Keuntungan Perusahaan Besar Amerika di atas Derita Rakyat Irak dan Afghanistan
Bush and Cheney
Invasi Amerika ke Irak ternyata bukan semata dimotivasi untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein apalagi karena kepemilikan senjata pemusnah massal yang ternyata terbukti hanya isapan jempol belaka.
Motivasi Amerika yang sebenarnya adalah untuk mengusai sumberdaya alam Irak terutama minyak. Bukan itu saja. Melalui invasi militer Amerika ke Irak, maka beberapa perusahaan besar kroni dari George W. Bush dan Partai Republik, dengan mudah bisa dibantu untuk mendapat tender kontrak-kontrak pertahanan.
Semua perusahaan Amerika yang secara total berhasil meraup keuntungan bisnis lebih dari 76 miliar dolar dalam kontrak-kontrak pertahanan 2002, ternyata bermuara pada Caryle Group, sebuah holding company yang dikuasai keluarga Bush dan Dick Cheney.
Mari kita simak laporan dari Pusat Integritas Publik. Dalam salah satu laporannya, hampir semua pemain kunci pada pemerintahan George W. Bush memiliki hubungan dengan beberapa perusahaan besar yang kelak terbukti mendapat untung besar setelah pasca perang Irak.
Dick Cheney, Wakil Presiden Amerika dan orang kuat kedua setelah Bush, merupakan mantan CEO Halliburton, perusahaan jasa minyak terbesar di dunia. Condoleezza Rice, mantan Penasehat Keamanan Nasional dan Menteri Luar Negeri, tercatat pernah menjadi anggota direksi Chevron, sebuah perusahaan minyak besar Amerika berskala dunia.
Sedangkan Menteri Perdagangan Don Evans, dikenal luas sebagai mantan CEO dan direktur Tom Browns Inc, sebuah perusahaan minyak dan gas senilai miliaran dolar.
Sedangkan Andrew Card, Kepala Staf Gedung Putih semasa kepresidenan Bush, merupakan mantan kepala pelobi, General Motors.
Inti dari jalinan kisah ini sebenarnya sederhana saja. Melalui invasi militer AS ke Irak, negara ini praktis telah dilelang dan digadaikan kepada beberapa perusahaan besar Amerika. Dan lebih sialnya lagi, Irak telah dilelang dan digadaikan kepada beberapa perusahaan Amerika yang sedari awal merupakan kroni dan teman-teman dekat Bush dan Cheney.
Sisi yang paling mencurigakan dari kasus Pemboman Gedung WTC dan Pentagon pada 11 September 2001, ternyata aksi teror tersebut bersamaan waktunya dengan digelarnya pertemuan ekslusif Carlyle Group. Carlyle Group merupakan perusahaan induk yang bergerak dalam investasi swasta, dan para tokohnya telah menyebar baik di jajaran pemerintahan Washington maupun Saudi Arabia. Berarti, dalam tataran bisnis telah terjadi kolusi dan konspirasi untuk menguasai Irak dan Afghanistan secara geopolitik dan geostrategis.
Yang lebih menarik lagi, ternyata keluarga bin Laden merupakan salah satu investor utama Carlyle Group. Maka ketika diadakan investigasi dan penyelidikan seputar aksi terorisme pada 11 September 2001, sempat terungkap adanya kemungkinan hubungan beberapa jaringan Saudi Arabia dalam pemboman gedung WTC dan Pentagon.
Namun ketika laporan tersebut siap untuk dirilis kepada publik, Bush menahan sekitar 28 halaman berkenaan dengan peran Arab Saudi dalam serangan tersebut. Dalih yang digunakan Bush adalah, bahwa laporan ini jika diungkap ke publik bisa membuka cara dan sumber informasi yang menjadi landasan laporan tersebut disusun.
Namun banyak kalangan yang curiga bahwa Bush sebenarnya khawatir jika keterlibatan para kroni Bush dari Saudi Arabia dalam kasus pembajakan pesawat sebelum aksi teror bunuh diri tersebut berlangsung. Faktanya adalah, 15 dari 19 pembajak adalah orang Saudi Arabia.
Bagi-bagi Hasil Jarahan di Irak
Prinsip pembagian hasil jarahan di Irak yang dilakukan Bush cukup sederhana. Siapa yang memberi sumbangan terbesar dalam kampanye presiden Bush pada kampaye preisden tahun 2000, maka dia lah yang mendapat bagian yang terbesar.
