereka, sebagaimana wajibnya kaum muslimin taat kepada titah Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur'an.
Dalam Shahih Muslim, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang meninggal dan tidak mengetahui imam zamannya, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah." Dan dalam Al-qur'an Allah SWT berfirman, "(Ingatlah), pada hari ketika Kami panggil setiap umat dengan imamnya." (Qs. Al-Isra': 71).
Selamat Hari Raya Ghadir 1434 H, hari diangkatnya Maulana Ali as sebagai imam dan khalifah pengganti Rasulullah Saw dan pelanjut risalah kenabian…
[Mahasiswa Ulumul Qur'an Universitas Internasional al Mustafa Republik Islam Iran]
Komentar Pembaca
- sesuai maklumat baginda Rasululloh Muhammad SAW. bahwa kedatangan al imamul al mahdi al muntazar adalah keniscayaan. Kemunculannya telah dijelaskan:
a. kematian pemimpin saudi dan pergolakan politik terjadi di saudi
b. munculnya pasukan mujahidin dari timur yang menuntut penegakan hukum islam di sendi-sendi kehidupan bernegara
c. semua orang terbagi menjadi tiga kelompok (1. mendukung mujahidin dari timur dan berbaiat kepada imam mahdi 2. memusuhi bahkan memerangi imam mahdi bersama kaum kufar/murtad dari iman 3. sikap acuh tak acuh bahkan melarikan diri/akan binasa)
d. dan pasukan mujahidin dari timur ( Bani Tamim dan yang mendukung jihad mereka berserta Keturunan Ahlul Bait Al Quraisy) akan bangkit menegakkan kembali kemurnian Islam dengan Laa Ilaha Ilalloh sebagai Visi Misi Utama mereka.
saya hanya menyampaikan apa yang telah diceritakan oleh kakek kakek kami secara turun tumurun.
kebenaran hanya milik Alloh dan RasulNya[muhammad abdul aziz attamimi]
a. kematian pemimpin saudi dan pergolakan politik terjadi di saudi
b. munculnya pasukan mujahidin dari timur yang menuntut penegakan hukum islam di sendi-sendi kehidupan bernegara
c. semua orang terbagi menjadi tiga kelompok (1. mendukung mujahidin dari timur dan berbaiat kepada imam mahdi 2. memusuhi bahkan memerangi imam mahdi bersama kaum kufar/murtad dari iman 3. sikap acuh tak acuh bahkan melarikan diri/akan binasa)
d. dan pasukan mujahidin dari timur ( Bani Tamim dan yang mendukung jihad mereka berserta Keturunan Ahlul Bait Al Quraisy) akan bangkit menegakkan kembali kemurnian Islam dengan Laa Ilaha Ilalloh sebagai Visi Misi Utama mereka.
saya hanya menyampaikan apa yang telah diceritakan oleh kakek kakek kami secara turun tumurun.
kebenaran hanya milik Alloh dan RasulNya[muhammad abdul aziz attamimi]
Wahabi Tidak akan Mencapai Targetnya Memecah Belah Kaum Muslimin
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Nashir Makarim Shirazi, kamis [24/10] dalam penyampaiannya di kelas Dars Kharij Fiqh yang diasuhnya di Masjid A'dzham Qom Republik Islam Iran menyatakan, "Peringatan Asyura hari ini dengan Asyura-asyura pada masa-masa sebelumnya sangat jauh berbeda, demikian juga dengan perayaan Idul Ghadir Khum, juga telah mengalami peningkatan yang sangat pesat, baik dari metode maupun pesan-pesan yang tersampaikan yang semakin kompleks dan universal."
"Begitu pula dengan masalah yang berkaitan dengan imam Zaman afs, dibandingkan dengan masa lalu, dikekinian masalah ini menjadi satu cabang keilmuan sendiri yang sangat pesat perkembangannya yang sering dibicarakan berbarengan dengan masalah wilayah." Lanjut beliau.
Ulama marja taklid tersebut kembali melanjutkan, "Namun harus diingat, dan terus diperhatikan, untuk tidak berlebih-lebihan dalam melakukan perayaan, terlebih lagi sampai melampaui batas dari yang telah digariskan para Aimmah as. Peringatan hari-hari Allah, seberapapun pentingnya, haruslah diisi dengan syiar Islam bukan dengan cara-cara yang justru mencoreng kemuliaan dan keagungan hari-hari itu."
"Imam al Hadi as pernah berkata, 'Seseorang harus menjauhkan diri sikap menyanjung yang berlebih-lebihan, selain itu harus dibarengi dengan niat yang baik. Masalah berlebih-lebihan dan bersikap melampaui batas pada hari-hari peringatan telah ada sejak dulu kala, dan sangat sayangkan sampai hari ini, hal tersebut masih juga terjadi, meskipun telah mengalami penurunan yang signifikan." Tambah beliau.
