Hari ini 22/4/2010
Iran akan menggelar manuver akbar Nabi Besar V. Jurubicara manuver tersebut, Jenderal Alireza Tangsiri menyatakan, manuver ini membawa pesan perdamaian dan persahabatan bagi negara-negara tetangga.
Dalam menjelaskan tujuan dan tahapan manuver tersebut, Jenderal Tangsiri mengatakan, "Manuver Nabi Besar V merupakan manuver gabungan yang diprakarsai pasukan Garda Revolusi Islam Iran dan akan digelar di perairan lepas Teluk Persia dan Selat Hormuz."
"Berbagai satuan angkatan laut, darat, dan laut Iran serta pasukan relawan Basij, akan ikut serta dalam manuver Nabi Besar V. Latihan militer ini digelar selama tiga hari mulai besok(tgl 22/4/2010/kamis dalam empat tahapan."
Peningkatan kemampuan perencanaan operasi gabungan di wilayah Timur Tengah dan selat Hormuz, serta kemampuan mereaksi cepat dalam menghadapi kemungkinan serangan musuh, merupakan di antara target utama manuver tersebut.
Selain itu, dalam manuver itu diupayakan pemanfaatan maksimum pengalaman perang delapan tahun melawan agresi rezim Baath Irak. Penembakan rudal jarak menengah dan pendek dari tipe pantai ke pantai, permukaan ke permukaan, dan dari kapal ke kapal, juga termasuk dalam agenda manuver Nabi Besar V.
Menurut Tangsiri, target penting lain dalam manuver tersebut adalah peningkatan kemampuan mobilisasi cepat pasukan relawan Basij.(IRIB/MZ/21/4/2010)Puluhan demonstran anti-pemerintah turun ke jalan-jalan Mesir di ibukota Kairo menuntut kebebasan politik di negara ini.
Para demonstran mengecam seruan sejumlah politisi dan pejabat tinggi negara yang loyal kepada Presiden Mesir Hosni Mubarak, agar aparat menggunakan kekerasan terhadap para demonstran.
Para demonstran sebagiannya adalah politisi, anggota partai, dan mahasiswa itu juga menuntut pencabutan ketentuan darurat yang membolehkan aparat menahan warga dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dengan alasan keamanan nasional.
Seorang anggota parlemen sebelumnya mengkritik Kementerian Dalam Negeri Mesir yang bersikap lunak terhadap para dmeonstra. Dikatakannya bahwa para demonstran itu seharusnya ditembak mati.
Di pihak lain, Amnesti Internasional mengecam pernyataan kasar anggota parlemen tersebut dan menyebutnya sebagai tindak provokasi untuk meningkatkan penggunaan kekerasan.
Mubarak menjadi Presiden Mesir sejak 1981.(IRIB/MZ/21/4/2010)
Dua Gembongnya Tewas, al-Qaeda Irak Lumpuh
Media massa regional Timur Tengah dua tahun lalu memberitakan tewasnya dua gembong al-Qaeda, namun secara tiba-tiba pemerintah Irak menepis pemberitaan tersebut dengan mengkonfirmasikan tewasnya kedua pemimpin al-Qaeda itu dalam sebuah operasi.Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, Senin malam (19/4) menyatakan, pasukan keamanan Irak dan Amerika Serikat dalam sebuah operasi gabungan berhasil menewaskan Abu Umar al-Baghdadi dan Abu Ayyub al-Masri, dua gembong teroris al-Qaeda di Irak.
Berita penangkapan dan kematian keduanya berulangkali menghiasi media massa di kawasan, namun dua hari lalu keduanya dikonfirmasikan oleh pemerintah Irak tewas dalam sebuah operasi di Propinsi Salahuddin, Irak utara.
Seraya menyingung bahwa tewasnya kedua gembong teroris itu melumpuhkan al-Qaeda, Nouri al-Maliki menegaskan, "Dalam operasi tersebut sejumlah anggota al-Qaeda juga berhasil dibekuk."
"Setelah ini, al-Qaeda sangat lemah namun selama belum diberangus sampai ke akar-akarnya, kita harus tetap waspada," tambah al-Maliki.
Di lain pihak, militer Amerika Serikat dalam statemennya menyebutkan, kematian dua teroris ini merupakan pukulan telak bagi al-Qaeda. Seorang tentara AS, putra al-Baghdadi, dan seorang asisten al-Masri, tewas dalam operasi tersebut.
Dalam hal ini, Wapres Amerika, Joe Biden menyatakan, "Menyusul dua pemimpinnya tewas, al-Qaeda merasakan pukulan telak, dan menurut saya operasi ini membuktikan bahwa masa depan Irak tidak berada di tangan pihak-pihak yang ingin menghancurkannya."
Abu Hamzah al-Muhajir, alias Abu Ayyub al-Masri, panglima militer al-Qaeda, pada Juli 2006, menggantikan Abu Musab al-Zarqawi. Al-Masri bertanggung jawab atas berbagai ledakan masif di Baghdad.(IRIB/MZ/21/4/2010)Terjadi keretakan di dalam kabinet rezim Zionis Israel soal program nuklir Republik Islam Iran. Bahkan beredar berita bahwa diperkirakan Amerika Serikat akan mengendurkan sikapnya dan terpaksa menerima Iran sebagai negara pemilik teknologi nuklir.
