Al-Arabiya: AS dan Eropa Gunakan Opsi Militer Tekan Libya
Amerika Serikat dan sejumblah negara Eropa tetap bersikeras akan menggunakan opsi militer dalam menekan pemimpin diktator Libya Muammar Gaddafi, menurut laporan televisi Al-Arabiyah.
Menurut laporan IRNA, televi Al-Arabiya Selasa malam (1/3) terkait intervensi militer asing terhadap Gaddafi menekankan, rakyat revolusioner Libya menentang keras intervensi militer asing di negaranya.
Al-Arabiya mengingatkan, Washington setelah gagal menekan Gaddafi melalui resolusi Dewan Keamanan PBB no 1970 tetap berambisi untuk menduduki Tripoli dengan kekerasan. Sumber ini menambahkan, setelah Rusia dan Cina menolak opsi tawaran AS, Washington terpaksa mencari jalan lain untuk menekan Kolonel Gaddafi.
Bersamaan dengan keputusan David Cameron, Perdana Menteri Inggris untuk membantuk zona udara terlarang di Libya, Amerika mulai menggerakkan armada lautnya ke pantai Libya. Al-Arabiya mengutip sumber-sumber pemberitaan menekankan bahwa Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menggelar sidang khusus untuk mencari solusi terbaik dalam mengintervensi Libya jika kepentingan Gedung Putih terancam.
Langkah Washington mengirim armada lautnya ke perairan Libya merupakan pesan tak tertulis kepada Gaddafi bahwa jika ia masih menggerakkan militer pro-pemerintahannya untuk menggempur rakyat maka kemungkinan besar AS akan melakukan serangan militer.
Amerika masih berminat membujuk Gaddafi untuk mengundurkan diri atau meninggalkan negaranya. Al-Arabiya menyebutkan, masalah ini dirancang Amerika bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membujuk Gaddafi melarikan diri ke Venezuela. (IRIB/IRNA/MF/AR/2/3/2011)
Komandan Infanteri Militer Libya Membelot ke Oposisi
Al Jazeera Arab melaporkan komandan pasukan infanteri militer Libya pada Selasa kemarin (1/3), telah bergabung dengan oposisi melawan rezim Muammar Gaddafi, sementara itu masyarakat internasional mulai meningkatkan tekanan terhadap negara Afrika Utara tersebut untuk menghentikan kekerasan.
Perkembangan ini datang pada saat banyak pejabat pemerintah dan militer yang lari dari kamp Gaddafi karena tindakan keras pemerintah terhadap para demonstran.
Sebelumnya, salah satu putra penguasa Libya ini, Saif al-Arab Gaddafi, bergabung dengan pengunjuk rasa di timur kota Benghazi. Ia awalnya dikirim ke sana oleh ayahnya untuk menindak pengunjuk rasa di kota.
Menteri Kehakiman Libya Mustafa Abdel Galil dan Menteri Dalam Negeri Abdel Fatah Yunes mengundurkan diri pekan lalu dan bergabung dengan revolusi rakyat.
“Satu-satunyanya tujuan kami adalah untuk membebaskan Libya dari rezim ini dan kemudian rakyat bisa memilih pemerintah yang mereka inginkan,” kata Abdel Galil dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera setelah pengunduran dirinya.
Ahmad Gaddaf al-Dam, salah satu pejabat tinggi keamanan Libya, juga mengundurkan diri.
Utusan Libya untuk Liga Arab, Abdel Moneim al-Honi, dan duta besar negara untuk China, Hussein Sadeq Al Misurati, mengundurkan diri pada hari Minggu pekan lalu untuk bergabung dengan protes rakyat.
Dengan meningkatnya tekanan internasional pada Gaddafi, Majelis Umum PBB dengan suara bulat menyetujui penangguhan Libya dari Dewan HAM PBB pada hari Selasa kemarin.
Sekjen PBB membuat pengumuman itu dalam sebuah pidato di Majelis Umum PBB di New York.
Ban juga mendesak Majelis Umum untuk bertindak tegas terhadap krisis Libya, yang menyatakan bahwa rakyat yang telah diperlakukan tidak manusiawi oleh rezim Gaddafi.
Pangkalan AS dan NATO di Italia dilaporkan mempersiapkan aksi militer terhadap Libya, meskipun adanya peringatan Rusia menentang pengerahan pasukan asing ke negara Afrika Utara tersebut.(eramuslim/2/3/2011)
Istana Kadhafi Dibakar Demonstran
Pengunjuk rasa di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya, melampiaskan kemarahan mereka atas kekejaman sang pemimpin, Muammar Kadhafi. Puluhan demonstran menghancurkan dan membakar istana keluarga Kadhafi yang berlokasi di Benghazi. Cable News Network (CNN) memberitakan bahwa demonstran menumpahkan kemarahan mereka pada bangunan yang ada di kota dekat Laut Mediterania tersebut. Kini istana tersebut menjadi peninggalan dari rezim yang paling dibenci. Di masa lalu, istana itu dianggap sebagai “tempat paling menakutkan” di Benghazi.
Setelah demonstran bersama oposisi dan tentara yang membangkang berhasil mengambil-alih kendali atas kota tersebut, massa pun menjadikannya sebagai target. Seluruh bangunan itu luluh lantak. Kaca dan jendelanya hancur berantakan. Istana tersebut dulu sering digunakan keluarga Kadhafi jika berkunjung ke Benghazi.
Dalam videonya, koresponden CNN menunjukkan ruang konferensi yang sering digunakan Kadhafi dan keluarganya melakukan pertemuan. Kondisinya kini hancur seperti baru dihantam bom. Ketika diambil gambarnya dari luar, terlihat asap hitam mengepul dari istana Kadhafi tersebut. Dulu gedung itu juga digunakan sebagai pusat komando militer di wilayah timur Libya.
Selain membakar istana Kadhafi, warga Benghazi kemarin juga mengekspresikan kegembiraan mereka. Sebab, kota itu telah terbebas dari kekuasaan rezim yang telah berkuasa 41 tahun di Libya.