"Meskipun mungkin niat dan motivasi yang melatari orang-orang melakukan itu baik, namun harus dicamkan, bahwa sikap berlebih-lebihan bukannya mengharumkan syiar Ahlul Bait tetapi malah merusak dan menodainya." Lanjutnya lagi.
Pada bagian lain pembahasanya, Ayatullah Makarim Shirazi mengatakan, "Musuh-musuh dakwah Ahlul Bait semakin gencar melakukan pencegahan tersebarnya mazhab ini ke seluruh dunia. Baru-baru ini Arab Saudi bahkan mencetak dan menyebar sekitar 6 juta kitab anti Syiah. 6 juta bukan angka yang sedikit, dan butuh dana bermilyar-milyar untuk melakukannya."
"Kitab-kitab tersebut meskipun mengklaim diri ilmiah namun justru didalamnya berisi banyak kebohongan dan penghinaan. Dan patut diketahui, kerajaan Arab Saudi sangat mendukung aktivitas dan propaganda anti Syiah tersebut yang dilakukan aktivis dan lembaga-lembaga Wahabi yang ta'ashub pada pemikiran mereka yang menyimpang. Namun apapun sepak terjang yang mereka lakukan tidak memberi pengaruh sedikitpun pada muslim Syiah. Syiah memiliki logika dan hujjah yang tidak bisa mereka jungkalkan. Syiah tidak mengandalkan penyebaran ajarannya pada kekerasan dan terorisme. Muslim syiah tidak perlu melakukan pemaksaan sampai harus membunuh dan menyembelih mereka yang menolak untuk tidak menjadi Syiah. Syiah mengandalkan rasionalitas dan punya agenda besar yang tidak bisa dicegah dengan kebohongan dan penghinaan." Tegas Ayatullah Makarim Shirazi.
"Namun bandingkan dengan apa yang mereka lakukan. Mereka mencecoki jamaah Haji dengan khutbah-khutbah yang penuh kebohongan mengenai Syiah. Mereka secara agresif menyebarkan tulisan dan buku-buku yang penuh dengan fitnah terhadap ajaran Syiah. Tujuan mereka bukan hendak meluruskan mereka yang berpemahaman Syiah, melainkan untuk menghalangi orang-orang untuk mengenal Syiah dengan cara menakut-nakuti, mengancam dan menyebarkan fitnah yang luar biasa keji terhadap Syiah. Tujuan mereka adalah merusak persatuan kaum muslimin dengan menyebar kebencian dan permusuhan terhadap sesama muslim. Yakinlah, apa yang mereka lakukan tidak akan memberi pengaruh apa-apa. Bahkan para penguasa Arab Saudi harus tahu, bahwa jika apa yang Wahabi lakukan dapat merusak kedaulatan kerajaan mereka dan tidak memberi manfaat apapun pada negara mereka." Pesan ulama yang juga penulis kitab tafsir al Amtsal tersebut.
Pemikiran Wahabi Bukan Hanya Menyimpang Namun juga Merusak
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Sayyid Muhammad Husaini Qazvini, ketua Lembaga Penelitian Wali Asr [afs] dan Direktur stasiun televisi al Velayat di depan jama'ah Basiji di provinsi Ghulestan dengan memberi penekanan akan bahaya dan ancaman pemikiran Wahabi bagi dunia Islam mengatakan, "Pemikiran Wahabi bukan hanya sekedar bertentangan dengan ajaran agama, namun juga dapat meruntuhkan dakwah Islam."
Dalam lanjutan penyampaiannya, Ayatullah Qazvini lebih detail menjelaskan bahwa ancaman terbesar Wahabi adalah merusak keutuhan dan ukhuwah umat Islam dengan senantiasa menebar perbedaan dan perselisihan antara Suni dan Syiah, "Hari ini, barang siapa yang memicu perselisihan antara Sunni dan Syiah, maka itu adalah sebesar-besarnya pengkhianatan pada umat Islam."
Ayatullah Husaini Qazvini menambahkan lagi, bahwa Republik Islam Iran adalah negara modern pertama di dunia yang menerapkan hukum Islam dengan dasar Wilayatul Faqih. "Sampai saat ini, wahabi di Iran tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka selalu gagal dalam upayanya memecah belah ummat dengan isu perselisihan mazhab. Itu berkat pengorbanan dan tetesan darah para syuhada. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan akan fitnah-fitnah mereka." Tegas Ayatullah Qazvini.
