Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, wajah sebenarnya pemerintahan AS saat ini telah terkuak ketika Presiden Barack Obama terus mengekor kebijakan pendahulunya.
Ahmadinejad menuntut AS menghormati hak rakyat untuk menikmati kebebasan seraya menilai campur tangan mereka dalam urusan regional merupakan kelanjutan dari kebijakan AS di masa lalu.
Ahmadinejad dalam konferensi persnya kemarin (4/4) di Tehran menegaskan, "Standar ganda telah menguak topeng penipuan dari wajah kekuatan arogan."
Menyinggung pengaruh lobi Zionis dalam politik AS, Ahmadinejad mengatakan bahwa pilihan terbaik bagi pemerintah AS adalah menjalin hubungan dengan Iran berdasarkan pada asas keadilan.
Presiden Ahmadinejad menyatakan keprihatinannya bahwa intervensi AS akan menyetir gerakan revolusi di kawasan dalam rangka mendukung Israel, seraya mendesak negara-negara regional untuk menggiatkan reformasi dan memperhatikan tuntutan rakyat mereka.
"Setiap pihak harus sadar karena Barat berusaha mempengaruhi revolusi demi keuntungan kapitalisme," tegas Ahmadinejad seraya menekankan bahwa dirinya optimis revolusi rakyat akan menang.
Dikatakannya, Israel telah menjadi basis bagi dominasi AS di Timur Tengah dan telah bertindak negatif setelah menyadari bahwa eksistensinya terancam bahaya menyusul gelombang revolusi regional.
Pernyataan Ahmadinejad mengemuka di saat Presiden Amerika Barak Obama tengah gencar berkampanye untuk kembali mencalonkan diri dalam pilpres mendatang.
Obama terpilih sebagai presiden pada tahun 2008, dengan menjanjikan "perubahan." Namun, Obama memilih mengekor jejak mantan presiden AS, George W. Bush.
Dalam hal ini, Ahmadinejad mengatakan, "Saya percaya jika Bush meninggalkan panggung politik karena malu, maka penggantinya (Obama) akan meninggalkan jabatannya dengan cara yang lebih memalukan ... mengingat ia terpilih melalui penipuan".
Sebelum konferensi persnya, Ahmadinejad mengontak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, dan meminta badan dunia itu mencegah AS dan negara-negara Eropa mencampuri urusan regional.
Ditambahkannya, "Standar ganda Barat terhadap Bahrain dan Libya serta kebungkaman mereka atas kekejaman rezim Zionis (Israel) terhadap rakyat tak berdosa Palestina jelas membuktikan kebijakan kontradiktif Barat."
Ahmadinejad juga menyatakan kesiapan negaranya untuk membantu menyelesaikan krisis regional.(IRIB/MZ/5/4/2011)
Kapal Perang Iran Berhasil Usir Bajak Laut Somalia
Kapal-kapal perang Angkatan Laut Iran berhasil menggagalkan serangan para perompak laut yang berupaya membajak kapal tanker minyak milik Republik Islam Iran di Teluk Aden, lepas pantai Somalia.
Kapal tanker Iran Najm bermuatan 300.000 ton itu, kemarin (4/4) sedang dalam perjalanan dari pulau Khark, selatan Iran menuju kota pelabuhan Mesir Ein al-Sakhna, ketika diserang kapal bajak laut. Demikian dilaporkan kantor berita Mehr.
Namun kapal-kapal perang Angkatan Laut Iran yang berpatroli di Teluk Aden segera tiba ke lokasi dan menyelamatkan kapal tanker Najm
Para penyerang segera melarikan diri dari TKP setelah mendapat tembakan peringatan dari armada perang Iran. Tidak ada korban cedera dalam insiden tersebut.
Dengan demikian, Angkatan Laut Iran telah menggagalkan empat serangan para bajak laut Somalia terhadap kapal-kapal dagang Iran sejak 21 Maret 2011 lalu.
Perairan Samudera Hindia di lepas pantai Somalia dinilai kawasan maritim yang paling berbahaya di dunia menyusul maraknya aksi perompakan oleh kelompok bajak laut.
Teluk Aden, yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Terusan Suez dan Laut Mediterania, merupakan rute tercepat untuk lebih dari 20.000 kapal yang melintas per tahun dari Asia, Eropa dan Amerika.
