Belum lama ini, Bangil, kota kecil di Pasuruan, Jawa Timur menjadi perhatian kalangan politisi dan media-media di nusantara. Pasalnya, ratusan orang tiba-tiba menyerang Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Desa Kenep Kecamatan Beji, Pasuruan.
Yang lebih mengejutkan lagi, massa terprovokasi yang berjumlah ratusan dengan mengenakan sarung dan naik motor itu menyerang Ponpes YAPI dan menyusup masuk ke dalam pondok. Perusuh yang diperkirakan mencapai 300 orang itu secara brutal melemparkan batu ke arah Ponpes YAPI dan para santri. Serangan terjadi pada tanggal 15 Februari, pukul 15:00, saat para santri Ponpes menyelenggarakan pertandingan futsal.
Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah kasus Ahmadiyah dan Temanggung. Karena itulah penyerangan Ponpes YAPI dinilai sebagai rentetan skenario berbau SARA yang berupaya menyudutkan kelompok-kelompok minoritas.
Para tokoh mengecam tindakan kekerasan tersebut. Bahkan Yenny Wahid dari The Wahid Institute mengecam tindakan penyerangan dan kekerasan yang dilakukan sebagian masyarakat terhadap Yayasan Pondok Pesantren Islam Al-Ma`hadul Islami (YAPI) di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Lebih dari itu, Yenny Wahid dalam siaran pers The Wahid Institute meyatakan, "Aksi kekerasan ini tidak bisa dilepaskan dari letupan konflik di beberapa tempat sebelumnya. Berdasarkan rentetan peristiwa selama dua pekan ini, jelas pihak-pihak atau kelompok yang terlibat dalam kekerasan sengaja memprovokasi munculnya konflik horizontal, khususnya terhadap kaum minoritas."
Provokator Dibiarkan
Dukungan atas YAPI dari berbagai pihak mengalir, bahkan Ketua Umum PB NU Prof. DR. Said Agil Siradj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. DR. Din Syamsuddin, Ketua MUI Prof. DR. Umar Shihab dijadwalkan akan menghadiri Peringatan Maulid Nabi SAW di YAPI yang rencananya akan digelar besok (senin, 28/2). Ini dapat dikatakan sebagai dukungan konkrit para tokoh.
Akan tetapi dukungan konkrit tersebut masih belum sempurna bila para provokator tidak ditangkap. Pada dasarnya, aparat keamanan sangat mudah menangkap para provokator yang juga berkedok sebagai tokoh agama. Apalagi para provokator pada umumnya menggunakan mimbar-mimbar umum untuk memprovokasi massa. Dengan dibiarkannya provokator, tindakan anarkis yang bermula dari provokasi akan terus bermunculan.
Hari Jumat lalu (25/2), provokator yang bernama Umar bin Abdullah kembali melakukan aksinya. Umar bin Abdullah dalam pengajian rutinnya di Raudhatul Salaf kembali menyulut fitnah. Pidato itu berupaya menghasut masyarakat supaya pengikut Syiah dibunuh. Bahkan Umar bin Abdullah mengancam akan membunuh Ketua PB NU, Said Agil Siraj. Sebelumnya, Kyai Nurkholis kembali mengumbar fitnah dan mengangkat isu Syiah sesat.
Pemerintah dan aparat keamanan tidak boleh menutup mata atas aksi-aksi provokasi semacam ini. Padahal sebelumnya, pengurus Pesantren YAPI Bangil, Pasuruan mengadu ke Komisi III dan VIII DPR. Pengaduan dilakukan menyusul tidak adanya tindakan kepolisian setempat terkait insiden penyerangan ke pondok pesantren Yapi, Bangil, 15 Februari lalu.
Kuasa Hukum Pesantren YAPI, Maheswara Prabandono dan M Bakir kepada para legislator yang menerima mereka, meminta agar aparat penegak hukum menindak tegas pelaku anarkis dan aktor intelektual penyerangan dan kekerasan.
"Kekerasan itu sudah berungkali yang dimulai sejak tahun 2007 dan hingga kini masih berlanjut. Anehnya, polisi tidak menindak," kata Maheswara Prabandono, di Komisi III, gedung DPR, Senayan Jakarta, Rabu (23/2).
