Hari ini (29/3/2010) situs Kompas menurunkan analisa terkait tranformasi Irak pasca pemilu legislatif Irak dengan judul "Iran Jalankan Skenario". Tulisan Kompas itu dimulai dengan penegasan Ketua Mahkamah Konstitusi Pusat Irak bahwa faksi yang berhasil membangun koalisi terbesar di parlemen adalah pihak yang berhak membentuk pemerintahan, bukan faksi yang memperoleh suara terbesar di pemilu.
Setelah itu pembaca disuguhkan dengan kekecawaan kubu Iyad Allawi dengan koalisi Al-Iraqiya yang dalam pemilu meraih suara terbanyak. Tidak cukup di situ, sebuah laporan dari koran Al-Hayat, Arab Saudi yang dikenal anti-Iran, dinukil oleh Kompas yang menyebutkan kemenangan kubu Iyad Allawi dianggap sebagai kemenangan kubu kontra-Iran. Kompas tidak lupa berargumentasi untuk memperkuat asumsinya dengan kedatangan Jalal Talabani, Presiden Irak ke Tehran.
Hasilnya bisa ditebak, bahwa Kompas mencoba menggiring pembacanya bahwa kedatangan Jalal Talabani dan rombongan untuk membicarakan skenario rancangan Iran. Dalam skenario ini, Talabani akan tetap menjabat sebagai Presiden Irak, Perdana Menteri akan dijabat dari Koalisi Negara Hukum dan Ketua Parlemen dari Koalisi Nasional Irak. Sementara kubu Allawi tidak akan diberikan posisi sama sekali dari jabatan politik.
Aturan Pemilu Irak
Ada satu hal sangat mendasar yang dilupakan oleh Kompas. Dan itu terkait dengan aturan pemilu Irak. Benar, faksi peraih suara terbesar dalam pemilu yang berhak membentuk pemerintahan, tapi pertanyaanya, seberapa besar suara itu? Ini menjadi poin penting yang coba dilangkahi begitu saja oleh Kompas dan tentunya koran Al-Hayat yang anti-Iran.
Aturannya, suara terbesar yang dicantumkan itu telah didefinisikan dengan jelas dan itu adalah "50 persen plus satu". Dengan mencermati 325 kursi yang diperebutkan dalam pemilu legislatif kali ini, menyebut kelebihan dua kursi dari Koalisi Negara Hukum pimpinan Maliki sebagai peraih suara terbesar tampaknya terlalu tergesa-gesa, bila tidak dikatakan ngomong besar. Apa lagi, setiap partai yang ikut dalam pemilu legislatif ini masih memiliki waktu sehari lagi untuk mengajukan pengaduannya. Oleh karenanya, akan lebih bijak untuk menunggu hasil final pemilu legislatif Irak pasca masa pengaduan dan keputusan terakhir Komite Tinggi Pemilu Irak.
Kembali ke masalah utama tentang faksi mana yang berhak membentuk pemerintah mendatang Irak. Patut dicamkan, kubu Iyad Allawi dengan Koalisi Al-Iraqiya-nya hanya meraih 91 kursi di parlemen, terpaut dua angka dari kubu Maliki yang mendapat 89 kursi. Dengan aturan yang ada, setidak-tidaknya kubu Allawi masih membutuhkan 72 kursi lagi untuk menjadi faksi yang berhak membentuk pemerintah akan datang Irak. Dengan demikian, menjadi sangat rasional bila kekuatan-kekuatan politik Irak sejak kemarin mulai berlomba-lomba membangun koalisi di parlemen agar bisa meraih mandat untuk membentuk pemerintahan koalisi mendatang.
Kondisi Sulit Allawi
Perolehan 91 kursi Parlemen Irak oleh kubu Iyad Allawi dengan mencermati aturan yang ada, kubu Allawi lebih sulit untuk mencapi jumlah kursi yang memenuhi syarat, yaitu 163 kursi. Di sini, Koalisi Nasional Irak pimpinan Sayyid Ammar Al-Hakim memainkan peran kunci. Karena tanpa Koalisi Nasional Irak, kubu Allawi hanya akan mampu mengumpulkan 146 kursi bila berkoalisi dengan Koalisi Kurdistan, partai Perubahan, Persautan Islam dan Jamaah Islamiyah Kurdistan tanpa Koalisi Nasional Irak.