Armada kapal perang Iran dikerahkan ke Teluk Aden dalam rangka program anti anti-bajak laut di kawasan tersebut.(IRIB/MZ/5/4/2011)
Iran Lumpuhkan Teroris Dukungan Israel
Komandan Penjaga Perbatasan Iran Brigadir Jenderal Hossein Zolfaghari mengatakan terjadi baku tembak antara pasukan bersenjata Iran dan teroris di wilayah barat Iran selama hari terakhir.
Empat tentara Iran tewas dan lima lainnya luka-luka dalam salah satu bentrokan di dekat kota perbatasan kota Marivan, barat laut Provinsi Kurdistan pada Jumat malam.
"Bentrokan meletus setelah milisi teroris PJAK berusaha untuk menguasai pos penjaga perbatasan. Bentrokan berlangsung 45 menit, Sejumlah petugas tewas dan terluka. Empat teroris PJAK juga tewas dan terluka, "kata Zolfaghari kepada Press TV hari ini (Selasa,5/4).
Sementara itu, Komandan Korps Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Brigadir Jenderal Mohammad Pakpour mengatakan pasukan IRGC berhasil menangkap dan membunuh dua milisi teroris dalam bentrokan sebelumnya yang juga terjadi di Iran barat pada 24 Maret lalu.
PJAK adalah cabang dari Partai Buruh Kurdistan (PKK) yang diakui secara internasional sebagai kelompok teroris, dan melakukan operasi mematikan di Iran barat, Irak utara dan Turki selatan.
PKK melancarkan berbagai serangan terhadap pasukan pemerintah Turki dari Pegunungan Qandil, di daerah-daerah yang berada di bawah kontrol Pemerintah otonomi Kurdistan, Irak, yang dipimpin Massoud Barzani. Adapun PJAK, terlibat dalam serangan bersenjata dengan pasukan keamanan Iran di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga Irak.
Israel dan perusahaan-perusahaan raksasa rezim Zionis beroperasi di pegunungan utara Irak, dan diyakini memiliki hubungan dekat dengan kelompok teroris semacam PKK dan PJAK.(IRIB/PH/LV/5/4/2011)
Iran-Mesir Memulai Babak Baru Hubungan Diplomatik
Setelah ada sinyal pemulihan hubungan diplomatik antara Republik Islam Iran dan Mesir, anggota senior parlemen Iran mengatakan, sejumlah anggota parlemen negara ini mungkin akan berkunjung ke Kairo.
"Atas permintaan parlemen Mesir, kunjungan anggota parlemen Iran ke Kairo sudah diagendakan," kata anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran, Fatemeh Alia pada hari Ahad (3/4).
Dia menambahkan bahwa parlemen akan mempelajari situasi di Kairo dan akan mengambil langkah-langkah menuju pembentukan Kelompok Persahabatan Parlemen Iran-Mesir.
Sementara itu, Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran, Hossein Ebrahimi juga menekankan pentingnya mempromosikan hubungan dengan Mesir untuk tingkat duta besar, mengikuti perkembangan di negara Afrika Utara itu.
Parlemen Iran mengeluarkan pernyataan setelah Menteri Luar Negeri Ali Akbar Salehi belum lama ini menyambut statemen sejawatnya dari Mesir, Nabil El Arabi untuk mempromosikan hubungan Tehran-Kairo.
Dalam konferensi pers pertamanya sebagai menteri luar negeri Mesir, El Arabi mengatakan, Kairo siap untuk membuka lembaran baru dengan Republik Islam Iran. Menurut El Arabi, pemerintah Mesir tidak melihat Iran sebagai negara musuh dan kedua negara juga memiliki hubungan historis yang mengakar.
Salehi mengomentari pernyataan itu dengan mengatakan, meski mengalami pasang surut, hubungan historis antara kedua negara tetap berkelanjutan. "Rakyat Mesir telah membuka lembaran baru dalam sejarah negara itu dengan bergerak menuju terwujudnya keadilan,"
"Kami berharap untuk menyaksikan perluasan hubungan antara bangsa Iran dan Mesir di era baru ini," tambahnya. Dikatakannya, hubungan baik antara kedua negara bisa membantu stabilitas kawasan, keamanan dan pembangunan.