Dalam aksinya, lanjut Maheswara, mereka melakukan teror dan provokasi, baik resmi maupun tidak resmi dengan membawa predikat Aswaja Bangil. "Pelaku mencaci-maki penceramah YAPI yang dianggapnya bermasalah dan bukan merupakan bagian dari NU dan Muhammadiyah. Sebelum meneror, mereka melakukan pengajian," ungkapnya.
Maheswara menegaskan pihaknya sudah melaporkan ke aparat Polsek, Polres dan Kapolri sampai Presiden. Namun, laporan yang disampaikan tak satupun yang memberikan respon yang serius. Makanya, ia berharap agar DPR memberikan perhatian yang serius.
Menyikapi pengaduan tersebut, Wakil Ketua Komisi III Tjatur Sapto Edi dan Ketua Komisi VIII DPR Abdul Kadir Karding berjanji untuk memperhatikan masalah ini. "Tidak boleh kelompok manapun dan atas nama apapun untuk melakukan kekerasan dan anarkisme. Pada prinsipnya aparat harus menegakkan hukum," tukas Karding.
Meski pengaduan hingga tingkat pusat sudah dilakukan, tapi hingga kini provokator tidak disikapi serius. Kunci penyelesaian kasus YAPI terletak pada penghentian aksi-aksi provokator. Jika para provokator dibiarkan, massa terus akan dikobarkan dengan api fitnah dan massa yang terprovokasi terus melakukan tindakan-tindakan anarkis.
Fatimah
Tidaklah salah, Fatimah (38) harus melakukan aksi protes setelah mendengar pidato yang isinya provokasi semata. Media-media semestinya harus mendukung aksi protes warga yang menyikapi provokator di tengah masyarakat, bukan malah menudingnya sebagai pembuat onar.
Detik Surabaya menggunakan judul berita yang cukup provokatif, "Dihina di Acara Pengajian, Seorang Penganut Aliran Syiah Mengamuk." Isi berita itu juga mengesankan bahwa Fatimah bertindak nekat menggugat acara pengajian. Padahal apa yang dilakukan Fatimah bisa jadi benar dan wajar setelah mendengar isi pengajian tersebut. Apalagi pidato yang disampaikan saat itu berupaya menghasut masyarakat supaya membunuh pengikut Syiah. Bahkan Umar bin Abdullah, provokator yang berkedok tokoh agama itu mengancam akan membunuh Ketua PB NU, Said Agil Siraj yang dianggap sebagai pihak yang melindungi YAPI.
Menyusul pidato Umar bin Abdullah di Bangil pada hari Jumat (25/2/2011), kericuhan berlatar-belakang agama nyaris terulang di Pasuruan. Sebanyak ratusan warga memenuhi Jl Hiu di Kelurahan Bendomungan Kecamatan Bangil, Jumat sekitar pukul 09.00. Beruntung aparat gabungan Brimob Polda Jatim dan Polres Pasuruan segera tiba di lokasi.
Kerumunan warga itu terjadi setelah Fatimah memprotes isi pengajian provokatif. Fatimah meminta pembubaran pengajian yang sedang berlangsung di sana di sebuah rumah yang biasa menjadi pusat kegiatan jemaah Majelis Maulid Wata'lim Roudlotussaf.
"Kami bosan dengan pengajian yang dilakukan jemaah Majelis Wata'lim. Masa pengajian isinya selalu menghujat orang," kata Fatimah.
Masyarakat setempat membenarkan, pimpinan Majelis Maulid Wata'lim Roudlotussaf, Umar bin Abdulloh Assegaf, sering memberi ceramah provokatif. Di antaranya, Umar sering menghujat ulama-ulama yang tidak sepaham dengannya. Fatimah merasa harus turun jalan setelah dalam ceramahnya Umar bin Abdullah menyatakan bahwa membunuh kaum Syiah hukumnya halal.
Pengajian di pusat kegiatan jemaah Majelis Maulid Wata'lim Roudlotussaf itu memang hanya diikuti 10 - 15 orang. Tetapi setiap pengajian selalu menggunakan pengeras suara hingga terdengar sampai ke dapur warga sekitar.
