Perbankan & Lembaga Keuangan Islam
Perbankan memainkan peran vital dalam memompa jantung pertumbuhan ekonomi. Tidak mengherankan, jika perbankan menjadi institusi yang sensitif di sebuah negara. Sejarah mencatat, perkembangan perbankan di suatu negara acapkali diwarnai silang-sengkarut perhelatan politik, bahkan terselip aneka motif imperialisme asing. Fenomena ini terekam jelas pada lembaran dinamika perbankan di Iran.
Fase ketiga, menjelang kejatuhan dinasti Pahlevi hingga kemenangan revolusi Islam Iran. Pasca kudeta 28 Mordad 1332 Hs, pemerintah Iran menyempurnakan peraturan perbankan yang berdampak kian kondusifnya iklim investasi di sektor perbankan swasta. Saat itu, bank-bank swasta mulai menjamur, di samping bank pemerintah. Salah satunya adalah Bank Esteqrazi yang didirikan oleh seorang nasionalis Rusia bernama, Jacquet Plyakov. Lambat laun, kekuatan perbankan Iran tidak lagi berada di dalam genggaman pemerintah. Untuk mengawasi operasional berbagai bank yang marak saat itu, akhirnya dibentuk Bank Sentral Iran yang berperan mengendalikan kebijakan umum perbankan di negara ini. Pada periode ini, dinasti Pahlevi mendirikan Bank Pahlavi Qoshun untuk mengatur kebutuhan finansial militer Iran. Bank Pahlavi Qoshun diambil alih pemerintah Islam dan berganti nama menjadi Bank Sepah.
Fase keempat, perbankan Iran pasca kemenangan revolusi Islam. Pada tahap ini, terjadi perubahan mendasar dalam perbankan Iran.
Fase kelima, seiring pesatnya pembangunan Republik Islam Iran, eksistensi perbankan di negara ini semakin vital dan menemukan bentuk barunya. Selain perbankan pemerintah, pada era ini mulai bermunculan bank swasta baru, seperti Bank Eghtesad Novin dan Bank TAT. Tidak hanya itu, muncul gelombang privatisasi perbankan pada masa pemerintahan Presiden Ahmadinejad menandai peningkatan profesionalisme perbankan di negara ini menghadapi tuntutan globalisasi dan tekanan embargo ekonomi kekuatan arogan global.
Sektor ekonomi acapkali menjadi pintu gerbang paling nyaman bagi kolonialisme di dunia. Jejak ini terekam jelas dalam rentangan historis kolonialisme di Iran. Peralihan kekuasaan dan instabilitas ekonomi di Iran menjelang abad ke 18, menjadi sarana empuk korporasi raksasa dan pemerintah asing dalam mengeruk kekayaan sumber daya alam Iran.
Gairah perdagangan yang menggeliat di permukaan saat itu, tenyata tidak dibarengi dengan kemajuan ekonomi nasional Iran. Bahkan pemerintah Qajar menghadapi gunungan masalah seperti tingginya investasi asing, besarnya hutang luar negeri, defisit anggaran dan merosotnya nilai tukar mata uang nasional.
Di tengah ketimpangan ekonomi yang menganga, pertumbuhan sektor ekonomi dengan neraca perdagangan mencapai 2,5 juta rial pertahun menuntut kebutuhan berdirinya lembaga keuangan modern yang menggantikan sistem pertukaran uang tradisional.
Para pengusaha, cendikiawan dan investor Iran merasakan urgensi keberadaan bank saat itu. lalu mereka mendesak kerajaan membangun lembaga keuangan modern. Pada tahun 1296, Haji Mohammad Hossein Aminnasab menulis surat kepada Nasiruddin Shah yang menegaskan urgensi pendirian bank di Iran. Selain itu, Mirza Molkam Khan Nazim al-Dooleh menulis makalah mengenai urgensi pendirian bank dan dibahas di Dar al-Soora pemerintah Iran. Dar al-Soora memutuskan bahwa raja harus mendirikan bank. Namun ditolak raja, karena pejabat teras dan putra mahkota tidak menyetujuinya dan menilai kondisi ekonomi Iran tidak membutuhkan keberadaan bank.
Inisiatif pendirian bank di Iran juga dilontarkan seorang warga negara Perancis bernama John Savalan pada tahun 1864 kepada Mirza Mahmoud Khan Nasir al-Mulk. Usulan ini dikemukan pada saat Nasir al-Mulk berada di London untuk membicarakan kontrak pembangunan jalan kereta api. Setelah itu, pada tahun 1886, perusahaan Paris, Erlangeh meminta hak izin pendirian bank di Iran. Namun, Nasir al-Mulk menolaknya.
Gagasan pendirian bank kembali bergulir kencang. Kali ini dikemukakan sejumlah investor Iran yang berdomisili di Turki pada tahun 1885. Mereka mengusulkan pendirian bank Iran dan Afghanistan dengan suntikan investasi dari para investor Perancis dan Turki Ottoman. Namun, bank pertama Iran ini kembali gagal berdiri, karena para investor Perancis masih meragukan keuntungan yang akan mereka raih.
Setelah mengalami kegagalan berkali-kali, akhirnya, pada tahun 1888 berdiri bank pertama Iran dengan nama New Est Bank. Pusat aktivitas bank ini berada di Tehran, Mashhad, Isfahan, Shiraz dan Boushehr. Namun operasional bank ini tidak berlangsung lama, dua tahun setelah pendiriannya, kerajaan membeli aset New East Bank senilai 20 ribu lira dan aktivitas bank ini berakhir.
Keberhasilan pendirian bank pertama Iran ini tidak bisa dilepaskan dari kiprah pengusaha Yahudi berkebangsaan Jerman, Paul Julius Freiherr von Reuter. Kapitalis Inggris ini berhasil menyuap sejumlah pejabat teras pemerintahan Nasir al-Din Shah dan mendapat izin eksploitasi hutan dan tanah serta membangun pabrik, jembatan, bendungan, jalan raya, jalan kereta api dan bank di Iran selama tujuh puluh tahun. Namun, kontrak ini menuai kecaman dari Rusia dan sejumlah pejabat kerajaan, yang berbuntut pembatalan kontrak tersebut oleh Nasir al-Din Shah, sepulang dari kunjungannya ke Eropa.
Menyikapi pembatalan sepihak tersebut, Reuters mengajukan gugatan kepada pemerintah Inggris dan menyebut kerajaan Iran ingkar janji. Akhirnya, Menteri Otonomi Inggris di Iran, Ser H.D.Wolf memberikan hak izin pendirian bank Shahanshahi (Imperial Bank) kepada Reuters sebagai penebus kontrak yang dibatalkan secara sepihak oleh Nasir al-Din Shah.
Pada tahun 1889, Bank Shahanshahi secara resmi tercatat di London dan William Keswick menjadi direkturnya.
Bank Shahanshahi secara resmi beroperasi di Iran pada tahun 1889 dan pemerintah Inggris memerintahkan pembelian seluruh kantor cabang New East Bank di Iran.
Cengkeraman kuku-kuku ekonomi Inggris begitu menancap di jantung kerajaan Qajar. Bank Shahanshahi berperan sebagai bank sentral Iran dan pusat aktivitas finansial di negara ini.
Bank Shahanshahi juga menerbitkan uang kartal dengan dukungan emas. Namun kemudian berganti menjadi perak. Perubahan tersebut menbuat bank Shahanshahi meraup keuntungan besar dari penjualan perak. Pengeluaran perak dalam jumlah besar menyebabkan turunnya cadangan logam di Iran dan rendahnya nilai tukar uang nasional. Buntutnya, terjadi gejolak finansial. Masyarakat beramai-ramai melakukan penukaran besar-besaran uang kertas menjadi uang logam. Akhirnya pemerintah terpaksa membatasi penukaran perorang hanya satu toman. Dari sektor ekonomi, pemerintah Inggris mulai mengendalikan situasi dan kondisi politik Iran.
Wajah Perbankan Syariah Iran: Dari Nasionalisasi menuju Syar’i
Oleh: Purkon Hidayat
Tue, 23 Dec 2008 14:03:50
Mulai Dari Nasionalisasi Perbankan
Revolusi Islam telah mengubah wajah Iran. Tidak hanya sistem politik yang berputar haluan, sistem perbankan di negeri para Mullah ini pun mengalami change over dari sistem konvensional menjadi perbankan syariah.
Tentu saja, perubahan sistem perbankan tersebut tidak sim salabim, in lump sum. Namun sebagaimana penuturan Golrez Majidi, perbankan Iran secara gradual menerapkan sistem perbankan syariah.
Pada tanggal 17 Khordad 1358 Hs bertepatan dengan 1979 M, Dewan Revolusi Islam mengumumkan nasionalisasi seluruh bank di Iran. Berdasarkan ketentuan ini, pemerintah melakukan akuisisi terhadap 28 bank selain bank-bank yang sebelumnya milik negara, 16 perusahan deposito dan kredit perumahan, 2 perusahaan investasi. Demikian Majidi menjelaskan.
Menurut pakar perbankan Iran ini, lima bulan setelah dikeluarkannya ketentuan nasionalisasi perbankan, Dewan Revolusi Islam mengeluarkan peraturan tentang merger perbankan dari 36 ( tiga puluh ) enam bank yang ada, menjadi hanya 9 (sembilan ) bank saja. Merger ini dilakukan berdasarkan dua kategori, bank komersial dan bank khusus.
Bank komersial terdiri dari 6 (enam bank) antara lain;
bank Melli Iran, bank Sepah, bank Refah, bank Saderat, bank Tejarat dan bank Mellat.
Sedangkan bank khusus terdiri dari 3 (tiga) bank yaitu bank pertambangan dan industri, bank perumahan serta bank pertanian.
Setelah ditetapkannya berbagai peraturan tentang penerapan sistem Islam di berbagai bidang, Dewan Moneter pada pertemuan 3 Day 1358 Hs mencanangkan penghapusan bunga dari sistem perbankan Iran digantikan dengan “jaminan keuntungan dan komisi”. Majidi mengakui sampai saat itu, perbankan Iran masih menerapkan sistem perbankan konvensional yang mengadopsi riba.
Pada tahun 1361 Hs (1982 M) terjadi rapat Dewan Moneter yang dihadiri oleh berbagai pakar dari bank Markazi (Bank Sentral Iran), Departemen Ekonomi, akademisi dan salah seorang fuqaha dari Syura Negahban (Dewan Garda) yang hasilnya diserahkan pada pemerintah. Setelah ditetapkan oleh tim kabinet pemerintah, pada tahun itu juga diserahkan pada Majelis Syura Islami. Setelah mengalami beberapa revisi, akhirnya pada bulan Shahrivar setahun kemudian ditetapkan oleh Majelis Syura. Selanjutnya, diserahkan untuk disahkan Dewan Garda. Setelah diserahkan kembali ke pemerintah, tim dari para pakar bank Sentral Iran dan Departemen Ekonomi mengadakan berbagai pertemuan untuk menyusun aturan operasionalnya.
Pada musim dingin akhir tahun 1362 Hs tim kabinet pemerintah dan Dewan Moneter menetapkan berbagai peraturan operasional penerapan perbankan syariah. Akhirnya setelah ditetapkan oleh Majelis Syura dan mendapat pengesahan dari Dewan Garda, sejak permulaan tahun 1363 Hs (1984 M) Iran resmi menerapkan perbankan syariah, bank bedun-e riba.
Sejak dua puluh dua tahun lalu hingga sekarang, seluruh perbankan di Iran berada dalam naungan bank Markazi yang menerapkan sistem perbankan satu jendela. Maka, di Iran tidak dikenal double windows system, seperti yang diterapkan di Malaysia dan Indonesia.
Peran aktif Perbankan Iran Masa Kini
Kini, pada periode kabinet kesembilan yang dikomandoi Ahmadinejad, pemerintah tengah giat-giatnya membangun. Tidak mengherankan investasi dalam skala besar digenjot besar-besaran.
Melihat kehadiran sejumlah bank pemerintah yang ada, nampaknya masih terbuka peluang bagi bank swasta untuk mengambil peran.
Saat ini, terdapat 6 bank swata antara lain:
Eghtesad Novin, Bank Karafarin, Bank Parsian, Bank Pasargad, Bank Saman Corp dan bank Sarmayeh. Selain itu terdapat lembaga keuangan non bank yang mulai menjamur seperti Mehr, Ghavamin dan Ansar.
Dalam laporan setahun masa jabatannya, Ahmadinejad mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif masyarakat dalam membantu pertumbuhan ekonomi yang tengah membutuhkan investasi yang sangat besar. Presiden yang juga seorang Doktor bidang tranportasi ini mengatakan,“volume investasi masyarakat mengalami peningkatan sebesar 101% dibandingkan tahun sebelumnya.”