"Generasi muda Syiah harus cerdas dan berilmu, agar tidak ada ruang dan jalan bagi musuh untuk melakukan tipu daya. Jangan sampai pihak musuh memanfaatkan perkataan dan tindakan yang tidak sepantasnya dari kita untuk kemudian dijadikan alasan dan dalih untuk merusak mazhab suci ini. Jika saudara-saudara Ahlus Sunnah menyadari akan bahaya fitnah Wahabi dan tidak memberi ruang bagi mereka untuk mengatasnamakan diri Islam dan Ahlus Sunnah, pemikiran Wahabi niscaya akan hancur dan punah dengan sendirinya." Tambahnya lagi.
Khatib Shalat Jumat Tehran Soroti Merebaknya Ekstrimisme di Dunia
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Khatib Shalat Jumat Tehrandalam khutbahnya menyinggung gerakan ekstrim yang meluas akhir-akhir ini dan perundingan nuklir Iran dengan Barat.
Ayatullah Muhammad Emami Kashanidalam khutbah Jumat hari ini, Jumat (18/10) menyinggung pesan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, dan mengatakan, "Rahbar dalam pesannya mengisyaratkan tentang problem-problem dunia Islam. Dewasa ini, dunia Islam menghadapi masalah yang sejak lama telah dirancang oleh musuh." Demikian dilaporkan FNA.
Ia menambahkan, "Pada abad kedua hijriyah, muncul pembahasan tentang salafisme, di mana Salaf berarti kita kembali kepada para sahabat dan orang-orang terdahulu. Tentunya perkataan ini baik, sebab kita harus mengikuti Rasulullah Saw, namun sayangnya mereka melakukan kebohongan dengan perkataan itu untuk menjustifikasi pemikiran dan perbuatan keliru mereka."
Ayatullah Emami Kashanimenandaskan, orang-orang Salafi terbagi menjadi beberapa kelompok; sebagian mengkafirkan umat Islam lainnya dan sebagian tidak, namun mereka tetap menebarkan perpecahan.
Mengenai meluasnya paham Salafi di Arab Saudi, Khatib Shalat Jumat Tehran mengatakan, "Pada abad ketujuh hijriyah, Salafisme mencapai puncaknya di masa Ibnu Taimiyyah dan kemudian meluas di berbagai negara termasuk Mesir, namun Salafisme tidak berkembang di sana."
"Abdul Wahhab menyebarkan Salafisme di Arab Saudi dan sejak itu pembahasan pengkafiran dimulai," ujarnya.
Ayatullah Emami Kashanilebih lanjut menuturkan, "Kita harus melihat bagaimana sikap Nabi Muhammad Saw di berbagai perang dengan kaum musyrikin. Beliau di berbagai perang menegaskan perlunya belas kasihan terhadap perempuan dan anak-anak. Di masa penaklukan Kota Mekah, beliau mengambil bendera hitam Islam dari tangan Saad bin Ubadah yang mengatakan bahwa hari ini adalah hari pembalasan. Kemudian Rasulullah Saw bersabda `Tidak demikian, hari ini adalah hari rahmat.' Setelah itu, beliau menyerahkan bendera tersebut kepada Imam Ali as. Masalah ini harus dijelaskan oleh para ulama Ahlusunnah."
Khatib Shalat Jumat Tehran melanjutkan, "Di mana ada kejahatan seperti kejahatan yang terjadi pada hari ini: mengapa kalian membantai anak-anak dan memakan jantung manusia? Bahkan di abad pertengahan pun tidak terjadi kejahatan seperti ini."
Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Emami Kashanimengatakan, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan bahwa dewasa ini mengenal musuh dan persatuan adalah "obat yang menyembuhkan" masalah umat Islam, dan mengenal musuh dan sirah Nabi Muhammad Saw harus dijelaskan.
"Setiap Muslim harus menjelaskan sirah ini supaya kelompok ektrim dan Takfiri ini menjadi jelas bahwa mereka bukan pengikut agama dan tidak menganggap penting Islam. Dewasa ini, ada gerakan politik di balik komunitas orang-orang bodoh," ujarnya.
Ulama besar dunia Islam tersebut lebih lanjut mengatakan, "Sebagian orang mengatakan `kami adalah Salafi.` Namun mereka tidak mempercayai Nabi Muhammad Saw dan di belakang mereka terdapat sebuah gerakan politik, di mana mereka melakukan kejahatan di berbagai negara: kejahatan di Mesir, Irak dan Lebanon."
