Home , � Teknologi Nuklir Dalam Pandangan Rahbar

Teknologi Nuklir Dalam Pandangan Rahbar



Ayatullah Sayyid Ali Khamenei

Ilmu dan teknologi adalah sebuah alat yang bermanfaat dan berpengaruh bagi ‎umat manusia, yang dapat menghantarkannya ke jalan kesempurnaan dan ‎keutamaan. Selain itu, ilmu dan teknologi merupakan suatu sarana untuk ‎menyejahterakan dan memuliakan manusia, baik dari sisi material, maupun ‎spiritual. Namun demikian, bila ilmu dan teknologi ini berada di tangan negara-‎negara yang ekspansif dan arogan, pemanfaatan ilmu dan teknologi ini akan ‎disimpangkan demi ambisi dan kepentingan pribadinya, sehingga dapat ‎mengancam keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan umat manusia.‎

Pemimpin besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, ‎dalam salah satu khutbahnya yang disampaikan beberapa waktu yang lalu, ‎menyatakan, "Ilmu dan akal merupakan fasilitas yang pemanfaatannya memiliki ‎dua sisi, yaitu untuk mengabdi bagi nilai-nilai kemanusiaan dan dapat juga ‎dimanfaatkan untuk memuaskan nafsu kebinatangan. Karena itu, nilai dari ilmu dan ‎akal bergantung kepada siapa yang menguasainya."‎

Bukti dari pernyataan Rahbar tersebut dapat kita lihat pada fenomena yang terjadi ‎dewasa ini di dunia. Saat ini, teknologi canggih dikuasai oleh Barat, tetapi ‎sayangnya pemerintah Barat dalam banyak hal telah menggunakan teknologi ‎canggih tersebut untuk menipu dan memperdaya negara-negara Dunia Ketiga. ‎Rahbar dalam membahas masalah masalah kondisi iptek di dunia dewasa ini ‎mengatakan, "Apabila pengelolaan iptek berada di tangan manusia-manusia yang ‎haus dunia, ekspansionis, serta arogan, akibatnya adalah sebagaimana yang kita ‎semua saksikan di dunia. Dewasa ini, ilmu dan teknologi dijadikan alat oleh negara-‎negara adidaya untuk menjajah, memonopoli ekonomi, menistakan, merampas, ‎serta menyebarkan kejahatan, penyelewengan seksual, dan narkotika di negara-‎negara lain."‎

Pada saat yang sama, negara-negara Barat yang menguasai ilmu dan teknologi itu ‎juga mencegah tersebarnya ilmu dan teknologi itu ke negara-negara Dunia Ketiga, ‎terutama negara-negara Islam. Tujuannya adalah negara-negara Dunia Ketiga ‎tetap lemah dan selalu bergantung kepada Barat. Dalam hal ini, Ayatullah ‎Khamenei menjelaskan, "Salah satu perkembangan di negara-negara Dunia Ketiga ‎yang dengan keras dihalang-halangi oleh Barat adalah perkembangan ilmu karena ‎negara-negara adidaya mengetahui bahwa ilmu adalah sumber kekuatan dan ‎kekuasaan."‎

Salah satu cabang iptek tingkat tinggi adalah teknologi nuklir, yang seperti ‎teknologi canggih lainnya, saat ini berada di tangan negara-negara Barat. Negara-‎negara Barat tersebut sejak awal telah memanfaatkan teknologi nuklir untuk ‎memproduksi berbagai senjata pembunuh massal. AS sebagai negara pertama ‎yang menguasai teknologi nuklir telah menggunakan teknologi tingkat tinggi ini ‎untuk memproduksi bom atom. Pada akhir Perang Dunia Kedua, kota Hiroshima ‎dan Nagasaki di Jepang telah menjadi sasaran bom atom yang dijatuhkan oleh AS ‎sehingga mengakibatkan ratusan ribu orang tak berdosa terbunuh atau luka-luka.‎

Terjadinya tragedi besar ini tak lain adalah karena teknologi nuklir berada di tangan ‎pemerintahan yang tidak memiliki komitmen kemanusiaan, seperti AS. Pemimpin ‎Revolusi Islam dalam hal ini menandaskan, "Apabila orang-orang yang ‎menemukan energi nuklir itu adalah orang-orang bertakwa dan berbudi luhur, dan ‎apabila orang-orang yang memanfaatkan energi nuklir tersebut adalah hamba-‎hamba Allah yang saleh dan bertakwa, sudah pasti tragedi Hiroshima dan ‎Nagasaki tidak akan terjadi."‎

