Bentrok di Makam Mbah Priok: Tanggung Jawab Gubernur
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo akan dimintai pertanggungjawabannya mengenai bentrokan yang terjadi antara warga dengan Satpol PP pada saat eksekusi bangunan liar di sekitar monumen Makam Mbah Priok, Jakarta Utara."Kami sudah memanggil ketua komisi dan pimpinan DPRD. Gubernur akan dimintai pertanggungjawabannya dalam waktu cepat, satu atau dua hari kedepan akan kami panggil," kata Ketua DPRD DKI Ferrial Sofyan di Gedung DPRD DKI, Rabu (14/4).
Kerusuhan yang terjadi pada saat eksekusi itu telah memakan dua korban korban tewas dan puluhan lainnya luka-luka dari pihak Satpol PP dan warga.
Bentrok terjadi karena warga setempat dan beberapa pihak yang mengaku sebagai ahli waris dari tokoh masyarakat Al Arif Billah Hasan bin Muhammad Al Haddad atau biasa dikenal dengan nama 'Mbah Priok' yang mengaku mempunyai hak atas tanah itu.
Jenazah Mbah Priok dan jenazah lain di yang tadinya berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dobo, Kelurahan Koja, Jakarta Utara itu telah dipindahkan TPU Semper karena lokasi di Jl Dobo berdasarkan putusan pengadilan merupakan tanah milik PT Pelindo II.
Namun ketika dilakukan penertiban, warga melakukan perlawanan kepada petugas Satpol PP sehingga mengakibatkan timbulnya korban karena warga juga menggunakan senjata tajam.
Ferrial menyayangkan terjadinya bentrokan tersebut meskipun menyatakan bahwa dalam beberapa kasus kerusuhan memang tidak terhindarkan. "Yang disesalkan, begitu ada bentrokan disana, harusnya pasukan Satpol PP ditarik mundur, eksekusi ditunda," katanya.
Meskipun demikian, ia menyatakan tidak dapat menyalahkan kedua belah pihak dan masih harus dilihat dahulu duduk permasalahannya. "Apakah kerusuhan ini terhadi karena kurang sosialisasi, dalam penentuan keputusan tidak melibatkan masyarakat atau bagaimana," katanya.
Selain itu, Ferrial juga mengingatkan bahwa kerusuhan seharusnya dapat dihindarkan mengingat Jakarta merupakan Ibu Kota Indonesia dan kejadian seperti itu dapat berdampak luas hingga ke perekonomian. [islammuhammadi/mt/Ant/OL/14/4/2010]
Korban Bentrok Tanjung Priok Jadi 130 Orang
Korban luka akibat bentrokan warga dengan Satpol PP di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi 130 orang. Lima orang di antaranya dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo.
Korban dari Satpol PP tercatat 66 orang, polisi 10 orang dan warga sekitar makam Mbah Priok sebanyak 54 orang.
Menurut Direktur Utama RSUD Koja Togi Asman saat dihubungi wartawan, Rabu 14 April 2010, sampai sekarang hanya dua orang yang masih menjalani rawat inap di RS Koja, kedua orang itu warga.
"Ada 5 orang terdiri dari warga dan Satpol PP dirujuk ke RSCM karena kondisinya yang kritis. Sedangkan sisanya sudah diperbolehkan pulang atau rawat jalan," ujar dia.
Togi menegaskan lagi, tidak ada korban yang tewas di RS Koja. Sebelumnya beredar kabar ada dua orang warga yang tewas akibat bentrok yang berlangsung dari pagi hingga petang tadi.
"Korban yang mendapatkan perawatan tidak dikenakan biaya, karena ditanggung oleh Pemprov," tambah dia. [islammuhammadi/mt/vivanews14/4/2010]
Priok Berdarah: Kerahkan Ribuan Satpol PP, Pemprov Dinilai Terlalu Pede
Pemprov DKI Jakarta dinilai terlalu percaya diri dengan mengirimkan ribuan Satpol PP untuk mengeksekusi lahan di area makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara. Pemprov tidak memperhitungkan faktor psikologis dan sosial sehingga bentrokan antara Satpol PP dan massa tidak terhindarkan."Kuantitas Satpol yang dikerahkan bukanlah jaminan penyelesaian. Justru menjadikan unjuk kekuatan yang memancing reaksi rakyat," kata Wakil Ketua Komisi II DPR Ganjar Pranowo kepada detikcom, Rabu (14/4/2010).