Seluruh dana segar yang berhasil disedot dari masyarakat tersebut, diperoleh melalui peran aktif perbankan. Pertumbuhan 5 % di bidang pertanian dibandingkan tahun sebelumnya tidak bisa dipisahkan dari peran penting bank pertanian, bank keshavarzi. Bahkan sebagaimana disampaikan ketua dewan ekonomi, dengan kehadiran bank khusus seperti bank Keshavarzi, tahun ini pemerintah bisa membeli semua produk penting pertanian dari para petani seperti gandum, beras, teh, ceghandar (bahan baku gula) dan bahan baku minyak sayur. Selain itu, sisa pembayaran yang belum diserahkan pemerintah sebelumnya kepada para petani, secara penuh dibayarkan pemerintahan baru.
Dalam rapat yang ke-1070, Dewan Moneter dan kredit di kantor Bank Markazi, menetapkan alokasi finansial sebesar 380 Milyar untuk perusahaan baja Mubarak Isfahan dalam bentuk kontrak penjualan berjangka melalui bank Mellat. Demikian majalah payam bank edisi terbaru melaporkan.
Nampaknya, banyak kalangan begitu optimis membaca laju pembangunan negeri ini. Bahkan, gubernur bank sentral Iran Ebrahim Sheibany yakin bahwa pertumbuhan ekonomi Iran tahun ini akan mencapai angka 8,5 %. Karena pada triwulan pertama, angka pertumbuhan telah melampaui 7,4 %. Padahal, tahun lalu angka pertumbuhannya hanya mencapai 4,5 % saja. Kondisi ini, tidak bisa dilepaskan dari peran perbankan sebagai jantung yang memompa perekonomian.
Dalam perjalanannya yang mendekati usia tahun perak, perbankan non riba yang telah ditetapkan Majelis Syura dan disahkan Dewan Garda ini, pada level wacana akademis tentu saja tidak secara penuh kebal gugatan. Sejumlah kecil pakar diantaranya yang paling santer Sayyid Abas Mousavian mengajukan kritik. Pri bersorban yang menjadi tim pakar di Institut Pemikiran dan Kebudayaan Islam Qom ini, masih melihat sistem yang ada belum ideal merepresentasikan bank bedun-e riba.
Sejatinya, perdebatan di level wacana akademis menjadi niscaya untuk tetap ada. Seperti kata Popper,”Tugas ilmu menemukan ilmu, tugas ilmuan menemukannya”. Barangkali, Inilah dinamika intelektual sebagai media untuk terus-menerus menyempurna.
* Pernah dimuat di majalah AdilIntelijen Iran VS CIA dan Mossad di Pakistan
IRNA-Hojjatul Islam Wal Muslimin Haydar Moslehi, Menteri Intelijen Republik Islam Iran hari ini (Selasa, 30/3) menjelaskan perincian pembebasan Heshmatullah Attarzadeh, diplomat Iran yang diculik di Peshawar, Pakistan.
Heshmatullah Attarzadeh, diplomat Repubik Islam Iran yang diculik sekitar bulan November 2008 di Peshawar, Pakistan akhirnya berhasil dibebaskan oleh para intelijen Iran yang biasa disebut sebagai Sarboz-e Gomnom-e Emam Zaman (intelijen dengan sandi pasukan rahasia Imam Mahdi).
Hojjatul Islam Wal Muslimin Heydar Moslehi hari ini di hadapan para wartawan terkait diplomat Iran yang diculik di Pakistan mengatakan, "Lembaga-lembaga di dunia yang menyebut dirinya sebagai pembela hak asasi manusia, sangat disayangkan mereka hadir di kawasan negara-negara Islam yang menciptakan instabilitas di banyak negara."
Seraya memperingatkan negara-negara kawasan Moslehi menegaskan, "Amerika, Mossad, dan dinas-dinas rahasia negara-negara Eropa dengan alasan kosong hadir di kawasan hanya untuk menciptakan instabilitas." Ditambahkannya, "Sekaitan dengan hal ini, di bulan Aban 1387 (November 2008) terjadi peristiwa menyakitkan di Pakistan dan Heshmatullah Attarzadeh, diplomat Republik Islam Iran di Peshawar, Pakistan diculik oleh kelompok bersenjata yang didukung oleh Mossad dan CIA."
Menteri Intelijen Moslehi mengatakan, "Kami telah meminta Pakistan agar mengambil langkah-langkah untuk membebaskan diplomat ini, tapi dinas rahasia negara ini tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghadapi dinas rahasia negara-negara arogan dan Mossad yang hadir di kawasan." Dijelaskannya, "Untuk itu Departemen Intelijen mulai mengambil langkah-langkah untuk membebaskan diplomat Iran dan akhirnya dalam sebuah operasi intelijen sulit, saudara-saudara kami di departemen berhasil membawa kembali Attazadeh ke tanah air."
CIA dan Mossad Bingung Soal Pembebasan Attarzadeh
Hojjatul Islam Wal Muslimin Heydar Moslehi juga menyatakan akan menjelaskan detil terkait operasi pelik ini di waktu yang akan datang dan mengatakan, "Dinas Rahasia Amerika (CIA) dan Israel (Mossad) masih bingung soal bagaimana proses pembebasan diplomat Iran ini."
Menteri Intelijen Heydar Moslehi menyatakan penyesalannya terhadap negara-negara kawasan yang masih bekerjasama dengan dinas rahasia Amerika dan Mossad. Diingatkannya, "Republik Islam Iran dengan kekuatan yang dimilikinya mampu menghadapi konspirasi spionase asing dan bahkan mempecundanginya."
Moslehi mengatakan bahwa Iran di kawasan memiliki kemampuan intelijen luar biasa seraya menyatakan, "Kekuatan ini tidak hanya bermanfaat bagi Iran, tapi juga bagi kawasan Timur Tengah."
Dilanjutan ucapannya, Moslehi menasihati dinas-dinas rahasia negara-negara di kawasan untuk lebih berhati-hati dengan dinas-dinas rahasia Amerika dan Inggris. Karena kehadiran mereka di kawasan semakin meningkatkan terciptanya instabilitas.
Sekaitan dengan kasus penculikan diplomat Iran di Pakistan, Moslehi menjelaskan, "Ada kelompok yang menculik Heshmatullah Attarzadeh di Peshawar. Sebuah kelompok bersenjata yang punya hubungan erat dengan CIA dan Mossad. Kelompok ini punya banyak tuntutan, namun Republik Islam Iran dengan penuh kekuatan dan tanpa memenuhi tuntutan mereka mampu membebaskan diplomatnya."
Penangkapan Rigi Bukti Ketangguhan Intelijen Iran
Menteri Intelijen Iran juga menyinggung soal penangkapan gembong teroris kelompok Jundullah, Abdolmalek Rigi dan mengatakan, "Penangkapan Rigi sebenarnya tidak terlalu penting, tapi bentuk langkah dan spionase yang dimiliki dalam penangkapannya menunjukkan ketangguhan intelijen Republik Islam Iran di atas Mossad dan CIA.
Penangkapan Rigi mampu merenggut kejayaan intelijen dari tangan kekuatan hegemoni dan menyatakan, "Segala pengakuan Rigi sangat penting terkait intelijen dan kami membutuhkan waktu untuk memanfaatkan pengakuan Rigi di pelbagai bidang."
Seraya menyinggung pengakuan Abdolmalek Rigi terkait banyak masalah dan langkah-langkah yang dimanfaatkan oleh pelbagai dinas rahasia seperti Mossad, CIA dan M16, Moslehi mengatakan, "Tidak lama lagi kami akan menjelaskan lebih terperinci mengenai masalah ini kepada masyarakat Iran."artikel terkait:
Al-Ahram Terima Kasih Mossad Atas Teror Ilmuwan Nuklir Iran
Rincian Aktivitas Mossad Di Negara-Negara Teluk Persia
Catatan Kegagalan Operasi Mossad dan Keterasingan Israel
Intelijen Iran Bongkar Identitas Mir Hossein Mousavi
Setelah Irak, Blackwater Merambah Pakistan
Kompas berbohong???....demi siapa???
Hari ini (29/3/2010) situs Kompas menurunkan analisa terkait tranformasi Irak pasca pemilu legislatif Irak dengan judul "Iran Jalankan Skenario". Tulisan Kompas itu dimulai dengan penegasan Ketua Mahkamah Konstitusi Pusat Irak bahwa faksi yang berhasil membangun koalisi terbesar di parlemen adalah pihak yang berhak membentuk pemerintahan, bukan faksi yang memperoleh suara terbesar di pemilu.
Setelah itu pembaca disuguhkan dengan kekecawaan kubu Iyad Allawi dengan koalisi Al-Iraqiya yang dalam pemilu meraih suara terbanyak. Tidak cukup di situ, sebuah laporan dari koran Al-Hayat, Arab Saudi yang dikenal anti-Iran, dinukil oleh Kompas yang menyebutkan kemenangan kubu Iyad Allawi dianggap sebagai kemenangan kubu kontra-Iran. Kompas tidak lupa berargumentasi untuk memperkuat asumsinya dengan kedatangan Jalal Talabani, Presiden Irak ke Tehran.
Hasilnya bisa ditebak, bahwa Kompas mencoba menggiring pembacanya bahwa kedatangan Jalal Talabani dan rombongan untuk membicarakan skenario rancangan Iran. Dalam skenario ini, Talabani akan tetap menjabat sebagai Presiden Irak, Perdana Menteri akan dijabat dari Koalisi Negara Hukum dan Ketua Parlemen dari Koalisi Nasional Irak. Sementara kubu Allawi tidak akan diberikan posisi sama sekali dari jabatan politik.
Aturan Pemilu Irak
Ada satu hal sangat mendasar yang dilupakan oleh Kompas. Dan itu terkait dengan aturan pemilu Irak. Benar, faksi peraih suara terbesar dalam pemilu yang berhak membentuk pemerintahan, tapi pertanyaanya, seberapa besar suara itu? Ini menjadi poin penting yang coba dilangkahi begitu saja oleh Kompas dan tentunya koran Al-Hayat yang anti-Iran.
Aturannya, suara terbesar yang dicantumkan itu telah didefinisikan dengan jelas dan itu adalah "50 persen plus satu". Dengan mencermati 325 kursi yang diperebutkan dalam pemilu legislatif kali ini, menyebut kelebihan dua kursi dari Koalisi Negara Hukum pimpinan Maliki sebagai peraih suara terbesar tampaknya terlalu tergesa-gesa, bila tidak dikatakan ngomong besar. Apa lagi, setiap partai yang ikut dalam pemilu legislatif ini masih memiliki waktu sehari lagi untuk mengajukan pengaduannya. Oleh karenanya, akan lebih bijak untuk menunggu hasil final pemilu legislatif Irak pasca masa pengaduan dan keputusan terakhir Komite Tinggi Pemilu Irak.
Kembali ke masalah utama tentang faksi mana yang berhak membentuk pemerintah mendatang Irak. Patut dicamkan, kubu Iyad Allawi dengan Koalisi Al-Iraqiya-nya hanya meraih 91 kursi di parlemen, terpaut dua angka dari kubu Maliki yang mendapat 89 kursi. Dengan aturan yang ada, setidak-tidaknya kubu Allawi masih membutuhkan 72 kursi lagi untuk menjadi faksi yang berhak membentuk pemerintah akan datang Irak. Dengan demikian, menjadi sangat rasional bila kekuatan-kekuatan politik Irak sejak kemarin mulai berlomba-lomba membangun koalisi di parlemen agar bisa meraih mandat untuk membentuk pemerintahan koalisi mendatang.
Kondisi Sulit Allawi
Perolehan 91 kursi Parlemen Irak oleh kubu Iyad Allawi dengan mencermati aturan yang ada, kubu Allawi lebih sulit untuk mencapi jumlah kursi yang memenuhi syarat, yaitu 163 kursi. Di sini, Koalisi Nasional Irak pimpinan Sayyid Ammar Al-Hakim memainkan peran kunci. Karena tanpa Koalisi Nasional Irak, kubu Allawi hanya akan mampu mengumpulkan 146 kursi bila berkoalisi dengan Koalisi Kurdistan, partai Perubahan, Persautan Islam dan Jamaah Islamiyah Kurdistan tanpa Koalisi Nasional Irak.
