Home � Mencampur adukkan Antara Yang Hak dan Batil adalah Metode Musuh Islam Sejak Dahulu Kala

Mencampur adukkan Antara Yang Hak dan Batil adalah Metode Musuh Islam Sejak Dahulu Kala


iran ayatollah ali khamenei 1

Imam Ali Khamenei: Mencampur adukkan yang benar dan salah serta menjadikan identifikasi realitas sesuatu yang sulit adalah cara-cara musuh-musuh Islam sejak zaman dahulu kala

Iqna merilis dari situs resmi pemimpin spiritual tertinggi Republik Islam, Ayatullah Imam Ali Khamenei, bahwa ribuan warga kota Chalus dan Noushahr, provinsi Provinsi Māzandarān Iran utara berkumpul di lapangan olahraga Shuhada Haftom-e Tir di kota Chalus untuk bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Al – Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam sebuah pertemuan akbar. Tanpa mempedulikan guyuran hujan lebat mereka dengan antusias mendengarkan pidato Sang Pemimpin yang di Iran lazim disebut Rahbar ini. Pentas tersebut menunjukkan kecintaan rakyat yang dalam kepada beliau.

Dalam pidatonya, Rahbar menyebut warga provinsi Provinsi Māzandarān dan Provinsi Gīlān sebagai masyarakat pembela front kebenaran dalam melawan kebatilan. Beliau mengatakan, “Meski rezim despotik Pahlevi telah menghaburkan dana yang sangat besar untuk mengikis kepercayaan agama dan akhlak di dua provinsi ini, namun masyarakat di kedua daerah yang indah dan subur ini tetap memegang teguh keimanan. Mereka tampil sebagai pejuang hakiki sepanjang masa perjuangan revolusi, masa perang yang dipaksakan dan hadir di medan dalam berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam 30 tahun usia revolusi Islam. Dua provinsi ini telah mempersembahkan lebih dari 21 ribu syahid dalam membela Islam, revolusi dan pemerintahan Islam. “

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengenai perkembangan di Iran dan perjalanan revolusi menyatakan bahwa masyarakat perlu memiliki kearifan dan pandangan (basirah) yang benar yang dapat menyelamatkan mereka dari api fitnah. Beliau menjelaskan bahwa Allah Swt berpesan kepada NabiNya SAW dan para pengikut agama Ilahi ini untuk bergerak dengan basirah. “Basirah ibarat kompas yang memandu langkah ke arah yang benar ketika kondisi sosial sedang diwarnai kekacauan seperti yang terjadi saat ini. Jika seseorang tidak memiliki kompas ini dan tidak mengenal peta perjalanan dengan benar sangat mungkin ia terjebak ke dalam kepungan musuh,” kata beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan bahwa basirah yang dimiliki sebuah bangsa dan kematangan para pemudanya dapat menumpuhkan pedang yang diacungkan oleh musuh. Beliau menambahkan, “Tanpa pengetahuan yang benar, orang dapat tersesat dan melangkah di jalan keburukan meski ia berniat baik.”

Untuk itu ia mengimbau seluruh rakyat, termasuk generasi muda, para ulama, kalangan kampus, para pelajar agama, dan insan-insan budaya untuk mengasah pengetahuan dan basirah mereka sehingga dapat mengenal musuh dan mengatasi batu ganjalan di tengah jalan mereka dengan baik.

Di bagian lain pidatonya, ia menyinggung penghormatan dan kecintaan bangsa-bangsa lain di dunia kepada pemerintahan Islam di Iran. “Hal itulah yang mendorong bangsa-bangsa lain menaruh perhatian besar kepada perkembangan yang terjadi di Iran,” jelas beliau.

Rahbar mengatakan, “Partisipasi 85 persen rakyat Iran dalam pemilihan presiden yang baru lalu disambut dengan suka cita oleh bangsa-bangsa Muslim yang lain. Namun kegembiraan itu berganti menjadi kecemasan ketika musuh-musuh Iran berupaya keras merusak momentum partisipasi besar rakyat dalam pemilu itu dengan cara menebar isu, tuduhan dan dengan menciptakan kekacauan di berbagai penjuru negeri ini. Kekhawatiran bangsa-bangsa Muslim ini menunjukkan bahwa kecintaan kepada Republik Islam di dunia Islam tetap eksis meski 30 tahun telah berlalu sejak kemenangan revolusi Islam ini. “

Beliau menjelaskan bahwa sejak dahulu musuh-musuh Islam terbiasa menggunakan cara mencampuradukkan haq dan batil sehingga membuat kaum muslimin sulit dalam menentukan sikap yang benar. Untuk itu diperlukan kematangan pandangan dan basirah dalam menghadapi fitnah seperti ini.