Mengenai perundingan nuklir antara Iran dan Barat, Ayatullah Emami Kashani menandaskan, pernyataan Amerika Serikat bahwa keamanan rezim Zionis Israel penting bagi Washington adalah pernyataan salah.
"Iran tidak pernah mengacaukan keamanan. Iran mengharamkan senjata nuklir dan Rahbar juga telah memberikan fatwa tentang hal itu," ujarnya.
Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Emami Kashani mengatakan, statemen para pejabat Israel bahwa keamanan adalah prioritas utama kami, adalah kebohongan belaka. Sebab, Israel selalu ingin mempropagandakan Islam sebagai agama yang brutal dan kejam.
"Mereka sedang melakukan kejahatan, namun mengatakan bahwa Iran adalah pengganggu keamanan," protesnya.
"Pendekatan Republik Islam adalah pendekatan keamanan dan masalah ini harus diperhatikan dengan benar oleh media," tegasnya.
Majunya Iran adalah Mimpi Buruk bagi Barat yang Jadi Kenyataan
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan lebih dari seribu pemuda berprestasi menyebut para pemuda berprestasi sebagai para perancang dan arsitek kemajuan negara di masa mendatang, seraya menyatakan bahwa pertemuan dengan kelompok pemuda ini selalu memberi kenangan yang manis dan bisa menjadi modal dalam perencanaan dan penyusunan serta pelaksanaan kebijakan negara.
Dalam pertemuan Rabu (9/10) pagi yang dihadiri oleh para peserta Kongres Nasional Para Pemuda Berprestasi Ke-7 itu, seraya menekankan bahwa kebijakan mendukung kemajuan pesat sains dan keilmuan sebagai kebijakan utama pemerintahan Islam di Iran, beliau mengatakan, "Para pemikir di negara ini sudah sampai pada kesimpulan, bahwa jika untuk melewati semua kesulitan dan tempat-tempat terjal dan berbahaya diperlukan beberapa hal yang sangat mendasar, pasti salah satunya adalah kemajuan dalam sains dan keilmuan."
Menyinggung potensi besar yang ada di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Para pemuda berprestasi di Iran mampu membawa negara dan bangsa ini ke puncak kemajuan di semua bidang."
Beliau menambahkan, "Para pemuda berprestasi itu mempunyai bakat dan potensi besar yang bisa membuat mereka mampu mencapai puncak keilmuan dan teknologi yang infrastrukturnya tersedia di negara ini."
Ayatollah al-Udzma mengungkapkan bahwa di tengah bangsa ini, masalah ‘kemajuan sains' sudah menjadi pembicaraan umum. Sebab, kemajuan yang hakiki tak mungkin dicapai tanpa kemajuan sains dan teknologi.
Beliau menggarisbawahi bahwa kemajuan sains dan keilmuan harus muncul dari dalam dengan mengandalkan potensi yang ada. Karena, gerakan, lompatan dan kemajuan sains dari dalam akan menghasilkan kredebilitas, nilai, kehormatan dan wibawa bangsa dan negara. Kemajuan ini, akan membuka jalan untuk melakukan kerjasama secara terhormat dan adil di bidang ilmu dan teknologi dengan negara-negara lain.
Rahbar mengingatkan, "Para pemuda berprestasi dan semua pejabat negara serta rakyat Iran harus menyadari bahwa fokus utama perhatian kubu yang saat ini berhadap-hadapan dengan pemerintahan Islam adalah upaya untuk mencegah Iran menjadi negara yang kuat dalam sains dan teknologi."
Beliau menambahkan, "Dalam menganalisa seluruh peristiwa dan transformasi politik dan ekonomi di tingkat regional maupun internasional, perspektif yang sesuai dengan realitas dan menyeluruh ini harus menjadi acuan utama, bahwa ada kubu adidaya di dunia yang tidak ingin Iran yang Islami ini menjadi negara dan bangsa yang kuat di berbagai bidang terutama di bidang keilmuan dan teknologi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menyinggung sejumlah makalah yang ditulis oleh beberapa cendekiawan dan pakar dari Amerika Serikat (AS) dan Dunia Barat di awal kemenangan revolusi Islam, seraya mengatakan, "Dalam makalah-makalah itu mereka memperingatkan pemerintah di negara-negara Barat bahwa revolusi Islam di Iran jangan diartikan hanya sekedar perubahan rezim penguasa saja, tetapi kemenangan revolusi Islam ini berarti munculnya satu kekuatan baru di kawasan Asia Barat yang mungkin akan mengeluarkan kawasan yang vital dan kaya ini dari genggaman kekuasan Barat atau mengguncang hegemoninya, dan pada tahap berikutnya juga akan mengancam Barat dari sisi teknologi dan sains."
