Koran Independent terbitan London dalam edisi Ahad (25/7) menulis, Blix pada tahun 2003, menjabat sebagai inspektor IAEA terhadap instalasi nuklir Irak masa pemerintahan rezim Saddam Husein.
Dalam wawancaranya dengan Independet, Blix mengungkapkan perbedaan pendapatnya dengan Blair tentang keberadaan gudang-gudang senjata nuklir di Irak. Dikatakannya, "Saya selalu bertanya kepada Blair, dengan alasan dan bukti apa ia mengklaim bahwa Irak memiliki senjata nuklir?"
(Ap/MZ/PH/25/7/2010)
Seperti dilaporkan Fars News, Yusuf Saadah bertepatan dengan peringatan kemenangan Hizbullah dalam perang 33 hari melawan Rezim Zionis Israel menandaskan, apa yang kita saksikan saat ini adalah distorsi sejarah. Sampai-sampai menurutnya pengadilan kriminal internasional yang bertanggung jawab atas kasus teror Hariri merilis keputusan bayangan untuk melucuti senjata muqawama.
Ditambahkannya, pengadilan kriminal internasional berniat mengobarkan fitnah di dalam negeri Lebanon dengan menyembunyikan pelaku sebenarnya teror Hariri dan menuding pihak lain sebagai pelaku.
Ia menyeru rakyat Lebanon untuk waspada dan menjahui perpecahan. Sebelumnya Sayyid Hasan Nasrullah, sekjen Hizbullah menekankan, selama pengadilan khusus yang menyelidiki kasus teror terhadap Hariri tidak menyelidiki kembali kemungkinan keterlibatan Israel dalam kasus ini maka pengadilan ini ilegal. (Ap/Fars/MF/AHF/26/7/2010)
Seperti dilaporkan IRNA, Yang Jiechi Ahad (25/7) dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Austria di Wina menambahkan, Kelompok 5+1 dan Iran harus mengokohkan jalur diplomatik dan berupaya mencari solusi damai bagi program nuklir Tehran.
“Kami ingin melihat Kelompok Wina memperoleh hasil positif dari realisasi Deklarasi Tehran yang ditandatangani Turki, Iran dan Brazil,” tegas Yang Jiechi.
Menlu China menambahkan, Beijing akan terus melanjutkan perundingan dan berupaya menyelesaikan friksi antara Kelompok 5+1 dan Iran mengingat hubungan baik China dengan kedua pihak. (Ap/IRNA/MF/AHF/26/7/2010)
Chavez pekan lalu memutus hubungan diplomatik dengan Kolumbia menyusul klaim Bogota bahwa Karakas memberikan suaka kepada ratusan pemberontak Kolumbia.
Presiden Kolumbia termasuk mitra dekat Amerika Serikat (AS) melontarkan klaim anti-Venezuela, namun Chavez mengancam jika Bogota berani menyerang Karakas maka ia akan menghentikan ekspor minyak ke AS.
Seperti dilaporkan Reuters dari Karakas, Chavez juga membatalkan lawatannya ke Kuba menyusul eskalasi friksi antara Venezuela dan Kolumbia serta kekhawatiran atas ancaman agresi militer ke negaranya.
Seraya menyatakan keputusannya, Chavez menandaskan dirinya memiliki data yang menunjukkan adanya kemungkinan agresi militer ke negaranya dari Kolumbia.
Namun demikian Presiden Venezuela ini menegaskan bahwa negaranya siap membalas setiap pelanggaran terhadap kedaulatan Karakas. AS dalam kasus ini secara transparan menyatakan dukungannya kepada Kolumbia. AS juga membangun pangkalan militernya di Kolumbia. (Ap/Reuters/MF/AHF/26/7/2010)
Pada saat perundingan mengenai penjualan pesawat F-35 AS ke Rezim Zionis Israel terus berlanjut, Washington bersepakat menanam investasi di bidang sistem perisai rudai baru Israel.
Sebagaimana dilaporkan Presstv mengutip koran Haaretz, berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani Departemen Peperangan rezim Zionis dan Badan Pertahanan Rudal AS, Tel Aviv akan menerima bujet penuh untuk meningkatkan dan memproduksi sistem rudal balistik Arrow-3.
Pada bulan Mei 2009, pemerintah AS berkomitmen untuk melanjutkan dukungannya terhadap proyek Arrow. Rudal Arrow-3 memiliki kemampuan rudal stategis di dataran tinggi.
Kesepakatan tersebut ditandatangani di saat Israel mengkhawatirkan terpengaruhnya investasi pada proyek ini akibat anjloknya bujet pertahanan AS. Proyek tersebut menghabiskan lebih dari 100 juta dolar sebelum diterapkan pada tahun 2012-2013.
Menteri Peperangan, Ehud Barak bertolak menuju Washington kemarin (Ahad,25/7) untuk membicarakan pembelian jet tempur F-35. Jika kesepakatan tersebut ditandatangi, maka Israel setelah AS menjadi pemilik jet canggih tersebut. (IRIB/PH/26/7/2010)
Penasehat Politik Luar Negeri Partai Kebebasan di parlemen Austria, Wendelin Multser, bahkan sangat menyayangkan sikap pemerintah Austria yang mengekor kebijakan Washington. Seorang pejabat Partai Kebebasan Austria menyatakan, partainya tidak akan mendukung rencana sanksi Uni Eropa anti-Iran.
Dalam wawancaranya dengan kantor berita IRNA di Wina, Wendelin mengatakan, "Kami yakin bahwa negara-negara Barat seharusnya memfokuskan perhatian mereka ke negara-negara pemilik senjata nuklir.
"Republik Islam Iran menjadi target di saat sama sekali tidak melakukan kelasahan dan oleh karena itu sanksi oleh Dewan Keamanan PBB dan Uni Eropa tidak benar dan tidak etis," katanya.
Dalam statemen resmi Partai Kebebasan Austria itu akan cantumkan penolakan kami atas rencana pemberlakuan sanksi terhadap Iran. Perundingan harus menjadi satu-satunya solusi dalam masalah tersebut.(AP/26/7/2010)
0 comments to "Alasan-alasan bohong Inggris soal keberadaan senjata nuklir di Iraq..."