Tehran dan Kairo tidak memiliki hubungan diplomatik penuh sejak kemenangan Revolusi Islam Iran. Tehran memutuskan hubungan dengan Kairo setelah Mesir menandatangani Perjanjian Camp David dengan rezim Zionis Israel dan memberikan suaka kepada Syah Iran Mohammad Reza Pahlavi. (IRIB/RM/SL/4/4/2011)Pemerintah Bahrain telah membagikan sebuah dokumen kepada wartawan di bandara Manama, mengklaim bahwa Iran terkait dengan krisis di negera itu, kata seorang aktivis Bahrain.
"Para wartawan yang datang ke Bahrain dalam beberapa hari terakhir telah diberikan sebuah dokumen di bandara. Berkas ini menginformasikan bahwa apa yang terjadi di Bahrain berhubungan dengan pemerintah Iran," ujar Nabeel Rajab, Presiden Pusat Hak Asasi Manusia Bahrain dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Senin (4/4).
"Pemerintah Manama mencoba meyakinkan wartawan bahwa demonstran tidak menuntut sesuatu, tidak ada isu HAM, tetapi hanya ada satu hal; pemerintah Iran mencoba untuk menciptakan krisis di Bahrain dengan mendukung beberapa orang yang pro-mereka," jelas Rajab.
"Tak satu pun wartawan yang datang ke Bahrain percaya klaim pemerintah Manama bahwa Iran terkait dengan protes tersebut. Sangat jelas bahwa warga memiliki tuntutan yang damai dan sah," tambahnya.
"Protes telah dipimpin oleh kelompok Syiah dan Sunni. Pemerintah mencoba untuk menghubungkan protes ini ke Iran. Kami katakan tidak, ini adalah masalah internal," tegas Rajab.
Mengomentari kekerasan yang dilakukan pemerintah Bahrain dalam menangani isu internal, Rajab menyimpulkan bahwa pemerintah mencoba untuk menyimpangkan opini publik, tetapi tidak berjalan efektif sebagaimana yang mereka inginkan.
Gerakan rakyat anti-pemerintah pecah di Bahrain pada pertengahan Februari lalu. Tindakan keras pemerintah telah menewaskan sedikitnya 26 orang dan melukai sekitar 1.000 lainnya. (IRIB/RM/SL/4/4/2011)Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC), hari Ahad (3/4), menggelar sidang di Riyadh dalam rangka membahas masalah yang diistilahkan dengan intervensi Republik Islam Iran atas gejolak yang menerpa kawasan. Para menteri luar negeri anggota P-GCC dalam statemen miringnya menyatakan kekhawatiran atas masalah yang diistilahkan intervensi Iran atas gejolak di kawasan.
Menurut P-GCC, sikap Iran atas gejolak di Bahrain dinilai provokatif. Selain itu, P-GCC juga mengklaim bahwa apa yang terjadi di Bahrain adalah konspirasi asing untuk menggulingkan pemerintah. P-GCC juga menolak keinginan Iran yang meminta pasukan Arab Saudi segera keluar dari Bahrain.
Tak dapat diragukan lagi, kekhawatiran gejolak di Afrika Utara dan Timur Tengah mendorong para menlu negara-negara Arab berkumpul di Riyadh. Akan tetapi mereka berkumpul bukan untuk mencari solusi konkret, tapi malah mencari kambing hitam.
Iran kini menjadi kambing hitam. Rezim-rezim Arab dengan mudah menuding Iran sebagai pihak yang cenderung intervensif dalam mereaksi gejolak di kawasan. Di tengah kondisi seperti ini, media-media kawasan dan Barat juga berupaya memperkeruh suasana. Langkah ini juga sengaja dilakukan untuk mengalihkan opini publik di tengah gejolak yang terus mengancam kekuatan rezim-rezim Arab dan kepentingan Barat. Tak dapat dipungkiri lagi, Barat sangat menyambut sikap rezim-rezim Arab yang kini tertuang dalam sidang P-GCC, hari Ahad (3/4).