Ganjar menyayangkan peristiwa berdarah tersebut. Pemprov, imbuh Ganjar, seharusnya bisa menyelesaikan masalah dengan cara dialog dengan warga setempat.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini menambahkan, masalah itu juga sempat dibicarakan di sela-sela rapat interen Komisi II DPR dengan Kementrian Dalam Negeri. Komisi, katanya, juga akan meneliti status tanah di area makam Mbah Priok yang dinilai sebagai salah satu akar masalah keributan itu.
"Pokja pertanahan akan minta klarifikasi status tanah ke Badan Pertanahan Nasional," kata dia. [islammuhammadi/mt/detiknews14/4/2010]
Priok Berdarah: Asal Mula Sengketa Makam Mbah Priok Versi Pemprov DKI
Kerusuhan di kawasan makam Mbah Priok, Koja, Tanjung Priok terus meluas. Kerusuhan kini tidak hanya terjadi di area makam tapi meluas di sekitar RS Koja dan sekitar terminal peti kemas. Bagaimana sebenarnya kasus ini bermula?Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Pemrov DKI Cucu Ahmad Kurnia saat jumpa pers di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (14/4/2010), mengatakan, kasus bermula dari sengketa antara PT Pelindo II dengan ahli waris Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad atau Mbah Priok. Sengketa tersebut telah terjadi selama bertahun-tahun dan telah dibawa ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Para ahli waris mengklaim kepemilikan tanah di lokasi tersebut dengan mendasarkan pada Eigendom Verponding no 4341 dan No 1780 di lahan seluas 5, 4 Ha. Namun PN Jakarta Utara pada tanggal 5 Juni 2002 telah memutuskan tanah tersebut secara sah adalah milik PT Pelindo II. Hal ini sesuai dengan hak pengelolaan lahan (HPL) Nomor 01/Koja dengan luas 145,2 hektar.
Makam yang diyakini warga sebagai makam Mbah Priok pun sebenarnya sudah di pindahkan ke TPU Semper. "Makamnya sudah dipindahkan ke TPU Semper berdasarkan Surat Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta," ujar Cucu.
Makam Mbah Priok dipindahkan pada tanggal 21 Agustus 1997 dengan surat keputusan No 80/-177.11 dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI. Pemprov tidak pernah akan melakukan penggusuran di area petilasan Mbah Priok yang hanya berukuran 20 meter persegi.
"Tidak ada rencana menggusur makam, justru akan kita renovasi, akan kita perluas menjadi 100 meter persegi. Setelah itu kita akan daftarkan sebagai cagar budaya," tambah Cucu.
Namun upaya eksekusi lahan dan bangunan liar di kawasan makam yang merupakan lahan milik Pelindo II telah dibelokkan isunya menjadi penggusuran makam mbah Priok.
"Isu dibelokan, tapi eksekusi sendiri sudah ditunda. Petugas juga sudah ditarik agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi kembali," pungkas Cucu. [islammuhammadi/mt/detiknews14/4/2010]
Siapakah Mbah Priok?
Mbah Priok adalah seorang ulama. Masyarakat menyebutnya Habib. Ia dilahirkan di Palembang tahun 1727 dengan nama Al Imam Al`Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad RA. Menurut catatan, pada tahun 1756 Habib Hasan bin Muhammad bersama Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad RA pergi ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Mereka berlayar menuju Batavia selama dua bulan. Aneka rintangan menghadang.Legenda yang tersebar dari mulut ke mulut, konon salah satu rintangan yang menghadang di jalan adalah armada Belanda dengan persenjataan lengkap. Tanpa peringatan, perahu Habib dihujani meriam. Namun, tak satu pun meriam mengenai kapal.
Lolos dari kejaran perahu Belanda, kapal Habib digulung ombak besar. Semua perlengkapan di dalam kapal hanyut dibawa gelombang. Yang tersisa hanya alat penanak nasi dan beberapa liter beras yang berserakan. Selanjutnya, ombak lebih besar datang menghantam lebih keras dan membuat kapal terbalik. Dengan kondisi yang lemah dan kepayahan, kedua ulama itu terseret hingga ke semenanjung yang saat itu belum bernama.