Kehidupan warga di kota berpenduduk 700 ribu itu mulai kembali normal setelah pasukan yang loyal kepada Kadhafi lari. Bahkan, sudah terbentuk koalisi yang memimpin sementara kota itu. “Saat ini tentara (anti-Kadhafi) ada di belakang administrasi Benghazi untuk memulihkan hukum dan ketertiban,” kata anggota koalisi Omar Mohammed kepada Reuters.
Tentara dan polisi di sejumlah kota di timur juga telah meninggalkan barak untuk bergabung dengan demonstran anti-Kadhafi dan oposisi. Stasiun televisi Al-Jazeera melaporkan bahwa situasi itu antara lain terlihat di Kota Adjabiya.
Fokus demonstran kini tertuju pada Tripoli, kota terbesar sekaligus ibu kota Libya. Warga Benghazi pun menjadikan kemarin sebagai hari solidaritas bagi Tripoli. “Ada demonstrasi besar di luar balai kota (untuk mendukung bebasnya Tripoli dari Kadhafi),” kata Najla el Mangoush, juru bicara koalisi.
Ribuan pemuda di Benghazi ingin mengadakan pawai ke Tripoli untuk menunjukkan kepada Kadhafi bahwa wilayah timur berada di balik aspirasi faksi-faksi anti-pemerintah di barat. Mereka juga yakin masa depan Libya bersatu setelah Kadhafi jatuh.
Sayang, situasi di Tripoli belum seperti kota-kota di timur. Kadhafi dan pasukannya Saksi mata mengungkapkan bahwa oposisi juga meneriakkan slogan-slogan anti-Kadhafi di kawasan Fashlum, timur Tripoli. Dua tewas setelah ditembak tentara. Tentara Kadhafi juga menembaki warga yang selesai salat Jumat. Itu dilakukan untuk mencegah unjuk rasa baru. Bentrok juga terjadi di Ghut Asaal, barat Tripoli.
Polisi dan tentara berjaga-jaga di luar halaman sejumlah masjid. Di luar Masjid Jamal Abdelnasser, pusat Kota Tripoli, video amatir yang ditayangkan Al Jazeera memperlihatkan bahwa demonstran anti-Kadhafi menyuarakan syahadat.
Bentrok di antara dua kubu juga sesekali terjadi di Misrata, kota terbesar ketiga di Libya yang berjarak 150 km sebelah timur Tripoli. Tetapi, secara umum kota itu telah dikuasai oposisi. Warga memenuhi jalan untuk memakamkan 30 orang yang tewas sebelumnya.
Sekitar 500 pasukan Brigade Hamza yang loyal kepada Kadhafi masih bersembunyi dekat pangkalan udara di pinggiran kota. Para demonstran memasang banyak kontainer dan kantong-kantong pasir untuk membendung pergerakan mereka.
Aksi menuntut mundurnya Kadhafi terus menuai dukungan. Kadhaf al-Dam, pembantu dekat dan juga sepupu Kadhafi, kemarin giliran mengundurkan diri. Sikap yang sama diambil Dubes Libya untuk Prancis Mohamed Salaheddine Zarem dan Dubes Libya untuk UNESCO Abdoulsalam El Qallali. Mereka melengkapi daftar para diplomat yang mundur untuk memprotes kekejaman Kadhafi.
Sementara itu, dukungan internasional terhadap demonstran di Libya juga terus mengalir. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menegaskan bahwa Kadhafi “harus pergi”. Pernyataan itu disampaikan Sarkozy di Ankara, Turki, setelah bertemu Presiden Abdullah Gul. “Kekerasan sistematis (Kadhafi) terhadap rakyat Libya tidak bisa diterima dan akan menjadi subjek investigasi maupun sanksi,” katanya.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev juga mengutuk penggunaan kekuatan militer terhadap rakyat sipil Libya oleh Kadhafi. Dia pun memperingatkan bahwa Kadhafi dan para pejabatnya bisa dituntut di bawah hukum internasional jika tak menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya.
Prancis menaksir sekitar 2 ribu demonstran Libya telah tewas dalam aksi brutal tentara Kadhafi. Italia sebelumnya mengestimasikan korban tewas akibat kerusuhan di Libya mencapai sekitar 1.000 orang. Menyusul kekejaman tersebut, Uni Eropa kemarin sepakat untuk menerapkan embargoi senjata kepada Libya. Selain itu, Uni Eropa membekukan seluruh asset yang terkait dengan Kadhafi.
Sebelumnya, Swiss juga membekukan rekening atau aset milik keluarga Kadhafi di negara tersebut. Inggris juga melakukan hal yang sama. Pemerintah Inggris akan membekukan dan menyita 10 juta pound atau USD 16,1 juta (sekitar Rp 150 miliar) aset milik keluarga Kadhafi di negara tersebut. Aset itu terdiri dari rumah mewah di London. Selain itu, Kadhafi dilaporkan memiliki rekening bank dan beberapa properti komersial di Inggris.
“Prioritas kami adalah membawa pulang warga negara Inggris di Libya. Tetapi, kami siap menarik dan menyita asset milik Kadhafi,” kata sumber di pemerintah Inggris seperti dikutip koran Telegraph kemarin. (CNN/AFP/JPNN/AP/Rtr/dwi/26/2/2011/kabarnet)
Belajarlah kepada Iran untuk Tidak Takut kepada AS
Umat Islam Pakistan lewat aksi dukungannya me menyampaikan pesan kepada kaum muslimin di Tunisia, Mesir, Bahrain dan Yaman bahwa belajarlah kepada rakyat Iran bagaimana memenangkan dan menjaga revolusi dan jangan takut kepada Amerika Serikat. |
Menurut Kantor Berita ABNA, umat Syiah Karacahi mengadakan aksi dukungan terhadap revolusi rakyat yang tengah berlangsung di Tunisia, Mesir, Bahrain dan Yaman. Para pengunjuk rasa yang bergabung dalam aksi dukungan tersebut menyatakan kepada pemerintah Pakistan untuk tidak tunduk dan menjadi kaki tangan Amerika Serikat.
