Waktu; Kesempatan yang Tak Pernah Kembali.
Tidak ada satu orangpun yang mengingkari pentingnya waktu sebagai modal tak ternilai. Terlebih-lebih di masa kini ditambah begitu cepatnya teknologi berkembang yang membuat upaya memanfaatkan waktu secara efisien menjadi lebih urgen. Ada sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa "waktu adalah emas". Tapi ada juga sebagian orang yang menolak itu dan mengatakan waktu bukan emas, tapi lebih mulia dari emas. Alasan mereka karena orang dapat membeli emas, tapi waktu tidak dapat dibeli. Waktu bak aliran air sungai yang senantiasa dalam kondisi bergerak dan tidak akan pernah kembali. Sekaitan nilai waktu, Imam Ali as berkata, "Wahai manusia! Pahamilah bahwa kalian yang sedang melewati dan bakal berakhir, bukan waktu yang sedang berakhir."Sejatinya, dalam kehidupannya manusia berhadapan dengan dua pilihan;
menjadi pelaku atau penonton menyaksikan apa yang akan terjadi dalam kehidupannya. Siapa saja menginginkan menjadi pelaku dan bukan penonton. Tapi untuk menjadi pelaku hanya dapat dilakukan dengan mengelola waktu sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan yang hendak diraih. Sebuah kehidupan yang telah diatur sejak awal bakal memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengontrol dirinya. Ia dapat mengarahkan dirinya terkait kehidupan pribadi dan sosial. Bila kehidupan manusia tidak memiliki tujuan dan arah yang jelas, orang tersebut akan memusnahkan segala waktu tak ternilai yang dimilikinya untuk melakukan hal-hal yang mubazir.
Islam mengajak semua orang agar memanfaatkan waktunya dengan benar. Waktu itu sendiri dalam pandangan Islam sebagai sesuatu yang mulia dan suci.
Imam Muhammad Baqir as mengatakan, "Allah benci kepada manusia yang menyia-nyiakan waktunya." Islam bahkan mewanti-wanti para pemuda khususnya agar tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Karena masa muda adalah sebuah periode dimana seseorang mampu mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan energi yang masih berlimpah. Energi yang dimilikinya di usia muda juga memberikannya semangat untuk berusaha lebih serius lagi.
Betapa banyak orang yang mencapai usia tua dan lemah hanya dapat menyesali dirinya. Mereka menyesal mengapa ketika di usia muda tidak melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Sekaitan dengan masalah waktu senggang anak-anak muda, kepada mereka Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengatakan, "Satu hal yang dapat kami rekomendasikan kepada remaja dan pemuda adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya waktu yang mereka miliki."
Rahbar menyebut pekerjaan terbaik di usia mereka adalah belajar, olahraga dan mensucikan diri. Beliau juga menyebut upaya memanfaatkan kesempatan yang pendek sangat berpengaruh. Berbagi pengalaman dalam masalah ini beliau mengatakan, "Saya berhasil membaca buku 20-an jilid dalam selisih waktu 10,15 dan 20 menit dalam perjalanan di bus."
Bila kita telah memahami dengan baik betapa pentingnya waktu, ada satu pertanyaan yang muncul. Bagaimana kita dapat memanfaatkan waktu seefisian mungkin? Jalan terbaik untuk mencegah kita menyia-nyiakan waktu adalah dengan menyusun program kerja. Program kerja sebuah cara untuk mengalahkan waktu. Orang-orang sukses selalu mengatakan bahwa satu dari rahasia kesuksesan mereka adalah menyusun program kehidupannya.
Banyak buku dan artikel yang mengulas banyak tentang bagaimana menyusun program dan mengelola waktu. Kebanyakan orang yang mendengar kata "manajemen waktu" langsung membayangkan waktu harus dikelola. Pemahaman yang demikian tentu saja tidak benar. Karena manajemen waktu pada dasarnya adalah memenej diri sendiri, bukan waktu yang diatur. Waktu senantiasa berjalan dan tidak akan pernah bisa dikelola. Sementara kehidupan manusia memiliki keterbatasan yang perlu dikelola agar dapat meraih kesuksesan. Di sini setiap orang membutuhkan ketrampilan untuk mengelola waktunya.
Seseorang yang memiliki tujuan hidup berarti ia telah menguasai bagian terpenting dari manajemen waktu. Hakikatnya, sebuah program sejak awal harus dibangun dari tujuan-tujuan yang ingin direalisasikan dan dari sana dilakukan skala prioritas, mana yang harus didahulukan. Oleh karenanya, setiap orang harus mampu membedakan mana tujuan akhir dan mana yang sela. Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan itu harus realistis sekaligus utopis, sehingga mampu menggerakkan pelakunya. Seseorang yang memiliki tujuan akan senantiasa bergerak, berusaha dan fokus dalam sebuah lajur yang ingin dilewatinya. Dengan demikian, ia tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada dalam program yang telah disusunnya.
