Ilmu dan teknologi adalah sebuah alat yang bermanfaat dan berpengaruh bagi umat manusia, yang dapat menghantarkannya ke jalan kesempurnaan dan keutamaan. Selain itu, ilmu dan teknologi merupakan suatu sarana untuk menyejahterakan dan memuliakan manusia, baik dari sisi material, maupun spiritual. Namun demikian, bila ilmu dan teknologi ini berada di tangan negara-negara yang ekspansif dan arogan, pemanfaatan ilmu dan teknologi ini akan disimpangkan demi ambisi dan kepentingan pribadinya, sehingga dapat mengancam keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan umat manusia. Pemimpin besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, dalam salah satu khutbahnya yang disampaikan beberapa waktu yang lalu, menyatakan, "Ilmu dan akal merupakan fasilitas yang pemanfaatannya memiliki dua sisi, yaitu untuk mengabdi bagi nilai-nilai kemanusiaan dan dapat juga dimanfaatkan untuk memuaskan nafsu kebinatangan. Karena itu, nilai dari ilmu dan akal bergantung kepada siapa yang menguasainya." Bukti dari pernyataan Rahbar tersebut dapat kita lihat pada fenomena yang terjadi dewasa ini di dunia. Saat ini, teknologi canggih dikuasai oleh Barat, tetapi sayangnya pemerintah Barat dalam banyak hal telah menggunakan teknologi canggih tersebut untuk menipu dan memperdaya negara-negara Dunia Ketiga. Rahbar dalam membahas masalah masalah kondisi iptek di dunia dewasa ini mengatakan, "Apabila pengelolaan iptek berada di tangan manusia-manusia yang haus dunia, ekspansionis, serta arogan, akibatnya adalah sebagaimana yang kita semua saksikan di dunia. Dewasa ini, ilmu dan teknologi dijadikan alat oleh negara-negara adidaya untuk menjajah, memonopoli ekonomi, menistakan, merampas, serta menyebarkan kejahatan, penyelewengan seksual, dan narkotika di negara-negara lain." Pada saat yang sama, negara-negara Barat yang menguasai ilmu dan teknologi itu juga mencegah tersebarnya ilmu dan teknologi itu ke negara-negara Dunia Ketiga, terutama negara-negara Islam. Tujuannya adalah negara-negara Dunia Ketiga tetap lemah dan selalu bergantung kepada Barat. Dalam hal ini, Ayatullah Khamenei menjelaskan, "Salah satu perkembangan di negara-negara Dunia Ketiga yang dengan keras dihalang-halangi oleh Barat adalah perkembangan ilmu karena negara-negara adidaya mengetahui bahwa ilmu adalah sumber kekuatan dan kekuasaan." Salah satu cabang iptek tingkat tinggi adalah teknologi nuklir, yang seperti teknologi canggih lainnya, saat ini berada di tangan negara-negara Barat. Negara-negara Barat tersebut sejak awal telah memanfaatkan teknologi nuklir untuk memproduksi berbagai senjata pembunuh massal. AS sebagai negara pertama yang menguasai teknologi nuklir telah menggunakan teknologi tingkat tinggi ini untuk memproduksi bom atom. Pada akhir Perang Dunia Kedua, kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang telah menjadi sasaran bom atom yang dijatuhkan oleh AS sehingga mengakibatkan ratusan ribu orang tak berdosa terbunuh atau luka-luka. Terjadinya tragedi besar ini tak lain adalah karena teknologi nuklir berada di tangan pemerintahan yang tidak memiliki komitmen kemanusiaan, seperti AS. Pemimpin Revolusi Islam dalam hal ini menandaskan, "Apabila orang-orang yang menemukan energi nuklir itu adalah orang-orang bertakwa dan berbudi luhur, dan apabila orang-orang yang memanfaatkan energi nuklir tersebut adalah hamba-hamba Allah yang saleh dan bertakwa, sudah pasti tragedi Hiroshima dan Nagasaki tidak akan terjadi." Sayangnya, penguasa teknologi nuklir dewasa ini adalah negara-negara Barat, terutama AS. Meskipun dunia menyaksikan bahwa negara-negara Baratlah yang mempelopori penggunaan energi nuklir untuk pembuatan senjata massal, namun mereka pula yang paling gencar melarang negara-negara lain untuk memproduksi senjata serupa dengan kedok keamanan dunia. Rahbar mengatakan, "Klaim negara-negara Barat dalam rangka pencegahan produksi senjata nuklir sama halnya seperti klaim seorang menyelundup besar yang mengumumkan bahwa dirinya tengah berperang melawan penyelundupan." Salah satu manuver terbaru negara-negara Barat dalam mencegah negara-negara lain menguasai teknologi nuklir adalah serangan propagandanya terhadap Republik Islam Iran. Negara-negara adidaya tak henti-hentinya menuduh Iran sedang memproduksi senjata pembunuh massal. Padahal para pejabat Iran berkali-kali menyatakan bahwa negaranya berusaha menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai dan Iran sama sekali tidak berniat untuk memproduksi senjata pembunuh massal. Ayatullah Khamenei dalam hal ini menandaskan, "Teknologi nuklir yang tengah dikembagkan oleh Iran adalah untuk kepentingan damai. Republik Islam Iran