Mereka juga menegaskan bahwa aksi rakyat yang sekarang melanda Negara-negara Timur Tengah dan bagian utara Afrika adalah tidak ubahnya suara rakyat Iran yang puluhan tahun silam menuntut kemerdekaan, kebebasan dan indepensi. Perjuangan rakyat Iran untuk membebaskan diri dari intervensi dan cengkraman AS serasa terulang kembali dan menginspirasi rakyat di negara-negara tersebut. Rakyat Pakistan juga menuntut agar pemerintahnya tidak tunduk kepada AS dan menyatakan bahwa Pakistan tidak membutuhkan AS.
Menurut laporan wartwan ABNA di lokasi aksi, menyatakan bahwa aksi dukungan tersebut juga diikuti oleh ulama-ulama besar Ahlus Sunnah. Diantara ulama-ulama yang bergabung dalam aksi tersebut adalah, Hujjatul Islam Rajeh Nasir Abbas Ja'fari, ketua Majelis Persatuan Umat Islam, Qhadi Ahmad Nurani Shadiqi, pemimpin besar ulama Pakistan, Syaikh Aftab Khaidar Ja'fari, Mirza Yusuf Husain, Shadiq Reza Taqawi, Ali Murtdaga Zaidi dan beberapa tokoh Islam lainnya. Mereka menyampaikan pesan kepada kaum muslimin di Tunisia, Mesir, Bahrain dan Yaman bahwa belajarlah kepada rakyat Iran bagaimana memenangkan dan menjaga revolusi dan jangan takut kepada Amerika Serikat.
Dalam situasi tegang yang melanda dunia Arab, sebuah penjara rahasia bawah tanah ditemukan di Libiya. Menurut masyarakat setempat penjara ini terletak di kawasan persembunyian diktator Libiya Muammar Qhaddafi dan kaum kerabatnya. Laporan beberapa berita menyatakan, penjara ini mempunyai pintu besi setebal 30 sentimeter. |
Menurut saksi, tempat kurungan ini lebih buruk dari penjara Abu Gharib karena ruangannya tidak layak tinggal selain itu tidak mempunyai fentilasi udara yang baik.
Stasiun televisi al-Jazerah juga menyiarkan gambar tersebut tanpa mengaitkannya dengan Imam Musa Sadr sambil mengatakan, "Penjara ini adalah sebuah kamar kecil tanpa jendela. Melalui pengamatan, seorang tahanan pernah tinggal di sini sebelumnya". Meskipun begitu beberapa sumber berita Arab menyebutkan penjara tersebut tempat Imam Musa Sadr pernah ditahan.
Baru-baru ini seorang aktivis politik Libiya memberi kesaksian bahwa Imam Musa Sadr telah dibawa terbang ke satu tempat yang tidak diketahui.
Imam Musa Sadr mengunjungi Libya atas jemputan Muammar Ghaddafi pada 25/8/1978 dan hilang bersama dua pengawal pribadinya sampai hari ini.
Fars News pula melaporkan Ayatullah Bahjat pernah mengatakan Imam Musa Sadr masih hidup dan tinggal di bawah tanah. Muhammad Ali Muhtadi selaku pakar masalah Timur Tengah dalam satu sidang akhbar mengatakan beberapa tahun sebelum ini beliau pernah bertanya kepada Ayatullah Bahjat tentang nasib Imam Musa Sadr. Ayatullah Bahjat menegaskan bahawa Imam Musa Sadr masih hidup dan akan terjadi satu peristiwa besar yang akan mengembalikan beliau sehingga berlaku perubahan di kawasan tersebut.
Sebuah Hadith di dalam kitab "Bayan Al-Aimah" halaman 512 pula mencatatkan Amirul Mukminin al-Imam Ali bin Abi Talib meramalkan seorang pemimpin akan dipenjarakan dalam satu tempo yang lama di tanah Maghrib. Beliau akan segera bebas dan keluar sebagai pemenang.
mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=228412
Ternyata Israel Ikut Pasok Tentara Bayaran untuk Gaddafi
Sumber-sumber berita di Mesir mengungkapkan keterlibatan sebuah perusahaan Israel dalam memasok tentara bayaran Afrika untuk rezim diktator Muammar Gaddafi.Seperti diberitakan Press TV, perusahaan distribusi senjata Israel, Global CST, dikabarkan telah mendapat izin dari Tel Aviv memasok tentara bayaran Afrika untuk penguasa Libya Muammar Gaddafi yang bertugas menekan demonstran anti-pemerintah.
Diperkirakan perusahaan Israel itu sejauh ini telah menyediakan 50.000 tentara bayaran Afrika untuk rezim Gaddafi.
Sebelumnya, situs-situs berita Israel melaporkan bahwa perusahaan distribusi senjata tersebut pernah dihukum di sebuah negara Afrika atas tudingan kasus transaksi ilegal.
General Manajer Global CST sebelumnya dikabaran telah bertemu dengan kepala Agen Intelijen Israel (Aman) dan Menteri Pertahanan Ehud Barak untuk memperoleh izin.
Para wakil perusahaan Israel tersebut juga dilaporkan telah bertemu dengan Abdullah Sanusi, Kepala Intelijen Internal Libya, di Chad untuk membahas rincian kesepakatan akhir.