Kericuhan warga pada hari Jumat itu berhasil diredam setelah gabungan polisi dari Polres Pasuruan dan Brimob Polda Jatim mengamankan lokasi bangunan yang bertulis majelis Maulid Wata'lim Roudlotussaf itu. Sebelumnya Ketua RW setempat M Mahfud juga sempat terlihat berusaha keras meredam emosi warganya.
Menyusul provokasi baru pasca penyerangan Ponpes YAPI pada tanggal 15 Februari, pihak keamanan diminta mengantisipasi segala aksi yang bermula dari provokasi pihak-pihak tertentu. Apalagi YAPI yang dituding sebagai pesantren penyebar ajaran tertentu akan menggelar Maulid Nabi Besar Muhammad Saw, besok (Senin, 28/2).
Menurut rencana, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di Ponpes Yayasan Pesantren Islam (YAPI) akan digelar hari Senin pada tanggal 28 Februari 2011, pukul 08.30 WIB. (IRIB/Pasuruan.info/Detik/AR/27/2/2011)Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di Ponpes Yayasan Pesantren Islam (YAPI) akan digelar hari Senin pada tanggal 28 Februari 2011, pukul 08.30 WIB. Menurut rencana, Ustadz Muhammad bin Alwi, Dr. Umar Ibrahim Assegaf dan sejumlah tokoh masyarakat akan menjadi pembicara dalam acara peringatan Maulid Nabi Saw.
Berdasarkan laporan yang diterima IRIB, Ketua Umum PB NU Prof. DR. Said Agil Siradj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. DR. Din Syamsuddin, Ketua MUI Prof. DR. Umar Shihab dijadwalkan akan menghadiri Peringatan Maulid Nabi SAW di YAPI tersebut. Hingga berita ini dilaporkan, tidak ada keterangan pasti, apakah para tokoh tadi akan menjadi pembicara dalam acara tahunan yang biasa digelar di ponpes ini.
Belum lama ini, YAPI menjadi pusat perhatian kalangan politisi, tokoh, ulama dan media-media nasional menyusul kasus penyerangan sekelompok tertentu atas ponpes ini.
Pada tanggal 15 Februari, ratusan orang tiba-tiba menyerang Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Desa Kenep Kecamatan Beji, Pasuruan. Ratusan perusuh dengan mengenakan sarung dan naik motor itu menyerang Ponpes YAPI dan menyusup masuk ke dalam pondok. Perusuh yang diperkirakan mencapai 300 orang itu secara brutal melemparkan batu ke arah Ponpes YAPI dan para santri. Serangan terjadi pukul 15:00, saat para santri Ponpes menyelenggarakan pertandingan futsal.
Serangan tersebut mendapat perlawanan dari para santri. Bentrokan pun tidak dapat dihindari. Perlawanan para santri YAPI berlangsung selama 20 menit dan berhasil mengusir para penyerang hingga 20 meter di luar pintu gerbang.
Sejak awal terjadinya bentrokan, sejumlah aparat polisi berpakaian preman juga berada di lokasi. Namun mereka tidak segera bertindak mencegah bentrokan. Setelah para penyerang terdesak ke luar Ponpes dan para santri mulai mengejar mereka, aparat baru menembakkan peluru ke udara.
Hisyam Suleiman, warga Jakarta, mengatakan, "Maulid Nabi di Yapi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Peringatan Maulid Nabi Saw tahun ini tidak hanya merupakan peringatan semata, tapi juga menjadi ajang solidaritas pada ponpes. Meski bukan alumnus YAPI, tapi saya akan datang ke Bangil sebagai bentuk solidaritas."
Maulid Peringatan Nabi Besar Muhammad Saw di YAPI digelar untuk masyarakat umum. Untuk itu, warga dari manapun yang ingin menghadiri peringatan Maulid Nabi di YAPI di Jl. Raya Bangil-Pandaan KM.02, Kec. Beji Pasuruan, JATIM Indonesia, 67153. Untuk lebih lengkapnya bisa dihubungi no telepon 0343-741238. (IRIB/ AR/MF/22/2/2011)Bangil kembali memanas menyusul informasi bahwa Tahir Alkaf akan berbicara dalam sebuah acara maulid yang akan digelar di kota ini. Tahir Alkaf selama ini disebut-sebut sebagai provokator di balik kerusuhan dan penyerangan Ponpes Yayasan Pesantern Islam (YAPI).