Kini, lanjut beliau, setelah berlalunya tiga dekade dari kemenangan revolusi Islam, mimpi buruk bagi Dunia Barat dan AS itu menjadi kenyataan. Iran sudah menjelma menjadi satu kekuatan yang besar di kawasan yang tak bisa digoyahkan oleh berbagai macam tekanan politik, ekonomi, keamanan dan propaganda. Kekuatan besar ini bahkan sangat berpengaruh bagi bangsa-bangsa di kawasan untuk kembali kepada jatidiri mereka sebagai bangsa Muslim.
Mengenai transformasi di kawasan Timur Tengah dan Utara Afrika dalam dua tahun terakhir serta reaksi dari AS dan Barat terhadapnya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Kebangkitan bangsa-bangsa di kawasan dan aksi penentangan mereka dengan tangan kosong melawan penistaan yang dilakukan Barat dan AS terhadap mereka adalah satu peristiwa besar. Tidak seperti yang dibayangkan oleh AS dan Barat, gerakan ini belum berakhir."
Menurut beliau, rangkaian peristiwa ini tak ubahnya bagai satu lintasan sejarah yang sedang dilalui oleh kawasan ini dengan hasil yang belum final, dan Barat menatapnya dengan penuh kecemasan. Ditambahkannya bahwa transformasi ini terjadi berkat revolusi Islam yang sejak awal telah memberi kabar gembira akan munculnya satu kekuatan nasional yang mengakar dalam, penuh keimanan, lestari, berpotensi dan terus berkembang.
Menjelaskan faktor-faktor yang mendukung kesinambungan kekuatan nasional ini, Rahbar menekankan bahwa mempertahankan kepesatan aktivitas keilmuan di negara ini adalah satu keharusan yang paling utama.
"Misi bersejarah yang diemban oleh revolusi Islam ini menuntut untuk tidak membiarkan gerak pesat kemajuan ilmu ini mengalami kemandekan, stagnansi atau diwarnai dengan kemalasan dan keragu-raguan," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menyebut inovasi sains sebagai satu hal yang sangat berpengaruh pada proses kemajuan pesat keilmuan di Iran. Karena itu beliau mengimbau semua pihak yang terkait untuk serius dalam mensosialisasikan inovasi keilmuan.
Meski menyebut kemajuan sains dan keilmuan di Iran sangat pesat dibanding dengan rata-rata kemajuan yang ada di kawasan dan di dunia, namun Rahbar menegaskan, "Ini bukan berarti kita sudah sampai ke titik target atau sudah mendekatinya. Sebab, di masa lalu kita ibarat bangsa yang tertinggal jauh dari kafilah ilmu dunia, sementara semua negara di dunia terus bergerak maju."
Meski menyebut kemajuan sains dan keilmuan di Iran sangat pesat dibanding dengan rata-rata kemajuan yang ada di kawasan dan di dunia, namun Rahbar menegaskan, "Ini bukan berarti kita sudah sampai ke titik target atau sudah mendekatinya. Sebab, di masa lalu kita ibarat bangsa yang tertinggal jauh dari kafilah ilmu dunia, sementara semua negara di dunia terus bergerak maju."
Dari penjelasan yang diberikan tentang kemajuan sains di Iran, beliau menyimpulkan, "Dengan tetap mempertahankan gerak laju ini, kita harus terus melangkah untuk menjadi yang terdepan dalam gerakan keilmuan dunia, dan kelak dengan bantuan Allah Swt dan berkat tekad kuat para pemuda yang berbakat dan aktif di negara ini, dalam waktu empat atau lima dekade mendatang negara ini akan menjadi poros keilmuan dunia."
Beliau menambahkan, "Kita harus selalu memikirkan masa depan cerah yang bisa digapai. Jika Iran menjadi poros keilmuan dunia, maka kelak siapa saja yang hendak mempelajari penemuan-penemuan ilmu yang baru harus belajar bahasa Persia."
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyampaikan kritik atas belum tercapainya penetrasi sains dan teknologi. "Meski sudah ada tuntutan yang luas dan adanya kebutuhan dua arah antara perguruan tinggi dan pusat-pusat industri, namun sayangnya hubungan yang sempurna dan logis antara pusat-pusat penelitian dan industri belum tercipta," kata beliau.
Menurut beliau, jika setiap tahunnya di perguruan tinggi ada ratusan proyek penelitian dalam negeri yang dibutuhkan oleh pusat-pusat industri maka akan tercipta kemajuan sains dan teknologi.
Menurut beliau, jika setiap tahunnya di perguruan tinggi ada ratusan proyek penelitian dalam negeri yang dibutuhkan oleh pusat-pusat industri maka akan tercipta kemajuan sains dan teknologi.