Dan orang yang ditunjuk Bush untuk bagi-bagi tender kontrak bisnis di Irak tersebut adalah Tom Foley, penggalang dana utama Partai Republik. Tepatnya dia adalah Ketua bagian pendanaan di Connecticut pada kampanye Bush 2000 sekaligus mantan teman sekelas Bush di Fakultas Bisnis Harvard. Berarti, Tom Foley tahu persis siapa saja yang paling besar kontribusinya dalam memberi sumbangan dana kepada Bush ketika kampanye presiden 2000.
Bahkan beberapa tokoh sentral dari jaringan Partai Demokrat pun rupanya juga minta jatah hasil jarahan di Irak. Misalnya saja mantan Senator George Mitchell dan William Cohen, mantan Menteri Pertahanan di era Clinton. Mereka ini tergabung dalam firma pelobi besar Washington, Piper Rudnick.
Singkat cerita, sebagaimana laporan Pusat Integritas Publik pada 2003 lalu, lebih dari 70 perusahaan dan perorangan Amerika telah memenangkan kontrak bernilai hampir 8 miliar dolar. Ini adalah jumlah total kontrak untuk proyek di Irak dan Afghanistan pasca perang.
Dan dari sekitar 70 perusahaan dan perorangan Amerika yang meraup keuntungan di atas derita rakyat Irak dan Afghanistan itu, ternyata tercatat sebagai penyumbang kampanye Bush 2000 dengan dana lebih dari 500.000 dolar.
Anatomi Korporasi Kroni Bush Pemenang Tender di Irak dan Afghanistan
1. Science Application International Corporation (SAIC). Perusahaan dengan pendapatan 5,9 miliar dolar pada 2002 ini, merupakan perusahaan riset dan perancang swasta terbesar di Amerika. Pelanggan utama adalah pemerintah Amerika, dengan memberi perusahaan ini pemasukan sekitar 69%. Dalam kampanye presiden Bush 2000, SAIC memberi sumbangan kepada Bush sebesar 4,7 juta dolar. Sedangkan nilai kontrak yang SAIC dapatkan di Irak dan Afghanistan untuk 2002-2003, senilai 38 juta dolar. Untuk menjalankan proyek Irak Media Network (IMN), dengan tujuan untuk membangun kembali media massa di Irak. Proyek ini berada dalam pengawasan departemen operasi psikologi Pentagon.
2. Fluor Corporation, merupakan perusahaan perancang dan konstruksi internasional. Nilai kontrak yang didapat dalam rekonstruksi Irak dan Afghanistan sebesar 500 juta dolar. Proyek yang harus mereka tangani adalah jasa rancangan dan konstruksi sesuai kebutuhan di mana pun bagi Pusat Komando militer Amerika. Antara lain jasa perbaikan infrastruktur listrik di Irak tengah dan Selatan. Sekadar informasi, Fluor Corporation tercatat pernah meyumbang Bush pada kampanye 2000 sebesar 3,6 juta dolar.
3. DynCorp. Merupakan perusahaan Computer Sciences Corporation, dan bisnis mereka adalah penyewaan polisi dan tentara secara global. Perusahaan ini berhasil memenangkan kontrak 50 juta dolar untuk melatih polisi dan personel keamanan di Irak. DynCorp memberi sumbangan kampanye kepada Bush pada 2000 sebesar 1,2 juta dolar.
4. Vinnel Corporation. Merupakan anak perusahaan Northrop Grumman, bergerak dalam perusahaan penyewaan polisi global terkemuka. Vinnel memenangkan kontrak senilai 48 juta dolar untuk melatih tentara Irak yang baru. Adapun subkontraktornya di Irak antara lain SAIC dan Military Professional Resources Incorporated. Klien Vinnel paling terkenal adalah Arab Saudi. Sejak 1970-an, Saudi menyewa perusahaan Amerika ini untuk melatih Tentara Nasional Arab Saudi. Sehingga Vinnel dijuluki sebagai pengawal dinasti Saudi. Vinnel tercatat penyumbang dana kampanye Bush 2000 sebesar 8,5 juta dolar.
5. Bechtel Group. Perusahaan perancang yang berbasis di San Fransisco ini, pendapatannnya melebihi 13 miliar dolar pada 2002 lalu. Di Irak, Bechtel memenangkan kontrak senilai satu miliar dolar, untuk membangun fasilitas pembangkit tenaga listrik, jaringan kabel listrik, sistem pengairan dan selokan, dan fasilitas bandara. Selain itu, Bechtel sejak 1980-an merupakan salah satu dari 24 perusahaan AS yang memasok senjata ke Irak. Dalam kampanye Bush 2000, Bechtel menyumbang sebesar 3,3 juta dolar.