Bukan rahasia lagi, Bahrain menjadi pangkalan utama militer AS di Teluk Persia. Selain itu, AS dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya dari tahun 2005 hingga 2009, berhasil melakukan transaksi senjata dalam jumlah sangat besar ke rezim-rezim Timur Tengah.
Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), perusahaan-perusahaan senjata AS mampu menguasai 60 persen kontrak kerjasama transaksi senjata dengan tujuh negara Teluk Persia. Dalam kurun sepuluh tahun mendatang, AS juga berniat menjual senjata senilai 67 milyar dolar AS, kepada Arab Saudi. Dengan demikian, jumlah sebesar itu dapat dikatakan sebagai transaksi militer terbesar dalam sejarah AS. Adapun transaksi senjata di negara-negara Teluk Persia diperkirakan mencapai 123 milyar dolar AS.
Menurut para pengamat, transaksi senjata dalam jumlah besar di Teluk Persia sama sekali tidak bertujuan untuk meningkatkan sistem pertahanan, tapi melainkan hanya berniat menciptakan ketergantungan rezim-rezim di kawasan pada AS. Menurut salah satu penasehat keamanan Gedung Putih untuk Timur Tengah, AS di tengah kondisi kawasan seperti ini, terus berusaha mengembalikan kondisi Timur Tengah seperti semula yang pernah dilakukan pada dekade 1980, yakni konfrontasi antara negara-negara Arab dan Iran di kawasan. (IRIB/AR/NA/4/4/2011)Selasa 29 Maret 2011, Menteri Luar Negeri baru Mesir Nabil El Arabi mengatakan bahwa negaranya siap untuk mempromosikan hubungan antara Tehran dan Kairo.
Bersamaan dengan itu, sekitar 40 perwakilan dari PBB, NATO, Uni Afrika dan Liga Arab yang hadir dalam Konferensi London menyerukan penguasa Libya Muammar Gaddafi untuk meletakkan kekuasaannya.
Rabu 30 Maret 2011, sedikitnya satu warga Palestina gugur syahid dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan pesawat tempur rezim Zionis Israel terhadap Jalur Gaza. Dua hari berikutnya, Perdana Menteri Rezim Zionis Israel Benyamin Netanyahu meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza.
Kamis 31 Maret 2011, situasi di Bahrain kian kritis. Pemerintah Bahrain kian meningkatkan aksi represifnya terhadap demonstran anti-pemerintah di ibukota Manama dan beberapa kota lain di sekitarnya.
Sementara itu, di hari yang sama, Presiden Suriah Bashar Assad dalam pidatonya menyatakan bahwa rangkaian peristiwa dan kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini di Suriah adalah konspirasi yang sudah dirancang sistematis oleh pihak asing termasuk dinas intelijen Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel.
Jumat 1 April 2011, Ribuan pengunjuk rasa kembali turun ke jalan-jalan di ibukota Yaman, Sanaa, menuntut diakhirinya kekuasaan otokratik Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah berlangsung selama 32 tahun.
Menteri Luar Negeri baru Mesir Nabil El Arabi mengatakan bahwa negaranya siap untuk mempromosikan hubungan antara Tehran dan Kairo. Dalam konferensi pers pertamanya sebagai menteri luar negeri Mesir pada hari Selasa (29/3), El Arabi mengatakan, Kairo siap untuk membuka lembaran baru dengan Republik Islam Iran.
Menurut El Arabi, pemerintah Mesir tidak melihat Iran sebagai negara musuh dan kedua negara juga memiliki hubungan historis yang mengakar. Ditambahkannya, pembentukan hubungan diplomatik tergantung pada pihak Iran.
Pada bagian lain pernyataannya, El Arabi juga menyatakan kesiapan negaranya untuk melakukan dialog dengan Hizbullah Lebanon. Ditandaskannya, "Hizbullah merupakan sebuah partai di tengah masyarakat Lebanon dan jika kelompok itu tertarik untuk melakukan pembicaraan, kami akan menyambutnya."
Sebelumnya pada bulan Maret, Kepala Bagian Kepentingan Iran di Mesir, Mojtaba Amani mengatakan, hubungan antara Tehran dan Kairo, yang sudah lama membeku dapat dicairkan. Ditambahkannya, "Mengingat perkembangan saat ini di Mesir, maka tiba waktunya untuk memperluas hubungan bilateral kedua negara."
