Saudi Siap Mengatur “Fatwa Semrawut”
Pemerintah Saudi berencana untuk mengatur keluarnya peraturan islami dengan membatasi jumlah agamawan Wahabi yang diizinkan untuk mengeluarkan fatwa agama. Rencana ini sedang dibicarakan oleh Dewan Tertinggi Ulama Agama dan akan diimplementasikan bulan depan(Juni 2010).
“Jika pemerintah Saudi mengatur industri fatwa, ini akan mengurangi jumlah fatwa ekstrim dan akan mengirimkan pesan positif kepada mereka yang tidak bertanggung jawab dan tidak cakap dengan fatwa mereka,” ucap Dr. Khalil Al-Khalil, mantan anggota parlemen, kepada The Media Line. “Ini akan memberi pesan kepada mereka bahwa mereka melakukan hal yang tidak benar.”
Syekh Ahmad bin Abdulaziz bin Baz mengatakan kepada Al-Arabiyya bahwa keluarnya fatwa, atau pendapat keagamaan, di Kerajaan Saudi keluar sejauh ada kebutuhan untuk mengatur dan menyatukan mereka. Pemerintah Saudi prihatin dengan fatwa ekstrim yang telah disebarluaskan oleh media massa seperti internet dan televisi satelit.
Pesan radikal dalam bentuk fatwa ekstrim sering kali menerima perhatian penuh di media Barat sebagai pembenaran melawan nonmuslim. Pengamat media memperingatkan bahwa siaran tersebut dapat memiliki dampak yang besar, khususnya target pendengarnya adalah pemuda dan muda dipengaruhi.
“[Mereka yang mengeluarkan fatwa] tahu dengan baik bahwa orang-orang yang berhubungan dengan pemerintah dan aturan negara, tidak ingin terlihat bertentangan dengan otoritas Saudi,” tambah Al-Khalil. “Ini akan membuat mereka yang ekstrim berpikir dua kali sebelum mengeluarkan fatwa.”
Pihak oposisi mengatakan bahwa izin hanya kepada beberapa orang untuk mengeluarkan fatwa akan menghambat pluralisme dan bertentangan dengan spirit Islam.
Al-Khalil sendiri yakin dengan adanya aturan fatwa, selain adanya keuntungan, juga sulit untuk diimplementasikan dan bertentangan dengan semangat Islam. “Ini tidak akan berhasil di dunia manapun. Mereka ingin merumuskan kelompok tingkat lokal dan nasional yang akan berhak untuk mengeluarkan fatwa.”
Al-Khalil menjelaskan bahwa hal ini bertentangan dengan naturalnya Islam, di mana mengizinkan masyarakat untu memilih untuk diri mereka sendiri siapa yang pantas untuk mengeluarkan fatwa. “Anda bisa memilih untuk diri sendiri tapi tidak bisa memilihkannya untuk orang lain.”
“Fungsi sebuah fatwa dalam Islam bukanlah seperti vonis pengadilan,” jelas Al-Khalil. “Sebuah vonis mengikat ketika proses telah selesai dan wajib diimplementasikan, tapi fatwa dari otoritas keagamaan berbeda.”
“Ia hanyalah upaya untuk memberikan nasihat. Ia tidak seharusnya mengikat untuk diimplementasikan. Negara atau penguasa dapat memilih untuk mengimplementasikan fatwa itu dan menjadikannya peraturan undang-undang, tapi jika dikeluarkan oleh individu, format atau tidak formal, maka ia hanyalah nasihat atau pendapat agama.”
Sumber: ABNA.ir
Pengguna Facebook adalah Orang-Orang Bodoh
Ini berita yang agak basi. Tapi logis. Saya sendiri masih punya akun di sana, meski sekarang sedang deactivate. Saya pun tidak sedang mengatakan bahwa diri saya atau Anda bodoh. Pembicaraan soal privasi Facebook yang konon canggih itu berputar 180 derajat. Orang-orang sudah mulai memikirkan untuk keluar dari Facebook. Pendiri Facebook sendiri mengakui sejak awal, bahwa kita terlalu “ikhlas” memberikan segala informasi kepada Facebook, dan itu bodoh.
Business Insider menampilkan transkrip pembicaraan antara CEO Facebook Mark Zuckerberg dan seorang teman kuliahnya ketika masih di Harvard yang mengatakan pengguna Facebook bodoh. Meskipun keasliannya belum dikonfirmasi, percakapan instant messaging tersebut tampaknya akan menjawab soal kekhawatiran kebijakan privasi Facebook.
Salah seorang sumber rahasia mengatakan bahwa percakapan terjadi antara Mark Zuckerberg yang masih berusia 19 tahun dan seorang temannya setelah Mark meluncurkan The Facebook di kamar asramanya.
Dalam sebuah pesan elektronik, Zuckerberg konon mengatakan pada temannya, jika membutuhkan informasi tentang siapapun di Harvard dia bisa menyediakan dan menyebut orang yang berbagi informasi dengannya bodoh. Inilah transkripnya :
Zuck: Jika kamu butuh info tentang siapapun di Harvard
Zuck: Langsung tanyakan saja
Zuck: Saya memiliki 4 ribu email, foto, alamat, layanan jejaring sosial
[Nama teman dirahasiakan] : Apa? Bagaimana kamu mengatur sebanyak itu?
Zuck: Orang-orang memasukkannya sendiri
Zuck: Aku tidak tahu mengapa
Zuck: Mereka ‘percaya saya’
Zuck: Sungguh bodoh (dumb fucks)
Pembicaraan tersebut menjadi pengalaman tersendiri bagi Zuckerberg yang masih muda dan suka bergurau. Namun pesan tersebut memperjelas bahwa Zuckerberg menyadari potensial pengguna Facebook yang seringkali tidak sengaja mengekspos diri mereka.
Facebook memberikan jawaban kepada Business Insider bahwa privasi dan keamanan informasi pengguna adalah hal terpenting bagi Facebook. “Kami tidak akan berdebat dengan sumber tanpa nama manapun, atau tuduhan yang berusaha memperkeruh karakter Mark dan pandangan Facebook terhadap isu privasi.”
kita harus arif dalam penggunaan facebook, sama seperti pisau dapur bisa digunakan untuk keperluan masak bahkan bisa dipakai buat membunuh orang
Poinnya bukan di situ Mas Adit, tapi masalah privasi dan data yang kita masukkan. I guess.
kalo ga salah sebelum kita memakai Facebook coba anda chek perjanjiannya (term and conditionnya), Disana tertulis pihak facebook berhak menggunakan data yg kita taruh di halaman facebook untuk di share kpd pihak ketiga. Kalau anda Agree/setuju ya itu sudah konsekuensi data anda dipakai org
Ya, saya tahu tentang terms itu. Idealnya memang dibaca. Faktanya, tidak semua orang baca kan?