Ketika ditemukan warga, Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad sudah meninggal dunia, sedangkan Muhammad Al Hadad masih hidup. Di samping keduanya, terdapat periuk dan sebuah dayung. Warga memakamkan jenazah Habib Hasan tak jauh dari tempatnya ditemukan. Sebagai tanda, makam Habib diberi nisan berupa dayung yang menyertainya, sedangkan periuk diletakkan di sisi makam.
Diyakini, kisah periuk ini yang melatarbelakangi sebutan Priok untuk kawasan di utara Jakarta ini. Sebutan “Mbah” disematkan kepada Habib Hassan kiranya merupakan penghormatan terhadap beliau. Kisah periuk nasi dan dayung yang menjadi pohon tanjung lantas dipercaya sebagai asal-muasal nama Tanjung Priok bagi kawasan tersebut. Setelah peristiwa ini, sejumlah keluarga Habib Hassan ikut pindah ke Batavia menyebarkan Islam dan mengurus makamnya.
Sementara itu, Habib Ali Al Haddad, rekan seperjalanan Habib Hassan, yang selamat sempat menetap di daerah tersebut. Ia menyebarkan agama Islam hingga ke Pulau Sumbawa. Ia menetap di Sumbawa dan wafat di sana.
Kisah perjuangan syiar Habib Hassan terus disampaikan dari mulut ke mulut. Karena perjuangan hidupnya dianggap suci, penghormatan terhadap makamnya berlangsung hingga kini. Selama sekian abad, makam itu dijadikan tempat berziarah. [islammuhammadi/mt/kompas14/4/2010]
Priok Berdarah: Awal Mula Sengketa Berdarah
Sengketa lahan yang terjadi di area Makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/4), menjadi tragedi berdarah, dan ternyata sengketa lahan antara ahli waris Habib Hasan Al Hadad alias Mbah Priok dengan PT Pelindo II sudah berlangsung lama.Pada 1994, juga terjadi perseteruan antara ahli waris dibantu warga sekitar dengan Pihak PT Pelindo II. Saat itu warga menolak dipindah secara paksa oleh PT Pelindo, karena kawasan seluas 92 hektar yang dihuni ribuan warga itu akan dijadikan pelabuhan peti kemas. Apalagi PT Pelindo hanya memberi kompensasi sebesar 100 ribu rupiah per meter persegi. Alasan penggusuran adalah, status tanah berupa Eigendom Verfonding atau limpahan pemerintah kolonial Belanda, serta warga pun tak punya sertifikat tanah.
Kini, kejadian pun terulang kembali. Dengan diperkuat keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada tanggal 5 Juni 2002, yang memenangkan PT Pelindo II, lokasi makam tokoh yang dikeramatkan itu terancam dipindahkan. Namun, ahli waris tetap menentang, karena merasa memiliki lahan seluas 5,4 hektar tersebut secara turun temurun. Apalagi jika lahan yang mereka huni akan menjadi lokasi bisnis milik PT Pelindo II.
Meski sengketa belum jelas penyelesaiannya, tiba-tiba keluar instruksi Gubernur DKI Jakarta, yang isinya menertibkan semua bangunan yang ada di sekitar Makam Mbah Priok, yang disebut Gubernur sebagai bangunan liar. Bentrokan yang berujung maut ini patut disayangkan. Dulu Mbah Priok meninggal di kawasan Koja, karena berjuang melawan tentara Belanda. Kini PT Pelindo II, hendak merebut kembali lahan yang sama untuk membangun pelabuhan peti kemas. [islammuhammadi/mt/liputan6,14/4/2010]
Priok Berdarah dan US Coast Guard
Awal September 2007, US Coast Guard mengeluarkan peringatan bagi 10 pelabuhan di Indonesia yang tidak aman. Salah satunya adalah Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, Jakarta Utara. Alasan Amerika Serikat (AS), TPK Koja dinilai tidak steril bagi lalu lintas bongkar muat internasional. Sebab, di komplek TPK Koja itu ada makam keramat yang masih utuh. Hal itu mendorong peziarah yang ingin menyambangi makam itu harus memasuki komplek terminal.Aktivitas peziarah itulah yang dinilai AS menjadikan TPK Koja tidak steril dan tidak aman. Benarkah demikian? dilaporkan detiknews, yang berusaha memastikan dengan mengunjungi langsung makam itu, Jumat (1/9/2007), bertepatan dengan hari kedua puasa Ramadan tahun ini.
