Berbanggalah Indonesia punya menteri kesehatan seperti Siti Fadilah Supari. Selain tetap konsisten dan teguh pada kebijakannya melarang kegiatan penelitian Namru-2 AS yang ada indikasi digunakan sebagai markas besar opeasi intelijen angkatan laut Amerika, Menteri Supari juga mengungkap adanya modus operandi baru Amerika untuk membuka kembali Namru-2.
Menurut Supari, sekarang ini ada semacam gerakan sistematis untuk membuka kembali Namru-2 melalui kampus-kampus di kota besar di Indonesia. Gejala ini secara jeli berhasil di deteksi oleh Menteri Kesehatan Supari dengan adanya dukungan dari tiga perguruan tinggi yaitu Universitas Gajah Mada-Yogyakarta, Universitas Atmajaya, dan Universitas Sam Ratulangi di Sulawesi Utara, supaya proyek Namru-2 AS bisa tetap beroperasi seperti dulu.
Nampaknya gelagat yang ditangkap Menteri Kesehatan Suparti mengenai adanya operasi sistematis membuka kembali Namru-2 AS melalui kampus-kampus ternyata cukup tepat dan akurat.
Buktinya, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran di Bandung dengan bekerjasama dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, secara diam-diam masih tetap menjalin kerjasama penelitian dengan Namru-2. Padahal, Namru-2 AS jelas-jelas terindikasi sebagai proyek illegal militer Amerika Serikat.
Anehnya lagi, Menteri Kesehatan ternyata tidak tahu menahu mengenai keberlangsungan proyek Namru-2 di Fakultan Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung tersebut. Sehingga Menteri Kesehatan menyerukan agar semua pihak berkoordinasi dengan Departemen Kesehatan.
Bayangkan. Menteri Kesehatan Supari baru tahu adanya proyek Namru-2 di Universitas Padjaran ketika melakukan inspeksi mendadak ke Rumah Sakit Cicendo Bandung.
Menteri Kesehatan menegaskan, penghentian ini dilakukan karena MOU dengan pihak luar negeri saat ini masih digodok, dan hingga sekarang belum selesai. Sehingga jika masih ada penelitian dengan atas nama Namru-2, maka kegiatan tersebut illegal. “Segala bentuk kerjasama harus koordinasi dengan saya, tidak dengan pihak lain,” tegas Menteri Kesehatan Supari.
Karena itu Supari dengan tegas melarang semua rumah sakit yang ada di Bandung untuk mengirimkan sample ke Namru-2 untuk diteliti. Penegasan Menteri Kesehatan memang tidak main-main.
Sekitar April lalu, sebulan sebelum Menteri Kesehatan Suparti melakukan inspeksi mendadak ke Bandung yang bermuara pada terbongkarnya keberlangsungan Namru-2 di Fakultas Kedokteran Padjajaran, Supari sudah mendapat informasi bahwa sejak 2006 hingga 2009, Namru telah mengambil sample darah di sebuah pabrik tekstil di Jawa Timur sebanyak sembilan kali. Pengambilan sample terakhir, menurut Suparti, pada Februari lalu.
Ini jelas sebuah indikasi bahwa kegiatan Namru-2 ternyata masih tetap berlangsung secara diam-diam meskipun sudah ditutup secara resmi pada 2008 lalu. Berarti, ada jaringan terselubung yang tetap beroperasi agar Namru-2 tetap berlangsung.
Satu ilustrasi dengan jelas menggambarkan hal tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Luchiati ternyata tidak tahu menahu bahwa proyek Namru-2 masih tetap berjalan padahal sudah dihentikan pada 2008. Rupanya Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat pada 2008 sudah diberitahu oleh pihak Padjajaran bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran sudah tidak melakukan penelitian lagi dengan Namru-2 AS.
Tentu saja Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat percaya mengingat kredibilitas para akademisi Universitas Padjajaran dikenal cukup tinggi. Sehingga ketika terbukti ada kebohongan di balik informasi tentang Namru-2 itu, maka muncullah berbagai kecurigaan adanya konspirasi Amerika dan para komparadornya di Indonesia. Buktinya, pihak Universitas Padjajaran ada indikasi dengan sengaja bermaksud menutup-nutupi kenyataan yang sebenarnya mengenai Namru-2 AS.
Padahal, jika ada kerjasama antara universitas dengan lembaga lain apalagi luar negeri seperti Namru-2, maka harus ada koordinasi dengan Departemen Kesehatan, dan baru setelah itu ditembuskan ke Dinas setempat
Mekanisme semacam itu memang perlu, apalagi untuk mengantisipasi adanya operasi terselubung ala Namru-2 AS. Sebagaimana secara tidak langsung diungkap oleh Direktur Utama Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, selama hasil penelitian berlangsung, pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sama sekali tidak tahun detil dan pola kerja penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dan Namru-2 AS.
Menurut Direktur Utama RS Hasan Sadikin Bandung, hasil penelitian tidak pernah diberitahukan kepada RS Hasan Sadikin. Karena hasil penelitian sepenuhnya milik Namru dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Sebuah fakta yang cukup aneh dan misterius.
Dan hal ini semakin menguatkan kecurigaan bahwa memang ada konspirasi antara UNPAD dan Namru. Apalagi ketika keterangan Direktur Utama RS Hasan Sadikin nampak senada alur ceritanya dengan Menteri Kesehatan mengenai soal pengambilan sampel darah.
Seperti juga halnya dengan Menteri Kesehatan Supari, Dirut RS Hasan Sadikin mengatakan bahwa UNPAD selama ini mengambil sampling darah buruh pabrik di tiga perusahaan tekstil di kota Bandung. Kegiatan tersebut telah dilakukan sejak 2004 hingga 2006. Selanjutnya 2006 vakum, dan beroperasi lagi pada 2007 hingga April 2008.
Soalnya adalah, apa hasil penelitian dan untuk apa hasil penelitian tersebut digunakan? Tak ada yang tahu, kecuali Fakulta Kedokteran UNPAD dan Namru-2 AS.
Jadi ya sudahlah. Lebih baik dihentikan saja kegiatan Namru-2 AS di Indonesia. Daripada berakibat buruk di kemudian hari.
0 comments to "Menyoal NAMRU-2 di Kampus"