Dengan 146 kursi, kubu Iyad Allawi masih membutuhkan sedikitnya 17 suara lagi. Tampaknya 18 kursi dari Front Al-Tawafuq yang memiliki 6 kursi, Koalisi Persatuan Irak pimpinan Jawad Al-Bolani dengan 4 kursi, dan kalangan minoritas yang memiliki 8 kursi akan menjadi incaran tidak hanya kubu Iyad Allawi, tapi juga Nouri Maliki.
Tentu saja kondisi yang demikian sangat menyulitkan kubu Iyad Allawi dan Kompas tahu benar kesulitan yang dihadapinya. Untuk itu Kompas mencoba membesar-besarkan kekecawaan ini dengan mengutip ucapan Iyad Allawi. Dikatakannya, "Saya tidak mengerti penafsiran seperti itu, dan sejauh yang saya ketahui adalah faksi peraih suara terbesar pemilu yang berhak membentuk pemerintahan. Barangkali mereka berbicara soal konstitusi yang lain selain konstitusi permanen yang ada."
Kompas berusaha mengakhiri analisnya dengan mengumbar sedikit emosi dengan mengutip pernyataan kecewa Iyad Allawi. Tentu saja hal itu dilakukan agar dapat menarik simpatik pembaca dan sebaliknya semakin mempercayai skenario Kompas lalu empati terhadap Iran. Agar lebih bisa dipercaya, Kompas mencoba menjustifikasi analisa tidak berdasarnya dengan "Iran merancang kekuatan politik utama Irak pro-Teheran untuk mendominasi kekuasaan pascahengkangnya AS dari Irak pada akhir tahun 2011."
Mengapa Jalal Talabani ke Tehran
Masalah kedatangan Jalal Talabani, Presiden Irak ke Tehran disebut-sebut Kompas untuk melengkapi skenario anti-Irannya. Namun mengaitkan kedatangan Talabani ke Iran dengan "skenario Iran" yang dirancang Kompas tampaknya kurang cerdas. Karena bersamaan dengan kedatangan Jalal Talabani ke Iran, Libya menjadi tuanrumah Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab. Lawatan Talabani ke Iran melengkapi ketidakhadiran sejumlah kepala-kepala negara Arab seperti Michel Sleiman, Presiden Lebanon, Raja Abdullah, Raja Arab Saudi, Hosni Mubarak, Presiden Mesir.
Pertanyaan mendasarnya, apa sebenarnya yang membuat Jalal Talabani lebih memilih Tehran untuk mengikuti Hari Internasional Nouruz, ketimbang mengikuti KTT Liga Arab.
Masalahnya tidak terbatas pada ketidakhadiran Talabani, karena Hosyar Zebari, Menteri Luar Negeri Irak yang berada di Libya sempat menyatakan dirinya akan meninggalkan konferensi kembali ke negerinya. Zebari tidak jadi melakukan ancamannya dikarenakan sejumlah menteri-menteri luar negeri negara-negara Arab seperti Kuwait dan Bahrain berhasil meyakinkankannya untuk tetap di Sirte, Libya.
Ternyata sebelum diselenggarakannya KTT Liga Arab, pertemuan Moammar Qaddafi, Presiden Libya sempat melakukan pertemuan kontroversial dengan sebuah delegasi dan kelompokbersenjata yang terdiri dari anasir-anasir Baats. Pertemuan ini kontan membuat para pejabat Irak berang. Bagi para pejabat Irak, sikap negara-negara Arab yang masih menerima para penjahat mantan partai Baats tidak dapat ditolerir.
Oleh karenanya, kunjungan Jalal Talabani, Presiden Irak ke Iran sejatinya sebuah sikap protes kepada Moammar Qaddafi yang menerima anasir-ansir Baath. Analisa yang demikian lebih dekat pada kenyataan, ketimbang memilih skenario bagi Iran di Irak.(irib,berbagai sumber)
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com