Dalam kesempatan itu, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan satu kelemahan penting yang ada, yaitu bahwa banyak pusat riset di perguruan tinggi Iran yang menggarap penelitian yang dipesan oleh proyek-proyek pihak asing. Beliau mengatakan, "Kami tidak melarang adanya riset ilmiah yang bisa memenuhi kebutuhan pihak asing. Tapi akan lebih baik jika pekerjaan ilmiah dan riset disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan yang ada dan memenuhi kebutuhan dalam negeri."
Di akhir pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyampaikan pesan kepada kalangan berbakat dan berprestasi untuk meningkatkan ketaqwaan dan memperhatikan masalah spiritual.
Kami Percaya Kepada Para Pejabat Pemerintahan Islam, Tapi Tidak Mempercayai AS
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Sabtu (5/10) pagi dalam acara apel bersama Taruna Akademi Keperwiraan Tentara Republik Islam Iran menyebut masuknya para pemuda ke korps ketentaraan Republik Islam sebagai sebuah kebanggaan. Seraya menekankan keharusan untuk meningkatkan kesiagaan dan kekuatan pertahanan angkatan bersenjata, beliau menyinggung safari Presiden Republik Islam Iran dan para pejabat diplomasi ke New York, dan mengatakan, "Secara umum kami mendukung kepergian delegasi pemerintah ke New York, sebab kami percaya kepada pemerintah dan optimis terhadapnya. Tapi ada sejumlah hal yang terjadi di New York yang tidak seharusnya dilakukan. Sebab di mata kami, pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak bisa dipercaya, angkuh, tidak logis dan suka melanggar janji."
Dalam acara apel bersama yang diadakan Akademi Keperwiraan Angkatan Udara Syahid Sattari itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Kami menaruh kepercyaaan kepada para pejabat kami dan meminta mereka untuk mengambil setiap langkah dengan mantap dengan memerhatikan semua sisi secara seksama dan jangan pernah melupakan kepentingan nasional."
Seraya menekankan untuk memperkokoh struktur pemerintahan Islam dari dalam, beliau menambahkan, "Unsur-unsur yang sejak hari pertama kemenangan revolusi Islam selalu menjaga revolusi ini, mengawal bangsa Iran dan membawa kepada kemajuan adalah kepedulian kepada cita-cita tinggi pemerintahan Islam dan kepedulian kepada harga diri bangsa. Karena itu, tugas para pejabat negara dan seluruh bangsa adalah membela kehormatan dan jatidiri bangsa."
Mengenai ketidakpercayaan dan pandangan buruk pemerintahan Islam Iran terhadap AS, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa pemerintah AS dikendalikan oleh orang-orang Zionis. Beliau menambahkan, "Pemerintah AS melangkah sejalan dengan kepentingan orang-orang Zionis. AS memeras bangsa-bangsa lain di dunia dan siap memberikan apa saja kepada Rezim Zionis."
Rahbar mengungkapkan, meskipun bangsa Iran tak pernah mengancam bangsa dan negara lain tapi bangsa ini merasa harus memperkuat angkatan bersenjatanya sebagai salah satu unsur paling penting dalam menjaga keamanan pemerintahan Islam. Beliau menandaskan, "Angkatan bersenjata yang meliputi Tentara, Pasukan Garda Revolusi, Basij dan Kepolisian harus menjadi benteng yang kokoh dalam menghadapi konspirasi-konspirasi musuh."
Menyinggung ancaman yang sering diumbar oleh musuh-musuh Republik Islam Iran, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Mereka yang terbiasa mengumbar ancaman terhadap Iran harus menyadari bahwa setiap gangguan yang mengancam bangsa Iran akan kami balas dengan balasan yang telak."
Beliau menambahkan, "Bangsa Iran telah menunjukkan kegigihannya dalam membela cita-cita dan kepentingannya sebagaimana juga serius dalam mengupayakan keamanan dan perdamaian. Sebab kedua hal ini harus selalu berdampingan."
Di bagian akhir pembicaraannya, Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata memuji perjuangan heroik Tentara Republik Islam Iran dalam Perang Pertahanan Suci, termasuk korps angkatan udaranya. Beliau juga mengenang jasa para syuhada yang mulia termasuk Syahid Sattari dan Syahid Babai.
Di bagian akhir pembicaraannya, Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata memuji perjuangan heroik Tentara Republik Islam Iran dalam Perang Pertahanan Suci, termasuk korps angkatan udaranya. Beliau juga mengenang jasa para syuhada yang mulia termasuk Syahid Sattari dan Syahid Babai.