Selama ini, para tentara bayaran yang menyerang warga sipil di Tripoli umumnya datang dari Chad. Rezim Gaddafi membayar 2000 USD per hari untuk setiap tentara bayaran. Namun mereka hanya menerima 100 USD per hari sementara sisanya masuk ke kantong Global CST.(mainsource:irib/3/3/2011)
Mahkamah Internasional Segera Proses Kejahatan Gaddafi
Mahkhamah Pidana Internasional (ICC) segera akan memulai penyelidikan terhadap kasus kejahatan atas kemanusiaan yang dilakukan rezim Muammar Gaddafi. Sebagaimana diberitakan IRNA dari Den Haag, Jaksa Penuntut ICC, Luis Moreno Ocampo kemarin (Rabu, 2/3) mengumumkan, penyelidikan resmi mengenai kejahatan diktator Libya akan segera dimulai setelah mempelajari berbagai informasi dan data yang ada.Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB meminta ICC untuk menyelidiki kemungkinan adanya kasus kejahatan anti-kemanusiaan oleh diktator Libya Muammar Gaddafi. DK PBB juga menerapkan serangkaian sanksi dan embargo terhadap rezim Gaddafi sebagaimana yang digariskan dalam pasal ketujuh Piagam PBB.
Sementara itu, laporan terakhir yang dipublikasikan Liga Hak Asasi Manusia Libya menyebutkan bahwa aksi kekerasan brutal yang dilakukan rezim Gaddafi terhadap massa pro-revolusi yang dimulai sejak dua minggu lalu telah menewaskan sekitar 6 ribu orang.
Selain itu, Majelis Umum PBB juga telah membekukan keanggotaan Libya lantaran rezim penguasa negara tersebut telah melakukan pelanggaran berat dan sistematis terhadap hak asasi manusia.(irib/3/3/2011)
Pun Kanada, Kerahkan Kapal Perang ke Libya
Sebuah kapal perang Kanada dilaporkan tengah berlayar untuk bergabung dengan armada internasional menuju Libya tanpa menyebutkan misi yang spesifik. Pengerahan kapal perang Kanada itu diperkirakan untuk mendukung kekuatan utama angkatan laut AS yang sudah ditempatkan terlebih dahulu di dekat Libya.Sebagaimana dilaporkan AFP, kapal perang berjenis fregat 134 meter ini membawa 225 pelaut dan helikopter Sea King. Kapal tersebut telah meninggalkan pelabuhan Halifax dan memulai perjalanan tujuh hari menuju Libya.
Kapal perang HMCS Charlottetown akan melakukan operasi yang masih dirahasiakan. Namun diperkirakan misi kapal tersebut meliputi bantuan evakuasi.
Sementara itu, dua kapal perang AS USS Kear-sarge dan USS Ponce yang bermaksud menuju Mediterania telah memasuki Terusan Suez Mesir. Kedua kapal perang AS itu membawa ratusan marinir, armada helikopter dan peralatan militer.
Pengerahan armada perang AS itu merupakan upaya untuk mempersiapkan kemungkinan adanya intervensi militer asing di Libya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper kepada parlemen menyatakan bahwa negaranya akan berpartisipasi dalam operasi evakuasi internasional sebagai bentuk keprihatinan atas kian meningkatnya krisis di Libya.
Penumpasan brutual yang dilakukan rezim Muammar Gaddafi terhadap para demonstran pro-demokrasi telah menyebabkan ribuan orang tewas dan cidera. Sementara ribuan lainnya telah melarikan diri ke Mesir, Tunisia dan beberapa negara Eropa seperti Italia.
Gaddafi telah bersumpah untuk tetap berkuasa meskipun faktanya sebagian besar wilayah Libya, kecuali Tripoli, telah berhasil dikuasai pasukan anti-pemerintah.(irib/3/3/2011)
Awas! Israel Gelar Perang Baru
Guna memperkuat dan mempertahankan posisinya di Timur Tengah, rezim zionis Israel tengah mengupayakan rencananya untuk menggelar sebuah perang baru di kawasan. Press TV dalam laporannya mengutip harian As-Safir kemarin (Rabu, 2/3) mengungkap kabar tersebut dari seorang diplomat Barat di Amman, ibu kota Yordania yang tak ingin disebut namanya. Ia menambahkan bahwa keputusan Israel untuk menyerang Suriah dan Lebanon itu diambil pasca tumbangnya rezim Husni Mubarak, mantan diktator Mesir.Menurut diplomat Barat itu, Israel kini khawatir atas dampak kebangkitan rakyat Mesir dan masa depan transformasi di Timur Tengah. Karena itu Tel Aviv berusaha mengubah situasi yang ada supaya menguntungkan pihaknya dengan cara menggelar perang baru melawan Suriah dan Lebanon.
"Israel bermaksud menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad di Suriah dalam hitungan minggu setelah perang dengan gerakan perlawanan Hizbullah di timur Lebanon dekat perbatasan dengan Suriah," ungkap diplomat kepada As-Safir.
Masih menurut keterangan diplomat Barat tersebut, Tel Aviv bahkan telah menginformasikan rencana serangannnya ke Suriah dan Lebanon itu kepada Washington.
Mesir, yang berbagi perbatasan panjang dengan Israel, adalah negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Tel Aviv pada tahun 1979, setelah negosiasi rahasia di Camp David, Amerika Serikat.
Selama bertahun-tahun, Mesir membantu Israel memberlakukan pengepungan mematikan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan menutup pintu perbatasan Rafah. Akibat blokade tersebut sekitar 1,5 juta penduduk Palestina terpenjara di wilayah Jalur Gaza.
Rezim Israel khwatir dengan dibukanya pintu perbatasan Rafah, Hamas selaku pemerintah yang terpilih secara demokratis di Gaza, akan mendapatkan lebih banyak kekuatan.(irib/3/3/2011)
Militer AS Kepung Libya
Di saat para demonstran terus bergerak mendekati Tripoli sebagai benteng terakhir Gaddafi, berbagai sumber pemberitaan melaporkan rencana pengerahan ribuan pasukan angkatan udara dan laut AS ke Libya.
Pentagon menilai opsi militer sebagai bentuk jawaban atas tuntutan dan desakan masyarakat internasional yang menghendaki segera diakhirinya kepemimpinan diktator Muammar Gaddafi yang telah menguasai Libya selama empat dekade.