Pimpinan Yayasan Fattabiouni, Guan Assegaf, yang dihubungi wartawan IRIB, Ahad (27/2) mengaku risau akan penyelenggaraan maulid yang melibatkan Tahir Alkaf sebagai pembicara utama. Guan yang juga Direktor TV9 mengecam sejumlah pihak yang malah memperkeruh suasana di kota kecil Bangil.
"Penyerangan atas YAPI pada tanggal 15 Februari tidak boleh terjadi lagi. Apalagi masalah itu menjadi isu nasional, bahkan Presiden sendiri mengeluarkan instruksi, " tegas Guan yang mengaku beraliran Sunni.
Lebih lanjut Guan mengatakan, "Polisi sudah seharusnya melakukan antisipasi secepatnya dan melarang pihak-pihak yang diduga provokator." Dikatakannya pula. "Saya menilai Tahir Alkaf sebagai orang yang layak dilarang masuk ke Bangil, terlebih berbicara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Tahir Alkaf adalah provokator ulung yang bisa menyulut fitnah di kota kecil Bangil ini."
"Kami tengah mengkoordinasi masyarakat supaya menghalangi pengajian yang dipimpin Tahir Alkaf. Kami juga sudah melaporkan pihak polisi supaya aparat keamanan melakukan tindakan karena warga setempat merasa tidak nyaman, " kata Guan
Menurut rencana, Tahir Alkaf akan mengisi acara di Bangil malam ini (Ahad, 27/2) di tempat pengajian Majelis Maulid Wata'lim Roudlotussaf di Jl Hiu, Kelurahan Bendomungal Kecamatan Bangil. Di majelis yang sama, Umar bin Abdullah, provokator lokal, sebelumnya juga melakukan onar melalui pidatonya yang menyeruklan warga supaya membunuh pengikut Syiah dan Ketua Umum PB NU Agil Siradj yang dituding sebagai pembela YAPI.
Menyusul provokasi baru pasca penyerangan Ponpes YAPI pada tanggal 15 Februari, pihak keamanan diminta mengantisipasi segala aksi yang bermula dari provokasi pihak-pihak tertentu. Apalagi YAPI yang dituding sebagai pesantren penyebar ajaran tertentu akan menggelar Maulid Nabi Besar Muhammad Saw, Hari ini (Senin, 28/2). (IRIB/AR/27/2/2011)Telah diselenggarakannya acara Maulid Nabi Besar Muhammad saww atas kerjasama Ikatan Pemuda Alawiyyin (IKAPA) Banjarmasin dan Tuan Rumah Habib Abdullah bin Ahmad al Hamid pada Hari Minggu ( Malam Senin ) tanggal 27 Pebruari 2011 atau 25 Rabiul Awal 1432 H yang dimulai setelah habis Sholat Isya di Jalan A.Yani KM.1 No.17 Rt.21.
Acara dibuka oleh K.H. Busyairi Hurian Fahmi selaku M.C yang beliau juga merupakan Pimpinan Pengajian Al-Mukhlisin Banjarmasin. Sebelumnya pembacaan Syair-syair maulid Alhabsy dibawakan oleh Rombongan Habib Salim Bahasyim dari Kecamatan Basirih Banjarmasin, selama pembacaan Syair-syair tersebut, akhirnya tibalah kedatangan al ustaddz al muqarrom al Habib Hasan bin Ahmad Al idrus ( Ust. Hasan Dalil ) dari Jakarta.