Dunia dan Ancaman Bioteroris Barat
Senjata biologi dan teknologinya mendapat perhatian lebih besar – daripada mesin-mesin perang modern – oleh terorisme pemerintah dan negara-negara arogan serta pemilik senjata nuklir. Senjata nuklir adalah bukan sebuah bahaya aktual dan hanya kekuatan pertahanan potensial. Negara-negara nuklir tidak mudah menggunakan mesin perang itu terhadap musuh-musuh mereka, karena dampak penggunaannya sangat luas dan tidak dapat dikontrol. Radiasi dari bahan radioaktif, debu nuklir dan topan atom serta radiasi pengion tidak mengenal batas-batas geografi dan mencemari area yang sangat luas.
Pada Perang Dunia II, Amerika Serikat "menguji coba" bom atomnya di Jepang, sebuah negara yang terisolasi oleh laut dan juga tidak memiliki tetangga dekat. Jika pada waktu itu, AS benar-benar ingin mengakhiri perang, maka sudah seharusnya mereka menjatuhkan bom atom di Berlin, sebagai pihak pengobar perang. Senjata kimia juga bukan pilihan yang jitu untuk kegiatan-kegiatan terorisme. Ada banyak keterbatasan yang dimilikinya seperti, masalah pemindahan, penyimpanan dan pengoperasian serta bahaya pencemaran dan kemudahan untuk melacak penggunanya.
Oleh karena itu, bioteroris atau terorisme biologi mendapat perhatian lebih besar dibanding mesin-mesin perang modern. Senjata biologi – baik di bidang perang maupun terorisme – adalah sebuah instrumen ideal untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Di antara keunggulan senjata biologi adalah kemampuan produksi yang tinggi, kemudahan penyimpanan, potensi proliferasi, kesulitan untuk melacak individu atau kelompok yang menggunakannya, dan dampak yang sangat luas dari mulai manusia hingga sektor peternakan dan pertanian.
Kelebihan itu mendorong kelompok dan pemerintah untuk menggunakan senjata biologi dalam mengejar tujuan mereka tanpa mengindahkan prinsip-prinsip moral. Dalam beberapa tahun terakhir, senjata biologi telah banyak digunakan oleh terorisme negara untuk menghancurkan sektor pertanian dan industri. Meskipun negara sasaran tidak pernah mampu untuk membuktikan tudingannya itu, tapi Eropa mencurigai dinas intelijen AS dan Australia berada di balik merebaknya penyakit sapi gila dengan tujuan merusak pasar ekspor daging Eropa.
Sementara Cina menganggap AS bertanggung jawab atas penyebaran penyakit SARS di negara itu. Dampak aktivitas intelijen-intelijen AS dinilai oleh Korea Utara sebagai penyebab merebaknya kolera di Pyongyang pada akhir dekade 1980. Jelas bahwa militer bukan satu-satunya komunitas yang menghadapi bahaya serangan biologi, tapi masyarakat luas juga terkena dampaknya.
Menurut para pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 17 negara dunia memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata biologi. Penggunaan jenis senjata ini sampai batas tertentu tidak berbahaya bagi teroris, tapi pengamatan patogen dan cara menanganinya biasanya akan bermasalah. Sebagai contoh, wabah diare yang disebarkan di sumber air sebuah wilayah akan terdeteksi beberapa hari kemudian dan ini akan menjadi kesempatan baik bagi teroris untuk mencapai target mereka.
Transmisi mikroba dan bakteri patogen dari satu negara ke negara lain dengan mudah terjadi melalui aktivitas perjalanan. Sebagai contoh, meletakkan bubuk spora antraks dalam kapsul obat dan membawanya ke daerah-daerah target, merupakan salah satu cara yang mudah untuk menyebarluaskan bakteri antraks. Bakteri-bakteri patogen ini akan disebarkan dengan berbagai metode untuk menyerang komunitas tertentu. Metode menyebarkan bakteri-bakteri patogen pernah dilakukan melalui udara, air, bahan makanan, mainan anak-anak dan paket pos.
Teroris telah menetapkan target-target yang ingin dicapai melalui penggunaan bakteri-bakteri berbahaya. Jika mereka ingin menyebarkan sebuah bakteri secara luas, mereka akan menggunakan virus-virus seperti bakteri cacar. Penyakit ini akan mudah menular dan menjangkit siapa saja yang terkena virus tersebut. Sementara jika teroris ingin menyerang individu tertentu, mereka akan menggunakan virus seperti bubuk antraks.