Komplek makam itu terlihat lengang. Udara panas bercambur debu menyapu pintu gerbang yang tidak lagi kokoh. Hanya tembok rapuh berpagar pintu teralis besi yang sudah karatan. Plang makam menjadi penanda bangunan itu: "Makam Keramat Mbah Priok, Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad,". Tulisan putih itu dipapan kayu berdsar warna hijau gelap. Dua penjaga makam menghampiri dan segera menanyakan maksud kedatangan dengan sedikit menyelidik. Ada sebersit ketakutan yang terpancar dari wajah penjaga makam itu terhadap orang asing. "Maaf, bang di sini sudah sering kedatangan tamu dari pihak yang tidak suka pada kami. Motret-motret untuk kepentingan yang nggak jelas," kata Habib Ali bin Admamun Ali Idrus, pewaris kompleks makam, ketika menerima detikcom.
Menurut pria keturunan Arab ini, sejak pembangunan TPK Koja, komleks makam itu menjadi terjepit. Lahan seluas 7 hektar menjadi rebutan bisnis. Pihaknya mengaku seringkali diteror untuk melepas tanah warisan itu. "Pernah disantet, pernah diracun, pernah hendak ditabrak. Tapi semua selamat," kata Habib Ali. Keluarga Cendana dan Ny Ani Yudhoyono Padahal, menurut dia, seharusnya pemerintah menjaga kawasan itu karena nilai historis yang dimilikinya. Makam itu telah ada sejak Jakarta masih muda, yakni 1756. Saking bersejarahnya, peziarah rajin mengunjungi makam itu dan mencari ketenangan batin di kawasan itu. "Bahkan banyak pejabat mampir ke sini untuk berdoa. Keluarga Cendana masih sering ke sini. Termasuk Ibu Ani Yudhoyono," tambah keturunan ke-9 dari Habib Hasan itu.
Kini ancaman penggusuran terhadap kompleks makam itu semakin menguat. Terutama setelah ada peringatan dari US Coast Guard. Namun, pihaknya meminta pemerintah tetap memberikan ruang bebas bagi keberadaan makam itu. Solusinya, kata Habib Ali, akan diberikan pedestrian khusus untuk peziarah. "Akan dibikin jalan tembusan langsung ke jalan raya Jampea. Ya itu lebih baik, ada perhatian. Asal tidak diusik lagi," sergah Habib Ali.
Menurut dia, tiap malam Jumat, peziarah di makam itu bisa berjumah ratusan. Mereka menggunakan kendaraan pribadi atau mencarter bus. Bahkan di bulan tertentu seperti bulan safar, jumah pengunjung mencapai 1.700 orang. "Kalau bulan puasa biasa, stabil. Kami nggak merasa terganggu. Karena kami hanya melakukan rutin pengajian majlis taklim," cerita dia sambil menunjukkan jaket cokelat gelap yang biasa dipakai oleh pemuda-pemuda pengajian. Nah, tidak jauh dari komplek makam yang berada di mulut TPK Koja, terdapat masjid At-Tauhid. Masjid itu masih satu kompleks dengan makam, namun terpisahkan oleh tanah kosong berupa rawa kering. "Masjid itu kami pisah. Karena tujuan orang, kan beda-beda," ucapnya.
Namun, kondisi masjid itu juga memprihatinkan. Kubah masjid dan menara setinggi kurang lebih 15 meter, semua bercat putih yang mulai kusam oleh debu dan kurang terawat. Sementara bagian dalam tidak begitu menawan. Keadaan makam dan masjid itu kontras dengan kompleks terminal internasional itu. Yang megah oleh kapal besar dan perputaran uang hingga miliaran rupiah perhari. [islammuhammadi/mt/detiknews14/4/2010]
0 comments to "Mbah Priuk dan keterlibatan US Coast Guard...??!!??"