Setelah syair-syair selesai barulah kata sambutan dari Tuan Rumah Habib Abdullah bin Ahmad al Hamid sekalian Doa Pembuka dan sambutan Ketua IKAPA Banjarmasin Habib Muhammad al Habsy yang intinya menyebutkan kegiatan IKAPA Banjarmasin mengakomodasi kegiatan keagamaan yang Islami dan menyantuni Janda-janda habib, para Syarifah dan anak yatimnya serta kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.( Ketua IKAPA Banjarmasin Habib Muhammad bin Abdurrahman Al Habsy dan Penasehat IKAPA Habib Agil bin Salim Bahsin )
Dan tibalah di acara inti yaitu Ceramah Agama yang disampaikan al ustadz al muqarrom al Habib Hasan bin Ahmad Al idrus ( Ust. Hasan Dalil ) dari Jakarta. Dimana beliau memaparkan begitu banyak kaum muslimin di Indonesia atau hampir 80% lebih namun kurang bersatu dan memperuncing perbedaan. Menurut beliau kaum muda penerus bangsa Indonesia saat ini telah diracuni oleh tangan-tangan Thagut Firaun masa kini yang menyuguhkan sinetron-sinetron cengeng di televisi hampir tiap jam untuk akhirnya tidak peduli kepada keadaan bangsa ini. Ujar beliau lagi sinetron-sinetron itu malah menampilkan nama Isabella sebagai sosok yang baik dan nama Fathimah sebagai sosok yang jahat, padahal kita tahu bersama nama Isabella adalah tokoh pembantai kaum muslimin di Spanyol dan nama Fathimah adalah nama anak nabi Muhammad saw yang ditinggikan derajatnya (ayat tahrir, hadis kisa dll ).
Padahal menurut beliau lagi kaum muslimin di Indonesia yang mayoritas bisa mengambil langkah persatuan dengan mengemukakan sebuah contoh, yaitu membikin satu Televisi bersama yang islami, jangan hanya sibuk dengan persoalan qunut tidak qunut, sholawatnya pakai sayidina atau tidak pakai sayidina, yang ujung-ujungnya menyebut Kafir kepada sesama kaum muslimin karena berbeda aliran atau mazhab.
Selama kaum muslimin masih menyebut Laillahhaillallah Muhammadarrasulullah, maka kita harus bersama-sama menjaga persatuan Islam, dimulai dari program Majelis Taklim, Surau langgar-langgar, mesjid, tingkat RT,RW.Kelurahan , Kecamatan, Daerah tingkat 1 dan 2 , tingkat regional bahkan tingkat Internasional, agar Islam menjadi tanaman yang subur dan berkembang dengan Persatuan islam.
Mulai lah dengan saling mendoakan kaum muslimin di seluruh indonesia bahkan di dunia, doakanlah kaum muslimin di Muhammadiyah, kaum muslimin di NU, kaum muslimin di al Irsyad, kaum muslimin di FPI dan selalu mendoakan kebaikan kepada seluruh kaum muslimin dengan tanpa membedakan latar belakang mazhab dan aliran serta organisasinya, ataupun bhakan agamanya sehingga Islam semakin kuat dan berwibawa di seluruh dunia.
Beliau pun mengemukakan adanya kebangkitan Islam di Turki, Tunisia, Mesir dan negara lainnya karena adanya kegiatan-kegiatan Maulid semacam ini.
Akhirnya beliau tutup ceramah beliau dengan syair-syair pujian dan sholawat bersama yang dikuti lebih dari 500 orang jamaah, baik dari para habaib sendiri maupun dari kalangan jaba ( non habib).
Acara pun ditutup dengan pembacaan doa oleh Al Habib Husain Assegaf dari kota Rantau.
Menurut pantauan team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com, jamaah sangat antusias mendengarkan ceramah al ustadz al muqarrom al Habib Hasan bin Ahmad Al idrus ( Ust. Hasan Dalil ) dari Jakarta yang berapi-api namun tetap santun dalam penyampaian, karena mendorong kaum muslimin untuk bersatu demi menegakkan Islam yang rahmatan lil 'alamin untuk melawan mafia Hukum dan mafia pajak serta para koruptor yang menyengsarakan bangsa Indonesia. Nampak juga Ust.Riyadi salah seorang pengurus dan pembina Pondok Yatim Piatu Arrisallah Banjarmasin yang menghadiri acara maulid tersebut.
Peringatan Maulud Nabi di Ponpes YAPI Dijaga Ketat
Dari pengamatan detiksurabaya.com, Senin (28/2/2011), 2 satuan setingkat Kompi
(SSK) Brimob dan Dalmas Polda Jatim dikerahkan melakukan pengamanan. Itu juga masih ditambah dengan 1 Satuan Setingkat Pleton (SST) dari Polres Pasuruan. Mereka berjaga baik di luar dan di dalam ponpes.