Sementara itu, pasukan dan tentara bayaran asing pro-Gaddafi telah meninggalkan sebagian pos-pos pertahanan mereka di sekitar Tripoli akibat terdesak para demonstran. Warga di sejumlah wilayah di Tripoli juga mendirikan garis pertahanan dan barikade di jalan-jalan, dan secara terbuka mereka menunjukkan perlawanan terhadap segala bentuk serangan dari pasukan pro-Gaddafi. Dilaporkan semakin banyak kota yang jatuh ke tangan para demonstran.
Washington memanfaatkan kondisi ini demi mewujudkan ambisinya mengerak emas hitam Libya. Jurubicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon) Kolonel David Lapen mengungkapkan penempatan pasukan militer di sekitar Libya untuk melakukan operasi penyerangan ke negara kaya minyak itu.
Jurubicara Gedung Putih Jay Carney menyatakan bahwa Pentagon telah menempatkan pasukan militernya di dekat Libya dan Washington kini tengah mengkaji opsi pengasingan Gaddafi.
Serangan militer atas rezim Gaddafi menjadi salah satu opsi AS dan Uni Eropa. Washington saat ini menempatkan dua kapal yang mengangkut jet tempur di pangkalan komando angkatan lautnya di Teluk Persia, di saat gelombang protes anti Gaddafi kian kian meningkat di dunia. Kini, satu persatu mitra Gaddafi meninggalkannya. Tidak diragukan lagi, pemimpin Libya yang berkuasa lebih dari empat dekade itu berada dalam kondisi krisis.
Di tengah meningkatnya gelombang protes rakyat Libya, Gaddafi mendesak digelarnya perundingan dengan para pemimpin di wilayah timur negeri kaya minyak itu. Keputusan tersebut dinilai oleh para pengamat politik sebagai bentuk kian lemahnya posisi Gaddafi. Karena pasca pembentukan pemerintahan sementara di Bengazi, pemimpin diktator ini kian terpojok di negerinya sendiri.
Kini, Gedung Putih menggulirkan opsi pengasingan Gaddafi ketika para demonstran menentang segala bentuk intervensi asing, dan mendesak sikap tegas masyarakat dunia atas kejahatan perang yang dilakukan diktator Libya itu. (IRIB/PH/RM/1/3/2011)
Rakyat Libya Bentuk Pasukan Khusus untuk Merebut Tripoli
Rakyat revolusioner Libya membentuk sebuah pasukan yang terdiri atas para tentara dan perwira yang telah membelot dari rezim Gaddafi, serta para relawan, yang akan bergerak menuju Tripoli, untuk membebaskan ibukota dari kontrol rezim Gaddafi.
Faris Zawi, seorang perwira Libya kepada Reuters (2/3) mengatakan, "Para pemimpin gerakan revolusi tengah membentuk sebuah pasukan yang terdiri atas para tentara, perwira, dan para relawan, yang akan begerak menuju Tripoli dan membebaskan kota tersebut."
Dikatakannya, "Lebih dari 10 ribu relawan di kota Ajdabiya, yang menyatakan siap dan kami tengah membentuk sebuah pasukan yang akan memusnahkan rezim Gaddafi beserta seluruh antek-anteknya, sebelum mereka berhasil lari.
Zawi menambahkan, "Saat ini kami tengah menanti Tripoli sendiri yang membebaskan diri dari Gaddafi, dan dengan bangga kami akan membantu mencapai tujuan tersebut."
Komandan revolusioner Libya itu menolak menyebutkan jumlah pasti pasukan pro-demokrasi dan hanya mengatakan, "Semua pasukan berada di bawah kontrol Dewan Militer yang terbentuka di kota-kota yang telah direbut oleh rakyat.
Seorang perwira militer Libya lainnya mengatakan bahwa pihaknya tengah memberikan pelatihan singkat kepada para relawan sebelum memulai operasi pembebasan Tripoli.
Laporan lainnya menyebutkan, para saksi mata mengatakan bahwa Senin lalu (28/2) sebuah pesawat tempur membombardir satu titik di dekat gudang persenjataan di pangkalan Haniyah di dekat kota Ajdabiya.
Jum'ah Sayid, seorang relawan yang ditugaskan menjaga pangkalan Haniyah mengatakan, "Serangan udara itu benar terjadi namun tidak menimbulkan kerusakan. Jika salah satu gudang itu diserang, maka segala sesuatu hingga radius beberapa kilometer akan musnah."
Zawi yang bertugas di sebuah pangkalan tidak jauh dari pangkalan Haniyah mengatakan, "Saya yakin para pilot pesawat-pesawat tempur tersebut sengaja tidak menghancurkan gudang persenjataan Haniyah. Kami yakin bahwa para pilot Libya tidak ingin sesuatu terjadi pada kerabat mereka di kawasan timur."
Pangkalan Haniyah memiliki 35 gudang persenjataan bawah tanah yang menurut para pengamat milier, gudang-gudang tersebut menyimpan ribuan ton persenjataa, amunisi, dan perlengkapan logistik militer.(irib/2/3/2011)Diktator Libya, Muammar Gaddafi kembali bikin ulah. Kali ini dalam statetemen terbarunya Gaddafi mengklaim bahwa rakyat Libya sangat mencintai pemimpin mereka dan siap berkorban bagi dirinya.
Menurut laporan IRNA, pernyataan "nyeleneh" Gaddafi ini dilontarkan dalam sebuah wawancara dengan televisi ABC News, BBC dan Koran Sunday Times Inggris.
Christiane Amanpour, wartawan ABC News yang mewancarai Gaddafi bertanya kepada diktator Libya, bagaimana anda mengklaim bahwa rakyat mencintai anda, padahal mereka saat ini turun ke jalan-jalan seperti di Benghazi meneriakkan slogan anti pemerintah ?
Dengan sinis, Gaddafi berusaha menjawab pertanyaan wartawan ABC. Dikatakannya, mereka yang anda katakan bukan rakyat tapi oknum-oknum al-Qaeda yang menyerang pos-pos militer di Benghazi. Oknum-oknum al-Qaeda ini merampas senjata dari militer dan menakut-nakuti warga.