Pejabat Iran menyatakan bahwa hubungan diplomatik antara kedua negara hanya terbatas pada kerangka kepentingan sejak tahun 1979, tapi sudah saatnya kedua belah pihak membuat keputusan yang tepat berdasarkan peristiwa terkini dan transformasi di Mesir.
Tehran dan Kairo tidak memiliki hubungan diplomatik penuh sejak kemenangan Revolusi Islam Iran. Tehran memutuskan hubungan dengan Kairo setelah Mesir menandatangani Perjanjian Camp David dengan rezim Zionis Israel dan memberikan suaka kepada Syah Iran Mohammad Reza Pahlavi.
Sebagaimana disinggung dalam rangkuman berita, bersamaan dengan serangan udara pimpinan Amerika Serikat ke Libya, sekitar 40 perwakilan dari PBB, NATO, Uni Afrika dan Liga Arab yang hadir dalam Konferensi London pada hari Selasa lalu (29/3) menyerukan penguasa Libya Muammar Gaddafi untuk meletakkan kekuasaannya.
Peserta konferensi membentuk sebuah front bersatu untuk melanjutkan misi aliansi Barat di negara tersebut dan secara bulat setuju bahwa Gaddafi harus meninggalkan Libya. Mereka juga memutuskan bahwa operasi militer harus dilanjutkan hingga Gaddafi mematuhi tuntutan PBB untuk gencatan senjata, berhenti menyerang warga sipil dan memungkinkan bantuan kemanusiaan mencapai Libya.
Sebelum pertemuan itu, beredar spekulasi bahwa negara-negara Barat dan sekutunya menyetujui rencana untuk mengirim Gaddafi ke pengasingan. Namun, pernyataan akhir konferensi tidak menyebutkan strategi itu.
Sementara itu sekalipun mendapat tekanan kuat dunia internasional dan dua lagi dari pejabat seniornya mengundurkan diri, ternyata Muammar Gaddafi kembali mengumumkan bahwa dirinya tidak akan turun dari kekuasaannya.
Pernyataan itu kembali ditegaskan Gaddafi Kamis (31/3) lalu saat Moussa Koussa, Menteri Luar Negeri Libya menyatakan pengunduran dirinya dan hengkang ke Inggris melalui Tunisia. Mereaksi hal itu, Mustafa Gheirani, Jurubicara Kubu Revolusioner di Benghazi mengatakan, "Kami yakin bahwa rezim Gaddafi telah hancur dari dalam."
Presiden Suriah Bashar Assad dalam pidatonya Kamis (31/3) lalu menyatakan bahwa rangkaian peristiwa dan kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini di Suriah adalah konspirasi yang sudan dirancang sistematis oleh pihak asing termasuk dinas intelijen Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel.
Berbicara di parlemen dan disiarkan secara langsung oleh televisi resmi Suriah, Assad mengatakan, rakyat Suriah selalu berusaha mewujudkan stabilitas di negara sehingga konspirasi asing akan bisa digagalkan berkat kerja keras dinas keamanan yang bekerjasama dengan rakyat.
Seraya menyebut transformasi terkini di kawasan sebagai perkembangan yang akan berdampak pada isu Palestina, Assad menandaskan, kebijakan luar negeri Damaskus dibangun atas prinsip membela hak dan mendukung gerakan muqawama di Dunia Arab.
Assad menambahkan, Suriah tidak terpisah dari perkembangan yang sedang terjadi di negara-negara Arab. Karena itu, para pejabat negara ini akan berusaha keras memenuhi kebutuhan rakyat dan melakukan reformasi.
Presiden Suriah menyebut kerusuhan yang terjadi di negaranya sebagai fitnah yang harus dipadamkan. "Tidak ada kata tengah, Anda bisa memilih bersama fitnah atau melawannya dan berusaha untuk memadamkannya," tegasnya.
Sementara itu, pasukan keamanan Suriah menyatakan berhasil membongkar sebuah jaringan terorisme di kota Damaskus. Dalam operasinya, pasukan keamanan berhasil menangkap tujuh teroris termasuk tiga warga asing.