“Kami tidak khawatir ada penyerangan. Masak pas acara mauludan mau diserang,”
kata salah satu panitia acara, Ali Haidar, menanggapi adanya penjagaan ketat di ponpes.
Ali mengaku peringatan Maulud Nabi ini dihadiri oleh sekitar 3.500 santri. Tak hanya santri yang aktif, santri yang pernah mondok atau para alumni dari berbagai juga hadir di acara yang selalu digelar di hari Senin terakhir bulan Maulud.
“Acara kami pusatkan di Masjid Ats-Qoln atau kompleks ponpes,” tambah Ali.
Karena banyaknya santri yang berpartisipasi, maka panitia mendirikan tenda di sisi timur masjid karena daya tampung masjid yang tidak memadai. Para santri sendiri yang memakai jubah dan berpeci dengan khusyuk berdoa dan mendengarkan ceramah. Hingga pukul 10.00 WIB, para santri sedang mendengarkan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Ustadz Anwar Zein..(detik)
Bila mereka begitu rajin dan semangat mengolok-olok nabi kita yang mulia, seberapa rajinkah kita memuliakan dan mengagungkannya?. Seberapa banggakah kita menyenandungkan shalawat atasnya? Bergetarkah hati kita ketika namanya disebut dalam senandung suara azan?. Seberapa cintakah kita mengamalkan sunnah beliau dalam kehidupan kita?. Yang kita lakukan justru sebaliknya, dengan dalih bid'ah, kita klaim mereka yang mengadakan maulid nabi sebagai orang sesat padahal tidak seorangpun muslim yang menyebut maulid hukumnya wajib atau sunnah sehingga tidaklah termasuk mengada-adakan hukum baru. Dengan dalih syirik kita menggebuki dengan pentungan mereka yang berdesak-desakan untuk mencium mihrab nabi, padahal semuapun bersaksi bahwa Rasulullah adalah juga hamba Allah. |
oleh:Ismail Amin
Kita heran mengapa hinaan terhadap Nabi selalu saja muncul. Kita tidak habis pikir mengapa kebencian dan permusuhan selalu mendera pribadi suci beliau. Seseorang bisa saja memendam kebencian yang sangat kepada Rasulullah SAW sampai harus menggambarkan kehidupan beliau secara tidak senonoh pada lembaran-lembaran komik, website, buku atau apapun nama dan bentuknya. Namun kebencian bukanlah akhir segalanya, benci dan cinta adalah perasaan yang sulit untuk dipetakan pada hati manusia. Perjalanannya sebagaimana iman, sangat fluktuatif dan tidak linear. Boleh jadi saat ini kau membenci sesuatu namun pada kali yang lain kau justru sangat mencintainya. Imam Ali ra pernah berkata, "Seseorang cenderung memusuhi yang tidak diketahuinya." Ya, bisa jadi orang yang menggambarkan Rasulullah sebagai seseorang yang amoral karena belum tahu apa-apa tentang pribadi beliau SAW. Saya pribadi berharap, mereka tidak berhenti pada kebencian yang sangat pada Rasulullah, sebab kebencian hanyalah salah satu etafe dari rute perjalanan manusia yang justru bisa menghantarkan seseorang pada tingkat iman yang menakjubkan. Kisah nyata dari seorang Umar bin Khattab memberi kita pelajaran yang berharga. Ia tidak hanya membenci Rasul tetapi juga selalu berusaha membunuhnya. Dengan gigih ia menghalangi-halangi orang yang menambatkan imannya pada nilai-nilai moral yang diajarkan sang Nabi. Tetapi perjalanan manusia memang sulit ditebak, justru ketika Umar mengenal Muhammad lebih dekat, ia mengalami lompatan iman -dalam istilah Kierkegard leap of faith- yang begitu menakjubkan. Pada gilirannya, Umar ra justru menjadi sahabat dekat Nabi dan menjadi pembela Islam yang paling keras, sampai mendapat julukan, al-Waqqaf 'inda Kitabillah. Umar tidak sendiri, banyak orang-orang yang sebelumnya begitu keras permusuhannya, namun ketika lebih mengenal beliau, justeru menjadi sahabat-sahabat nabi yang keras pembelaannya terhadap Nabi.