Dengan penampilan klasiknya, Gaddafi tampil di media asing dan menuding rakyat revolusioner Libya sebagai kaki tangan al Qaeda dan pecandu narkotika. Dengan percaya diri Gaddafi juga menegaskan bahwa di dalam negeri tidak ada yang menentang dirinya. Di sisi lain, berita soal pengiriman pasukan bayaran oleh Rezim Zionis Israel ke Libya untuk membantai rakyat negara ini kian santer.
Menjawab pertanyaan wartawan mengapa dirinya tidak bersedia meninggalkan Libya, Gaddafi mengatakan, mengapa saya harus lari. Ini adalah negara dan tempat kelahiran saya. Apakah seseorang rela meninggalkan negaranya ?
"Saya tidak memiliki jabatan resmi, oleh karena itu mengapa harus mengundurkan diri," ungkap Gaddafi menjawab pertanyaan wartawan apakah dirinya bersedia mengundurkan diri dari jabatannya ?
Diktator Libya yang hampir tumbang ini menuding Barat mengkhianati dirinya dan menegaskan bahwa Barat tengah berusaha menjajah Libya. (IRIB/IRNA/MF/AR/1/3/2011)
Sebuah pesawat tempur Libya jatuh di 210 kilometer arah timur Tripoli
Pesawat itu jatuh di sekitar kota Misrata, di mana para demonstran pro-demokrasi berhasil menghalau serangan terbaru pasukan pro-diktator Libya Muammar Gaddafi.
Misrata adalah kota pelabuhan terbesar ketiga di Libya. Sejumlah orang tewas akibat serangan pasukan pro-Gaddafi.
Sehari sebelumnya, pasukan pro-Gaddafi membombardir para demonstran yang bergerak mendekati Tripoli, benteng terakhir diktator Libya itu.
Aksi serupa juga dilakukan pasukan loyalis Gaddafi kemarin (27/2) terhadap kota Zawiyah di 50 kilometer sebelah barat Tripoli. Namun hari ini, kota tersebut telah jatuh total ke tangan para demonstran.
Menurut berbagai laporan, diperkirakan sebanyak dua ribu orang tewas dalam instabilitas di Libya.
Pasukan keamanan pro-Gaddafi bahkan menggunakan melancarkan serangan udara dan menggunakan gas beracun terhadap para demonstran.
Laporan lainnya menyebutkan bahwa pasukan dan tentara bayaran asing pro-Gaddafi telah meninggalkan sebagian pos-pos pertahanan mereka Tripoli akibat terdesak para demonstran.
Sementara itu, warga di sejumlah kawasan Tripoli, mendirikan garis pertahanan dan barikade di jalan-jalan wilayah mereka dan secara terbuka menunjukkan perlawanan terhadap segala bentuk serangan dari pasukan pro-Gaddafi.
Berdasarkan laporan terbaru, semakin banyak kota yang jatuh ke tangan para demonstran.(IRIB/MZ/RM/28/2/2011)
Rakyat Libya Rebut Kembali Kota Brega
Rakyat revolusioner Libya merebut kembali kota Masra El Brega timur Tripoli setelah bentrok sengit dengan dengan pasukan pro-Presiden Libya Muammar Gaddafi.
Warga berhasil merebut kota Brega hari ini (Rabu, 2/3) setelah kota itu jatuh ke tangan pasukan Gaddafi untuk beberapa menit.
Mohamed Yousef, seorang perwira di kota Ajdabiyah menyatakan, "Benar sebelumnya terjadi bombardir udara terhadap Brega dan pasukan Gaddafi sempat mengambil alih kota tersebut." (IRIB/MZ/SL/2/3/2011)Menurut laporan media Inggris, Saif al-Islam Gaddafi menjiplak karya tulis orang lain saat menulis desertasi doktoralnya.
IRNA melaporkan, Koran al-Arab cetakan London edisi Rabu (2/3) mengutip media Inggris menulis, Saif al-Islam saat menulis desertasi doktoralnya meminta bantuan seorang penulis kenamaan. Disebutkan pula, sejumlah bagian desertasinya mengkopi milik orang lain.
Saif al-Islam mengambil gelar master dan doktoral ekonominya di sekolah tinggi ilmu ekonomi London pada tahun 2003 dan 2008. Baru-baru ini terbongkar bantuan senilai 1,8 juta Euro ke sekolah tinggi ekonomi London dari yayasan amal milik Gaddafi.
Sementara itu, sekolah tinggi ilmu ekonomi London menyatakan kesiapannya untuk menyelidiki tudingan pencurian desertasi doktor oleh putra Gaddafi. Sekolah tinggi ini menekankan, pihaknya menanggapi serius tudingan terhadap Saif al-Islam dan akan melakukan penyidikan sesuai dengan undang-undang. (IRIB/IRNA/MF/AR/2/3/2011)Sumber-sumber terpercaya menyebutkan penculikan sejumlah warga Libya termasuk mahasiwa oleh pasukan bayaran dan pro-Gaddafi.
Sumber ini Selasa (1/3) kepada televisi al-Alam menekankan bahwa sekitar 540 mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kedirgantaraan di kota Misrate, Tripoli timur. Sumber ini juga menyebutkan penculikan sejumlah warga kota Az Zawiyah yang berada di barat Tripoli.
Selain itu, sejumlah rakyat revolusioner di Tripoli juga dilaporkan diculik pasukan Gaddafi. Nasib tak jelas warga yang diculik membuat kekhawatiran di Libya kian meningkat.
Lembaga HAM Al-Raqeeb mengutuk kejahatan ini dan menyebutkan sebagai pelanggaran nyata terhadap HAM. Lembaga ini juga memperingatkan pemanfaatan para sandera sebagai perisai manusia oleh Gaddafi untuk menghadapi setiap serangan terhadap dirinya.