Sebelumnya, Selasa 29 Maret jutaan warga Suriah menggelar pawai akbar di seluruh penjuru negeri untuk menyatakan dukungan mereka kepada Presiden Bashar Assad. Mereka juga menekankan persatuan nasional dan perdamaian di negara itu.
Situasi kritis di Bahrain tak juga mereda. Pemerintah kerajaan Al-Khalifa kian brutal dan memperluas aksi kekerasan terhadap para demonstran anti-pemerintah di ibukota Manama dan beberapa kota lain di sekitarnya.
Rabu lalu (30/3), pasukan Bahrain, yang didukung oleh militer Arab Saudi, menyerang pengunjuk rasa di Diraz, Sanabis, Nuwaidrat dan Belad al-Qadim.
Pasukan keamanan juga berhasil membubarkan para pengunjuk rasa di Manama. Saksi mata mengatakan, seorang remaja berusia 15 tahun tewas di desa Saar.
Sementara itu, Human Rights Watch (HRW) menyatakan, pasukan pemerintah menyerang para korban luka tembak dengan peluru karet, gas air mata dan peluru tajam dan melarang pemberian perawatan medis kepada mereka.
Organisasi tersebut juga mengungkapkan bahwa pasukan keamanan mengambil alih Salmaniya Medical Complex pada tanggal 16 Maret dan menggunakannya untuk mengidentifikasi dan menangkap demonstran anti-pemerintah.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay menggambarkan penyitaan kompleks medis sebagai tindakan mengejutkan dan ilegal. Ia sangat mengkhawatirkan peningkatan kekerasan di negara Teluk Persia itu.(irib/4/4/2011)
Brega Kembali Berpindah Tangan
Kekuatan revolusioner Libya kembali menuju kota kaya minyak, Brega tanpa menghadapi perlawanan dari pasukan yang setia kepada pemimpin Libya Muammar Gaddafi.
Pasukan pemerintah melarikan diri sebelum kelompok revolusioner mencapai Brega. Demikian dilansir AFP pada hari Senin (4/4). Pada hari Ahad, pasukan rezim Gaddafi menyergap kelompok revolusioner di kota itu dan memaksa mereka untuk mundur.
Kota Brega sejauh ini telah berpindah tangan untuk ketujuh kalinya dalam enam minggu. Pusat pertempuran Libya kini berpusat di Brega, sebuah kota penting industri minyak di kawasan pantai yang mengarah ke Tripoli. Kawasan ini telah menjadi perebutan antar-kubu revolusioner di timur kota dan loyalis Gaddafi di sisi barat
Sementara itu, Gaddafi menghadapi pembelotan lagi. Mantan menteri luar negeri dan presiden Sidang Majelis Umum PBB, Ali Treiki menjadi pejabat paling akhir yang meninggalkan Gaddafi, setelah menteri luar negeri dan pendukung kuatnyanya, Mussa Kusa, terbang ke Inggris beberapa hari sebelumnya.
Dilaporkan pula bahwa setidaknya dua anak pemimpin Libya mengusulkan peralihan kekuasaan ke demokrasi konstitusional dengan memasukkan syarat pencabutan kekuasaan ayah mereka.
Mengutip seorang diplomat dan seorang pejabat Libya yang mengetahui rencana itu, koran New York Times melaporkan bahwa masa transisi akan dipelopori oleh salah satu anak Gaddafi, Seif al-Islam Gaddafi. Namun tidak jelas apakah Kolonel Gaddafi sudah menyetujui usul yang didukung oleh anaknya sendiri itu. (IRIB/RM/SL/4/4/2011)Pasukan revolusioner Libya bergerak maju menuju kota kaya minyak Brega tanpa perlawanan dari pasukan pro-diktator, Muammar Gaddafi.
AFP melaporkan (4/4), militer pro-Gaddafi melarikan diri sebelum pasukan revolusioner mencapai delapan kilometer dari kota Brega. Sehari sebelumnya, militer pro-Gaddafi menyerang pasukan revolusioner di wilayah yang sama dan berhasil memaksa mereka mundur.
Kota kaya minyak Brega, yang dalam enam pekan terakhir telah berpindah tangan sebanyak tujuh kali itu menjadi sasaran hebat militer pro-Gaddafi dalam beberapa hari terakhir. Ini terjadi di saat pasukan revolusioner tengah berjuang menembus ke dalam kota Ajdabiya, di 160 kilometer dari kota Benghazi.