Dengan 146 kursi, kubu Iyad Allawi masih membutuhkan sedikitnya 17 suara lagi. Tampaknya 18 kursi dari Front Al-Tawafuq yang memiliki 6 kursi, Koalisi Persatuan Irak pimpinan Jawad Al-Bolani dengan 4 kursi, dan kalangan minoritas yang memiliki 8 kursi akan menjadi incaran tidak hanya kubu Iyad Allawi, tapi juga Nouri Maliki.
Tentu saja kondisi yang demikian sangat menyulitkan kubu Iyad Allawi dan Kompas tahu benar kesulitan yang dihadapinya. Untuk itu Kompas mencoba membesar-besarkan kekecawaan ini dengan mengutip ucapan Iyad Allawi. Dikatakannya, "Saya tidak mengerti penafsiran seperti itu, dan sejauh yang saya ketahui adalah faksi peraih suara terbesar pemilu yang berhak membentuk pemerintahan. Barangkali mereka berbicara soal konstitusi yang lain selain konstitusi permanen yang ada."
Kompas berusaha mengakhiri analisnya dengan mengumbar sedikit emosi dengan mengutip pernyataan kecewa Iyad Allawi. Tentu saja hal itu dilakukan agar dapat menarik simpatik pembaca dan sebaliknya semakin mempercayai skenario Kompas lalu empati terhadap Iran. Agar lebih bisa dipercaya, Kompas mencoba menjustifikasi analisa tidak berdasarnya dengan "Iran merancang kekuatan politik utama Irak pro-Teheran untuk mendominasi kekuasaan pascahengkangnya AS dari Irak pada akhir tahun 2011."
Mengapa Jalal Talabani ke Tehran
Masalah kedatangan Jalal Talabani, Presiden Irak ke Tehran disebut-sebut Kompas untuk melengkapi skenario anti-Irannya. Namun mengaitkan kedatangan Talabani ke Iran dengan "skenario Iran" yang dirancang Kompas tampaknya kurang cerdas. Karena bersamaan dengan kedatangan Jalal Talabani ke Iran, Libya menjadi tuanrumah Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab. Lawatan Talabani ke Iran melengkapi ketidakhadiran sejumlah kepala-kepala negara Arab seperti Michel Sleiman, Presiden Lebanon, Raja Abdullah, Raja Arab Saudi, Hosni Mubarak, Presiden Mesir.
Pertanyaan mendasarnya, apa sebenarnya yang membuat Jalal Talabani lebih memilih Tehran untuk mengikuti Hari Internasional Nouruz, ketimbang mengikuti KTT Liga Arab.
Masalahnya tidak terbatas pada ketidakhadiran Talabani, karena Hosyar Zebari, Menteri Luar Negeri Irak yang berada di Libya sempat menyatakan dirinya akan meninggalkan konferensi kembali ke negerinya. Zebari tidak jadi melakukan ancamannya dikarenakan sejumlah menteri-menteri luar negeri negara-negara Arab seperti Kuwait dan Bahrain berhasil meyakinkankannya untuk tetap di Sirte, Libya.
Ternyata sebelum diselenggarakannya KTT Liga Arab, pertemuan Moammar Qaddafi, Presiden Libya sempat melakukan pertemuan kontroversial dengan sebuah delegasi dan kelompokbersenjata yang terdiri dari anasir-anasir Baats. Pertemuan ini kontan membuat para pejabat Irak berang. Bagi para pejabat Irak, sikap negara-negara Arab yang masih menerima para penjahat mantan partai Baats tidak dapat ditolerir.
Oleh karenanya, kunjungan Jalal Talabani, Presiden Irak ke Iran sejatinya sebuah sikap protes kepada Moammar Qaddafi yang menerima anasir-ansir Baath. Analisa yang demikian lebih dekat pada kenyataan, ketimbang memilih skenario bagi Iran di Irak.(irib,berbagai sumber)
Turki
Di antara negara-negara yang menjadi perhatian dunia Islam saat ini adalah Turki. Negara yang menjadi pewaris kekuasaan khilafah Utsmaniyah itu memang masih melekat di hati kaum muslimin. Tumbangnya kekhilafahan yang disusul dengan berdirinya Republik Turki hati umat Islam bagai tersayat. Turki yang dulu dipandang sebagai simbol kekuatan dunia Islam berubah menjadi negara lemah dengan sistem pemerintahan sekuler yang menafikan agama, khususnya Islam.
Naiknya kubu berhaluan Islam ke tampuk kekuasaan dengan merebut mayoritas mutlak parlemen di Turki telah membuat negara itu kembali disanjung oleh Dunia Islam. Apalagi, PM Recep Tayyip Erdogan pernah terlibat perang mulut terbuka dengan Presiden Israel Shimon Peres yang disaksikan secara langsung oleh jutaan pemirsa di seluruh dunia. Sampai saat ini Turki masih menghadapi tiga persoalan penting luar negeri yang belum terselesaikan. Masalah pertama berkaitan dengan krisis Cyprus, kedua upaya normalisasi hubungan dengan Armenia dan ketiga adalah upaya negara itu menjadi anggota Uni Eropa.
Terkait soal Cyprus, tahun lalu Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam upaya menyelesaikan isu ini bertandang ke pulau itu. Kedatangan Ban itu dipandang oleh para pengamat sebagai upaya serius Sekjen PBB untuk menyelesaikan isu ini. Di saat muncul optimisme untuk penyatuan Cyprus, Turki tetap bersikeras pada pendiriannya untuk tidak membuka lapangan terbang dan pelabuhannya bagi wilayah Cyprus yang dihuni oleh keturunan Yunani. Tak hanya itu, Turki belum mengakui penyatuan Cyprus dan menolak untuk menarik tentaranya dari pulau itu.
Proses perundingan penyatuan Cyprus sudah dimulai sejak September 2008, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan membuahkan hasil yang final. Perundingan memang terus berjalan meski optimisme akan hasilnya semakin meredup. Banyak yang meyakini bahwa proses perundingan ini akan bergantung pada hasil pemilu kepresidenen Cyprus Turki yang tak lama lagi akan berlangsung. Untuk itu ada kekhawatiran di Dunia Barat akan nasib dari proses perundingan Unifikasi Cyprus.
Hubungan Turki dengan Armenia telah memburuk sejak lama. Di bawah kepemimpinan PM Erdogan, Turki berusaha menormalisasi hubungan dengan tetangganya itu. Bulan Oktober tahun lalu, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu dan sejawatnya dari Armenia Edward Nalbandian bertemu di Zurich dengan mediasi Swiss. Keduanya sempat menandatangani dua protokol normalisasi hubungan bilateral dan pembukaan kembali perbatasan kedua negara.
Di tengah upaya normalisasi hubungan dua negara bertetangga itu, Mahkamah Konstitusi Armenia menjadi ganjalan besar bagi terwujudnya normalisasi itu. Pasalnya, meski mengakui bahwa protokol normalisasi hubungan dengan Turki tidak bertentangan dengan UUD negara itu, namun Mahkamah Konstitusi Armenia mendesak pemerintah Turki untuk mengakui terjadinya genosida orang Armenia di bawah pemerintahan Usmaniyah (Ottoman) pada 1915-1917. Armenia mengklaim 1,5 juta penduduk dibantai Ottoman Turki.
Turki, baik di tingkat pejabat legislatif, rakyat maupun eksekutif membantah klaim Armenia tentang genosida itu. Jika di satu sisi Mahkamah Konstitusi Armenia mengganjal normalisasi dengan tuntutan pengakuan genosida oleh Turki, di pihak lain Turki dianggap mengganjal normalisasi dengan menolak mengakui genosida. Kini kedua negara saling menuduh pihak lain sebagai penghalang terealisasinya kembali hubungan bilateral.
Di saat Turki dan Armenia sedang terjebak dalam lingkaran itu, komisi kebijakan luar negeri DPR Amerika datang dengan membawa bara api. Komisi memberikan suara mendukung akan keberadaan aksi genosida warga Armenia oleh pemerintahan Usmaniyah. Tak heran jika keputusan itu lantas menjadi isu yang memicu kerenggangan hubungan Turki dengan Amerika Serikat.
Di bagian lain, Uni Eropa mendesak tercapainya normalisasi hubungan Ankara-Yerevan. Selama ini, Uni Eropa selalu menjadikan normalisasi hubungan dengan Armenia sebagai prasyarat tak tertulis bagi keanggotaan Turki di Uni Eropa. Tahun lalu, pemerintah Turki telah melakukan banyak usaha untuk bisa diterima bergabung dengan Uni Eropa. Berbagai prasyarat yang diajukan Uni Eropa yang berhubungan dengan perbaikan kondisi di Turki sudah dipenuhi namun upaya untuk menjadi anggota Uni Eropa masih menunjukkan hasil yang belum memuaskan.
Selain tiga dilema yang dihadapi Turki, negara itu juga disorot dunia lantaran sikapnya yang patut dipuji terkait dukungan kepada Palestina. Tahun lalu, Duta Besar Turki untuk rezim Zionis Israel Ahmet Oguz Celikkol dipanggil kembali ke Ankara setelah Wakil Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon melecehkan dirinya dalam sebuah pertemuan penting mereka di Baitul Maqdis.
Sejatinya Ayalon dan Celikkol bertemu untuk membahas serial Valley of the Wolves tentang kejahatan Israel yang ditayang stasiun televisi Turki. Namun dalam pertemuan itu, Celikkol sengaja disambut dengan spanduk berbahasa Ibrani dan diminta duduk di kursi yang lebih rendah. Selain itu, Ayalon dengan sengaja menyingkirkan bendera Turki dari ruang pertemuan dan hanya memasang bendera Israel. Di depan kamera televisi, Ayalon sengaja tidak menjabat tangan Celikkol ketika Duta Besar Turki itu datang. Sebuah sikap yang jauh dari etika diplomasi.
Sikap itu langsung diprotes oleh Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan. Dalam sebuah pernyataan resmi yang ditujukan kepada Israel, Ankara meminta penjelasan dan permintaan maaf dari Wakil Menteri Luar Negeri Danny Ayalon. Turki juga meminta Israel lebih menghormati etika diplomasi.
Para pengamat politik menilai sikap Ayalon tersebut semakin memperuncing gesekan antara Ankara-Tel Aviv. Perseteruan antara Turki dan Israel dimulai setelah PM Tayyib Erdogan terlibat perang verbal dengan Presiden Israel Shimon Peres saat memprotes kejahatan Zionis di Jalur Gaza. Saat itu media-media Israel juga meminta permintaan maaf Erdogan kepada Tel Aviv, namun sepertinya perseteruan kedua negara terus berlanjut menyusul pemutaran film yang mempertontonkan kejahatan Israel di Palestina dan pernyataan-pernyataan protes Erdogan terhadap arogansi rezim rasis tersebut. Kini semua aksi itu telah menciptakan krisis serius dalam hubungan diplomatik antara Turki dan Israel.
Erdogan: Kenapa Bukan Israel yang Dijatuhi Sanksi?
Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, kembali menolak sanksi sebagai solusi tepat dalam kasus nuklir Iran.
Dalam konferensi persnya dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, di Ankara (29/3), Erdogan menentang pemberlakuan sanksi baru terhadap Iran. Ditegaskannya bahwa diplomasi masih merupakan pilihan terbaik dalam menyelesaikan masalah ini.
"Kami berpendapat bahwa sanksi bukan jalur yang sehat dan... jalur yang terbaik adalah diplomasi."
Erdogan kemudian mempertanyakan mengapa masyarakat internasional menolak memberlakukan sanksi terhadap satu-satunya pemilik senjata nuklir di Timur Tengah, Israel.
"Kita menentang senjata nuklir di kawasan kita. Tapi apakah ada negara lain di wilayah kita yang memiliki senjata nuklir? Iya, ada. Dan apakah mereka dijatuhi sanksi? Tidak," tegas Erdogan.Amerika Serikat yang menuding Iran berupaya memproduksi senjata nuklir, tengah melobi negara-negara anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyetujui sanksi baru terhadap Tehran.
Turki, anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, adalah di antara negara-negara yang menentang pemberlakuan sanksi terhadap Iran. Ankara kembali mempertegas sikapnya dalam hal ini bahwa segala bentuk sanksi terhadap Iran tidak akan membuahkan hasil apapun.
Namun di pihak lain, Merkel, yang negaranya bekerjasama dengan lima negara anggota tetap DK dalam kasus nuklir Iran, mendesak Turki mendukung sanksi baru terhadap Tehran.
"Kami akan gembira jika Turki memberikan suara April mendatang dalam masalah Iran bersama-sama dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa," kata Merkel.
