Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Ilustrasi
“Mahasiswa yang menjadi korban penganiayaan polisi Mesir mengaku sudah tidak tahan lagi di sana. Mereka minta segera dipulangkan ke tanah air,” kata Sainul Muttaqin, kakak dari Fahturrahman mahasiswa Indonesia di Mesir yang mengalami penyiksaan, kepada detikcom, Sabtu (4/07/2009).
Dia menjelaskan, kedua mahasiswa Al Azhar di Kairo Mesir itu adalah, Arzil dan Tasril Sugandi yang masih duduk di semester I. Dimungkinkan keduanya meminta dipulangkan karena terhitung baru menjadi mahasiswa.
“Mungkin karena mereka berdua ini masih mahasiswa yang baru, sehingga mereka kurang begitu betah atas kasus yang menimpa mereka. Alasannya inilah mereka dalam perbincangan dengan keluarganya di Riau meminta segera di pulang,” kata Sainul.
Dua mahasiswa lagi, yakni Fahturrahman dan Ahmad Yunus sudah duduk di semester IV. Mereka ini menjadi korban penganiayaan polisi setempat atau dikenal dengan sebutan Amni Daulah.
Polisi Mesir menyiksa mereka dengan cara yang keji. Mereka ditangkap di kamar kosnya bak teroris kelas kakap. Mata ditutup, tangan diikat, lantas sampai di kantor polisi setempat mereka ditelanjangi, bahkan salah satu di antaranya alat vitalnya disetrum.
“Mereka sudah saya bujuk agar mereka tetap bertahan untuk meneruskan kuliahnya,” kata Sainul.
Tudingan polisi Mesir terhadap empat mahasiswa Indonesia asal Riau sangat tidak mendasar. Mereka ditangkap bak teroris hanya dengan tudingan membuka situs ihkwanul muslim.
“Padahal mereka tidak pernah membuka situs seperti yang ditudingkan pihak kepolisian setempat,” kata Sainul Muttaqin, kakak dari Fahturrahman salah seorang mahasiswa Indonesia asal Riau, Sabtu (4/7/2009)..
Pengakuan para mahasiswa Riau itu, kata Sainul, sebenarnya polisi Mesir akan menangkap mahasiswa Indonesia asal Tapanuli Selatan, Sumut yang dituding membuka situs tersebut. Kebetulan mahasiswa asal Sumut itu satu kos dengan mahasiswa asal Riau.
“Hanya saja saat tempat kos mereka digerebek polisi setempat, mahasiswa asal Sumut itu tidak berketepan sedang keluar. Sehingga mereka (empat mahasiswa Riau) menjadi sasaran penangkapan pihak kepolisian setempat,” kata Sainul.
“Jadi memang dasar penangkapan yang dilakukan pihak kepolisian setempat sangat tidak mendasar,” kata Sainul.
Keempat mahasiswa Indonesia yang mengalami penyaniayaan itu adalah, Faturrahman mahasiswa Al Azhar semester IV asal Desa Pematang Berangan Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu.
Selanjutnya, Ahmad Yunus, semester IV asal Desa Tangun, Kecamatan Bangun Purba. Arzil, semester I asal Desa Rokan IV Koto dan Tasrih Sugandi asal Desa SP4 Kecamatan Kepenuhan, Rokan Hulu.
Empat mahasiswa Indonesia asal Riau menjadi korban penangkapan dan penganiyaan polisi Mesir. Dua di antaranya minta dipulangkan, sedangkan dua lagi masih bertahan karena sudah menjelang wisuda.
“Dua mahasiswa yang masih duduk di semester I memang meminta dipulangkan. Namun dua mahasiswa lagi yang duduk di semester IV harus bertahan sampai mereka diwisuda. Karena kuliah di sana, semester IV itu merupakan semester akhir,” kata Sainul Muttaqin, kakak dari mahasiswa Indonesia Fahturrahman yang menjadi korban penganiyaan polisi Mesir, Sabtu (4/7/2009).
Kedua mahasiswa yang sudah duduk di semester akhir itu adalah, Fahturrahman dan Ahmad Yunus. Sebenarnya keduanya juga merasa trauma atas peristiwa yang menimpa mereka. Persoalannya bila mereka kembali ke Indonesia, maka dengan sendirinya mereka akan gagal menjadi sarjana.
“Karena itu mereka tetap bertahan dengan harapan mereka bisa meraih gelar sarjana. Tentunya mereka juga berharap adanya perhatian khusus dalam masalah ini dari KBRI di Kairo,” kata Sainul yang juga Kepala Sekolah MTs Khalid Bin Walid di Kabupaten Rokan Hulu.
0 comments to "4 Mahasiswa Indonesia Disiksa di Mesir"