Home � Malaysia & Indonesia bersatulah.....

Malaysia & Indonesia bersatulah.....

Konflik Indonesia-Malaysia Siapa Salah ?
Menaggapi tuduhan insan press Indonesia itu, Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Rais Yatim mengatakan: "Rakyat Malaysia ada yang keturunan Aceh, Sumatera Barat, Mandailing, Riau, Jambi, Palembang, Jawa, dan Bugis. Mereka datang ke Malaysia dan meneruskan kebudayaan mereka dari Indonesia. Apakah salah mereka melestarikan kebudayaan Indonesia?. Dan kami tidak pernah mengklaim itu kebudayaan Malaysia."

"Begitu juga dengan rakyat Malaysia keturunan Cina dan India. Mereka masih melestarikan bahasa, budaya, kesenian dan lagu-lagu dari Cina dan India tapi kedua negara itu tidak pernah protes," kata Rais.





"Kami tahu bahwa begitu banyak rakyat Indonesia di Malaysia, mencari nafkah, belajar, melancong, saya jamin mereka akan aman di Malaysia." Janjinya.

Ulah Malaysia yang dianggap sentimen terhadap bangsa Indonesia terus menuai kritik dari nusantara, baik dari kalangan masyarakat biasa, akademisi maupun politisi. Tempointeraktif, kemarin, ( Selasa, 8/9), melaporkan, beberapa kelompok masyarakat di berbagai daerah menyisir warga negara Malaysia yang tinggal di Indonesia. Penyisiran itu akibat dugaan klaim tari Pendet Bali oleh Malaysia.

Sebelumnya, sekitar 100 paranormal dari Yogyakarta dan sekitarnya dilaporkan berkumpul di Desa Nitiprayan, Bantul, Kamis (3/9). Mereka akan merumuskan sebuah tindakan terhadap Malaysia yang dinilai telah melecehkan bangsa Indonesia.

"Kalau Malaysia tidak mau berhenti berulah, terus saja membuat jengkel masyarakat Indonesia, ya apa boleh buat. Kita harus bertindak tegas. Kalau perlu, perang." Jelas Hanung Heru Haryoto, salah seorang panitia penmyelenggara

Seruan unjuk rasa juga disampaikan kalangan politisi. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Abdul Hasan itu mengatakan: "Itu kita lakukan sebagai bentuk penolakan berhubungan diplomatik dengan Malaysia." Tegasnya.

Dari kalangan akademisi juga tidak ketinggalan. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta belum lama ini menghentikan pengiriman dosen yang akan belajar di perguruan tinggi di Malaysia. Sebelum ini juga UNDIP Semarang, Jateng juga telah memutuskan kerjasama dengan Universitas di Malaysia. Keputusan-keputusan diatas diambil karena memanasnya hubungan Indonesia dengan Malaysia akibat klaim negara tujuan Tenaga Kerja Indonesia itu terhadap beberapa kesenian dan kebudayaan Indonesia.

"Mutu pendidikan perguruan tinggi di Malaysia tidak jauh beda dengan di Indonesia, bahkan universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada masih lebih baik." Kata Ahmad Kasiarno, rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Awal permasalahan

Reaksi-reaksi tersebut memuncak setelah munculnya sebuah iklan pariwisata dari Malaysia belum lama ini yang memasang tari Pendet. Namun sebelum itu juga seni Reog Ponorogo,lagu Rasa Sayange juga pernah diklaim Malaysia sebagai seni budaya negara jiran itu.

Menurut Kantor Berita Antara hari Rabu, 9/9, Rais Yatim didampingi Dubes RI untuk Malaysia Da`i Bachtiar di Kuala Lumpur, mengatakan, "Walaupun bendera Malaysia dibakar, Kedutaan kami dilempari telur dan batu, kami tidak akan membalas."

Untuk mengurangi ketegangan antar dua negara satu rumpun itu, Menteri Rais Yatim, yang masa kecilnya sempat dihabiskan di Sawahlunto, Sumatera Barat, mengundang Dubes RI Da`i Bachtiar dan sejumlah wartawan Indonesia di Malaysia untuk mendinginkan suasana akibat pemberitaan pers yang menuduh Malaysia mengklaim beberapa kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Dalam pertemuan itu, Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Rais Yatim mengatakan: "Kami tidak mau membalas demo dengan demo, karena Malaysia memang ingin menjalin terus hubungan baik dengan Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun. Indonesia dan Malaysia adalah pendiri Asean yang kini punya cita-cita sama yakni terciptanya masyarakat Asean," katanya.

