Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Mayor Jenderal Sayyid Hasan Firuzabadi menyatakan, jika Amerika Serikat melancarkan ancaman serius atau berulah, maka tidak satu pun tentara Amerika yang berada di kawasan yang dapat selamat pulang ke tanah air mereka.
Pernyataan itu dikemukakan Firuzabadi pada peringatan gugurnya Syahid Sayyad Shirazi ke-11 di depan para wartawan Tehran. Dikatakannya, "dewasa ini ketika seorang warga Iran berkunjung ke negara asing, ia dikenal sebagai warga negara pahlawan dan pejuang anti-imperialisme.
Terkait berbagai ancaman Amerika Serikat terhadap Iran, Mayjen Firuzabadi menegaskan, Amerika terbagi menjadi beberapa kelompok, jika kita ingin membaginya, dua kelompok di antaranya tidak mendukung ancaman terhadap Iran dan hanya satu kelompok yang konfrontatif seperti Bush.
Menurutnya, skenario ancaman terhadap Iran bukan hanya terbatas pada ancaman militer saja. Semua pihak mengetahui jika Amerika melancarkan serangan serius terhadap Iran, maka sesungguhnya ancaman yang dihadapai Amerika 1.000 kali lipat lebih berbahaya. Contohnya krisis ekonomi akan semakin meluas, seluruh pasar akan terkena dampaknya, dan tidak satupun tentara Amerika yang dapat pulang dengan selamat ke negara mereka.
Amerika Serikat sebelum menjadi ancaman militer bagi Iran, sudah lama menjadi ancaman bagi Rusia dan Cina. Oleh karena itu Rusia dan Cina melihat Amerika Serikat sebagai ancaman menyusul program pemetakan perekonomian dunia oleh Amerika.
Menyinggung penamaan tahun ini oleh Rahbar sebagai tahun "Tekad Ekstra dan Usaha Ekstra" pejabat tinggi militer Iran ini menegaskan, salah satu teladan terbaik dalam hal ini adalah Syahid Shirazi yang memiliki tekad dan usaha tidak dapat diukur dalam menjaga negara.
Di bagian lain pernyataannya, Firuzabadi menilai strategi Pertahanan Suci sebagai strategi demokrasi agama. Yaitu bahwa panglima pada era pertahanan suci tidak berbeda dengan anggota satuan militer yang dipimpinnya. Ditegaskannya, tekad ekstra tidak dapat dimiliki tanpa keimanan dan semangat revolusioner.
Berbicara mengenai masalah strategi Republik Islam Iran, Mayjen Firuzabadi menjelaskan, strategi Republik Islam Iran menuntut perkembangan di sektor industri dan sumber daya manusia, begitu juga spiritualitas dan etika, demi memuliakan umat Imam Mahdi as.Barack Obama, Presiden Amerika Rabu (07/4) mengumumkan strategi baru nukilr Amerika. Sebuah strategi baru yang tampak lahirnya menipu, tapi batinnya sangat berbahaya bagi perdamaian dan keamanan global.
Berdasarkan strategi nukir baru ini, Amerika secara lahiriah akan mengurangi cadangan persenjataan nuklirnya, tapi pada dasarnya pengurangan jumlah ini bakal diisi dengan senjata-senjata nuklir generasi baru. Senjata nuklir generasi baru ini memang memiliki ukuran yang lebih kecil, tapi daya perusaknya sangat luar biasa dan tidak dapat dibandingkan dengan senjata nuklir generasi lama.
Amerika telah memulai memproduksi senjata nuklir generasi ketiganya sejak dekade 70-an. Kini gudang-gudang senjatanya telah dipenuhi dengan beragam senjata nuklir modern generasi keempat. Amerika saat memproduksi dan menyimpan senjata-senjata nuklir generasi terbarunya, juga menjadi negara penandatangan Traktar Non Proliferasi Nuklir (NPT). Dan seharusnya, sesuai dengan aturan internasional, Amerika harus mendahulukan janjinya untuk melucuti senjata nuklirnya.
Berdasarkan butir pertama NPT, negara-negara yang memiliki senjata nuklir (pada waktu itu Amerika, Uni Soviet dan Inggris yang tercatat memiliki senjata nuklir) berjanji bukan hanya tidak mempersenjatai negara-negara lain dengan senjata nuklir, tapi sesuai dengan butir ini dan butir-butir yang lain, perlucutan senjata telah diterima sebagai satu prinsip perjanjian ini dan mereka harus melaksanakannya.
Dalam pidatonya saat menjelaskan strategi nuklir baru Amerika, Barack Obama secara licik menyetujui pemanfaatan senjata nuklir!
Apa yang dipropagandakan oleh para pejabat Gedung Putih terkait program nuklir Amerika di tingkat internasional menunjukkan mereka tidak pernah merasa terikat pada segala bentuk aturan dan perjanjian nuklir. Untuk itu mereka senantiasa mencari-cari kesempatan untuk lari dari segala bentuk aturan yang ada.