Iran menilai segala langkah bersifat hukuman terhadap negara ini tidak legal mengingat seluruh aktivitas nuklir Iran dimonitor total oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Seminar Nasional Ahlul Bait Ke-5
Seminar Nasional Ahlul Bait, Silatnas Ke-5, akan digelar di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, pada tanggal 2 hingga 4 April 2010. Silatnas kali ini akan dibuka secara resmi oleh Menteri Agama RI, Suryadharma Ali .
Dalam baliho Silatnas Ke-5 di depan Asrama Haji terpampang nama Ketua Mahkamah Konstitusi Profesor Moh Mahfud dan Menteri Kehutanan, Zukfili Hasan, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal TNI (Purn) yang akan menjadi pembicara utama di seminatr tersebut. Selain itu, juga terdapat nama pembicara inti lainnya seperti Dr Haidar Bagir MA, Dr Muhsin Labib MA, Ir. Sayuthi Asyathri dan Ust Zahir Yahya, MA.
Panitia Silatnas Ahlul Bait ketika dihubungi wartawan IRIB menjelaskan, "Silatnas Ke-5 bertujuan menjalin komunikasi antar-yayasan Ahlul Bait di seluruh Indonesia."
"Dalam seminar itu akan diluncurkan sebuah silabus pelatihan dasar bagi kader kader Ahul Bait di seluruh Indonesia, " tegas salah satu panitia silatnas yang namanya enggan disebut.
Menurut keterangan panitia, 300 yayasan Ahlul Bait yang tersebar dari Papua hingga Aceh akan ikut serta dalam Silatnas Ke-5 yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.(irib)
Ayatullah Muhammad Khamenei
Resep Meraih Kebahagiaan Hidup
Oleh: Ayatullah Muhammad Khamenei
(Setelah tahmid, salawat dan salam).
Pertama, saya ucapkan selamat kepada seluruh kaum mukmin dan mukminat dalam memperingati hari kelahiran Imam Hasan Al-Askari as. Kedua, saya ucapkan terima kasih atas kehadiran bapak dan ibu sekalian khususnya yang datang dari tempat jauh, seperti saya yang juga datang dari tempat jauh, di tempat ini.
Majelis semacam ini adalah perkumpulan yang insya Allah penuh dengan keberkahan Ilahi di mana kita memperingati kelahiran salah seorang pribadi suci, keluarga Rasulullah saw. Kita tahu salah satu filosofi memperingati hari mulia pribadi suci itu; pertama adalah bertemu atau berkumpulnya kita [silaturahmi] dan yang kedua pasti banyak hal yang dapat kita raih dari majelis semacam ini.
Di dalam banyak riwayat dan hadis Rasulullah saw. yang kemudian ditafsirkan oleh para imam Ahlulbait as., “Ahlulbait adalah bahtera keselamatan (safinatun najah).” Bagi orang-orang beriman tentu paham bahwa maksud daripada bahtera bukanlah perahu fisik, tetapi perahu yang bermakna atmosfir, kondisi, atau keadaan bersama Ahlulbait sehingga berada dalam keselamatan. Mereka akan menjaga dirinya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang akan menyesatkan, tapi selalu bersama Islam dan Ahlulbait. Alhamdulillah kita saksikan di banyak negeri, Islam dan Ahlulbait yang tak terpisahkan, dapat menyelamatkan umat manusia dari berbagai hal yang tidak diinginkan.
Manusia sepanjang sejarah—sejak dari Nabi Adam as. hingga manusia terakhir yang akan hidup di muka bumi ini—memiliki kesamaan yaitu meyakini bahwa, pertama adalah Allah Swt. yang akan membimbing kita dan setiap bimbingan dan hidayah berasal dari Allah Swt. dan yang kedua adalah kita semua memiliki musuh bersama, yaitu iblis yang selalu mengarahkan kita pada kesesatan dan menjauhkan kita dari Allah Swt.
Tetapi karena Allah Swt. adalah Tuhan yang Maha Pemberi Karunia dan Maha Menyelamatkan manusia, Allah Swt. kemudian mengutus para nabi, sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw., dan kemudian dilanjutkan oleh para imam Ahlulbait. Para nabi tadi memiliki tugas untuk menjelaskan kepada manusia jalan yang benar dan lurus, sehingga manusia berada dalam keselamatan dan jauh dari kesesatan.
Dari mukadimah yang telah saya sampaikan, maka kita harus tahu bahwa Islam bukanlah sekedar keyakinan semata. Seorang muslim tidak cukup hanya memiliki keimanan dan keyakinan. Namun pada saat yang sama, mereka harus sadar dan waspada karena diintai oleh musuh-musuh untuk menjauhkan dari hidayah dan bimbingan Allah Swt. Dalam sebuah hadis dikatakan “al-mu’min qayyis”, seorang mukmin itu cerdas. Mukmin adalah seseorang yang selalu waspada karena ia punya musuh. Ia selalu mawas diri dan mengenal jalan yang benar, mengikuti dan tidak mau lagi diajak menjauh dari jalan yang benar sehingga dapat meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dunia saat ini adalah tempat di mana manusia seharusnya memilih salah satu dari dua hal;
yaitu menjaga diri mereka agar tetap berada dalam keselamatan dengan mengikut ajaran agama—dan tentu yang terbaik adalah agama Islam sebagai agama penutup dari Allah, atau memilih untuk tidak mengikuti agama manapun.
Seorang mukmin yang memiliki agama haruslah menjaga dirinya dan agamanya untuk selalu tetap berada dalam keselamatan dan memanfaatkan karunia Allah dengan diutusnya para nabi dan imam.
Resep kedua yang diajarkan, setelah kita mengikuti agama Islam dan melanjutkan dengan ajaran Ahlulbait untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan, kita diperintahkan untuk selalu berada dalam persatuan dan persaudaraan di tengah kaum muslimin. Kenapa?
Karena kita diharapkan berada dalam satu saf yang kuat untuk melawan iblis dan setan-setan besar maupun kecil. Mereka yang tidak menginginkan adanya keselamatan dan kebahagiaan manusia adalah pihak yang tidak berhubungan dengan agama atau mazhab tertentu. Mereka hanya ingin melakukan perbuatan yang menyebabkan kekeruhan dan perpecahan di tengah umat manusia, khususnya di tengah kaum muslimin.
Mungkin dengan cara [menonjolkan perbedaan] mazhab, bangsa, atau bahasa, mereka memisahkan satu sama lain. Padahal dalam ajaran Islam, adalah sebuah fondasi bahwa seluruh kaum muslimin adalah bersaudara. Satu sama lain bukanlah orang lain tapi sebuah keluarga besar. Setiap orang yang datang, walaupun dari negeri lain dan berbahasa berbeda, bukanlah tamu tapi datang ke rumah sendiri. Karena itulah kita harus mawas diri dari
pihak tertentu yang ingin memperuncing peperpecahan di kalangan kaum muslimin, di antaranya adalah dengan merusak makam suci Imam Hasan Al-Askari as. padahal kita tahu mereka (Ahlussunah dan Syiah) tidaklah bermusuhan tapi pihak tertentu yang ingin ada permusuhan di antara kaum muslimin.
Poin ketiga yang harus menjadi renungan kita bersama adalah bahwa Islam, Rasulullah dan Ahlulbaitnya, adalah teladan bagi kita. Islam bukanlah agama yang hanya berisikan ajaran [ritual] semata tetapi juga metode untuk mendidik para penganutnya menjadi manusia sempurna. Semua itu dicontohkan dan diteladankan oleh para pribadi suci seperti Rasulullah dan Ahlulbaitnya.
Rasulullah bukan hanya pengajar semata tapi juga pendidik akhlak; bahkan beliau adalah akhlak yang berjalan. Karena itulah Imam Ja’far Ash-Shadiq as. dalam sebuah sabdanya mengatakan,
“Jadilah kalian, wahai pencinta kami Ahlulbait, sebagai pribadi yang menjadi teladan di tengah masyarakat; menjadi penghias dan pengharum nama kami, dan janganlah kalian melakukan perbuatan yang mencoreng nama baik kami. Berlakulah di tengah masyarakat, baik jual-beli maupun lainnya, dengan baik sehingga orang akan mengatakan ‘Beginilah apa yang diajarkan oleh Rasulullah dan pengikut Ahlulbait’.”
Antara hubungan kita sesama manusia, baik di dalam keluarga maupun masyarakat, semua haruslah menjadikan Rasulullah dan Ahlulbait sebagai teladan. Sehingga kita tidak hanya mengklaim dengan lidah sebagai pengikut dan pecinta mereka, tapi benar dan mampu membumikan akhlak mereka di tengah-tengah masyarakat.
Seperti diketahui bersama pada malam ini kita memperingati hari kelahiran Imam Hasan Al-Askari as. Sebuah hari yang tentu penuh dengan keberkahan, karena setiap kelahiran seorang nabi dan imam, maka itu sebuah peristiwa yang luar biasa. Selain keberkahan itu, Imam Hasan memiliki nilai tambah karena beliau merupakan sebab kelahiran Imam Mahdi yang menjadi imam terakhir Ahlulbait.
Mengapa kita meyakini bahwa kelahiran Imam Askari yang menjadi awal lahirnya Imam Mahdi afs. adalah memiliki kelebihan berkah daripada yang lain? Karena dengan lahirnya Imam Mahdi yang nanti akan muncul di akhir zaman—dan kita tidak tahu kapan—janji Allah Swt. akan terealisasi; bahwa tujuan penciptaan manusia dan seluruh makhluk serta diutusnya para nabi dan rasul akan terealisasi. Kita tahu sepanjang sejarah, para nabi bersusah payah melakukan dakwah dan misi risalah dengan menghadapi musuh-musuh agama, mereka selalu diakhir dengan berbagai hal-hal yang tidak menyenangkan. Ada sebagian dari mereka yang dibunuh; kalau tidak dibunuh maka ajaran mereka diselewengkan. Bayangkan juga dengan risalah besar yang dibawa Nabi Muhammad sejak 1.400 tahun yang lalu memiliki nasib yang sama dengan apa yang menimpa nabi sebelumnya. Semua itu akan terealisasi bahwa ajaran suci Rasulullah akan muncul kembali pada zaman kehadiran Imam Mahdi. Dari telaah sejarah dan filsafat kita tahu bahwa kemunculan Imam Mahdi pada akhir zaman akan menghadirkan sebuah sistem yang terbaik untuk manusia sehingga benar-benar meraih keselamatan dan kebahagiaan sebagaimana dijanjikan oleh Allah Swt.
Kita meyakini bahwa Imam Mahdi afs. walaupun belum muncul sampai nanti Allah mengizinkan beliau hadir di tengah masyarakat, tapi kita meyakini bahwa beliau hidup dan bersama kita hadir di majelis kita atau beliau memberikan perhatian pada majelis kita. Karena itulah kita selalu berdoa agar Allah Swt. menyegerakan kemunculan beliau dan menjadikan kita memiliki kesempatan menyaksikan cahaya suci beliau serta membantu melaksanakan risalahnya. Namun sebelum beliau hadir, kita harus yakin bahwa segala usaha yang telah dan akan kita lakukan tidaklah sia-sia. Semuanya memiliki nilai di sisi Allah sebagai salah satu mukadimah dan bangunan yang akan memberikan kesiapan atas hadirnya beliau di tengah-tengah masyarakat secara nyata. Karena itulah kita harus menjadikan diri kita benar-benar sebagai mereka yang memiliki saham (bagian) atas mempersiapkan kehadiran Imam Mahdi, baik untuk dirinya atau menyiapkan masyarakat, serta memberikan bantuan setiap apa yang terjadi bagi kaum muslimin di mana saja mereka berada. Selain itu kita juga harus sadar bahwa kita hidup bersama imam. Setiap perilaku kita, selain disaksikan Allah, juga disaksikan oleh imam. Karena itu kita harus mawas diri pada setiap apa yang kita lakukan, baik dalam hal ibadah maupun kehidupan masyarakat, semuanya sadar bahwa kita selalu dipantau Imam Mahdi. Mudah-mudahan Allah Swt. memanjangkan umur kita dan memberikan kesempatan bagi kita untuk bersama beliau secara hadir dan menyaksikan wajah suci beliau.
Sekali lagi saya sampaikan apresiasi dan kebahagiaan saya, ketika bertemu ikhwan dan akhwat sekalian. Ini merupakan hal yang biasa yang saya saksikan di berbagai negara ketika bertemu ikhwan dan akhwat yang penuh dengan cahaya iman, sehingga hilanglah semua kepenatan dan apa yang menimpa saya dari perjalanan jauh. Dengan silaturahmi dan tatap muka ini, saya bangga dan senang. Sebagai muslim dan bertemu saudara yang lain maka hilanglah keletihan dan kepenatan saya.