6. Washington Group International. Perusahaan perancang dan konstruksi Washington ini berhasil memenangkan kontrak senilai 500 juta dolar untuk pemulihan listrik, pembangunan jalan, dan penghancuran senjata dan infrastruktur senjata di Irak dan Afghanistan. Washington Group International menghabiskan 1,5 juta dolar untuk melobi masalah-masalah pertahanan dan lain-lain di tahun 2001 dan 2002.
Cheney, Bos Para Kroni
Begitulah. Enam perusahaan yang dipaparkan tadi, hanya sekadar ilustrasi betapa Bush telah menggunakan momentum perang Irak untuk membayar hutang budi kepada beberapa perusahaan dan perorangan yang telah memberi sumbangan besar-besaran kepada Bush dalam kampanye presiden 2000.
Sumbu dari jaringan Bush untuk mengatur pembagian hasil jarahan Irak adalah Wakil Presiden Dick Cheney. Cheney yang pernah menjadi Menteri Pertahanan di era George Bush Senior, dikenal sebagai CEO Halliburton, salah satu kontraktor minyak dan pertahanan terbesar di dunia.
Halliborton membayar Cheney sekitar 165.000 dolar per tahun dalam pembayaran mundur hingga 2005. Belum lagi opsi sahamnya yang bernilai lebih dari 400.000 dolar.
Imbalan bagi Halliburton ternyata juga tidak tanggung-tanggung. Berkat Cheney, Halliburton berhasil memperoleh berbagai kontrak senilai 2,3 miliar dolar. Bandingkan dengan 1,2 miliar selama lima tahun sebelum Cheney menjabat CEO. Ini berkat keahlian Cheney sebagai spesialis pemenang kontrak pemerintah untuk Halliburton.
Dalam kampanye Bush 2000, Halliburton menyumbang dana kampanye sebesar 708.770 dolar antara 1999-2002, 95 persen-nya masuk ke kubu republik. Terbukti sumbangan ini merupakan investasi politik cukup besar bagi Halliburton ketika Bush akhirnya menang pada pemilihan presiden pada 2000 lalu.
Ketika pasca perang Irak, Cheney mengutus Brown&Root, anak perusahaan Halliburton, untuk mempelajari pencarian kontrator militer. Artinya praktik menyewa perusahaan swasta untuk melakukan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan militer. Dan lagi-lagi, Cheney berperan sebagai pemain kunci dalam proyek penyewaan personil militer di Irak ini. Diperkirakan, sepertiga dari 4 miliar biaya pendudukan Irak mengalir ke kantong kontraktor swasta yang berada dalam dalam kendali Halliburton.
Bahkan selain itu, dalam urusan kontraktor militer ini, Pentagon kemudian memilih Browbn&Root untuk menerapkan rencana pencarian kontraktornya sendiri. Dan ini berarti, memberi cek kosong kepada Cheney untuk merekrut kontraktor militer yang berada dalam jaringan bisnisnya.
Juga berkat Cheney, Halliburton mendapat durian runtuh di Irak, dengan andilnya dalam membantu dua perusahaan Amerika dalam memperoleh kontrak senilai 73 juta dolar untuk penjualan peralatan produksi minyak dan suku cadang di Irak.
Alhasil, berkat invasi militer Amerika ke Irak, Halliburton berhasil meraup keuntungan bisnis sebesar lebih dari 5 miliar dolar dari pemerintah Amerika selama perang Irak terhitung sejak Januari 2004.
Bahkan Halliburton mendapat perolehan bisnis lebih besar lagi melalui kontrak eksklusif dengan Korps Insinyur Angkatan Bersenjata Amerika untuk merehabilitasi sumur-sumur minyak di Irak. Pada 2003, Halliburton dihadiahi nilai kontrak sebesar 7 miliar dolar untuk memadamkan api di sumur-sumur minyak Irak.
Inilah peran dari orang dalam Halliburton sehingga pada triwulan kedua 2003, berhasil mencapai keuntungan dramatis sebesar 26 juta dolar. Bahkan antara 2002-2003 ketika pasar saham tenggelam, nilai saham Halliburton justru meningkat hingga 50 persen.[islammuhammadi/mt]
Sumber: theglobal-review [Tim Riset Global Future Institute (GFI)]
Home � Teroris � Amerika untung diatas derita Irak dan Afghanistan
Amerika untung diatas derita Irak dan Afghanistan
Posted by cinta Islam on 5:09 PM // 0 comments
0 comments to "Amerika untung diatas derita Irak dan Afghanistan"