Sayangnya, penguasa teknologi nuklir dewasa ini adalah negara-negara Barat, ‎terutama AS. Meskipun dunia menyaksikan bahwa negara-negara Baratlah yang ‎mempelopori penggunaan energi nuklir untuk pembuatan senjata massal, namun ‎mereka pula yang paling gencar melarang negara-negara lain untuk memproduksi ‎senjata serupa dengan kedok keamanan dunia. Rahbar mengatakan, "Klaim ‎negara-negara Barat dalam rangka pencegahan produksi senjata nuklir sama ‎halnya seperti klaim seorang menyelundup besar yang mengumumkan bahwa ‎dirinya tengah berperang melawan penyelundupan."‎

Salah satu manuver terbaru negara-negara Barat dalam mencegah negara-negara ‎lain menguasai teknologi nuklir adalah serangan propagandanya terhadap Republik ‎Islam Iran.‎

Negara-negara adidaya tak henti-hentinya menuduh Iran sedang memproduksi ‎senjata pembunuh massal. Padahal para pejabat Iran berkali-kali menyatakan ‎bahwa negaranya berusaha menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai dan ‎Iran sama sekali tidak berniat untuk memproduksi senjata pembunuh massal. ‎Ayatullah Khamenei dalam hal ini menandaskan, "Teknologi nuklir yang tengah ‎dikembagkan oleh Iran adalah untuk kepentingan damai. Republik Islam Iran yang ‎ditegakkan di atas dasar agama dan fiqih, sedikitpun tidak berniat untuk ‎memanfaatkan senjata-senjata pembunuh massal."‎

Lebih lanjut, Rahbar mengatakan, "Sewaktu mereka menggunakan bom atom, ‎maka korbannya bukan hanya orang-orang yang menjadi musuh, melainkan juga ‎orang-orang yang tidak terlibat dalam permusuhan itu. Hal seperti jelas ‎bertentangan dengan akidah, jalan, dan metode umat Islam." Rahbar Revolusi ‎Islam kemudian menyebutkan bahwa iman kepada Allah dan persatuan merupakan ‎senjata yang paling ampuh dan paling kuat dalam menghadapi musuh. Rahbar ‎dengan tegas mengatakan, "Kita tidak membutuhkan bom atom. Dewasa ini ‎terbukti bahwa kita telah berhasil mengalahkan musuh kita bukan dengan bom ‎atom. Bukankah Amerika Serikat selama 25 tahun terus-menerus melancarkan ‎berbagai usaha untuk memerangi Iran, namun usaha mereka selalu gagal. Apakah ‎kita mengalahkan Amerika dengan bom atom atau dengan tekad, semangat, ‎komitmen, iman, kesadaran dan persatuan kita?"‎

Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei juga menyatakan bahwa memiliki senjata ‎nuklir tidak menjamin kemenangan dan keberhasilan. Rahbar berkata, ‎‎"Kemenangan atau kekalahan bukan terletak pada senjata-senjata atom dan nuklir. ‎Apakah Uni Soviet dulu tidak memiliki bom nuklir? Jumlah bom-bom nuklir Uni ‎Soviet mungkin lebih banyak daripada yang dimiliki AS. Namun, tetap saja Uni ‎Soviet akhirnya runtuh dan bubar." Selanjutnya, Rahbar Revolusi Islam menyebut ‎rezim Zionis sebagai contoh lain dalam masalah ini. Menurut Rahbar, sebagaimana ‎yang diakui Badan Energi Atom Internasional, Rezim Zionis memiliki 200 hingga ‎‎300 hulu ledak nuklir yang kini tersimpan di gudang-gudang mereka. Namun, ‎Rezim ini selama bertahun-tahun tidak mampu menghentikan perlawanan dan ‎perjuangan rakyat Palestina, yang hanya memiliki senjata berupa batu, namun ‎disertai dengan semangat, iman, dan komitmen.‎

Republik Islam Iran memiliki keyakinan bahwa pengendalian keamanan dan politik ‎sama sekali tidak membutuhkan senjata nuklir. Sebagaimana yang berkali-kali ‎telah dinyatakan oleh para pejabat Iran, negara ini hanya berusaha menguasai ‎teknologi nuklir untuk tujuan damai. Iran bahkan sukarela menggabungkan diri ‎pada berbagai konvensi dan UU internasional yang menentang produksi senjata ‎nuklir, di antaranya Perjanjian NPT. Namun, di saat yang sama, UU internasional ‎menyatakan bahwa hak untuk mengembangkan teknologi nuklir demi tuuan damai ‎dimiliki oleh semua negara di dunia, termasuk Iran.‎