Lembaga HAM ini menyeru Gaddafi dan pendukungnya mengakhiri aksi penculikan warga dan segera membebaskan mereka. (IRIB/al-Alam/MF/AR/2/3/2011)Dmitry Rogozin, wakil Rusia di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menandaskan hari ini (Rabu 2/3) sidang Dewan NATO-Rusia tingkat utusan akan digelar di Brussel. Menurutnya dalam sidang kali ini akan dibahas juga krisis Libya. "Anggota NATO berbeda pendapat dalam menanggapi krisis di Libya," ungkap Rogozin.
Menurut laporan IRNA dari Moskow, Rogozin hari ini dalam wawancaranya dengan Ria Novosti menandaskan, "Kami berpendapat bahw NATO harus mengantongi izin Dewan Keamanan PBB jika berniat mencampuri urusan Libya."
Ia mengingatkan, di antara anggota NATO terdapat friksi terkait intervensi organisasi ini di masalah Libya. Ia juga mengisyaratkan pertemuannya dengan Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen. Dikatakannya, dalam pertemuan itu krisis di Libya juga menjadi agenda pembicaraan kami.
Menyikapi sidang Dewan Rusia-NATO hari ini, Rogozin menandaskan, di agenda sidang kali ini akan dibicarakan sejumlah masalah penting termasuk kerjasama Rusia-NATO di bidang keamanan dan penjualan helikopter tempur Rusia ke NATO. (IRIB/IRNA/MF/AR/2/3/2011)
Kota Msallata Jatuh ke Tangan Rakyat Anti-Gaddafi
Transformasi terbaru di Libya menyebutkan kota Msallata (Al Qasabat, Cussabat) berhasil direbut rakyat revolusioner. Perkembangan terbaru menyebutkan sekitar 75 ribu orang melarikan diri ke perbatasan Libya.Menurut laporan Mehr News mengutip situs Al Jazeera, rakyat revolusioner Libya kemarin malam (Selasa 1/3) menguasai kota Msallata yang terletak 100 km timur Tripoli.
Rakyat revolusioner Libya menegaskan akan melanjutkan perjuangan mereka hingga Gaddafi lengser. Mereka juga menekankan berhasil membendung serangan brigade Kataeb di kota Misrate, Zintan dan Az Zawiyah.
Saif al Islam Gaddafi saat diwawancarai Sky News menyebut kecil kemungkinan serangan pasukan pro Gaddafi ke wilayah timur Libya.
Kantor Berita Perancis (AFP) memperingatkan tragedi kemanusiaan di perbatasan Libya-Tunisia. Komisaris Tinggi urusan Pengungsi di PBB (UNHCR) sebelumnya meminta masyarakat internasional untuk bersikap adil terhadap pengungsi Libya.
UNHCR dalam statemennya menyebutkan, sejak 20 Februari hingga kini tercatat 70-75 ribu orang lari ke perbatasan untuk menyelamatkan jiwa mereka dari kebuasan Gaddafi. Dalam statemen ini juga menyebutkan, kami tengah melobi Tunisia dan Mesir untuk bertindak mencegah terjadinya krisis kemanusiaan..
Di sisi lain, petinggi Tunisia menandaskan, dari 75 ribu pengungsi Libya tercatat 14 ribu orang berhasil melintasi perbatasan. (IRIB/Mehr/MF/AR/2/3/2011)AS dan NATO Bersiap-Siap Serang Libya?
Pangkalan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Italia tengah disiagakan guna mempersiapkan serangan ke Libya menyusul semakin terdesaknya Presiden Muammar Gaddafi menghadapi tuntutan dan protes rakyatnya.
Menteri Luar Negeri Italia, Franco Frattini, kepada televisi Sky mengatakan, "Kami menandatangani perjanjian persahabatan dengan Libya, tetapi ketika mitra perjanjian itu tidak ada lagi maka perjanjian itu juga tidak dapat diterapkan". Demikian tegas Frattini menyinggung perjanjian yang ditandatangani antara Tripoli dan Roma tiga tahun lalu.
Penggantungan perjanjian itu memungkinkan Roma ikut andil dalam operasi penjaga perdamaian di Libya yang tengah dilanda krisis. Selain itu, Italia juga dapat mengijinkan sekutu-sekutunya untuk menggunakan pangkalan militer di Italia dalam pelaksanaan operasi militer di Libya.
Berdasarkan perjanjian 2008 antara Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dan Presiden Libya Muammar Gaddafi, Italia membayar Libya sebesar lima milyar dolar untuk kompensasi pada era pemerintahan kolonial.
NATO dan Amerika Serikat memiliki sejumlah pangkalan di Italia, termasuk Armada Keenam Amerika Serikat, di Naples.
Di lain pihak, Wakil Sekretaris Pers Kementerian Luar Negeri Italia, Aldo Amati, mengatakan, "Namun hal itu (pembatalan perjanjian) tidak harus membuka kemungkinan bahwa AS atau NATO dapat melancarkan operasi militer di negara Afrika Utara dari wilayah Italia." Menurutnya, kedua hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya.
Namun sejumlah analis berpendapat bahwa pengunduran diri Italia dari perjanjian dengan Libya itu merupakan awal intervensi militer di Libya.
Berbagai laporan menyebutkan, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat mengirim ratusan penasehat militer ke Libya untuk membangun pangkalan militer di kawasan kaya minyak di timur Libya.
Laporan terbaru menyebutkan bahwa pasukan pro-Gaddafi berkonsentrasi di bagian barat negara itu dan menutup perbatasan dengan Tunisia.
Pasukan Pro-Gaddafi juga mengepung kawasan barat negara itu dan bersiap-siap merebut kembali kota Nalut dari tangan rakyat. Warga khawatir serangan tersebut segera dilancarkan. (IRIB/MZ/RM/1/3/2011)
Kini Tiba Giliran Libya
©Dina Y. Sulaeman
Berbeda dengan Mesir dan Tunisia, alasan ekonomi sepertinya sulit digunakan untuk menganalisis faktor penyebab kebangkitan rakyat Libya. Pendapatan penduduk per kapita Libya adalah US$ 14581.9. Bandingkan dengan Mesir yang hanya US$ 2015.5 dan Tunisia US$ 3680.5. Sekedar perbandingan, Indonesia masih di atas Mesir, yaitu US$ 2149.7 (data dari PBB).