yang ditegakkan di atas dasar agama dan fiqih, sedikitpun tidak berniat untuk memanfaatkan senjata-senjata pembunuh massal." Lebih lanjut, Rahbar mengatakan, "Sewaktu mereka menggunakan bom atom, maka korbannya bukan hanya orang-orang yang menjadi musuh, melainkan juga orang-orang yang tidak terlibat dalam permusuhan itu. Hal seperti jelas bertentangan dengan akidah, jalan, dan metode umat Islam." Rahbar Revolusi Islam kemudian menyebutkan bahwa iman kepada Allah dan persatuan merupakan senjata yang paling ampuh dan paling kuat dalam menghadapi musuh. Rahbar dengan tegas mengatakan, "Kita tidak membutuhkan bom atom. Dewasa ini terbukti bahwa kita telah berhasil mengalahkan musuh kita bukan dengan bom atom. Bukankah Amerika Serikat selama 25 tahun terus-menerus melancarkan berbagai usaha untuk memerangi Iran, namun usaha mereka selalu gagal. Apakah kita mengalahkan Amerika dengan bom atom atau dengan tekad, semangat, komitmen, iman, kesadaran dan persatuan kita?" Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei juga menyatakan bahwa memiliki senjata nuklir tidak menjamin kemenangan dan keberhasilan. Rahbar berkata, "Kemenangan atau kekalahan bukan terletak pada senjata-senjata atom dan nuklir. Apakah Uni Soviet dulu tidak memiliki bom nuklir? Jumlah bom-bom nuklir Uni Soviet mungkin lebih banyak daripada yang dimiliki AS. Namun, tetap saja Uni Soviet akhirnya runtuh dan bubar." Selanjutnya, Rahbar Revolusi Islam menyebut rezim Zionis sebagai contoh lain dalam masalah ini. Menurut Rahbar, sebagaimana yang diakui Badan Energi Atom Internasional, Rezim Zionis memiliki 200 hingga 300 hulu ledak nuklir yang kini tersimpan di gudang-gudang mereka. Namun, Rezim ini selama bertahun-tahun tidak mampu menghentikan perlawanan dan perjuangan rakyat Palestina, yang hanya memiliki senjata berupa batu, namun disertai dengan semangat, iman, dan komitmen. Republik Islam Iran memiliki keyakinan bahwa pengendalian keamanan dan politik sama sekali tidak membutuhkan senjata nuklir. Sebagaimana yang berkali-kali telah dinyatakan oleh para pejabat Iran, negara ini hanya berusaha menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai. Iran bahkan sukarela menggabungkan diri pada berbagai konvensi dan UU internasional yang menentang produksi senjata nuklir, di antaranya Perjanjian NPT. Namun, di saat yang sama, UU internasional menyatakan bahwa hak untuk mengembangkan teknologi nuklir demi tuuan damai dimiliki oleh semua negara di dunia, termasuk Iran. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Apabila para petinggi Eropa dan negara-negara lain komitmen terhadap apa yang mereka nyatakan, bahwa mereka mencemaskan Iran akan memproduksi senjata nuklir, kami tegaskan bahwa kami sama sekali tidak berniat untuk membuat senjata nuklir. Namun, jika mereka mencemaskan fakta bahwa bangsa Iran berusaha menguasai teknologi nuklir dan mereka berniat untuk menghentikan program ini, sekali lagi kami tegaskan bahwa bangsa Iran sama sekali tidak akan menyerah." Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei lebih lanjut menjelaskan bahwa salah satu tujuan pemanfaatan teknologi nuklir di Iran adalah untuk menyediakan bahan bakar reaktor atom Busher yang terletak di selatan Iran. Negara-negara Barat berusaha mencegah Iran untuk menguasai teknologi nuklir agar Iran senantiasa bergantung kepada mereka dalam suplai bahan bakar reaktor nuklir tersebut. Dalam menanggapi pernyataan para pejabat Amerika yang menyatakan bahwa Iran memiliki sumber-sumber minyak yang kaya sehingga tidak memerlukan energi nuklir, Rahbar menandaskan, "Negara-negara Barat itu mengatakan, pakailah minyak kalian sampai minyak itu habis dan di saat itu, datanglah kepada kami. Ketahuilah, bangsa Iran tidak mau menerima ketergantungan, karena itu kami harus bergerak ke arah teknologi nuklir guna memproduksi listrik. Inilah kebutuhan negara kita." Rahbar Revolusi Islam selanjutnya menjelaskan bahwa sumber kecemasan utama AS dan berbagai negara Barat sesungguhnya adalah dikuasainya teknologi nuklir oleh para ilmuwan Iran, bukan karena masalah senjata nuklir. Menurut Rahbar, apabila bangsa Iran mampu mencapai puncak teknologi nuklir ini, seruan kebenaran yang disampaikan bangsa Iran ke seluruh dunia berkaitan dengan kebebasan, kemerdekaan, dan kemuliaan Islam akan lebih banyak diterima oleh kaum muslimin dunia. Akibatnya, Barat akan kehilangan hegemoninya di dunia dan usahanya untuk mencengkeramkan kekuasaan imperialisnya di seluruh dunia akan menemui kegagalan. sumber:Irib Indonesia Wednesday, 31 March 2010 09:15 Rahbar: Kerja Harus Lebih Ditingkatkan
|
0 comments to "Teknologi Nuklir Dalam Pandangan Rahbar"