Wall Street Journal dalam sebuah ulasan yang ditulis oleh Charles Levinson menyebutkan, para pejabat tinggi dan lembaga-lembaga keamanan Israel berselisih pendapat soal pentingnya dukungan Amerika Serikat jika Tel Aviv berniat melancarkan aksi-aksi agresif terhadap Iran.
Dalam hal ini, sejumlah pejabat Zionis menyatakan, "Muncul indikasi Amerika Serikat mulai menerima kenyataan Iran sebagai negara nuklir padahal Tel Aviv tidak dapat menerima hal tersebut."
Kekhawatiran rezim Zionis Israel soal penerimaan Iran sebagai negara nuklir baru dunia oleh Amerika Serikat semakin menguat setelah beberapa hari sebelumnya, Menteri Pertahanan Amerika, Robert Gates, dalam laporannya ke Gedung Putih melontarkan kekhawatirannya soal tidak adanya strategi yang jelas dalam menghadapi program nuklir Iran.
Setelah pernyataan Gates itu, Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat, Michael Mullen menegaskan bahwa serangan militer ke Iran adalah opsi terakhir Amerika Serikat.
Israel menyatakan dukungannya terhadap upaya Amerika memberlakukan sanksi baru terhadap Iran, namun Tel Aviv mengkritik lemahnya upaya diplomasi Washington untuk meningkatkan tekanan global terhadap Tehran.
Levinson lebih lanjut menjelaskan, friksi di dalam kabinet Israel soal pentingnya dukungan Amerika Serikat atas rencana militer Israel ke Iran ini terjadi di saat hubungan Washington dan Tel Aviv meregang menyusul keputusan rezim Zionis melanjutkan pembangunan permukiman Zionis di wilayah pendudukan. Di sisi lain, Washington memprotes kebijakan Israel itu dan menilainya sebagai faktor utama kegagalan perundingan damai di Timur Tengah.(IRIB/MZ/21/4/2010)
Mehr-Hizbullah Lebanon dalam sebuah pernyataan resminya mengecam laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang penyelundupan senjata ke Lebanon dan menilainya sebagai intervensi urusan dalam negeri Lebanon.
Menurut kantor berita Suriah (SANA), Hizbullah dalam pernyataannya mengecam laporan terbaru PBB soal penyelundupan senjata ke Lebanon mengatakan, "Hal terburuk yang ada dalam laporan ini adalah upaya licik dalam menyembunyikan sumber informasi laporan ini. Sumber informasi ini sangat diragukan dan tampaknya secara sengaja memang tidak disebutkan oleh PBB. Karena sumber informasi ini adalah Israel."
Dalam pernyataan ini juga disebutkan, "Langkah PBB tidak menyebutkan sumber informasi memunculkan sejumlah pertanyaan dan keraguan soal kejujuran PBB baik laporan dan informasi mereka."
Ditambahkan, "Hizbullah menekankan kembali bahwa ia bukan sebuah kelompok milisi, tapi muqawama warga Lebanon yang ingin membela tanah airnya."
Di akhir pernyataan Hizbullah ditegaskan bahwa PBB sama seperti laporan-laporan sebelumnya tidak membeberkan kejahatan dan ekspansi rezim Zionis Israel di Timur Tengah. Laporan Larsen ini sama artinya mengintervensi Lebanon dan menciptakan konflik internal di Lebanon.
Terje Roed-Larsen, wakil khusus PBB dalam laporan terbarunya menuduh Hizbullah tengah berusaha memasukkan senjata ke Lebanon.
Shimon Peres, Presiden Rezim Zionis Israel pekan lalu menuduh Suriah menyerahkan rudal scud kepada Hizbullah yang kemudian direaksi keras oleh para pejabat Lebanon. Saad Hariri, Perdana Menteri Lebanon Selasa (20/4) menyatakan, klaim adanya senjata jenis rudal scud di Lebanon hanya pengulangan skenario adanya senjata pemusnah massal di Irak.(IRIB/SL/21/4/2010)Armada pesawat Grumman F-14 Tomcat Iran yang dibeli dari Amerika Serikat pada masa pemerintahan Shah Iran digulingkan.
Sejak Revolusi Islam tahun 1979, AS telah menempatkan embargo senjata terhadap Iran, yang meliputi penjualan baru pesawat F-14 ke negara itu.
Nasirzadeh Aziz, seorang pejabat atas IRIAF, menggambarkan Iran saat ini armada F-14 sebagai "pesawat yang telah dirombak total".
Dia juga mengatakan pesawat itu telah mengalami modifikasi sehingga mereka sekarang memiliki generasi baru pembom yang tidak dapat diinstal sebelumnya.
Amerika Serikat mengumumkan pada bulan Januari 2007 bahwa penjualan suku cadang untuk F-14 akan ditunda karena kekhawatiran bahwa mereka bisa berakhir di Iran.
Nasirzadeh mengatakan Iran kini mampu memproduksi radar untuk F-14 dan memperbaiki mesin pesawat tanpa ketergantungan pada impotir.
Dia menambahkan bahwa Iran sekarang bergerak di jalan menuju "kemerdekaan" dalam memproduksi sukucadang pesawat sehingga negara tersebut tidak berharap kepada negara-negara asing untuk menyediakan pasokan. (20/4/2010/islamtimes
0 comments to "Gelar Manuver Militer Akbar 'Nabi Besar V'"