Wassalamulaikum.
Penerjemah: Ust. Abdullah Beik
Pentranskripsi: ejajufri © 2010
Catatan: Ceramah disampaikan pada peringatan kelahiran Imam Hasan Al-Askari di Islamic Cultural Center, Jakarta, pada tanggal 26 Maret 2010.
sumber:http://ejajufri.wordpress.com/
NU
Pasangan pemimpin Nahdatul Ulama (NU), KH Sahal dan KH Said Aqil Siradj, yang baru terpilih dalam acara Muktamar NU di Makassar diharapkan bisa menjawab kebutuhan mendesak. Harapan itu berupa porsi lebih besar kepada kaum muda untuk melakukan terobosan. Harapan tersebut khususnya dikemukakan golongan muda yang diwakili oleh PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Melalui Sekjen PMII, Zaini Shofari, kaum muda NU mengharapkan terobosan baru di bidang gerak dan pikir. Hal ini diungkapkan Zaini Shofari saat menanggapi terpilihnya KH Sahal dan KH Said Aqil Siradj.
Selain memberi porsi lebih besar kepada kaum muda NU untuk mengembangkan kreativitasnya melakukan berbagai terobosan dalam gerak dan pikir, kata Zaini, duet pemimpin baru ini diharapkan terus memberikan pelayanan yang menyangkut moral dan perbaikan bangsa serta pencerahan kepada masyarakat.
PB PMII juga amat berharap, penguatan di basis ekonomi, pendidikan, dan kesehatan harus menjadi prioritas. Ini penting, agar jargon pengusung `ahlul sunnah wal jamaah` dapat diterapkan dengan nyata secara menyeluruh, baik di kota maupun desa.
Zaini berpendapat, duet pemimpin ini mesti mampu membuat formula baru bagi pengembangan NU di kota-kota. Menurutnya hal ini disebabkan, karena `Nahdlyin` telah bermetamorfosis dengan masuk ruang profesi mana pun. Tidak hanya pergeseran geografis semata.
Nahdlatul Ulama (NU) menjadi harapan besar bagi pencerahan umat dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) harus bersih dari politik praktis. Soal adanya adanya kandidat yang punya keislaman dianggap tak masalah.
"Sebagai ormas keagamaan terbesar, maka NU ke depan harus konsentrasi melakukan pemberdayaan dan pencerahan kepada warga nahdliyyin dan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Untuk itu, secara institusi maupun tokoh, NU harus bersih dari politik praktis dan tidak masalah jika mempunyai pemikiran liberal. Itu sesuai dengan Khittah NU 1926," hal ini diungkapkan sendiri oleh Aqil Siradj dalam diskusi "Liberaliasai Pemikiran Keagamaan" yang diselenggarakan FPKB DPR beberapa waktu lalu.
Soal pemikiran liberal selama tidak keluar dari teks, konteks dan kaidah keislaman justru hal itu merupakan sesuatu yang harus terus dikembangkan di NU. "Kalau kita mempersoalkan liberalisme pemikiran keagamaan Islam, ini bukti mereka tidak mengetahui sejarah pemikiran Islam. Liberalisme itu sudah terjadi sejak zaman khulafaurrasyidin; Abu Bakar, Umar, Utsaman dan Ali dan para ulama tabiin,"ujar Said Aqil Sirajd.
Hal yang sama diungkapkan oleh Masdar F. Mas'udi jika bersih dari politik itu merupakan suatu keharusan, agar NU tidak diseret-seret untuk kepentingan politik praktis. Lain halnya dengan liberalisme yang di NU sudah merupakan tradisi yang mesti dikembangkan sepanjang berdasarkan pada Al-Quran, hadits, tafsir dan merujuk kepada kaidah para ulama.
Bahkan diawal berdirinya NU, 30 Februari 1926 sudah terjadi perbedaan pemikiran dengan munculnya ‘Tashwirul Afkar' dan perbedaan yang tajam antara KH. Hasyim Asy'ari dengan Syekh Yasin al-Pasuruani. Kedua kiai itu kata Masdar, berbeda pendapat soal dibolehkannya pendidikan untuk perempuan di sekolah-sekolah dan pesantren. "Mbah Hasyim membolehkannya, tapi Syekh Yasin melarangnya. Jadi, kalau tidak ada terobosan pemikiran Mbah Hasyim, tidak mungkin kaum perempuan maju seperti sekarang ini,"tutur Masdar.
Liberalisasi pemikiran keagamaan itu tidak akan berhenti, kecuali dilarang berpikir. Yang jelas katanya, jika hanya mendasarkan pada nalar murni maka akan terjadi sepekulasi-sepekulasi pemikiran. Tapi, kalau dengan pertimbangan kemaslahatan untuk rakyat yang lebih besar kata Masdar, maka liberalisme itu justru lebih bermanfaat daripada pemikiran fikih atau syariah yang hanya diperuntukkan bagi kepentingan diri atau kelompok tertentu saja.
Masdar menuturkan,"Jadi, liberalisme pemikiran keagamaan yang positif harus terus didorong. Liberalisme nalar positif juga merupakan fikih yang harus dikembangkan. Fikih itu harus menyentuh kepentingan rakyat. Toh, hal itu sudah terjadi sejak zaman sahabat Umar bin Khottob."
Ditanya, bagaimana dengan munculnya dua kelompok pemikiran keagamaan antara liberalisme dan fundamentalisme yang dipelopori oleh anak-anak muda NU seperti Ulil Abshar Abdalla dkk? Baik Said Aqil Siradj maupun Masdar F. Mas'udi menyatakan hal itu masih terjadi sampai sekarang. Persoalannya, kedua pemikiran yang ada itu tidak pernah didialogkan secara terbuka (tabayyun).
Mestinya kata Said Aqil, konsep tabayyun itu dikembangkan, tapi tidak tahu mengapa justru tidak ada. Oleh sebab itu menurutnya, biarkan saja bergulir secara alami dengan terus melakukan dialog intensif di internal maupun eksternal NU, sehingga pada saatnya anak muda NU memiliki tempat di struktural NU sendiri.
Padahal lanjut Said Aqil, ketika KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memimpin NU banyak pemikiran liberal yang dahsyat dan luar biasa. Anehnya tidak banyak kiai NU yang protes. "Mungkin hal itu karena Gus Dur memang hebat dan banyak dibela oleh kiai-kiai yang lain. Sedangkan Ulil Abshar dkk tidak ada yang bela. Tapi, anak muda seperti itu tetap harus diberi tempat dan dirangkul oleh PBNU,"tandas Said Aqil Siradj berharap.
Sebelumnya dalam kampanyenya Aqil Siradj berjanji membawa NU pulang kandang yaitu ke pesantren. Seperti diberitakan Antara KH Said Aqil Siradj bertekad akan mengembalikan NU ke pesantren dan mengambil jarak dengan dunia politik.
Ia mengatakan, "Kembali ke basis pesantren bukan berarti kembali mondok (tinggal di pesantren), tapi kembali ke cara berfikir, cara hidup, dan cara pandang pesantren." Dikatakannya, kekuatan NU berada pada pesantren dan berkat pesantren pula NU dapat bertahan, bahkan menjadi organisasi Muslim terbesar di dunia hingga saat ini.
Menurutnya,"Kekuatan NU berada di pesantren. Tanpa pesantren, NU hanya akan tinggal nama." Untuk kembali ke pesantren, ujarnya, NU harus mengurangi aktivitas yang terkait dengan persoalan politik. Para pengurus teras PBNU jangan sampai terlalu jauh berurusan dengan dunia politik. Berpolitik boleh, tapi mainnya yang cantik. Biarlah yang kelihatan bermain politik cukup banom-banom (badan otonom) NU saja, sementara NU-nya jangan sampai ikut berpolitik.
Sementara itu terdapat pihak yang menyayangkan muktamar NU kali ini karena adanya money politics. Gus Mus -panggilan KH Mustofa Bisri- merasa risau atas perkembangan muktamar yang berbau politik uang. Dia berpandangan, tidak selayaknya muktamar NU yang merupakan organisasi yang didirikan para ulama itu menjadi ajang seperti pilkada.
Dia prihatin karena ada upaya pihak-pihak tertentu yang menginginkan pemilihan rais am juga lewat voting. Padahal, dalam tradisi organisasi tersebut, para kiai sangat dihormati dan disegani, sehingga untuk memilihnya tidak perlu harus dengan voting. Apalagi, alasan voting itu adalah karena rais am sebelumnya dianggap kurang tegas.
NU seharusnya berbicara moral dan kemaslahatan umat. Sebab, para anggotanya adalah orang-orang alim dan mengerti agama, kata Gus Mus. Karena itu, wajar dia risau bila organisasi ulama tersebut telah berubah menjadi organisasi yang mementingkan kekuasaan dan pemilihan beraroma transaksi. (berbagai sumber,irib)
Said Aqil Siraj akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015 lewat Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) di Asrama Haji Sindiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/3) malam. Said unggul dengan perolehan 294 suara dari rivalnya Slamet Effendi Yusuf yang mendapat 201 suara. Sebelumnya, KH Sahal Mahfudz, terpilih menjadi Rais Aam PBNU.
Selama penghitungan suara berlangsung, pendukung kedua kubu terus menyemarakkan suasana. Pendukung Said dan Slamet terus memekikkan kalimat ‘Allahu Akbar’ saat kedua nama jagoan mereka disebut. Said Aqil Siraj dan Slamet maju ke putaran kedua setelah memperoleh masing-masing 178 suara dan 158 suara. Keduanya dianggap memenuhi syarat untuk maju dalam putaran kedua pemilihan calon ketua umum PBNU.
Dalam tata tertib muktamar seorang calon harus mengumpulkan 99 suara untuk ditetapkan sebagai calon ketua umum. Sementara itu, Sholahuddin Wahid (Gus Solah) hanya mendapatkan 83 suara, Ahmad Bagja (34), Ulil Absar Abdala (22), Ali Maschan Moesa (8), Abdul Aziz (7), Masdar Farid Mas’udi (6). Mereka gagal memperoleh angka 99 suara dari muktamirin sehingga tidak bisa mengikuti putaran kedua.
Profil Ketum PBNU yang baru saja terpilih tersebut, mari kita simak bersama.
Nama : Prof Dr KH Said Agil Siradj
Nama lengkap : Said Aqil Siradj
Nama istri : Nur Hayati Abdul Qodir
Nama Anak:
1. Muhammad Said Aqil
2. Nisrin Said Aqil
3. Rihab Said Aqil
4. Aqil Said Aqil
Tempat dan tanggal lahir: Cirebon, 03 Juli 1953
Hobby: Membaca, Silaturrahmi dan Ibadah
Riwayat Pendidikan
- Pendidikan Formal
1. S1 Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982
2. S2 Universitas Umm al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987
3. S3 University of Umm al-Qura, jurusan Aqidah / Filsafat Islam, lulus 1994
- Non-Formal
1. Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon
2. Hidayatul Mubtadi’en Pesantren Lirboyo Kediri (1965-1970)
3. Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (1972-1975)
- Pengalaman Organisasi
1. Sekertaris PMII Rayon Krapyak Yogyakarta (1972-1974)
2. Ketua Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Mekkah (1983-1987)
3. Wakil Katib ‘aam PBNU (1994-1998)
4. Katib ‘aam PBNU (1998-1999)
5. Penasehat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (Gandi) (1998)
6. Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) (1998-sekarang)
7. Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI (1998-sekarang)
8. Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 (1998)
9. Ketua TGPF Kasus pembantaian Dukun Santet Banyuwangi (1998)
10. Penasehat PMKRI (1999-sekarang)
11. Ketua Panitia Muktamar NU XXX di Lirboyo Kediri (1999)
12. Anggota Kehormatan MATAKIN (1999-2002)
13. Rais Syuriah PBNU (1999-2004)
14. Ketua PBNU (2004-sekarang)
- Profesional Kegiatan
1. Tim ahli bahasa indonesia dalam surat kabar harian Al-Nadwah Mekkah (1991)
2. Dosen di Institut Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) (1995-1997)
3. Dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995-sekarang)
4. Wakil Direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999)
5. MKDU penasihat fakultas di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998-sekarang)
6. Wakil ketua dari lima tim penyusun rancangan AD / ART PKB (1998)
7. Komisi member (1998-1999)
8. Dosen luar biasa Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999 – sekarang)
9. Majelis Permusyawaratan Rakyat anggota fraksi yang mewakili NU (1999-2004)
10. Lulusan Unisma direktur (1999-2003)
11. Penasehat Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) (2001-sekarang)
12. Dosen pascasarjana ST Ibrahim Maqdum Tuban (2003-sekarang)
13. UNU Dosen lulusan Universitas NU Solo (2003-sekarang)
14. Lulusan Unisma dosen (2003-sekarang)
15. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) 2010-2015
Semoga NU dibawah kepemimpinan Prof Dr KH Said Agil Siradj mampu lebih maju dan menjadi Ormas Keagamaan kelas dunia yang memberikan kontribusi pada kemaslahatan umat lebih besar
Iran VS Israel
Sikap arogan Rezim Zionis Israel di kawasan membuat berbagai pihak gemas dan geram. Betapa tidak rezim ilegal ini tidak pernah mengindahkan seruan internasional untuk mengakhiri kekejamannya di bumi Palestina pendudukan. Malah Tel Aviv dengan berani melanjutkan programnya untuk menguasai Palestina baik melalui kekerasan maupun lunak.