Menurut definisi Interpol pada tahun 2007, bioteroris adalah sebuah operasi penyebaran bakteri atau racun dengan tujuan membunuh atau melukai manusia, binatang dan tumbuhan secara terencana untuk menciptakan ketakutan, ancaman dan memaksa sebuah pemerintah atau kelompok untuk melakukan sesuatu atau memenuhi tuntutan-tuntutan politik dan sosial.
Perspektif baru mengenai fenomena bioteroris telah keluar dari lingkup operasi-operasi teror dan militer. Segala bentuk aksi terencana yang secara langsung atau tidak langsung mengancam keselamatan individu dan kesehatan sebuah masyarakat melalui fisik, makanan dan lingkungan akan dikategorikan sebagai bioteroris. Dengan pandangan ini, masyarakat di negara-negara berkembang selalu menghadapi bahaya penggunaan bioteroris oleh negara-negara industri dan kekuatan-kekuatan utama militer. Kasus ini biasanya terjadi karena ketidaktahuan masyarakat, kelalaian pejabat atau kemudahan birokrasi.
Menurut perspektif baru, bioteroris tidak lagi terbatas pada serangan bakteri dan virus, tapi juga mulai menggunakan alat-alat kosmetik dan obat untuk merusak masyarakat di negara-negara dunia ketiga. Sampah-sampah berbahaya dengan nama baru "barang bekas" dikirim ke negara-negara Asia dan Afrika sebagai hadiah atau produk-produk makanan baru diberikan kepada masyarakat di negara miskin sebagai ajang percobaan. Berbagai jenis multivitamin yang mengandung zat-zat berbahaya disebarkan untuk merusak kesehatan masyarakat secara bertahap atau meracuni sektor pertanian dan peternakan.
Industri farmasi dapat dimanfaatkan sebagai senjata ekonomi dan kesehatan untuk menyerang bangsa-bangsa lain. Pada Oktober 2010, Kementerian Pertanian Iran terkait merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan, mengatakan, "PMK menyebar akibat penyelundupan hewan, tapi juga ada kemungkinan serangan bioteroris oleh negara-negara Eropa atau tetangga."
Masyarakat di negara-negara miskin biasanya rentan menjadi target serangan bioteroris industri farmasi Amerika Serikat. Mereka dimanfaatkan sebagai ‘kelici percobaan' sehingga obat tersebut mendapat paten untuk dijual ke pasar AS. Anggaran yang dialokasikan untuk mempercepat pengembangan obat baru bagi anak-anak Amerika, pada akhirnya akan digunakan di negara-negara miskin untuk uji klinis obat tersebut. Lebih dari sepertiga dari uji coba dilakukan di bawah undang-undang Pediatric Exclusivity Provision yang disahkan pada tahun 1997 di negara berkembang atau transisi, seperti Uganda dan India.
Sara Pasquali, seorang dokter anak di Duke University Medical Center di Durham, North Carolina, mengatakan bahwa situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran etis. Sering kali, akses untuk studi mungkin satu-satunya akses ke perawatan kesehatan yang dimiliki sebuah keluarga, katanya mengenai para 'kelinci percobaan' di negara-negara berkembang. Namun, setelah pengujian dilakukan, tidak jelas apakah obat yang efektif akan dipasarkan di negara yang bersangkutan, dan apakah harganya akan terjangkau.
Pediatric Exclusivity Provisionbertujuan untuk mengsentifkan pengembangan obat untuk anak-anak di Amerika. Karena banyak penyakit yang jarang terjadi di masa kanak-kanak, uji klinis biasanya menargetkan hanya orang dewasa, dan hasilnya tidak secara otomatis mencakup anak-anak. Provisi pedriatik memberikan perusahaan tambahan enam bulan paten jika mereka menguji obat mereka pada anak-anak juga.
M. Nabeel Ghayur, seorang farmakolog yang bekerja dalam pengembangan obat di Pakistan sebelum bergabung dengan Universitas McMaster di Hamilton, Ontario, Kanada, mengatakan kondisi serupa terjadi di India dan Pakistan. Dia menuturkan, "Masyarakat benar-benar memiliki kepercayaan buta pada dokter mereka di Asia Selatan. Mereka tidak tahu apa itu pengembangan obat, mereka tidak tahu apa itu uji klinis." Menurutnya, merekrut orang di sana mudah, mendapatkan persetujuan mudah, membayar pasien dan membayar dokter mudah. Para dokter dan peneliti sama sekali tidak tahu tentang keseriusan situasi ini. (IRIB Indonesia/RM)
Tags:
Arab Saudi
,
Banua Kita
,
Barat
,
Berita
,
Indonesia
,
IRAN
,
Israel
,
Sunni dan Syi'ah
,
Tokoh