Setiap Nabi mendapat penghinaan, kita hanya bisa geram. Kita marah, kita turun ke jalan, kita membakar dan melempari apa saja untuk menunjukkan pembelaan terhadap kekasih kita. Sebagai muslim yang mengaku mencintainya kita meneriakkan suara yang sama, tidak ada kata maaf bagi yang telah melecehkan nabi. Kita mungkin masih ingat dengan Imam Khomeini yang tanpa ampun mengeluarkan fatwa mati bagi Salman Rusdie yang menyebut wahyu yang dibawa nabi tidak lain hanyalah ayat-ayat setan. Apa saja bisa kita lakukan sebagai bentuk ekspresi penolakan dan kegeraman nama baik nabi kita diinjak-injak. Namun tidakkah kita tertarik untuk lebih melihat kedalam diri kita?. Tidakkah kita merasa perlu bertanya pada diri sendiri, "Tuluskah cinta kita kepada nabi?". Sejauh mana usaha kita memperkenalkan kemuliaan dan keagungan akhlak nabi kepada mereka?. Daripada meledakkan kemarahan dimana-mana, bukankah lebih baik kita memperkenalkan kepribadian Muhammad nabi Islam yang Karen Armstrong menyebutnya “Seorang manusia yang kompleks dan penuh kasih,” dan Michael H. Hart yang mendudukkannya pada posisi terhormat sebagai tokoh yang paling populer dan berpengaruh sepanjang sejarah. Terlalu banyak pujian dan sanjungan atasnya, sehingga Abdul Wahid Khan harus membukukan kekaguman dan penghormatan intelektual non muslim kepada Rasulullah dalam bukunya, "Rasulullah di Mata Sarjana Barat". Bahkan Allah SWT Pencipta alam semesta beserta para malaikat-Nya pun bershalawat atasnya (Qs. Al-Ahzab : 56).
Seandainya Rasulullah ada disekitar kita, dan melihat betapa merebaknya penghinaan atasnya beliau mungkin akan melakukan hal yang sama ketika penduduk Thaif melemparinya dengan batu. Jibril yang sedih melihat itu menawarkan sesuatu pada Sang Nabi, “Bila Kau mau, Kekasih Allah, aku bisa membalikkan bumi dan menimpakan gunung kepada mereka.” Lalu Muhammad menjawab, “Tidak! Sesungguhnya mereka hanya belum tahu.”Atau sebagaimana Abdullah bin Ubay yang meminta izin untuk membunuh ayah kandungnya sendiri karena telah melecehkan nabi, Nabi dengan penuh kasih menjawab, "Jangan, tetaplah berbuat baik kepada ayahmu." (Sirah al-Halabiyyah 2:307).
Di mata Rasul, mereka hanya belum tahu sehingga kebencian merambati hatinya. Tidakkah kita melihat sisi lain dari penghinaan nabi yang tiada hentinya dan semakin menjadi-jadi. Bila mereka begitu rajin dan semangat mengolok-olok nabi kita yang mulia, seberapa rajinkah kita memuliakan dan mengagungkannya?. Seberapa banggakah kita menyenandungkan shalawat atasnya? Bergetarkah hati kita ketika namanya disebut dalam senandung suara azan?. Seberapa cintakah kita mengamalkan sunnah beliau dalam kehidupan kita?. Yang kita lakukan justru sebaliknya, dengan dalih bid'ah, kita klaim mereka yang mengadakan maulid nabi sebagai orang sesat padahal tidak seorangpun muslim yang menyebut maulid hukumnya wajib atau sunnah sehingga tidaklah termasuk mengada-adakan hukum baru. Dengan dalih syirik kita menggebuki dengan pentungan mereka yang berdesak-desakan untuk mencium mihrab nabi, padahal semuapun bersaksi bahwa Rasulullah adalah juga hamba Allah. Kita haramkan Barazanji karena kita anggap terlalu mengkultuskan nabi, padahal dalam puisi dan syair, cinta sulit dilukiskan tanpa hiperbola dan metafora. Hiperbola bukanlah kedustaan dan metafora bukanlah kesyirikan. Setiap usaha memperkenalkan Ahlul Bait Nabi kita klaim sebagai penyebar aliran sesat.