Alasan bahwa Libya anti AS pun sulit dipakai, karena, meskipun Qaddafi berkali-kali bersuara keras menentang AS dan Israel, namun semua itu hanya lip service belaka. Libya diembargo AS selama 37 tahun dengan alasan “Libya mendukung terorisme”. Sejak tahun 2001, Qaddafi memperlihatkan perubahan sikap dengan menyatakan kecamannya pada aksi teror 9/11, lalu pada tahun 2002 menyatakan dukungannya pada Perang Melawan Terorisme. Tahun 2003, Qaddafi bersedia menyerahkan simpanan senjata nuklirnya kepada AS. Sejak tahun 2004, AS menghentikan embargonya dan kembali membuka kantor perwakilan diplomatiknya di Tripoli. Saat itu bahkan Bush memuji Libya, sebagai negara yang harus ditiru negara-negara pemilik nuklir lain seperti Iran dan Korea Utara.
Minimnya informasi tentang kisruh di Libya (tidak seperti di Mesir dan Tunisia), membuat banyak kemungkinan analisis yang bisa dikemukakan. Fakta bahwa dalam kasus Libya, dunia saat ini bergantung pada pemberitaan dari media-media mainstream yang sudah terbukti berkali-kali berperan penting dalam upaya penggulingan rezim di negara-negara Dunia Ketiga, seharusnya menimbulkan kecurigaan. Kita pun belum tahu, siapa yang berperan dalam mobilisasi massa. Belum ada nama tokoh oposisi Libya yang muncul ke permukaan. Berbeda dengan Mesir yang jelas-jelas sejak lama ada Ikhwanul Muslimin, atau Tunisia, yang meledak setelah ada aksi pembakaran diri seorang sarjana yang sangat sakit hati akibat ulah polisi yang menyita barang dagangan kaki limanya.
Karena informasi yang masih terlalu minim, tulisan ini akan difokuskan pada satu hal menarik dari Libya, yaitu minyak. Menurut Wall Street Journal (28 Aug 2009), Libya ternyata adalah negara dengan sumber minyak terbanyak di Afrika. Konsesi minyak Libya diserahkan kepada perusahaan-perusahaan minyak yang di antaranya sudah umum didengar telinga, British Petroleum, Shell, atau ExxonMobil. Perusahaan-perusahaan yang sama yang juga mengeruk minyak dan gas di Indonesia dan negara-negara Dunia Ketiga lainnya, yang saham terbesarnya dikuasai oleh orang-orang Zionis.
Namun yang menarik, Wall Street Journal mengeluhkan sikap Libya yang menyulitkan investor. Sejak tahun 2007, pemerintah Libya rupanya memaksa perusahaan-perusahaan minyak asing untuk menegosiasi ulang kontrak. Perusahaan yang ingin memperpanjang kontrak diharuskan membayar bonus yang sangat besar dan hanya mendapatkan hak eksplorasi yang lebih sedikit. Libya mengancam perusahaan-perusahaan itu dengan nasionalisasi bila mereka menolak syarat-syarat yang ditetapkan. Menurut Wall Street Journal, dalam kondisi seperti ini, tender hanya mungkin dimenangkan oleh perusahaan minyak yang dimiliki negara seperti Gazprom dari Rusia atau Sonatrach dari Aljazair. Artinya, perusahaan-perusahaan swasta milik pengusaha-pengusaha Zionis itu merasa tergencet.
Laporan Wall Street Journal ini sangat bersesuaian dengan doktrin lama kekuatan-kekuatan kapitalis Zionis: bila sebuah rezim mengancam kepentingan kapitalis, gulingkanlah! Lembaga-lembaga think-tank Zionis, mulai dari Freedom House, National Democrat Institute, International Republican Institute, USAID, hingga LSM-LSM swasta yang didanai milyarder Zionis macam Open Society-nya George Soros sudah terbukti menjadi dalang dari upaya-upaya penggulingan rezim (baik yang sudah berhasil maupun belum) di Serbia, Georgia, Ukraina, Kyrgyzistan, Nikaragua, Myanmar, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Palestina, Lebanon, dan Iran. Tentu saja, upaya ‘pemberian bantuan’ untuk penggulingan rezim di sebuah negara bukan mereka lakukan dengan niat tulus membebaskan rakyat dari kediktatoran sebuah rezim, tapi semata-mata demi memuluskan jalan bagi korporasi-korporasi transnasional milik Zionis.
Tentu, tulisan ini bukan untuk membela Qaddafi yang jelas-jelas diktator itu. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa ternyata ada banyak jenis kroni AS-Zionis. Ada yang budak dalam arti seutuhnya, tunduk patuh pada apapun kata Sang Tuan, macam Ben Ali atau Hosni Mobarak, sampai-sampai rakyat mereka hidup miskin. Ada pula yang berwujud diktator, macam Qaddafi, tetapi masih berani bermulut besar di depan Barat sehingga rakyatnya tetap punya uang sekitar 14.000 dolar pertahun. Ada pula yang menjaga citra sebagai pemimpin yang ramah dan demokratis, namun sesungguhnya lewat tangannyalah kekayaan alam negaranya diobral habis kepada korporasi AS-Zionis. Dan manusia merdeka, tak seharusnya tunduk pada kroni AS-Zionis, dalam wujud apapun.
mainsource:http://dinasulaeman.wordpress.com/2011/02/25/kini-tiba-giliran-libya/#more-614
0 comments to "Setelah berteman dengan Pemimpin diktator Libya Muammar Gaddafi, kemudian ditinggal oleh Zionis, hartanyapun di blokir..Inilah Zionis" Munafiq Besar""