Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam suratnya kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon meminta sekjen PBB untuk membela hak bangsa Iran sebagai korban terorisme.
IRNA melaporkan, Ahmadinejad Senin (12/4) kepada Ban Ki-moon menjelaskan bahwa Abdolmalek Rigi, gembong teroris Jundallah mendapat dukungan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), khususnya Amerika Serikat. Ia meminta Ban Ki-moon mengutuk dukungan tersebut dan membela hak bangsa Iran sebagai korban terorisme.
Ahmadinejad juga menyerahkan kepada sekjen PBB rekaman video yang menayangkan kejahatan Rigi dan pengakuannya untuk mendapatkan dukungan NATO.
Dalam suratnya presiden Iran meminta sekjen PBB membentuk tim penyidik independen terkait peristiwa 11 September 2001 dan dalih AS pasca tragedi tersebut untuk mengagresi Timur Tengah serta tujuan NATO menduduki Afghanistan dan kehadiran sejumlah negara Barat dalam invansi Irak pada 2003. Tak hanya itu, Ahmadinejad juga meminta hasil penyidikan tersebut diumumkan kepada masyarakat internasional.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Manoucehehr Mottaki saat bertemu dengan duta besar baru Turki di Tehran Senin (12/4) mengatakan, mereka yang mengadalkan kekuatannya dengan senjata nuklir sejatinya telah bermain api.
IRNA melaporkan, Mottaki dalam pertemuan tersebut menilai hubungan bilateral Tehran-Ankara semakin kokoh dan meningkat. Ia menambahkan, kedua pemimpin negara menilai keamanan masing-masing adalah keamanan bagi kedua pihak. Mottaki menandaskan, Iran dan Turki memiliki kesamaan visi di tingkat regional dan internasional, oleh karena itu kedua pihak membutuhkan kerjasama yang berkesinambungan di berbagai sektor.
Menyikapi konferensi pelucutan senjata nuklir di Tehran dan kebijakan Iran untuk merealisasikan pelucutan senjata pemusnah massal di dunia, Mottaki menegaskan, Iran dan Turki serta negara yang menentang senjata nuklir harus bersatu menandatangai konvensi penghapusan senjata nuklir.
Menurut Mottaki, senjata nuklir pernah sekali digunakan di dunia tepatnya di Herosima dan Nagasaki, Jepang. Senjata tersebut telah menelan ratusan ribu korban. Ia menegaskan, senjata nuklir tidak seharusnya disebut sebagai senjata pertahanan, karena mereka yang mengkonsenterasikan sistem pertahanannya dengan senjata jenis ini sejatinya telah bermain dengan api. Ketika itu, mereka baru akan menyadari bahwa senjata ini tidak bermanfaat kecuali menghancurkan dan mengambil korban yang besar.
Menyikapi pernyataan terbaru Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Mottaki menandaskan, pernyataan seperti ini tidak hanya merugikan masyarakat internasional dan mereka tidak akan menerima fakta kecuali kami dan seluruh negara dunia serius dalam upaya pelucutan senjata nuklir.
Negara Islam Gertak Netanyahu
Koran The Christian Science Monitor, cetakan Amerika Serikat menilai sikap dan keputusan yang diambil negara-negara Islam sebagai faktor utama absennya Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu di sidang Washington.
Koran ini menulis, Netanyahu menyatakan tidak akan mengadiri konferensi nuklir di Washington setelah mendapat informasi bahwa sejumlah negara muslim mempertanyakan sikap Israel yang menolak menandatangani Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT).
Koran ini menambahkan, kini negara-negara di Timur Tengah juga mempertanyakan sikap Amerika Sertikat terhadap Israel, mengapa dari satu sisi Presiden AS, Barack Obama menekankan pentingnya NPT dan mengucilkan negara yang tidak menandatangi traktat ini dan dari sisi lain Washington mengecualikan Israel.
Penasehat senior Obama, Gary Samore mengatakan, dalam sidang kali ini akan dihindari poin-poin menghebohkan dunia yang masih diperselisihkan masyarakat internasional. Konferensi nuklir Washington yang digelar 12-13 April dihadiri oleh wakil dari 47 negara dunia.
0 comments to "Ban Ki-moon mampukah mengungkap Maras ( Makelar teroris )"