Ayatullah Khamenei mengatakan, "Apabila para petinggi Eropa dan negara-negara ‎lain komitmen terhadap apa yang mereka nyatakan, bahwa mereka mencemaskan ‎Iran akan memproduksi senjata nuklir, kami tegaskan bahwa kami sama sekali ‎tidak berniat untuk membuat senjata nuklir. Namun, jika mereka mencemaskan ‎fakta bahwa bangsa Iran berusaha menguasai teknologi nuklir dan mereka berniat ‎untuk menghentikan program ini, sekali lagi kami tegaskan bahwa bangsa Iran ‎sama sekali tidak akan menyerah."‎

Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei lebih lanjut menjelaskan bahwa salah ‎satu tujuan pemanfaatan teknologi nuklir di Iran adalah untuk menyediakan bahan ‎bakar reaktor atom Busher yang terletak di selatan Iran. Negara-negara Barat ‎berusaha mencegah Iran untuk menguasai teknologi nuklir agar Iran senantiasa ‎bergantung kepada mereka dalam suplai bahan bakar reaktor nuklir tersebut.‎

Dalam menanggapi pernyataan para pejabat Amerika yang menyatakan bahwa ‎Iran memiliki sumber-sumber minyak yang kaya sehingga tidak memerlukan energi ‎nuklir, Rahbar menandaskan, "Negara-negara Barat itu mengatakan, pakailah ‎minyak kalian sampai minyak itu habis dan di saat itu, datanglah kepada kami. ‎Ketahuilah, bangsa Iran tidak mau menerima ketergantungan, karena itu kami ‎harus bergerak ke arah teknologi nuklir guna memproduksi listrik. Inilah kebutuhan ‎negara kita."‎

Rahbar Revolusi Islam selanjutnya menjelaskan bahwa sumber kecemasan utama ‎AS dan berbagai negara Barat sesungguhnya adalah dikuasainya teknologi nuklir ‎oleh para ilmuwan Iran, bukan karena masalah senjata nuklir. Menurut Rahbar, ‎apabila bangsa Iran mampu mencapai puncak teknologi nuklir ini, seruan ‎kebenaran yang disampaikan bangsa Iran ke seluruh dunia berkaitan dengan ‎kebebasan, kemerdekaan, dan kemuliaan Islam akan lebih banyak diterima oleh ‎kaum muslimin dunia. Akibatnya, Barat akan kehilangan hegemoninya di dunia dan ‎usahanya untuk mencengkeramkan kekuasaan imperialisnya di seluruh dunia akan ‎menemui kegagalan.‎

sumber:Irib Indonesia Wednesday, 31 March 2010 09:15

Rahbar: Kerja Harus Lebih Ditingkatkan

Rahbar

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin ‎sore (05/4) menerima anggota kabinet, dewan kepemimpinan parlemen, para pejabat tinggi ‎Mahkamah Agung, Sekretaris Dewan Garda dan para ahli hukum lembaga ini menekankan ‎pentingnya menjaga persatuan para pejabat dalam membawa negara ke jalan kemajuan. Rahbar ‎mengingatkan, "Para pejabat harus mengenali dan memanfaatkan dengan benar kapasitas materi ‎dan spiritual luas biasa yang dimiliki negara di pelbagai bidang. Dengan tekad dan usaha ekstra ‎mereka harus memanfaatkan segala kemampuan yang dimiliki guna sampai pada rencana jangka ‎panjang 20 tahun dan bahkan lebih dari itu.‎

Rahbar kembali mengucapkan selamat atas tibanya tahun baru dan menyatakan harapannya akan ‎tahun yang penuh berkah ini dan menegaskan, "Berkah tahun baru kembali pada usaha terarah para ‎pejabat, penuh motifasi dan tidak puas dengan setiap batasan dalam bekerja dan berusaha. Semua ‎ini bakal menjadi sebab diturunkannya berkah ilahi kepada rakyat Iran."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menilai kapasitas dan potensi yang ada di negara ini seperti ‎barang-barang tambang yang belum digali atau baru setengahnya yang digali. Ditambahkannya, ‎‎"Kapasitas yang dimiliki negara di sektor ekonomi sangat luar biasa begitu juga di bidang sains."‎

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei lalu menyinggung kapasitas di sektor budaya dan potensi yang luar ‎biasa di negara ini dan mengatakan, "Iran punya potensi yang luar biasa di bidang teknologi, ‎sementara sarana untuk melakukan kerja masih berlimpah."‎

Rahbar menekankan bahwa dalam mengenali kapasitas dan memanfaatkannya harus bergerak ke ‎arah puncak dan tidak boleh puas berada tengah. Ditambahkannya, "Bila kita tidak memanfaatkan ‎seluruh kapasitas ini, berarti kita tidak becus dan hal ini berarti kita telah berbuat zalim kepada ‎seluruh rakyat."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran sambil menekankan soal pelayanan kepada rakyat dan siap ‎kapan saja merupakan amal ibadah dan ditambahkannya, "Terpujinya sebagian orang dan sahabat ‎Rasulullah saw di masa permulaan Islam bukan dikarenakan shalat, doa dan banyak beribadah, tapi ‎dikarenakan mengambil sikap yang tepat secara politis, upaya keras dan jihad mereka. Hal sama ‎terkait tercelanya sebagian sahabat di masa permulaan Islam bukan hanya dikarenakan mereka ‎melakukan perbuatan dosa, tapi juga tidak siap ketika dibutuhkan.‎