Press biang kerok
Sejumlah press di Indonesia minggu-minggu ini gencar menuduh bahwa Malaysia telah mengklaim tari pendet, batik, lagu Rasa Sayange, Reog Ponorogo, mengklaim pulau Jemur dan tuduhan macam-macam lainnya.

Menaggapi tuduhan insan press Indonesia itu, Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Rais Yatim mengatakan: "Rakyat Malaysia ada yang keturunan Aceh, Sumatera Barat, Mandailing, Riau, Jambi, Palembang, Jawa, dan Bugis. Mereka datang ke Malaysia dan meneruskan kebudayaan mereka dari Indonesia. Apakah salah mereka melestarikan kebudayaan Indonesia?. Dan kami tidak pernah mengklaim itu kebudayaan Malaysia."

"Begitu juga dengan rakyat Malaysia keturunan Cina dan India. Mereka masih melestarikan bahasa, budaya, kesenian dan lagu-lagu dari Cina dan India tapi kedua negara itu tidak pernah protes," kata Rais.

"Kami tahu bahwa begitu banyak rakyat Indonesia di Malaysia, mencari nafkah, belajar, melancong, saya jamin mereka akan aman di Malaysia." Janjinya.

Rais Yatim juga mengatakan, akan bekerja sama erat dengan KBRI untuk mengadakan dialog antara pers Indonesia dengan Malaysia. Pertama kali, pers Malaysia akan diundang ke Jakarta, kemudian dibalas dengan mengundang pers Indonesia ke Malaysia. Dikatakannya, "Selain itu, akan dilakukan pengiriman tim kesenian ke Indonesia dan mengundang tim kesenian Indonesia di Malaysia untuk saling mengenal kesenian negara tetangga."

Sementara itu, Da`i Bachtiar mengaku malu dengan sikap rakyat Indonesia bila dibandingkan dengan sikap pemerintah dan rakyat Malaysia dalam menangani berbagai isu klaim kebudayaan. Ia mengatakan, "Kita malu karena semua tuduhan bahwa Malaysia mengklaim budaya kita itu tidak benar."

Di lain tempat, Jenderal Asean Departemen Luar Negeri, Djauhari Oratmangun, mengatakan "Suka atau tidak suka, 50 persen orang Malaysia adalah keturunan Indonesia dan mereka membawa budaya itu ke sana."

Begitu pun tari Reog Ponorogo yang pernah menjadi masalah di Malaysia, sebenarnya juga diperkenalkan dan ditarikan oleh orang Ponorogo, Jawa Timur, yang sudah bermukim di sana selama tiga generasi.

Khusus tari Pendet dari Bali yang diklaim sebagai kebudayaan Malaysia, Djauhari menerangkan, iklan tersebut diproduksi untuk promosi wisata negara itu, tetapi saat diproduksi tidak ada tari Pendet. Namun, Discovery Chanel yang menayangkan iklan kemudian menambahkan tari kesayangan rakyat Bali dalam iklannya. Dikatakannya, "Kesalahannya adalah Discovery tidak menyebutkan bahwa tari pendet berasal dari Indonesia."

Lebih lanjut Djauhari menjelaskan bahwa, Malaysia tidak pernah mengklaim secara resmi bahwa tari Pendet adalah milik Malaysia, dan itu hanya klaim di Internet.

Dia juga menyesalkan sikap media di Indonesia yang ramai memberitakan aksi protes terhadap budaya Indonesia yang diklaim negara tetangga, termasuk mempengaruhi masyarakat untuk melakukan ganyang terhadap negara tetangga itu.

Dia meminta media di Tanah Air lebih arif dan bijaksana memberikan masalah ini, mengingat presentase berita seni dan budaya di Indonesia di media nasional sangat jarang dimuat atau diulas secara luas.[islammuhammadi/mt/berbagai sumber]

0 comments to "Malaysia & Indonesia bersatulah....."

Leave a comment