Sementara itu, AS menyatakan telah menyetujui permintaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melanjutkan serangan udara ke Libya kemarin (4/4).
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengatakan, serangan itu merupakan bagian dari upaya untuk melindungi warga sipil dari serangan rezim Gaddafi. Disebutkan pula bahwa NATO akan memimpin program serangan ke Libya itu setelah hari Senin.
Militer AS berencana mulai menarik jet tempur dan rudal Tomahawk-nya dari program serangan udara ke Libya pekan ini.(IRIB/MZ/5/4/2011)
Pasukan Yaman Makin Bengis, Korban Tewas Melonjak Drastis
Pasukan pemerintah Yaman menembak mati makin banyak demonstran anti-pemerintah di saat berbagai laporan tentang aksi berdarah aparat terus bermunculan. Pasukan pro-Presiden Ali Abdullah Saleh, menembak mati dua pengunjuk rasa di kota pelabuhan barat Hudaydah kemarin (Senin, 4/4) dan mencederai puluhan orang lain lainnya. Demikian dilaporkan AFP. Mereka menyerang para demonstran dengan menembakkan gas air mata dan membuat ratusan pengunjuk rasa terluka parah. Laporan sebelumnya menyebutkan, sekelompok orang berpakaian preman yang melancarkan tembakan secara brutal ke arah kota. Pada hari yang sama, serangan pasukan pro-rezim Saleh di kota Taiz, telah merenggut nyawa sedikitnya 17 orang dan mencederai puluhan lainnya. Angka korban akibat brutalitas aparat keamanan meningkat. Diperkirakan lebih dari 300 orang tewas dan ribuan lainnya cedera akibat serangan aparat terhadap para demonstran sejak Januari lalu. Meski demikian, para demonstran tetap menyerukan pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh. Saleh telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade. Kelompok oposisi Yaman menyatakan bahwa reformasi politik dan ekonomi telah lama dijanjikan Saleh hingga kini belum terwujud. Meski gerakan revolusi semakin meluas dan semakin hari, Saleh makin kehilangan banyak dukungan, namun ia enggan meletakkan jabatannya. Kemarin, pengunjuk rasa kembali turun ke jalan-jalan ibukota Sanaa dan sejumlah kota di bara daya Yaman termasuk kota Ibb. Di Sanaa, para tentara yang memihak pengunjuk rasa anti-rezim, turun tangan mencegah polisi dalam menyerang ribuan demonstran. Namun polisi, menembak mati seorang pengunjuk rasa berusia 18 tahun, yang diidentifikasi bernama Sadiq al-Haimy. Kelompok oposisi di kota Abyan dan Dalea telah menginstruksikan aksi mogok umum. Dan saat ini kampanye pembangkangan sipil juga tengah berlangsung di Aden.(IRIB/MZ/5/4/2011) Inggris Tambah Jumlah Jet Tempurnya untuk Serang Libya Inggris akan menambah jumlah pesawat tempurnya dalam operasi serangan udara ke Libya. Sebagaimana dilaporkan IRNA, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dalam kunjungan mendadaknya kemarin malam (4/4) ke sebuah pangkalan militer di Italia utara mengatakan, "Dalam beberapa hari mendatang, empat unit pesawat tempur Tornado akan bergabung dalam operasi serangan udara ke Libya." Saat ini Inggris telah mengerahkan 10 unit jet Thypon dan delapan unit jet tempur Tornado ke Italia utara. Pangkalan militer di Italia utara itu berperan sangat urgen dalam operasi serangan udara ke Libya. Pada kesempatan itu, Cameron mengapresiasi para pilot dan tim teknis penerbangan Angkatan Udara Inggris seraya menyatakan, "Serangan udara ke Libya telah menyelamatkan banyak nyawa." Hingga kini, Angkatan Udara Inggris telah melancarkan 70 kali serangan udara ke Libya, sementara sebuah kapal selam milik Inggris di laut Mediterania, juga telah menambakan puluhan rudal cruise ke Libya.(IRIB/MZ/5/4/2011) |
0 comments to "Ahmadinejad: Obama Akan Lebih Malu dari Bush???!!!!!"