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai sangat penting upaya mempertahankan persatuan dari para ‎pejabat negara dalam membawa negara ke arah kemajuan. Diingatkannya, "Yang dimaksud dari ‎persatuan para pejabat bukannya menutup mata dari perbedaan selera dan pandangan. Karena ‎perbedaan selera dan pembahasan ilmiah akan membawa negara pada kemajuan. Tapi perbedaan ‎pandangan tidak boleh mengakibatkan terhentinya gerakan negara menuju kemajuan dan atau ‎gerakan sebagian orang terpisah dari jalur yang sebenarnya."‎

Rahbar kemudian menasihati seluruh pejabat negara, khususnya para pejabat di tiga lembaga tinggi ‎negara untuk menjaga persatuan dan koordinasi dalam mengambil keputusan besar. ‎Ditambahkannya, "Dalam situasi saat ini, program kelima pembangunan telah menanti dan program ‎ini berarti banyaknya kewajiban yang harus dipikul para pejabat negara yang dalam pelaksanaannya ‎membutuhkan koordinasi dan persatuan."‎

Rahbar menekankan, "Tentu saja pemerintah sebagai lembaga eksekutif berada di tengah medan ‎kerja dan semuanya, selain memperhatikan masalah maslahat negara, harus membantu pemerintah ‎dan mempermudah pelaksanaan agar segala kerja dapat dilakukan."‎

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut upaya menjamin tujuan rencana jangka panjang 20 tahun ‎negara sebagai satu kewajiban penting dari ketiga lembaga tinggi negara dan mengatakan, "Kini ‎sebagian dari bidang-bidang ini telah dilakukan lebih cepat dari jadual yang ditetapkan dalam ‎rencana jangka panjang, sementara sebagian bidang lainnya tidak punya percepatan sesuai yang ‎diperlukan. Oleh karenanya, "Harus berusaha lebih keras lagi agar dapat lebih cepat dari rencana ‎jangka panjang."‎

Rahbar kemudian menegaskan pentingnya memperluas budaya kerja dan berusaha di tengah-tengah ‎masyarakat dan menyinggung soal subsidi terarah. Ditambahkannya, "Saya berharap ada ‎kesepakatan yang baik antara pemerintah dan parlemen agar dengan menerapkan undang-undang ‎subsidi terarah, rakyat dapat mencicipi pengamanan dan upaya para pejabat."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menilai penting masalah budaya dan menekankan, "Budaya ‎umum dan munculnya tokoh-tokoh agama dalam kehidupan masyarakat termasuk masalah yang ‎sangat penting dan harus ada perhatian ke sana."‎

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai tanggung jawab dalam Republik Islam Iran sangat berat ‎dan penting lalu menegaskan, "Para pejabat harus mengetahui bahwa mereka di akhirat akan ‎dipertanyakan terkait setiap detik dari masa jabatannya. Oleh karena itu, hendaknya mereka ‎berusaha agar dapat mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hadapan Allah."‎

Rahbar menyebut tujuan hakiki dari kehidupan dunia, kerja dan usaha duniawi adalah keselamatan ‎dalam kehidupan hakiki pasca kematian. Untuk itu beliau menasihati para pejabat untuk ‎memperkuat semangatnya dalam hubungan dan keakrabannya dengan Allah serta bertadabbur saat ‎membaca al-Quran.‎

Di bagian lain dari pidatonya, Rahbar menyinggung soal kesejahteraan, keamanan, kegembiraan ‎dan kesenangan rakyat di hari-hari Tahun Baru dan dalam perjalanan Nouruz lalu mengucapkan ‎terima kasih dan penghargaannya kepada semua lembaga dan organisasi yang bertanggung jawab ‎dalam masalah ini.‎

Dalam pertemuan yang diselenggarakan dalam situasi hangat dan penuh spiritual, Rahbar menanyai ‎mereka yang hadir.‎

Sebelum melakukan pertemuan, terlebih dahulu ditunaikan shalat Zuhur dan Ashar yang diimami ‎oleh Ayatullah Sayyid Ali Khamenei.‎

Last Updated ( Tuesday, 06 April 2010 11:38 )Irib Indonesia




0 comments to "Teknologi Nuklir Dalam Pandangan Rahbar"

Leave a comment