Televisi Rusia Today dalam laporannya mengungkap sebuah data yang membeberkan adanya peningkatan dua kali lipat kasus penyakit kanker di Irak. Menurut laporan tersebut, hingga kini senjata dan bom-bom terlarang sisa perang tahun 2003 masih menyebarkan radiasi dan menyebabkan munculnya efek yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dr Sulaiman, pakar pusat penelitian di Universitas Basrah, Irak menjelaskan, sejak tahun 2005 sampai 2007, jumlah kasus kanker di kalangan anak-anak melonjak 227 persen. Para ahli lingkungan hidup memperkirakan, persenjataan terlarang yang dipakai di Irak, dampaknya akan terus membekas hingga 50 tahun lagi dan masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan warga. Hanya di tahun 2008 saja, ditemukan sekitar 35 jenis kanker baru bahkan jenis baru ini masih misterius bagi para pakar di lingkungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dalam dua Perang Teluk Persia pada tahun 1991 dan 2003, AS menggunakan bom-bom yang mengandung uranium diperlemah. Hingga kini masih banyak wilayah di Irak yang masih terkontaminasi oleh zat-zat yang mengandung radiasi tinggi akibat sisa-sisa senjata terlarang AS.
Ironisnya, AS secara resmi menampik segala kaitan antara penggunaan senjata terlarang dengan kesehatan warga Irak, terutama menyangkut dengan munculnya beragam jenis kasus kanker. Padahal kalangan ahli dan pakar kesehatan internasional telah membuktikan bahwa munculnya beragam jenis penyakit kanker di Irak erat hubungannya dengan penggunaan senjata terlarang oleh militer AS. Selain menimbulkan beragam jenis baru penyakit kanker, senjata uranium yang diperlemah milik AS juga menyebabkan lahirnya bayi-bayi cacat bawaan.
Karuan saja kejahatan AS ini tidak hanya membekas pada satu generasi tapi bahkan hingga sedikitnya lima generasi mendatang. Aksi tak berperikemanusiaan ini merupakan contoh nyata kejahatan perang. Sialnya, sampai sekarang tak ada satu pun otoritas hak asasi manusia internasional yang menyinggung kasus ini.Dalam pertemuan itu, Hakim menjelaskan perkembangan terakhir lobi politik untuk membentuk pemerintahan. Lobi politik ini dilakukan secara maraton untuk menyukseskan prakarsa pembentukan pemerintahan nasional.
Sebelum ini, Ammar Hakim juga bertemu dengan sejumlah ulama besar Irak diantaranya Ayatollah Bahrul Ulum dan Mohammad Yakubi.
0 comments to "Kejamkah AS di Irak?"