Pemimpin Besar Revolusi Islam di bagian lain pidatonya memberikan tolok ukur dalam menentukan jalan yang benar dan membedakannya dari jalan yang salah. Beliau mengatakan, “Setiap langkah yang membuat geram arogansi dunia dan zionisme yang merupakan musuh-musuh bebuyutuan bangsa dan pemerintahan Islam ini adalah langkah dan jalan yang benar. Sebaliknya, setiap langkah dan gerakan yang membuat mereka senang dan mendapat dukungan media dan dukungan politik mereka berarti langkah itu menyimpang dan salah. “

Ia menambahkan, dengan tolok ukur seperti ini yang mengacu pada sikap geram atau senang musuh-musuh kita dalam setiap perkembangan yang terjadi, kita akan dapat memahami langkah keliru dan bisa segera memperbaikinya.

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengungkapkan bahwa “Republik” dan “Islam” adalah dua unsur utama pembentukan pemerintahan Islam di Iran. Mengenai sistem republik dan penjabarannya dengan benar beliau mengatakan, “Partisipasi masyarakat dan rasa tanggung jawab mereka dalam membentuk pemerintahan dan menentukan para pengelola negara termasuk diantara kriteria sistem republik.”

Ia menambahkan, makna lain dari republik adalah bahwa para pengelola negara harus berasal dari rakyat dan bersama rakyat. Perilaku mereka juga harus disesuaikan dengan perilaku rakyat. Dalam sistem ini tidak ada tanda-tanda kediktatoran, Elitisme dan ketidakpedulian kepada nasib rakyat.

Sisi lain dari sistem republik, menurut Rahbar, adalah penghormatan kepada aqidah, norma yang diyakini masyarakat dan perhatian kepada ‘identitas dan jatidiri’ bangsa.

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menjelaskan sisi kedua pemerintahan Islam di Iran yaitu sisi keislamannya. Menurut beliau pemerintahan ini berdiri di atas landasan agama, syariat, dan spiritualitas. Beliau mengatakan, “Di sistem Republik Islam, pemerintahan kerakyatan ditopang oleh keislaman dan spiritualitas. Karena itu, setiap langkah dan pekerjaan yang ditujukan untuk memakmurkan kehidupan duniawi rakyat dan meningkatkan martabat pemerintahan ini bakal diganjar oleh Allah dengan pahala.”

Rahbar menambahkan, dengan makna yang sebenarnya, maka bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan Republik Islam adalah konsep yang tak bandingannya setelah pemerintahan yang dulu berdiri di awal sejarah Islam. “Wajar jiika para diktator dan arogan dunia memusuhi pemerintahan ini. Akan tetapi permusuhan mereka terhadap Republik Islam selama 30 tahun justru membuahkan kemajuan yang mengagumkan bagi bangsa Iran yang besar. Berkat anugerah Ilahi prestasi demi prestasi akan terus diraih,” kata beliau lagi.

Di bagian lain pidatonya, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut laut dan hutan di wilayah utara Iran sebagai dua kekayaan besar yang dimiliki bangsa ini. Beliau menegaskan, “Selain memikul kewajiban untuk mencegah penyalahgunaan kekayaan ini oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab, para pejabat pemerintahan harus menyusun program perencanaan untuk memanfaatkan anugerah Ilahi ini secara benar. Lakukan kerja keras untuk mengikis kemiskinan dari daerah ini!”

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengimbau untuk menghormati batas-batas aturan Ilahi dan etika dalam memanfaatkan kekayaan hutan dan laut di wilayah utara Iran. “Untuk mewujudkan hal itu diperlukan kerjasama antara pejabat negara dan rakyat,” imbuh beliau.

Di awal pertemuan akbar itu, Wakil Wali Faqih untuk wilayah provinsi Provinsi Māzandarān Ayatollah Tabarsi dalam kata sambutannya mengatakan bahwa kehadiran luas warga Chalus dan Noushahr pada pertemuan ini di bawah guyuran hujan deras menunjukkan keimanan warga dan kecintaan rakyat kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.
475772

Info : Iqna.ir.news
sumber: http://zoelkiflie.wordpress.com/mencampur2/

0 comments to "Mencampur adukkan Antara Yang Hak dan Batil adalah Metode Musuh Islam Sejak Dahulu Kala"

Leave a comment