Dalam strategi baru nuklir Amerika, Obama mengklaim senjata nuklir hanya akan dipakai dalam kondisi darurat. Tapi bila mencermati lebih jauh pernyataan Obama, ternyata Amerika mengajukan syarat bila negara-negara dunia komitmen dengan Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT). Dan menurut pengakuan Obama, Iran dan Korea Utara tidak termasuk negara-negara ini.
Iran selama ini hanya mengakui Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebagai satu-satunya lembaga pengawas internasional. IAEA sendiri sebanyak 15 kali selama tiga tahun ini menyatakan tidak ada penyimpangan dalam program nuklir sipilnya.
Semestinya masyarakat internasional menekan Amerika. Karena Amerika termasuk salah satu negara yang tidak menaati NPT. Amerika dengan semua klaimnya terkait program nuklir negara-negara lain, termasuk Iran adalah negara utama yang melanggar NPT dan penyebab munculnya ketidakpercayaan negara-negara terhadap perjanjian internasional ini.
Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) pada intinya bertujuan untuk melucuti senjata nuklir dunia. Isi NPT adalah melarang produksi, penyebaran dan penimbunan senjata nuklir. Sebuah perjanjian yang memberikan harapan kepada manusia untuk dapat hidup tanpa perang, ketegangan dan ketakutan. Namun pada praktiknya tidak demikian.
Dunia punya banyak masalah besar yang dihadapinya, tapi masalah paling prinsip adalah senjata nuklir. Sekalipun manusia begitu membenci senjata nuklir, tapi sayangnya sejumlah negara seperti rezim zionis Israel malah memaksakan senjata dalam nuklir dalam doktrin militernya. Dan biasanya sesekali mereka justru mengancam negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir dengan senjata pemusnah massal ini.
Fenomena ini membuat upaya perlucutan senjata nuklir di tingkat internasional menjadi sangat penting. Lebih penting lagi adalah upaya menghadapi radiasi nuklir yang berasal dari peremajaan senjata nuklir.
Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengecam kebijakan standar ganda Amerika Serikat dalam masalah nuklir.
"Amerika Serikat tengah memproduksi generasi baru senjata nuklir. Washington juga membela rezim Zionis Israel yang memiliki ratusan hulu ledak nuklir, namun pada saat yang sama menentang program nuklir sipil Iran. Ini munjukkan standar ganda Amerika menyangkut program nuklir," kata Vahidi (7/4) sebagaimana dikutip ISNA.
Menhan Iran juga menepis kemungkinan serangan militer terhadap situs nuklir Iran oleh Israel atau Amerika Serikat.
"Rezim Zionis Israel terlalu lemah untuk menyerang Iran," tambahnya.
"Israel tidak akan berbekas jika rezim Zionis mengumumkan perang dengan Iran," tegas Vahidi.
Tehran berulangkali menepis kemungkinan serangan militer Israel terhadap situs nuklir Iran dan menilai agitasi tersebut sebagai perang urat saraf guna mendesak Tehran menghentikan program nuklir sipilnya.
Israel dan negara-negara Barat pendukungnya menuding Iran berupaya memproduksi senjata nuklir dengan menggunakan program nuklir sipilnya sebagai kedok.
Namun pemerintah Iran secara tegas menolak klaim tersebut dan balik menuding Barat berupaya mencegah Iran menggapai teknologi nuklir sipil. Barat berusaha mendominasi energi nuklir di dunia.
Sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran berhak mendayagunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.
Ditambah lagi IAEA telah melakukan berbagai inspeksi ke seluruh instalasi nuklir Iran bahkan memasang kamera pengawas di setiap sudut instalasi nuklir negara ini. Dalam sejumlah laporan yang berdasarkan dari hasil inspeksi, IAEA menyatakan tidak terjadi penyimpangan dalam proram nuklir Iran.
Namun di sisi lain, rezim Zionis Israel memiliki lebih dari 250 hulu ledak nuklir dan tidak pernah mengijinkan tim dari IAEA menginspeksi instalasi nuklirnya."Republik Islam telah mengungkapkan kebohongan kekuatan arogan, khususnya Amerika Serikat, di berbagai poin," tambahnya.
"Iran telah membuka topeng jelek dari Amerika Serikat dan Israel sejak revolusi Islam tahun 1979," dia menjelaskan lebih lanjut.
"Kami sangat bangga dengan ini," kata menteri Iran.
Bulan lalu, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan Amerika harus menjelaskan apa yang dilakukan pasukannya di Afghanistan, seperti memerangi terorisme tidak mungkin melalui pengerahan gelombang militer, menambahkan bahwa terorisme hanya dapat diperangi dengan kerjasama intelijen.
Ahmadinejad berkomentar dalam sebuah konferensi pers bersama dengan mitranya Afghanistan Hamid Karzai di pada tanggal 10 Maret.
0 comments to "Serang Iran..!!!?????......"