Tanggung jawab Mohammad Elbaradei selaku Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) berakhir pada tanggal 1 Desember. Dengan demikian, Yukiya Amano asal Jepang, resmi menjadi Dirjen IAEA. Elbaradei menjabat tiga periode Dirjen IAEA yang setiap periodenya menempuh masa empat tahun. Pada tahun 1997, Elbaradei memulai kerjanya sebagai Dirjen IAEA menggantikan Hans Blix asal Swedia.
Selama menjabat salah satu lembaga internasional penting dan vital ini, Elbaradei melakukan berbagai perkembangan dan mampu menjalankan peran penting sehingga mendapat apresiasi dari berbagai negara. Salah satu langkah penting yang dilakukan oleh Elbaradei adalah menyatakan tidak adanya indikasi keberadaan senjata pembunuh massal di Irak saat George W. Bush, Presiden AS kala itu, mengeluarkan instruksi menyerang Irak. AS tetap mengagresi Negeri Kisah 1001 Malam itu. Setelah agresi, tentara AS tidak dapat menemukan senjata destrukstif massal yang dijadikan sebagai alasan menyerang Irak.
Perkembangan penting lainnya yang juga harus menjadi catatan dalam kinerja Elbaradei adalah sikap berbeda yang dimunculkan IAEA dalam menyikapi program nuklir sipil Iran di tengah tekanan negara-negara arogan dunia. Pada satu sisi, Elbaradei selalu mengeluarkan laporan yang isinya menekankan bahwa tidak ada bukti yang mengindikasikan penyimpangan program nuklir Iran. Namun di sisi lain, Elbaradei juga mengeluarkan pernyataan ambigu sehingga itu dapat dimanfaatkan negara-negara arogan untuk mendiskreditkan program nuklir Iran. Kebijakan standar ganda Elbaradei selama menjabat sebagai Dirjen IAEA, seringkali mewarnai isu nuklir sipil Iran.
Dualisme sikap IAEA membuat Elbaradei dikenal sebagai tokoh di balik layar dalam mengatur kebijakan terhadap Iran. Meski IAEA melakukan inspeksi sebanyak ratusan jam terhadap instalasi-instalasi nuklir Iran dan menyatakan bahwa program nuklir Iran berjalan sesuai dengan prosedur internasional, tapi Elbaradei tetap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang ambigu. Hal yang unik, pernyataan Elbaradei soal program nuklir Iran itu selalu minus data-data akurat.
Pada dasarnya, kebijakan standar ganda IAEA terkait program nuklir sipil Iran dan sikapnya dalam kasus senjata pembunuh massal di Irak membuktikan bahwa lembaga internasional ini tak diragukan lagi telah berfungsi sebagai alat kepentingan Washington. Hal itu terbukti bahwa saat berkepentingan menyerang Irak, AS tak menggubris laporan IAEA. Dalam kasus Iran, IAEA memberikan peluang kepada negara arogan seperti AS untuk mendiskreditkan Tehran dengan cara memberikan laporan-laporan yang bersisi dua. Laporan ambigu yang dibuat IAEA dapat dikatakan sebagai sarana untuk menekan Tehran. Tujuannya adalah mencegah negara ini memperoleh haknya untuk mengembangkan teknologi nukir sipil.
Mohammad ElBaradei, mantan Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional dan salah satu kandidat Presiden Mesir menuntut dibentuknya komite demi menyusun Undang-Undang Dasar baru. ElBaradei menegaskan, komite ini harus berasal dari pelbagai kalangan rakyat Mesir, karena tugas yang dibebankan kepada mereka adalah menyusun UUD yang baru. Mohammad ElBaradei juga mensyaratkan adanya perubahan dalam UUD Mesir bila ia harus berpartisipasi dalam pemilu presiden.
Rencananya, Mesir akan menyelenggarakan pemilu presiden tahun 2011. Namun disebutkan, protes keras soal sebagian pasal UUD, khususnya yang tekait pemilu dan aktivitas partai politik menunjukkan adanya keraguan atas transparansi dan kejujuran pemilu kali ini. ElBaradei sebagai tokoh politik Mesir yang disegani menyebut kekurangan terbesar Mesir adalah anjloknya kondisi politik negara ini. Ia menekankan pentingnya menciptakan atmosfir politik terbuka, termasuk dengan melakukan perubahan UUD. Untuk itu ElBaradei mengusulkan penyusunan kembali UUD yang isinya harus membatasi jabatan presiden menjadi hanya dua periode dan seluruh kelompok politik, termasuk gerakan Ikhwanul Muslimin berhak berpartisipasi dalam proses politik di negara ini.
Dalam UUD Mesir saat ini disebutkan, setiap kandidat pemilu presiden atau legislatif harus menjadi anggota partai politik asli dan legal serta sedikitnya telah menjadi anggota partai tersebut selama setahun.
Saat ini ada sekitar 22 partai politik yang diakui yang kesemuanya pro pemerintah. Berdasarkan referendum simbolis tahun 2007 di Mesir, disepakati para hakim tidak lagi diperbolehkan menjadi pengawas kotak-kotak suara. Artinya, pemerintah boleh dikata bebas melakukan kecurangan yang diinginkan dalam pemilu.
