Kenapa Wanita Sebaiknya Sombong, Penakut, dan Kikir?
Nahjul Balaghah adalah sebuah kitab yang berisi khotbah dan kalimat hikmah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Nahjul Balaghah sendiri berarti “puncak kefasihan”; sehingga tidak heran banyak kata-kata yang diucapkannya sulit dipahami orang awam. Salah satu ucapan Imam Ali berkenaan dengan wanita adalah, “Sebaik-baik perangai wanita adalah seburuk-buruk perangai pria; seperti sikap sombong, penakut, dan kikir.”
Membaca ucapan Imam seperti itu, orang awam mungkin akan ragu dengan keaslian kitab tersebut. Kok bisa Imam Ali, khalifah keempat Suni dan imam pertama Syiah, mengucapkan kata-kata yang merendahkan wanita? Apalagi kalau tahu Imam Ali juga pernah mengatakan, “Wanita adalah kalanjengking yang sengatannya manis.”
Padahal, itulah yang disebut balaghah dalam bahasa Arab, dan Imam Ali memiliki puncak kefasihan dalam bahasa Arab. Alquran sendiri dalam salah satu ayatnya menyebutkan, “Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS. 4: 76). Tapi di ayat yang lain, Alquran menyebutkan, “Sesungguhnya tipu daya kamu (perempuan) adalah besar.” (QS. 12: 28). Lalu, perlukah kita meragukan ayat Quran?
Sombong, penakut, dan kikir. Tiga sifat tersebut tidak baik jika dimiliki oleh pria, tapi menjadi baik jika dimiliki wanita. Mengapa? Syahid Muthahhari pernah mencoba memberikan analisanya. Dalam bahasa Arab khususnya, sebuah lafaz tidak selalu berkaitan dengan kondisi kejiwaan. Misalnya ayat: “Allah akan (membalas) olok-olokan mereka…” (QS. 2: 15) Kata itu sebenarnya tidak cocok bagi Allah, namun digunakan agar dapat dipahami manusia bahwa Allah akan menghinakan mereka.
Pada etika dasarnya ketiga sifat di atas tidak baik untuk dimiliki oleh wanita maupun pria.
Namun hadis yang menyebutkan bahwa wanita hendaknya berlaku sombong terhadap pria asing (bukan muhrim), bermaksud agar tingkah laku wanita tersebut sedemikian rupa agar “tinggi” dan berwibawa sehingga membuat pria asing menghormati, tidak mengganggunya sehingga dapat menjaga kehormatan wanita. Jadi, kesombongan di sini hanyalah tingkah laku dan bukan etika.
Sedangkan pengertian sifat penakut berasal dari keinginan untuk menjaga kesucian dan kehormatan diri wanita, bukan sifat penakut atau pengecut (al-jubn) sebenarnya. Anjuran kepada wanita agar lebih berlaku penakut harus ditafsirkan agar dia lebih mawas diri, bukan berarti takut dalam arti sebenarnya terhadap diri dan harta, tetapi dalam artian menjaga kesucian. Karena kesucian diri merupakan sesuatu yang agung dan wajib dijaga. Sehingga dalam keadaan mendesak, untuk mempertahankan kesucian, wanita wajib memperlihatkan keberanian. Teladan Zainab binti Ali dalam Perang Karbala dapat dijadikan contoh.
Begitu juga sifat kikir yang dimaksud dalam ucapan Imam Ali, bukanlah kikir terhadap harta secara pribadi. Seorang istri, secara khusus memegang amanat untuk mengatur dan memelihara harta suaminya. Oleh karena itu, dia tidak boleh cuek dengan urusan rumah tangga, namun dermawan atas nama rumah tangga. Suami dalam rumah tangga bertugas mencari nafkah, sedangkan istri bertugas mengatur rumah tangga. Karena itu, istri tidak boleh membelanjakan harta kecuali sesuai pada tempatnya, dalam artian menjaga amanah sesuai tugasnya. Wallahualam.
“Laki-laki beriman dan wanita beriman, sebagian mereka adalah pelindung sebagian yang lain, mereka saling menegakkan amar makruf nahi mungkar…” (QS. 9: 71)
0 comments to "Wanita Wajib Sombong, Penakut, dan Kikir?"