Program lunak Israel untuk menguasai Palestina adalah dengan meningkatkan proyek permukimannya di kawasan Jerusalem timur. Program ini ditempuh dengan cara yang lunak dan kekerasan. Cara lunak dengan berpura-pura membeli tanah warga Palestina baik dengan menipu maupun ancaman. Bila hal ini tidak berhasil mereka langsung main kekerasan dengan mengusir warga Palestina dari rumah dan ladang mereka. Penghancuran rumah warga dengan paksa oleh Israel sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah.
Di sisi lain negara-negara Islam dunia sepertinya enggan campur tangan dalam masalah ini dan mereka lebih memilih diam. Apalagi negara-negara Arab, mereka bukannya memiliki fanatisme tinggi terhadap sesama Arab, namun malah menjalin kerjasama dengan Tel Aviv. Sepertinya hanya Republik Islam Iran, negara Islam yang bukan Arab saja yang berani dengan lantang menyatakan permusuhannya dengan Israel dan menyebutnya sebagai rezim ilegal.
Sikap Iran ini bukan hanya terlihat dalam garis politiknya belaka, namun sudah merambah ke bidang lainnya. Ambil contoh sektor olahraga. Dalam setiap even jika atlet Iran bertemu dengan atlet Isaral mereka langsung mengundurkan diri sebagai bentuk protes dan komitmennya akan idiologi mereka bahwa Israel adalah negara ilegal dan Tel Aviv tak lebih hanyalah rezim penjajah.
Seperti dikutip Koran Media Indonesia, Iran baru-baru ini menyerang rencana pembangunan pemukiman Israel di kawasan yang diduduki negara yahudi itu di Jerusalem timur, dan mengatakan bahwa seluruh umat muslim di dunia harus beraksi.
Pengumuman yang dilakukan oleh pemerintah sayap kanan Israel mengenai proyek pembangunan gedung baru di Jerusalem timur --yang diduduki negara yahudi itu pada perang 1967-- telah menghancurkan rencana AS untuk mengembalikan Israel dan Palestina ke meja perundingan perdamaian.
Menurut keterangan Menteri Luar Negeri Iran Manoucher Mottaki, "Perluasan pembangunan pemukiman Israel, perusakan situs Islam dan Kristen serta pembangunan skala besar sinagoga...menunjukkan rencana negara zionis mempercepat Yahudinisasi di Jerusalem timur dan sayangnya ini disetujui oleh pejabat Amerika."
Menurutnya, "Hal ini telah meningkatkan kewaspadaan bagi seluruh orang di dunia dan menggalang umat muslim dan negara-negara untuk bersikap serius." Ia mengatakan bahwa 22 negara Liga Arab harus mengambil sikap keras dalam pertemuan di Libya akhir pekan ini.
Sementara itu, Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu kembali menegaskan tujuan penjajahannya dan ambisi rezim ilegal ini untuk memisahkan Baitul Maqdis dari wilayah Islam. Menurutnya Baitul Maqdis Timur adalah wilayah yang tak terpisahkan dari Israel.
Sementara itu, Republik Islam Iran mereaksi pernyataan keras Netanyahu dan menyebutnya sebagai tipu daya rezim ini untuk mensukseskan program judaisasinya di kawasan Baitul Maqdis yang juga menjadi kiblat pertama umat Islam. Sikap ini ditunjukkan Iran melalui Menteri Luar Negeri, Manouchehr Mottaki. Menlu Iran meminta negara-negara Islam untuk secepatnya mereaksi dan bertindak untuk mencegah ambisi Israel.
Sejak lama Israel berupaya keras memperluas distrik permukimannya di Baitul Maqdis dan menghapus citra Islam di wilayah ini. Untuk merealisasikan ambisinya, selama bertahun-tahun Israel gencar membangun tempat ibadah di Al-Qods dan merampas peninggalan bersejarah umat Islam. Baru-baru ini Israel mengklaim makam Nabi Ibrahim dan Masjid Bilal bin Rabah sebagai milik mereka dan memasukkanya dalam catatan nasional rezim ini.
Tindakan terorganisir Tel Aviv di Baitul Maqdis mendapat dukungan penuh dari Washington. Sikap rezim ilegal Israel ini secara transparan melanggar konvensi internasional. Apalagi Tel Aviv berniat menjadikan kawasan ini sebagai bagian yang terpisahkan dari wilayahnya.
Tak diragukan lagi keberanian Israel ini tidak dapat dipandang sebagai tindakan brutal dari satu kubu saja, karena hal ini timbul dari gerakan terorganisir selama penjajahan yang dimulai dengan pendudukan Palestina oleh Israel. Fenomena ini bertambah kuat dan kian mengakar tak lain disebabkan kelemahan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam membela hak-hak bangsa Palestina.
Dari sisi ini, menlu Iran menekankan bahwa dunia Islam sudah saatnya bergerak dan bangkit dari tidur panjang mereka. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa ketika negara Islam memberikan suatu kesempatan kepada Israel, maka para petinggi Tel Aviv malah memperluas penjajahannya.
Mottaki juga mengharapkan pembentukan komite bersama tingkat menlu OKI dan Liga Arab untuk secepatnya mencari solusi tepat guna mengatasi masalah ini. Kita berharap umat Islam dunia bangun dari mimpi panjang mereka dan mulai memperhatikan nasib para saudara mereka.
Kandidat Ketum PB NU Mengerucut ke Said Aqil dan Salahuddin Wahid
Menjelang detik-detik pemilihan, kandidat ketua umum tanfidziah PB NU makin mengerecut. Menurut laporan Jawa Pos, di antara enam nama yang sebelumnya beredar di arena muktamar, yang paling kuat tinggal dua nama. Yakni, Said Aqil Siradj dan Salahuddin Wahid alias Gus Sholah. Kedua calon ini bakal bersaing ketat dalam pemilihan yang berlangsung pagi ini.
Selain 26 pengurus cabang (PC) di Jawa Barat yang hampir pasti bulat mendukung, Said diperkirakan banyak mendapat dukungan dari PC dan pengurus wilayah (PW) di luar Jawa. Di antaranya, beberapa PC dan PW di Sumatera, Kalimantan, NTB, dan Papua. Sebagian cabang dari Jatim juga mengusung Said.
Selain Said, Gus Sholah diperkirakan memiliki dukungan cukup besar. Back up sejumlah kiai sepuh membuat bandul dukungan kepada Gus Sholah terus meningkat. Sejumlah kiai sepuh yang secara terbuka mendukung adik kandung Gus Dur itu, antara lain, Mbah Liem (Klaten), KH Sanusi Baco (Sulsel), KH Maemun Zubeir (Sarang), KH Nawawi (Sidogiri), dan beberapa nama lain.
Sejumlah PC dari Jatim dan Sulsel diperkirakan menjadi salah satu lumbung suara terbesar pimpinan Ponpes Tebuireng, Jombang, tersebut. Selain itu, sebagian PC di Jateng dan beberapa wilayah lain di luar Jawa akan menyumbang suara cukup signifikan.
Meski hampir dipastikan mengerucut kepada dua kandidat itu, namun peluang kandidat lain belum tertutup. Terutama Ahmad Bagja yang disebut-sebut mendapat back up penuh dari Hasyim Muzadi. Jika Hasyim terpilih jadi rais am, dukungan kepada Bagja itu bakal menguat. Dia diperkirakan mencuri beberapa suara di Jatim, Jateng, dan Jabar. Selain itu, dukungan dari luar Jawa diperkirakan diperolehnya.
Kronologi Kebiadaban Arab Saudi di Yaman
Serangan darat, udara, dan laut militer Arab Saudi terhadap kelompok Al-Houthi, Yaman terus berlanjut. Demi menebus kekalahan dalam pertempuran di darat, militer Arab Saudi lantas menggunakan senjata-senjata inkonvensional termasuk bom fosfor. Kabar terbaru, serangan militer Arab Saudi mengubah acara pernikahan menjadi acara prosesi pemakaman.
Menurut laporan kantor berita Fars, fakta menunjukkan bahwa pemerintah Arab Saudi dan Yaman meski telah mengerahkan seluruh kemampuan, namun gagal menggapai tujuannya.
Dan beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat dan Inggris ikut-ikutan dengan membesar-besarkan ancaman Al-Qaeda di Yaman sebagai mukaddimah penempatan pasukan di negeri itu.
Berikut ini rentetan serangan militer Arab Saudi ke Yaman:
30 Oktober 2009, kelompok Al-Houthi menduduki pangkalan militer di Jebel al-Dukhan di perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman.
6 November 2009, militer Arab Saudi terlibat perang di perang Yaman dengan memasuki wilayah Yaman dan mebombardir posisi pertahanan Al-Houthi. Pesawat F-15 dan Tornado Angkatan Udara Arab Saudi membombardir posisi Al-Houthi di Propinsi Jazan.
Muhammad Abdussalam, Jurubicara Al-Houthi, menyatakan, "Militer Arab Saudi selain menembakkan roket dan peluru artileri, juga menggunakan bom fosfor. Aksi ini dilakukan dengan alasan bahwa instabilitas di Yaman telah menjalar ke dalam negeri Saudi."
7 November 2009, militer Arab Saudi kalah telak dalam pertempuran darat dengan Al-Houthi. Jubir Al-Houthi menyatakan, "Para pejuang Al-Houthi berhasil memukul mundur pasukan darat dan komando Arab Saudi serta menimbulkan kerugian besar terhadap militer Saudi."
"Pejuang Al-Houthi juga berhasil menyandera sejumlah pasukan Saudi serta menyita berbagai senjata dan perlengkapan militernya."
8 November 2009, Saudi mengerahkan armada darat dan udaranya secara bersamaan.
Kelompok Al-Houthi dalam statemennya menyatakan, pesawat tempur Saudi membombardir wilayah Malahit dan desa-desa sekitar, serta menghantam pangkalan militer Ain al-Harra dengan 30 roket. Jet-jet tempur Saudi juga membombardir kawasan Shadaa, al-Hasama, al-Malahit, dan sejumlah desa lain.
9 November 2009, pesawat tempur Saudi melanggar zona udara Yaman sebanyak 30 kali serta menyerang wilayah al-Malahit, al-Hasama, Shada, al-Qabas, dan al-Raqi.
9 November 2009, makar kolekfit Arab Saudi, Mesir, dan Kuwait untuk memberantas Al-Houthi.
Presiden Mesir, Hosni Mubarak dalam kontak telpon dengan Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, membahas pertempuran antara pasukan pemerintah Yaman dan Al-Houthi. Mubarak mendukung Arab Saudi menumpas Al-Houthi.
Pemeritah Kuwait secara resmi menyatakan bahwa angkatan bersenjata negara ini siap membantu militer Arab Saudi memberangus Al-Houthi.
10 November 2009, Al-Houthi menyatakan bahwa para pejuangnya berhasil menguasai sebagian wilayah Qatabir di Propinsi Saada, Yaman, serta merampas seluruh senjata dan perlengkapan logistik dari komplek militer di kawasan tersebut. Qatabir adalah sebuah wilayah utara Propinsi Saada dan termasuk dalam kawasan Jazan yang juga berbatasan dengan Arab Saudi. Ini adalah wilayah ketiga setelah Munaba dan al-Razih yang jatuh ke tangan Al-Houthi.
11 November 2009, pemerintah Yaman menandatangani kerjasama militer dengan Amerika Serikat.
Demi mencegah apa yang diklaim sebagai terorisme dan dalam rangka mewujudkan stabilitas, pemerintah Yaman menandatangani kerjasama militerdengan AS. Kerjasama ini termasuk pertukaran informasi dan pelatihan pasukan, serta persiapan personil militer Yaman.
