Sa'ad Al-Faqih Sabtu (25/7/2010) dalam wawancaranya dengan televisi al-Alam mengatakan, Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdu Aziz memiliki kemampuan terbatas untuk mengatur pemerintahan, pemerintahan dan kekuasan sepenuhnya di negara ini bukan berada di tangannya.

Pemimpin MIRA menepis adanya reformasi politik di Arab Saudi. Ia menekankan bahwa seluruh keluarga Saud sama dalam hal kepatuhan kepada Amerika Serikat (AS) dan menjadikan ulama sebagai alat kekuasaan. Mereka memanfaatkan ulama sebagai sarana untuk meloloskan ambisinya.

Faruq al-Ashri, anggota sekjen komite relawan negara-negara Arab kepada televisi al-Alam mengatakan, kondisi di Arab Saudi sangat mengkhawatirkan. Selain itu, menurutnya friksi di dalam negeri kian meningkat akibat monopoli keluarga kerajaan atas jabatan pemerintahan dan sistem monarki yang mereka terapkan.

Tokoh oposisi Arab Saudi ini menekankan bahwa pemerintahan di negara ini bukan atas kehendak rakyat. Ia manambahkan, kelompok oposisi yang menghendaki reformasi politik di Arab Saudi dan membela hak rakyat khususnya umat Syiah dibungkam oleh pemerintah. (IRIB/al-Alam/MF/AHF/25/7/2010)

Sharjah, Aktualpress-Koran Gulf News terbitan Uni Emirat Arab, edisi Ahad (25/7) melaporkan bahwa saat ini Arab Saudi memproduksi 200 ribu barel minyak mentah lebih banyak dari kuota yang telah ditentukan oleh OPEC.

Arab Saudi sebagai negara produsen minyak mentah terbesar dunia setiap harinya memproduksi lebih dari 11 juta barel minyak mentah yang 90 persennya diekspor. Pada bulan Juni lalu, Arab Saudi memproduksi 20 ribu barel lebih sedikit dari kuotanya di OPEC.

Berdasrakan laporan terbaru yang dirilis oleh Badan Energi Uni Emirat Arab, dalam beberapa bulan terakhir, Arab Saudi tidak mematuhi jumlah kuota produksi minyak yang telah ditetapkan OPEC dan selalu memproduksi lebih banyak. (Ap/MZ/PH/25/7/2010)