Lembaga pelindung aktivis hak asasi manusia (HAM) internasional, Frontline menyesalkan penangkapan seorang aktivis HAM Arab Saudi oleh pemerintah.
Televisi al-Alam melaporkan, Frontline menyatakan, penangkapan Munir Baqil al-Jashash disebabkan aktifitasnya yang membela HAM. Situs Rashad mengutip Frontline menulis, al-Jashash selama ini aktif membela HAM secara damai.
Berdasarkan laporan Frontline, al-Jashash baru dibebaskan dari sel individu penjara al-Mabahist ke penjara umum setelah mendekam di sel tersebut selama beberapa bulan.
Masih menurut sumber ini, al-Jashash dijebloskan penjara enam bulan lalu tanpa dakwaan. Laporan Frontline merupakan laporan ketiga dalam beberapa bulan terakhir soal kritikan atas kondisi HAM di Arab Saudi.
Partai Inggris: Jika Berkuasa, Kami Akan Melarang Islam
Fars-Salah satu partai rasis dan ekstrim di Inggris berjanji jika memegang kekuasan di negeri ini, akan melarang seluruh simbol Islam.
Partai Nasional Inggris ekstrim yang mempersiapkan partisipasi mereka dalam pemilihan 6 Mei mendatang, dalam kampanyenya berjanji akan melarang pembangunan masjid, penyembelihan korban, pemakaian burqa, dan kegiatan Islam lainnya di Inggris. Partai tersebut juga berjanji akan mencegah imigrasi Muslim ke Inggris.
Partai Nasional Inggris yang menjadikan warga Muslim sebagai targetnya, meminta dukungan dari kelompok Yahudi. (IRIB/MZ)
Israel: Rezim Pencuri Nuklir
Fars News Agency: Analis masalah internasional Grant Smith mengacu pada catatan jumlah pencurian bahan nuklir dan informasi nuklir oleh Rezim Zionis Israel di pusat-pusat penelitian nuklir Amerika Serikat menulis, Israel di Amerika Serikat dengan bebas mencuri nuklir.
Fars melaporkan, mengutip situs berita internet Information Clearing House, Grant Smith dalam sebuah artikel yang juga dimuat di site Anti-War meneliti sejumlah kasus pencurian bahan nuklir di US dan menyebut Israel sebagai pelaku pencurian tersebut. Ia menandaskan bahwa Israel telah lama melakukan aksi spionase di AS.
Smith menulis artikel ini: Minggu ini, Israel memutuskan mengirim Menteri Informasi, Dan Meridor untuk menghadiri perundingan keamanan nuklir. Upaya AS untuk mengamankan gudang-gudang nuklir yang rentan terhadap suatu negara tidak dianggap resmi, juga mendapat perhatian serius Israel dan menimbulkan kemarahan mereka. Israel berusaha menyelamatkan muka Perdana Menteri Netanyahu dihadapan publik internasional terkait gudang senjata nuklir Tel Aviv yang dirahasiakan.
Menurut analisa The New York Times, hal inilah yang mendorong Israel untuk mengirim delegasi tingkat rendah dalam konferensi nuklir di AS, namun demikian rezim ini juga memberikan reaksi atas ketedoran Washington baik yang disengaja maupun tidak.
Penyelidikan soal raibnya kiriman uranium khusus untuk pembuatan senjata nuklir dari Pennsylvania menunjukkan kelemahan AS untuk menjaga reaktor nuklirnya dari ancaman dalam negeri. Nasib kargo tersebut dapat menjadi tolok ukur keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha pemerintah Barack Obama untuk mencegah perluasan senjata nuklir.
Penulis buku Spay Trade: How Israel's Lobby Undermines America's (Spy Perdagangan: Bagaimana Lobby Israel merongrong Ekonomi Amerika), Grant F. Smith menulis: David Lowenthal, seorang anggota perlawanan bawah tanah Yahudi Haganah kemudian membentuk militer Israel. Dan selama perang tahun 1948 ia ikut berperang di bawah komando Meir Amit yang kemudian diangkat menjadi Menteri Intelejen. Lowenthal adalah teman dekat David Ben-Gurion, perdana menteri pertama Israel.
Ben Gurion pada pertengahan 1940 dan ketika memimpin Agen Yahudi bertanggung jawab terhadap sebuah jaringan rahasia yang menggemparkan. Jaringan ini bertugas melakukan penyelundupan dan pencurian di AS. Tujuannya adalah mengumpulkan dana untuk membeli persenjataan guna perang dengan bangsa Arab. Jaringan ini kemudian menyelundupkan berbagai senjata mulai yang ringan hingga berat seperti pesawat tempur, kapal perang hingga tank dari gudang-gudang AS ke Palestina pendudukan.
Lowenthal juga mendirikan perusahaan di bidang nuklir di AS. Ia membeli perusahaan Apollo Steel di Pennsylvania seharga 450 ribu dolar. Yang menjadi direkturnya adalah Dr.Zalman M. Shapiro, seorang jenius dan ketua cabang Zionist Organization of America. Pada tahun 1956 Dr Zalman menduirikan perusahaan di bidang bahan dan peralatan nuklir (NUMEC). Perusahaan yang baru dibentuk ini kemudian digabungkan dengan Apollo Steel. Pada tahun 1957 Lowenthal kabur dari AS setelah melelang perusahaan tersebut.
Dr. Leonard P. Pepkowitz, salah satu pendiri NUMEC pada tahun 1944 terlibat dalam program rahasia Manhattan Project. Proyek ini kemudian menghasilkan bom atom pertama di AS. Pepkowitz kemudian menjabat sebagai ketua Los Alamos National Laboratory di New Meksiko.
