Wartawan senior Rosihan Anwar meninggal dunia Kamis pagi pukul 08.15 WIB di Rumah Sakit Metropolitan Media Center (MMC) Jakarta dalam usia 89 tahun.
Pak Ros, demikian panggilan akrab Rosihan Anwar di kalangan pers, belum lama ini menjalani operasi bedah (by pass) jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta.
Rosihan Anwar dikenal sebagai tokoh yang tak kenal kompromi untuk perjuangkan kebebasan berekspresi dan kemerdekaan pers nasional, kata Ketua Dewan Pers periode 2000-2003, Atmakusumah Astraatmadja.
"Mari kita tundukkan kepala sejenak untuk menghormati jasa Pak Ros, terutama dalam memperjuangkan kebebasan pers di negeri ini," katanya kepada peserta Lokakarya Jurnaslitik Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)-Dewan Pers dan Kedutaan Norwegia di Balikpapan, Kamis.
Menurut dia, Pak Ros gaya penulisannya sangat terkenal kritis, apalagi saat memimpin redaksi harian Pedoman. "Ini pelajaran positif bagi wartawan Indonesia," katanya menambahkan.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, wartawan senior sekaligus penulis almarhum Rosihan Anwar, layak mendapatkan gelar pahlawan. Ia menilai, kiprah wartawan lima zaman itu sangat berjasa dalam mengembangkan dunia pers di Indonesia.
"Beliau adalah sosok wartawan yang penuh idealisme. Ini saya kira sikap yang patut dicontoh," kata Agung kepada para wartawan.
Rosihan menjadi penulis sejak zaman penjajahan Belanda sampai sekarang. Di usia senja, ia masih aktif mengirimkan tulisan ke media massa dan menulis buku. Buku terakhir yang ditulisnya adalah Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jilid IV (Penerbit Buku Kompas, November 2010).
Ia kini juga sedang menyiapkan memoar kehidupan cintanya dengan sang istri dengan judul yang sudah disiapkan Belahan Jiwa, Memoar Rosihan Anwar dengan Siti Zuraida.
Jenazah Rosihan Anwar tiba di rumah duka di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis siang, sekitar pukul 11.25 WIB.(IRIB/Antara/kompas/PH/AR/14/4/2011)
0 comments to "Inna Lillahi, Wartawan Lima Zaman Itu ......."