11 November 2009, Deputi Menteri Pertahanan Arab Saudi: Riyadh melanjutkan serangannya terhadap Al-Houthi.
Amir Khaled bin Sultan menyatakan, negaranya akan membersihkan kawasan perbatasannya dari para pejuang Al-Houthi.
Di pihak lain, Al-Houthi menyebarkan rekaman video bagaimana anak-anak Yaman mengerang kesakitan hingga mati akibat terkena bom fosfor militer Saudi.
11 November 2009, Al-Houthi mengumumkan persyaratannya untuk gencatan senjata.
Jubir Al-Houthi, Muhammad Abdussalam, mengimbau pemerintah Sanaa untuk tidak bersikap rasis terhadap kelompok ini, serta mencegah keterlibatan Arab Saudi dalam perang saudara di pemerintah ini.
12 November 2009, Arab Saudi berencana mewujudkan wilayah terpisah di Yaman.
Pemimpin Al-Houthi, Abdussalam menyatakan, Arab Saudi tengah berupaya mewujudkan sebuah wilayah terpisah di Yaman.
13 November 2009, serangan darat dan udara militer Arab Saudi ke utara Yaman terus berlanjut.
Serangan udara dan darat militer Arab Saudi ke berbagai wilayah di utara Yaman terus berlanjut dan jet-jet tempur Saudi membombardir kawasan al-Malahit, al-Hasama dan berbagai desa yang terbentang di sepanjang perbatasan dengan Arab Saudi.
Penasehat Negara Arab Saudi menyatakan, negaranya mengerahkan armada udara dan artilerinya untuk memisahkan kawasan utara Yaman dengan kawasan lain hingga radius 10 kilometer.
13 November 2009, Arab Saudi merekrut kembali para veteran perangnya untuk ikut membasmi Al-Houthi.
Panglima Pasukan Penjaga Perbatasan Arab Saudi di wilayah Jizan selatan merekrut kembali seluruh veteran perangnya untuk membantu militer Saudi dalam memerangi Al-Houthi.
Pada saat yang sama, pusat komando militer Saudi menginstruksikan seluruh kapal perangnya untuk memblokade perairan di utara Yaman.
Serangan udara militer Saudi tak kunjung berhenti.
14 November 2009, Angkatan Laut Arab Saudi memblokade perairan utara Yaman.
Penasehat Negara Arab Saudi menyatakan, Riyadh memblokade perairan utara Yaman demi mencegah masuknya suplai persenjataan dari Laut Merah.
Menlu Yaman, Abu Bakar Al-Qirbi, dalam wawancaranya dengan koran Al-Ahram terbitan Kairo mengaku bahwa Sanaa memiliki kerjasama erat dengan Amerika Serikat dalam menumpas Al-Houthi.
15 November 2009, Arab Saudi melipat gandakan personilnya dekat perbatasan Yaman.
Sumber militer Arab Saudi dalam wawancara dengan koran trans-regional Al-Sharq Al-Awsat menyatakan, militer Saudi telah mengerahkan tentaranya dalam jumlah besar ke perbatasan dengan Yaman.
Satuan pasukan terjun payung juga dikerahkan untuk membantu operasi penyisiran di kawasan.
Pesawat tempur Saudi membombardir kawasan Al-Malahit, Shada, dan Haidan.
16 November 2009, Arab Saudi mempersempit blokadenya di perairan utara Yaman.
Angkatan Laut Arab Saudi memblokade pelabuhan Midi dengan alasan mencegah penyelundupan senjata. Kapal-kapal perang Saudi berpatroli di sekitar pelabuhan Midi.
Pemerintah Arab Saudi mengklaim para pejuang Al-Houthi mendapatkan suplai senjata yang disusupkan melalui Eritrea.
17 November 2009, serangan udara Saudi semakin sadis.
Dalam sehari, militer Saudi telah menembakkan 40 roket ke wilayah al-Razih, al-Malahit, dan Shada.
18 November 2009, Arab Saudi menempatkan pasukannya di wilayah pegunungan yang berbatasan dengan Yaman.
Televisi Al-Arabia dari perbatasan Yaman melaporkan, bentrokan di wilayah Mashraf telah merembet ke Jebel al-Dukhan.
Sementara itu, militer Arab Saudi yang berada di wilayah konflik dalam kondisi siaga penuh.
Al-Houthi dalam statemennya mengkonfirmasikan penembakan lebih dari 150 roket Arab Saudi ke wilayah utara Yaman. Kelompok ini juga menyebarkan rekaman video korban serangan roket Arab Saudi. Para korban mayoritas anak-anak dan perempuan.
19 November 2009, serangan ydara militer Arab Saudi ke Jebel al-Dukhan.
Al-Houthi mengkonfirmasikan serangan militer Arab Saudi ke pos-pos pertahanan kelompok ini di wilayah Jebel al-Dukhan, Al-Malahit, Sheda dan sejumlah desa.
Al-Houthi juga menyebarkan rekaman video kejahatan tentara Arab Saudi terhadap warga Yaman utara.
20 November 2009, serangan jet tempur Arab Saudi terhadap warga Yaman di wilayah perbatasan berlanjut.
Jet-jet tempur Arab Saudi membombardir wilayah Jebel al-Dukhan dan al-Doud di perbatasan Yaman utara dengan dalih menggempur milisi Al-Houthi.
Serangan udara ini didukung dengan tembakan mortir dan pasukan infantri.
21 November 2009, 84 kali serangan militer Arab Saudi terhadap posisi Al-Houthi.
Al-Houthi menyatakan, sebuah satuan komando Jordania ikut dalam operasi militer di Saada. Operasi tersebut gagal total dan sebagian besar komando Jordania terpaksa melarikan diri ke Arab Saudi.
Sebuah sumber militer Yaman mengkonfirmasikan dibentuknya "war room" gabungan Yaman dan Arab Saudi guna mencegah bocornya berbagai berita dan fakta perang yang disebarluaskan oleh Al-Houthi.
22 November 2009, sejumlah tentara Arab Saudi disandera Al-Houthi.
Kelompok pejuang Syiah ini menyinggung gerakan maju pasukan Arab Saudi di wilayah Jebel al-Ramih.
Upaya pasukan infantri Arab Saudi menyusup ke wilayah Yaman dihadang oleh 100 pejuang Al-Houthi. Dalam konfrontasi tersebut, militer Saudi menderita kekalahan telak. Selain banyak korban tewas, berbagai persenjataan dan perlengkapan berat juga dirampas oleh pejuang Al-Houthi.
23 November 2009, Al-Houthi memaksa militer Saudi menarik mundur pasukannya.
Gerakan maju militer Saudi ke Yaman berhasil dipatahkan oleh kelompok Al-Houthi dan menyusul kekalahan tersebut, militer Saudi hanya dapat mengerahkan pesawat tempur dan artileri membombardir kawasan Malahit, Shada, al-Haidan, dan al-Razih.
24 November 2009, Arab Saudi bertukar informasi dengan rezim Zionis Israel.
Dalam sebuah kesepakatan dengan perusahaan Israel Amich Sat-pemilik satelit mata-mata-Arab Saudi akan menerima foto-foto posisi Al-Houthi yang diambil dari satelit.
Nahrainnet melaporkan, sejumlah sumber dari Arab Saudi menyebutkan bahwa kontak antara pejabat Saudi dan Israel membahas kerjasama militer menyusul transformasi di Yaman serta mekanisme keterlibatan Saudi dalam perang dengan Al-Houthi, telah berlangsung lama sebelum perang meletus.
Dua pekan sebelum Arab Saudi terjun ke kancah perang di Yaman, perusahaan Israel Amich Sat sepakat menyuplai foto-foto posisi Al-Houthi dari satelit kepada Riyadh dan Sanaa setiap hari.
Di sisi lain, sebuah perusahaan satelit berbasis di Uni Emirat Arab juga membantu operasi teror para pemimpin Al-Houthi.
25 November 2009, militer Saudi kembali gagal menembus wilayah Yaman.
Di wilayah al-Ghawiyah, gerakan maju militer Saudi gagal dan terpaksa mundur ke pangkalannya setelah kehilangan sejumlah panser.
26 November 2009, militer Saudi lancarkan puluhan kali serangan udara.
Dalam lanjutan serangan udara militer Saudi ke berbagai kota dan desa di Yaman, sebuah kamp pengungsi warga Yaman di wilayah Gharib al-Sals, tidak luput dari bombardir pesawat tempur Saudi. Empat anggota keluarga dan seorang lainnya tewas. Serangan jet tempur Saudi ke Propinsi Saad juga menewaskan enam warga.
27 November 2009, tentara Arab Saudi lenyap.
Kementerian Pertahanan Arab Saudi mengkonfirmasikan lenyapnya sembilan personilnya dalam kontak senjata dengan Al-Houthi.
Jubir Dephan Arab Saudi memperkirakan bahwa kesembilan tentara itu disandera oleh Al-Houthi.
28 November 2009, Presiden Yaman ingin berunding dengan Al-Houthi.
Setelah pemerintah Yaman berulangkali gagal mengalahkan Al-Houthi, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh menginginkan perundingan dengan kelompok tersebut.
29 November 2009, serangan Arab Saudi difokuskan ke wilayah al-Razih.
Bombardir pesawat tempur militer Arab Saudi lebih terkonsentrasikan ke wilayah al-Razih.
Helikopter Apahe Saudi menghujani wilayah Jebel al-Dukhan, Jebel al-Ramih, Jebel al-Madood, dan desa-desa sekitar, dengan roket.
30 November 2009, sebuah pesawat pengintai Arab Saudi ditembak jatuh pejuang Al-Houthi.
1 Desember 2009, Arab Saudi gunakan bom berberat ton.
Militer Arab Saudi berusaha memasuki Yaman melalui wilayah al-Shaba dan melintas di samping Jebel al-Ramih. Namun setelah bergerak maju selama satu setengah jam, pasukan Saudi terpaksa mundur setelah mendapat perlawanan hebat dari pejuang Al-Houthi.
Dalam insiden tersebut, militer Saudi menggunakan bom-bom yang beratnya dalam hitungan ton.
2 Desember 2009, Al-Houthi konfirmasikan gerakan maju militer Saudi di wilayah Jebel al-Madood. Setelah satu setengah jam bentrok, wilayah tersebut berubah menjadi kuburan massal bagi tentara Saudi. Militer Saudi mundur total dari kawasan tersebut.
4 Desember 2009, para pejuang Al-Houthi menghancurkan empat tank Arab Saudi.
Amnesti Internasional menyatakan kekhawatirannya atas penggunaan bom fosfor oleh militer Saudi di Yaman.
5 Desember 2009, pesawat tempur Saudi dalam beberapa kali serangan udara, memporak-porandakan wilayah Majz, Talh, Aali Hamidan, dan Sahar. Lahan pertanian dan kebun milik warga rusak dan terbakar.
7 Desember 2009, jet-jet tempur Saudi menyerang wilayah Tahamah tiga kali dengan menggunakan bom tandan (kluster).
9 Desember 2009, satu jet tempur Arab Saudi ditembak jatuh Al-Houthi.
Militer Saudi melancarkan 76 serangan udara yang 30 di antaranya menghantam wialayh Jebel al-Madood dan al-Ghawiyah.
Seorang tokoh opisisi Yaman, meminta seluruh warga Yaman untuk bangkit melawan dalam rangka mencegah berlanjutnya pembunuhan massa terhadap warga oleh tentara Yaman dan Arab Saudi.
Seif Ali al-Washli, juga mengimbau berbagai partai di selatan Yaman untuk bangkit melawan pemerintah dengan menggunakan berbagai sarana yang ada.
12 Desember 2009, Al-Houthi menduduki sebuah pangkalan militer Arab Saudi.
Dalam rangka membalas aksi penembakan terhadap warga sipil, para pejuang Al-Houthi merebut dan menduduki pangkalan militer Arab Saudi al-Jabir.
Seluruh persenjataan dan perlengkapan logistik di pangkalan tersebut dirampas.
13 Desember 2009, serangan udara Arab Saudi ke sebuah kamp pengungsi di Propinsi Saada menewaskan tiga perempuan dan seorang anak.
14 Desember 2009, perang di Yaman memasuki fase baru.
Setelah kemampuan maksimum militer Arab Saudi terbukti gagal menumpas Al-Houthi. Kini Amerika Serikat ikut terjun dalam perang tersebut.
Dalam langkah pertama, militer AS melancarkan 28 kali serangan udara ke Propinsi Saada, Yaman.