Perusahaan Apollo Steel secara maraton memproduksi uranium dan plutonium yang diperkaya pesanan dari perusahaan Westinghouse dan angkatan laut AS. Selanjutnya Apollo Steel menjadi pensuplai utama bahan bakar kapal selam nuklir AS dan peralatan militer lainnya.
Menurut ketua Institute for Research: Middle Eastern Policy, Komisi Energi Atom (AEC) di awal dekade 60-an mencatat sejumlah pembukuan yang mencurigakan dan kehadiran sejumlah warga Israel di NUMEC. Pada tahun 1962 AEC meliburkan bagian pembuatan senjata di perusahaan ini. Akhirnya pada tahun 1965 komisi ini menyadari bahwa NUMEC tidak bisa memberikan pertanggungjabawan atas raibnya 220 pon uranium yang diperkaya.
Sementara itu, pada tahun 1966, Polisi Federal AS (FBI) mulai melakukan penyelidikan dalam kasus yang disebut Project Drivert termasuk direktur NUMEC dan warga Israel yang pernah berkunjung ke perusahaan ini. menurut pernyataan direktur NUMEC pada 10 September 1968 terdapat empat warga Israel yang berkunjung ke perusahaan ini dan melakukan perudingan dengan Shapiro terkait mesin termoelektrik.
Di antara warga Israel tersebut terdapat Rafi Eitan. Setelah kunjungan Eitan tercatat 587 pon uranium yang diperkaya dinyatakan hilang. Carl Duckett, deputi CIA pada tahun 1968 menyatakan bahwa uranium yang raib dari NUMEC dicuri Israel dan dimanfaatkan untuk memproduksi senjata nuklir.
CIA Rogoh Kocek Tingkatkan Teknik Intelejennya
Washington Post melaporkan, Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) mengeluarkan dana jutaan dolar untuk mencoba memperkuat teknik intelijennya.
Berdasarkan pada program baru CIA, dalam beberapa tahun mendatang jutaan dolar akan dibelanjakan untuk memperbaiki teknik pengumpulan data, peningkatan teknologi dan pengkapan analis yang bekerjasama yang lebih erat dengan para agen terkait di bidang tertentu.
Program peningkatan jumlah analis dan agen yang menguasai bahasa asing untuk itu merupakan isu yang membuat para agen dan perwira militer dan sipil di Afghanistan dan Irak kewalahan.
Leon Panta, Direktur Jenderal agen CIA menilai perubahan tersebut membantu dalam penanganan lebih baik terhadap berbagai ancaman seperti terorisme, senjata pemusnah massal, dan serangan cyber.
Menurutnya, tujuan utama dari program ini adalah penempatan analis CIA di lokasi yang sama para agen beroperasi.
Menurut para pejabat, keberadaan para analis dan agen di satu tempat yang sama seperti yang dilakukan saat ini markas CIA membuat pertukaran informasi lebih baik dan lebih efisien.
"Saya sedang berusaha meningkatkan kemampuan menguasai bahasa asing. Melipatgandakan jumlah agen-agen mendaftar dalam program bahasa jumlah, sementara jumlah analis juga ditingkatkan tiga kali lipat."
Para pejabat CIA menyatakan bahwa mereka tidak memiliki personil yang menguasai sejumlah bahasa termasuk Arab, Cina, Rusia, Pashtun, Urdu dan Persia.(IRIB/MZ)Calon anggota Kongres AS dari California, Marcy Winograd, menyinggung ketidakpuasan kelompok kiri dan kanan terhadap kebijakan Presiden Barack Obama dan mengatakan, ancaman serangan nuklir terhadap negara lain berarti kehancuran dunia.
Pemilu sela Kongres Amerika akan diadakan segera dan kali ini perdebatan panas antara para kandidat di Kongres tengah berlangsung. Pekan lalu, Marcy Winograd California, mengkritik kebijakan rivalnya Jane Harman soal masalah Timur Tengah, Palestina, dan dukungan terhadap rezim Zionis Israel.
Dia mengatakan, "Saya tidak yakin banyak pihak di Amerika yang mengetahui ancaman serangan nuklir presiden Obama dan dampaknya terhadap kehancuran dunia."
Winograd menyinggung propaganda anti-Iran pada era pemerintahan presiden George W. Bush dan dampaknya terhadap opini publik, juga menekankan dampak propaganda pengesanan Iran sebagai ancaman terhadap opini publik Amerika seraya mengatakan, "Saya pikir, di saat Amerika mengembangkan riset senjata nuklir baru, maka dunia yang bebas dari senjata nuklir tidak mungkin dapat terwujud.
Mengingat sejarah berdarah dalam intervensi militer Amerika di Afghanistan, Irak dan Pakistan, sensitivitas Republik Islam dalam menyikapi masalah keamanannya cukup wajar, namun banyak warga Amerika tidak mengetahui hal ini.
"Tentu saja saya tidak akan menjustifikasi militerisme gila Amerika, saya hanya ingin mengakui bahwa setelah kebijakan keliru Bush, warga Amerika Serikat sangat meyakini pada perubahan yang nyata dan kita menutup mata soal pernyataan perang Obama dan memilihnya," kata Winograd.
Menurutnya, ketika terpilih, Obama seharusnya tahu bahwa tidak ada solusi militer untuk Afghanistan. Namun lambat atau cepat Obama akan mengetahuinya di saat ekonomi Amerika mengalami banyak masalah dalam sektor lapangan kerja, perumahan dan pendidikan. (IRIB/MZ)
0 comments to "Jika Berkuasa, Kami Akan Melarang Islam"