Poin penting lainnya dalam menyusun program adalah berusaha menjauhi pekerjaan yang berulang dan menetapkan batas akhir penyelesaian sebuah pekerjaan. Dalam menyusun program, seseorang harus mengalokasikan batas waktu untuk setiap pekerjaan yang hendak dilakukannya. Memperhatikan masalah ini membuat manusia lebih realistis dalam menyempurnakan daftar program yang disusunnya. Di sini, penting untuk mengenal dengan baik dan benar serta tepat faktor-faktor yang membuat waktu seseorang menjadi sia-sia.
Menyia-nyiakan waktu bergantung pada sejumlah faktor. Terkadang kita menyia-nyiakan begitu saja waktu kita yang begitu bernilai dan tidak memanfaatkannya dengan benar. Tapi terkadang orang lain menjadi penyebab hilangnya waktu kita begitu saja.
Untuk menyusun program selama sehari semalam, Imam Kazhim as berkata, "Berusahalah untuk membagi waktumu selama sehari semalam menjadi empat bagian. Sebagian untuk bermunajat kepada Allah, sebagian lagi untuk bekerja, sebagian lain untuk hubungan sosial dan berdialog dengan orang-orang yang dapat dipercaya. Mereka akan menjelaskan kekurangan-kekuranganmu agar engkau menutupinya. Bagian keempat dari waktumu alokasikan untuk menikmati segala urusan halal baik materi maupun spiritual. Bagian keempat ini dapat membantumu melakukan tiga bagian yang lain."
Perhatian kepada masalah agama dalam menyusun program dan menentukan kesempatan dalam setiap hari untuk melakukan shalat di awal waktu dan membaca al-Quran merupakan perbuatan yang mampu menyempurnakan jiwa manusia. Program-program spiritual semacam ini akan semakin menyempurnakan program yang disusun.
Dalam sebuah riwayat dari Imam Hasan as disebutkan, "Berusahalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selama-lamanya dan berusahalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok hari." Dengan demikian, dalam menyusun program hendaknya kita juga memperhatikan masalah akhirat, sebagaimana yang dilakukan terhadap masalah dunia.
Imam Hasan Askari as berkata, "Jangan sampai engkau menghabiskan waktumu hanya untuk dunia, sementara engkau tertinggal dalam urusan akhirat... Dalam memanfaatkan kesempatan dan waktu yang ada harus dimanfaatkan sebisa mungkin untuk mencari rezeki yang halal dan melakukan kewajiban. Engkau harus dapat menyatukan dua hal ini."
Ada sebagian waktu yang dipandang khusus oleh Islam. Sebagai contoh, waktu shalat termasuk waktu-waktu yang dapat dimanfaatkan manusia untuk meraih kesempurnaan lebih.
Bulan Ramadhan juga merupakan kesempatan istimewa yang diberikan kepada manusia dimana setiap detiknya berisikan rahmat dan cinta ilahi. Rasulullah Saw dalam khotbahnya menyambut bulan Ramadhan mengucapkan, "Wahai umat manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian bulan Allah dengan berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang di sisi Allah merupakan bulan paling mulia. Hari-harinya paling mulia, malam-malamnya paling mulia, dan saat-saatnya paling utama. Di bulan ini kalian diundang untuk menjadi tamu-tamu Allah dan kalian diajak untuk menerima karunia Allah. Di bulan ini tarikan dan desahan nafas kalian adalah tasbih, tidur kalian ibadah, amal kalian diterima, dan doa kalian dikabulkan. Maka dari itu, mohonlah kepada Allah dengan niat yang jujur dan hati yang bersih, agar Allah memberikan taufik kepada kalian untuk dapat melakukan puasa dan membaca Kitab-Nya."
Dari doa yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad Saw, kita dapat memahami kebesaran bulan Ramadhan. Begitu mulianya sehingga tidur seorang yang berpuasa tidak terhitung menyia-nyiakan waktu, bahkan mendapat pahala. Sementara membaca satu ayat al-Quran mendapat ganjaran seperti orang yang mengkhatamkan seluruh al-Quran. Tak diragukan lagi bahwa bulan Ramadhan merupakan kesempatan paling baik untuk memperbaiki diri dan semakin mendekati Allah Swt. Sebuah kesempatan yang bila terlewatkan, menyebabkan pelakunya akan menyesal di kemudian hari. (IRIB/SL/NA/1/8/2011)
0 comments to ""Wahai manusia! Pahamilah bahwa kalian yang sedang melewati dan bakal berakhir, bukan waktu yang sedang berakhir.""