Para oposan yakin UUD Mesir saat ini lebih menguntungkan pemerintah dan partai yang berkuasa untuk tetap mewarisi kekuasaan. UUD Mesir begitu membatasi kandidat yang berpartisipasi dalam pemilu. UUD Mesir tidak hanya melarang aktivitas partai-partai politik yang memiliki basis rakyat dan agama, tapi juga menjadi kendala bagi partai-partai politik lainnya untuk berpartisipasi lebih luas dalam pemilu presiden.
Dengan mencermati fenomena yang sedang terjadi saat ini di Mesir, Mohammad ElBaradei selain memperingatkan turunnya reputasi Mesir di mata dunia diakibatkan UUD yang melanggar hak-hak partai politik, juga menekankan pentingnya menyusun UUD baru dan terciptanya atmosfir politik yang lebih terbuka di negeri ini. ElBaradei juga mengatakan dirinya tidak begitu tertarik untuk meraih posisi politik di Mesir, namun siap untuk membela hak-hak sipil warga Mesir dan memperbaiki kondisi negara ini.
Gara-Gara Soal Iran, Zionis Cemaskan Popularitas ElBaradei
Popularitas Mohammad ElBaredei semakin menanjak di Mesir setelah mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) itu menyatakan siap mencalonkan diri sebagai Presiden Mesir. Di Israel, media-media Zionis mencemaskan langkah ElBaredei itu.
Kantor Berita Qodsna dalam laporannya menyebutkan, Yedeot Aharonot koran terkenal Zionis menyebut pencalonan ElBaradei sebagai kandidat Presiden Mesir bukan berita yang baik bagi Israel. Alasannya adalah karena ElBaradei saat 12 tahun memimpin IAEA punya kebijakan yang lunak terhadap Iran. Ditambahkan, jika ElBaredei berhasil merebut kekuasaan, hubungan Mesir dan Israel akan terancam. Meski demikian Yedeot Aharonot menambahkan, kecil kemungkinan Mohammad ElBaredei bisa naik ke tampuk kekuasaan dengan adanya sistem sedemikian rupa yang telah dirancang oleh pemerintahan Hosni Mubarak.
Mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mohammad ElBaradei menilai kebijakan Barat di Timur Tengah gagal. Kandidat pemilu presiden Mesir ini dalam wawancara dengan koran Inggris, The Guardian mengatakan, kebijakan Barat di Timur Tengah harus ditinjau ulang, karena mengalami kegagalan total. Ditegaskannya, kebijakan Barat di Timur Tengah adalah politik cari untung di kawasan. Padahal seharusnya, kebijakan Barat berdasarkan prinsip dialog, saling memahami dan penguatan masyarakat sipil.
Kritik terhadap kebijakan Barat di Timur Tengah ini mengemuka di saat ElBaradei mulai berkampanye untuk mendulang perolehan suara terbanyak dalam pemilu presiden mendatang.
Kandidat pilpres Mesir baru-baru ini menyatakan, negara ini menghadapi kebuntuan politik. Tanpa kebebasan, Mesir tidak bisa mencapai kemajuan ekonomi dan sosial. Pemilu presiden Mesir dijadwalkan akan digelar pada tahun 2011 mendatang.
Ditangkap Gara-gara Nulis Buku Dukung ElBaradei
Sunday, 04 April 2010 06:41
Polisi Mesir menangkap direktur penerbit Dawin, Ahmed Mahanna karena menulis buku yang mendukung Mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mohammad ElBaradei. Mahanna mempublikasikan bukunya itu pekan lalu.Press TV mengutip kantor berita AFP melaporkan, Jaringan Arab untuk Hak Asasi Manusia (HAM) dalam keterangannya menyatakan, "Polisi Mesir selain menangkap Ahmed Mahanna di rumahnya, juga merampas naskah buku tersebut dan laptopnya."
Saat ini, Mahanna ditahan di penjara meski belum cukup alasan untuk menangkapnya. Polisi Mesir juga sama sekali belum merespon keterangan yang dirilis Jaringan Arab untuk HAM.
Setelah kembali ke Mesir, Mohammad ElBaradei kini menjadi salah satu tokoh penentang pemerintah Kairo paling populer di negara itu. Sebelumnya ElBaradei menyatakan diri siap bertarung dalam pemilu presiden jika pemerintah mengamandemen undang-undang dasar Mesir. Namun Presiden Mesir Hosni Mubarak menolak amandemen UUD negaranya.Monday, 05 April 2010 08:06
Polisi Mesir akhirnya membebaskan direktur penerbit Dawin, Ahmed Mahanna yang ditangkap gara-gara menulis buku dukungan terhadap Mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mohammad ElBaradei. Mahanna dibebaskan kemarin (Ahad,4/4), satu hari setelah ia ditangkap.
Sebagaimana dilansir Associated Press dari Kairo, dalam buku karya Mahanna itu, ElBaradei menuntut reformasi dalam struktur politik Mesir.
ElBaradei sejak kembali ke Mesir, berkali-kali menegaskan pentingnya reformasi politik di Mesir dengan cara menggelar pemilu yang bebas. Kini ia menjadi salah satu tokoh penentang pemerintah Kairo paling populer di negara itu.sumber : Irib
0 comments to "Elbaradei"