Laporan: Kronologi Kebengisan Arab Saudi di Yaman (3-Akhir)
Ditawari perundingan damai, Al-Houthi langsung menyerahkan draf penghentian konflik di Yaman. Pemerintah Arab Saudi juga dituntut meminta maaf secara resmi kepada Yaman dan rakyat negara ini terkait agresi mereka dan berjanji untuk tidak mencampuri lagi urusan dalam negeri Yaman.
14 Desember 2009, menyusul memburuknya kondisi di utara dan selatan Yaman, pembangkangan di militer negara ini terus meningkat, sehingga seorang tentara Yaman secara serampangan menembak satu regu tentara yang mengakibatkan 6 orang tewas dan 6 lainnya cidera.
15 Desember 2009, anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) di Kuwait mendukung agresi brutal Arab Saudi terhadap para pejuang Al-Houthi Yaman.
16 Desember 2009, akibat serangan jet-jet tempur Amerika ke sebuah markas penjara di Yaman, 120 tahanan tewas dan 44 lainnya cidera.
Jet-jet tempur Amerika juga membombardir dua masjid di kawasan Al-Thalah di Yaman dan merusak sebagian besar bangunan kedua masjid tersebut. Angkatan Udara Amerika ikut terlibat langsung dalam perang di utara Yaman dan menggunakan pelbagai senjata pemusnah massal dan terlarang terhadap warga daerah ini.
17 Desember 2009, pesawat-pesawat tempur Amerika menewaskan dua keluarga Yaman dan menghancurkan rumah-rumah tempat tinggal warga.
18 Desember 2009, jet-jet tempur Arab Saudi membombardir rakyat Yaman dengan bom kimia.
Gerakan Al-Houthi menyatakan Arab Saudi menggunakan senjata terlarang dan banyak warga sipil yang menjadi korban akibat gas beracun yang keluar dari bom-bom tersebut.
Jet-jet tempur Arab Saudi dalam serangan udaranya ke Provinsi Saada di utara Yaman telah menewaskan 54 penduduk sipil, termasuk sejumlah wanita dan anak-anak.
19 Desember 2009, pasca perintah Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh untuk menyelenggarakan perundingan nasional, gerakan Al-Houthi langsung menyerahkan draf usulan penghentian konflik di Yaman.
Berdasaskan usulan ini, pemerintah Arab Saudi harus meminta maaf secara resmi kepada Yaman dan rakyat terkait agresi mereka dan berjanji untuk tidak mencampuri lagi urusan dalam negeri Yaman.
Yahya Al-Houthi menilai syarat kedua perundingan ini adalah kembalinya kedua pihak ke meja perundingan berdasarkan nota kesepakatan Doha. Ia menyatakan, Ali Abdullah Saleh dalam perundingan menyeluruh harus mengikutsertakan kelompok Al-Houthi, kelompok penentang di selatan dan juga kelompok penentang yang dikenal dengan nama "pertemuan koalisi" guna membicarakan sejumlah masalah seperti konsistensi terhadap undang-undang dasaw, kebebasan sosial dan hak asasi manusia, berupaya untuk menyelenggarakan pemilu yang bebas dan jujur, penyusunan undang-undang yang diperlukan, pembentukan komisi independen pemilu, adanya pengawasan internasional selama setahun mendatang dan ratifikasi undang-undang desentralisasi.
19 Desember 2009, militer Arab Saudi melanjutkan agresinya terhadap rakyat Yaman dan menewaskan 54 warga sipil yang kebanyakan berasal dari wanita dan anak-anak.
23 Desember 2009, kelompok Al-Houthi menyatakan penghentian agresi Arab Saudi sebagai syarat keluarnya militer negara ini dari Yaman.
24 Desember 2009, militer Arab Saudi membombardir pelbagai daerah Yaman dengan 412 rudal.
25 Desember 2009, sebagian sumber parlemen Yaman mengkonfirmasikan koordinasi keamanan Amerika dan Arab Saudi terhadap warga Yaman dan menyatakan bahwa militer Yaman sebagai eksekutor dalam sejumlah serangan udaranya terhadap rakyat negara ini. Di hari ini militer Yaman dan Arab Saudi secara bersamaan menyerang kawasan penduduk di Provinsi Saada.
26 Desember 2009, jet-jet tempur Arab Saudi dalam agresinya ke Yaman 18 kali membombardir sejumlah daerah Saada dengan 450 rudal.
27 Desember 2009, Direktur Badan Intelijen Yaman kepada sebuah surat kabar Arab Saudi menyebut pemerintah Yaman mendapat bantuan dari Amerika.
28 Desember 2009, gerakan Al-Houthi menyebut agresi Arab Saudi terhadap warga Syiah Yaman di hari Asyura dan mengumumkan, dalam serangan ini 34 orang tewas termasuk ank-anak dan wanita sementara 4 lainnya cidera.
29 Desember 2009, para pejuang Al-Houthi menjawab aksi pembantaian warga sipil oleh militer Arab Saudi dan berhasil menguasai tidak pangkalan militer Arab Saudi.
30 Desember 2009, gerakan Al-Houthi mengkonfirmasikan kekalahan militer Arab Saudi di 5 posisi dalam konflik senjata di kelompok ini. Pemerintah Yaman berusaha mencegah tersebarnya informasi mengenai perang ini dan melakukan sensor berita ketat, bahkan dua situs yang berafiliasi ke kelompok Al-Houthi dihack.
31 Desember 2009, pesawat-pesawat tempur Arab Saudi 25 kali melanjutkan serangan ke pelbagai kawasan Saada. Sementara aksi unjuk rasa mengutuk agresi Arab Saudi dan militer Yaman terus meningkat. Ribuan orang di kota Hilla, Irak melakukan demonstrasi mengutuk pembantaian orang-orang Syiah Yaman dan menyatakan dukungannya terhadap kelompok Al-Houthi.
3 Januari 2010, Arab Saudi menyerang kawasan utara Yaman dengan artileri, rudal dan serangan udara. Dalam serangan ini saja mereka menembakkan 350 rudal.
5 Januari 2010, dalam kejahatan terbarunya terhadap rakyat Yaman, militer Arab Saudi tidak tanggung-tanggung menembakkan 480 bom cluster. Pemimpin para pejuang Al-Houthi juga menegaskan bahwa perang akan terus dilanjutkan hingga agresi Arab Saudi dan Yaman berakhir. Ditambahkannya, gerakan Al-Houthi punya kesiapan untuk melanjutkan perang masif dan dalam jangka waktu lama.
6 Januari 2010, gerakan Al-Houthi dalam pernyataannya menyinggung berlanjutnya serangan udara, rudal dan darat Arab Saudi terhadap Yaman, sekaligus mengkonfirmasikan kekalahan dan terperangkapnya militer Arab Saudi dalam strategi para pejuang Al-Houthi.
8 Januari 2010, Arab Saudi melanjutkan serangannya dengan 2.500 peluru dan rudal terhadap pelbagai kawasan di Yaman.
10 Januari 2010, seorang pemimpin gerakan Al-Houthi mengisyaratkan aksi-aksi Arab Saudi yang menggunakan orang-orang bayaran Yaman dan mengatakan, Arab Saudi setiap harinya menyerahkan 200 riyal Arab Saudi kepada tentara-tentara Yaman. Militer Arab Saudi juga menembakkan 1.370 rudal dan mortir ke sejumlah daerah di utara Yaman.
11 Januari 2010, gerakan Al-Houthi berhasil menguasai tiga pos militer Yaman.
12 Januari 2010, operasi heliborne militer Arab Saudi di Jebel al-Dukhan mengalami kekalahan dan kegagalan.
13 Januari 2010, serangan jet-jet tempur Arab Saudi ke kamp pengungsi Al-Khazain di Saada yang menyebabkan sejumlah warga tewas. Seorang pejabat Arab Saudi juga menyatakan bahwa dalam konflik bersenjata antara pasukan negaranya dengan para pejuang Al-houthi, 4 tentara Arab Saudi tewas.
15 Januari 2010, para pejuang Al-Houthi menguasai jalan internasional yang menghubungkan Yaman dan Arab Saudi.
16 Januari 2010, pasukan Arab Saudi menembakkan 2.090 rudal ke pelbagai daerah Saada. Para pejuang Al-Houthi berhasil menembak jatuh sebuah helikopter apache milik Arab Saudi di dekat daerah Al-Khuwiyah, Arab Saudi.
17 Januari 2010, jet-jet tempur Arab Saudi menebarkan pengumuman di atas kota-kota Yaman guna melemahkan semangat juang para pejuang Al-Houthi.
18 Januari 2010, militer Arab Saudi menembakkan 3.000 rudal dan mortir ke sejumlah daerah Yaman.
19 Januari 2010, jet-jet tempur Arab Saudi mengubah sebuah acara perkawinan warga menjadi neraka. Dalam sebuah operasi pengemboman di daerah-daerah penduduk di kota Razih di dekat Saada, 16 orang yang sebagian besar berasal dari anak-nak dan wanita tewas. Saat melakukan pengeboman, jet-jet tempur Arab Saudi melepaskan tembakan ke arah kumpulan orang banyak yang tengah mengikuti acara perkawinan. Pengeboman yang dilakukan mendekat zhuhur itu meluluhlantakkan sejumlah bangunan bertingkat. Arab Saudi juga menyerang sejumlah daerah penduduk Yaman dengan bom suara..
20 Januari 2010, bentrokan senjata sengit terjadi antara militer Yaman dan Arab Saudi di satu pihak dan pasukan Al-Houthi di pihak lain di daerah Jebel al-Dukhan. Dalam konfli bersenjata itu para pejuang Al-Houthi berhasil menguasai pangkalan militer di daerah al-Mujadalah.
21 Januari 2010, Militer Arab Saudi mengkonfirmasikan tewasnya 113 personilnya dalam perang dengan milisi Al-Houthi di Yaman Utara.
Salah satu komandan militer Arab Saudi, Ali Zaid Al-Khawaji menyatakan, sejak bentrokan bersenjata pertama kalinya antara militer Arab Saudi dan Al-Houthi pada November 2009 tercatat 113 tentara negara ini tewas. Salah satu korban tewas terdapat seorang perwira tinggi.
23 Januari 2010, Gerilyawan Al-Houthi menyerang markas komando militer Yaman di Saada dengan peluru mortir. Dalam statemennya Al-Houthi menegaskan bahwa gerilyawan juga menyerang front Al-Qet'ah, di kota Ketaf dan berhasil mencegah gerak laju pasukan pemerintah bahkan memukul mundur mereka. Dalam pertempuran di Al Uqab, gerilayawan Al-Houthi berhasil menghancurkan tank tentara Yaman. Militer Yaman juga kehilangan tiga tanknya yang hancur di front Al-Jabiri.
Menyusul kekalahan tersebut, militer Yaman mengerahkan pesawat-pesawat tempur untuk menggempur wilayah permukiman sipil di Saada, Damaj, Al Ammar, Al-Jabiri, Malahith, dan Ghafirah di utara negara itu.
24 Januari 2010, Pejuang Al-Houthi menyatakan militer Saudi melancarkan 18 serangan udara dalam rangkaian serangan baru ke wilayah perbatasan dengan Yaman utara.
Kelompok Al-Houthi menyatakan sedikitnya 300 roket dan peluru mortir ditembakkan ke berbagai desa Propinsi Saada hingga tengah malam.
Jum'at, Al-Houthi menyatakan berhasil memukul mundur pasukan Yaman dan menghancurkan sejumlah tank.
24 Januari 2010, para pejuang Al-Houthi berhasil menghancurkan 76 tank Arab Saudi sejak konflik meletus.
Militer Arab Saudi 15 kali membombardir kawasan Saada yang mengakibatkan tewasnya 34 orang yang kebanyakan berasal dari anak-anak dan wanita.
24 Januari 2010, Seorang pemimpin oposisi Yaman di Kanada menyebut kontradiksi pernyataan pada pejabat tinggi Arab Saudi terkait al-Houthi sebagai bukti bahwa para pejabat Riyadh telah kehilangan akal menghadapi gerilyawan di Yaman utara itu.
Mohammad Al-Bukhaiti, tokoh oposisi Yaman di Kanada mengatakan, Arab Saudi merasa gagal. Apalagi baru-baru ini 20 tentaranya ditemukan tewas di perbatasan dengan Yaman. Menurutnya, kasus al-Houthi harus dibayar mahal oleh Riyadh karena berimbas pada masalah dalam negeri Arab Saudi. Ditegaskannya bahwa pengalaman al-Houthi membuktikan bahwa kekuatan rakyat jika memiliki tekad kuat pasti akan mengukir kesuksesan.
Dan hingga detik Anda membaca laporan ini, Arab Saudi masih terus melanjutkan kebengisannya di Yaman.
sumber:irib