Entah dengan alasan apa Makam Nabi, keluarga dan sahabat-sahabatnya kita jaga ketat layaknya akan diserang pasukan Abrahah. Sementara sewaktu Nabi dan sahabat-sahabatnya masih hidup mereka tidak membutuhkan kavaleri untuk pengawalan dan penjagaan.
Mengapa kita melakukan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan juga tidak oleh keempat khalifah setelahnya? Bukankah dengan dalih yang sama, karena tidak pernah dilakukan Rasulullah kita justru mengharamkan peringatan maulid?.
Kalau dikatakan makam Nabi dan pemakaman Baqi patut mendapat penjagaan ketat agar tidak dijadikan lokasi 'penyembahan berhala' oleh para peziarah, -padahal seharusnya sahabat-sahabat nabi yang lebih layak memiliki kekhawatiran itu- lantas mengapa tidak menjadikan alasan itu untuk membenarkan pengadaan peringatan maulid, bahwa peringatan ceremonial semacam maulid justru sangat dibutuhkan umat akhir-akhir ini, sebagai waktu dan tempat untuk membincangkan keagungan dan kemuliaan nabi Muhammad SAW, untuk menyiarkan banyak dari sunnah-sunnah nabi yang terabaikan, untuk lebih memperkenalkan kemulian akhlak Rasulullah kepada mereka yang memendam dendam dan kebencian karena ketidak tahuan. Saya rasa kita punya kaidah penetapan hukum untuk itu, bahwa setiap yang menjadi perantara pelaksanaan amalan yang wajib maka wajib pula pelaksanaannya. Membeli baju hukumnya mubah, namun menjadi wajib jika kita tidak memiliki baju untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat. Mengenang apapun yang berkenaan dengan Rasulullah menjadi wajib hukumnya karena menjadi syarat untuk menimbulkan kecintaan kepada Rasulullah SAW yang merupakan kewajiban bagi kaum muslimin. Hari kelahiran Nabi sesungguhnya termasuk hari-hari Allah tentangnya Allah berfirman: "Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." (Qs. 14:5).
Salam 'alaika ya Rasulallah….
Wallahu 'alam bishshawwab
Lovely kata-kata bijak :
Apakah Anda tidak senang akan keberagaman Islam, Sunni , Syi'ah serta Wahabi bersatu demi Islam...apakah kalian senang menumpahkan darah kaum muslimin, sehingga zionis dan kroninya senang , karena jadi mudah menghancurkan Islam.
Kalau Wahabi paling benar, InsyaAllah akan banyak pengikutnya
kalau Syi'ah paling benar, InsyaAllah akan banyak juga pengikutnya, begitu juga
Kalau Sunni paling benar, Insya Allah akan banyak pengikutnya
Jadi para ulama tidak usah takut akan kehilangan ummat, biarkanlah ummat sendiri yang memilih jalannya dan memahaminya sendiri.
Janganlah kita secara tidak sengaja menjadi corong Zionis dan kroninya untuk membantai sesama kaum muslimin dan mengkafirkannya.
Ketika Pengikut Sunni atau Syi'ah atau Wahabi melakukan kemungkaran, apakah seluruh pengikut Sunni atau Syi'ah atau Wahabi adalah sesat, tentu tidak saudara ku.
Jadi berhati-hatilah dan berhentilah menjadi corong Zionis yang selalu ingin Islam terpecah , sehingga Islam kembali terkungkung dan di lecehkan oleh Zionis dan kroninya.
Seandainya Islam bersatu diseluruh dunia, negara yang berkiblat dengan Zionis dan kroninya pun tidak akan berani menjajah negara-negara kaum muslimin
lovely too kata-kata ini :
Sebagai catatan : di Banjarmasin hidup rukun berbagai suku di Indonesia, berbagai mazhab dan aliran keagamaan, namun mereka saling menghormati dan menghargai satu sama lain tanpa pernah terprovokasi untuk mengkafirkan atau bahkan membunuh oranglain yang berbeda dengan aliran atau golongannya, biarlah nanti waktu yang akan membuktikan, sebagai contoh Uni Soviet runtuh dengan sendirinya karena rakyatnya sudah tidak mempercayai sistem komunis yang berkembang saat itu. Persatuan lebih diutamakan untuk Indonesia yang kita cintai bersama.