Menteri Pertahanan Republik Islam Iran Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan, prestasi Iran di sektor pertahanan udara luar biasa.
Seraya menyinggung peringatan Hari Angkatan Bersenjata Iran pada tanggal 18 April, Vahidi menuturkan, "Militer telah membuat kemajuan yang baik dalam segala kekuatannya. Angkatan Udara telah berhasil menorehkan prestasi luar biasa dalam meningkatkan kemampuan." IRNA melaporkan pada hari Senin (18/4).
"Angkatan Darat telah mencapai tingkat kesiapan prima dan Angkatan Laut juga telah menunjukkan kemampuannya di tingkat global," tambahnya.
Menyinggung berbagai produk baru militer Iran, Vahidi mengatakan, semua prestasi itu akan ditampilkan pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata Iran.
Sejak kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, negara ini telah memulai kampanye untuk kemandirian dalam industri pertahanan dan meluncurkan proyek-proyek militer.
Iran menegaskan bahwa kekuatan militernya bukan ancaman bagi negara lain dan doktrin pertahanan negara didasarkan pada pertahanan. (IRIB/RM/SL/18/4/2011)Panglima Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Jenderal Ataollah Salehi dalam pesannya kepada pasukan multinasional, mengatakan, militer Iran adalah pencegah pihak arogan dan pengayom seluruh negara regional.
Sebagaimana dilaporkan IRNA, Senin (18/4), Jenderal Salehi di sela-sela perayaan hari Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, menuturkan, Iran senantiasa menunjukkan kesiapannya untuk membantu seluruh negara sahabat dalam bidang budaya, politik dan militer.
Dia mengingatkan bahwa sama sekali tidak ada negara yang merasakan invasi dan hegemoni Iran. Sementara pasukan multinasional menduduki negara-negara lain. Ditegaskannya, "Uniknya, Barat menyebut Iran yang melindungi hak negara-negara lemah sebagai pihak yang mengintervensi urusan negara lain."
Menyinggung kehadiran militer Amerika Serikat di negara-negara regional dalam beberapa hari terakhir, Jenderal Salehi menandaskan, AS mengkhawatirkan kehilangan para sekutunya di kawasan, karena itu, Washington membiarkan mereka terlelap selama ini. Ditambahkannya, sekarang perbincangan terkait kebangkitan Islam. Rakyat tengah bangkit dan kepentingan AS berada dalam bahaya.
"AS takut terhadap kebangkitan bangsa-bangsa. Militer dan politikus negara-negara kawasan mulai sadar dan memahami bahwa pihak arogan mengamankan kepentingannya di negara-negara lain melalui ancaman dan konsesi," jelasnya.
Berbicara tentang masa depan perkembangan di kawasan, Jenderal Salehi mengatakan, kemenangan akan menjadi milik umat Islam yang bangkit hari ini dan melawan kezaliman global. (IRIB/RM/SL/18/4/2011)Seorang komandan senior Iran mengatakan, tekanan Washington terhadap Republik Islam Iran telah mengubah negara ini menjadi sebuah model yang menginspirasi gerakan rakyat melawan rezim dukungan Amerika Serikat di Timur Tengah.
Tekanan Washington terhadap program nuklir damai Iran dan kegagalan sanksi dukungan AS, menunjukkan kekuatan luar biasa sistem Islam dalam mempengaruhi bangsa-bangsa Timur Tengah, tegas Brigjend. Mohammad Reza Naqdi pada konferensi pers di ibukota Iran, Tehran pada hari Ahad (17/4).
Seraya menguraikan reaksi Barat atas gelombang kebangkitan Islam di kawasan, Naqdi mengatakan, pada tahap pertama, arogansi global berupaya menumpas gerakan rakyat melalui tindakan keras dan perang psikologis.
"Barat kemudian mencoba tahap kedua yaitu, perang Arab-Iran dan konflik Sunni-Syiah untuk menyimpangkan alur gerakan. Namun, kebangkitan Islam telah menyatukan kekuatan," tambahnya.
"Amerika sekarang mencoba untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang aspek gerakan bangsa-bangsa regional guna memperlambat kemenangan rakyat," jelasnya.
Lebih lanjut, Naqdi mengingatkan bahwa pada saat yang sama, Amerika berusaha untuk menyusupkan tentara bayaran dan mantan agen rezim, yang berpura-pura membelot, ke dalam barisan revolusioner. Langkah ini bertujuan membajak gerakan bangsa-bangsa.
Dalam beberapa bulan terakhir, gelombang revolusi dan protes anti-pemerintah telah melanda dunia Arab. Pada bulan Januari, sebuah revolusi di Tunisia mengakhiri kekuasaan 23 tahun mantan Presiden Zine El Abidine Ben Ali.
Pada bulan Februari, revolusi lain di dunia Arab berhasil menumbangkan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak, setelah tiga dekade menjalankan pemerintahan otoriter.
Revolusi lainnya juga meletus di Libya, Yaman dan Bahrain. Kini, gerakan anti-pemerintah bahkan melanda Arab Saudi, Yordania, Oman, Kuwait dan Aljazair. (IRIB/RM/SL/18/4/2011)Perdana Menteri rezim Zioni Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan kekhawatirannya atas sikap anti-Zionis yang ditujukan oleh para pemimpin baru Mesir. Pernyataan ini dilontarkan lebih dari dua bulan setelah revolusi Mesir yang menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak yang pro-Israel.
Di tengah pertemuan para duta besar Uni Eropa di Yerusalem, timur al-Quds pekan lalu, Netanyahu mengatakan beberapa suara yang terdengar dari Kairo menunjukkan permusuhan terhadap Tel Aviv. Netanyahu menyatakan ia sangat prihatin atas pernyataan terakhir yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Mesir Nabil El Arabi. Para diplomat tinggi Kairo bersama sejumlah pejabat senior lainnya, dilaporkan telah menyebut Israel sebagai musuh Mesir.
Belum lagi, El Arabi menegaskan bahwa Mesir siap untuk mempromosikan hubungan antara Tehran dan Kairo. Dalam konferensi pers pertamanya sebagai menteri luar negeri Mesir, El Arabi menuturkan, Kairo siap untuk membuka lembaran baru dengan Republik Islam Iran. Menurut El Arabi, pemerintah Mesir tidak melihat Iran sebagai negara musuh dan kedua negara juga memiliki hubungan historis yang mengakar.
Kekhawatiran Netanyahu juga disuarakan oleh beberapa pejabat senior Israel lainnya. Statemen itu dikeluarkan menyusul demonstrasi anti-Israel, yang digelar di luar kedutaan Israel di Kairo serta konsulat Zionis di kota Iskandariyah, selama beberapa pekan terakhir. Pada tanggal 8 April, lebih dari satu juta pengunjuk rasa berkumpul di Bundaran Tahrir, mendesak penguasa militer untuk mencabut blokade Jalur Gaza. Para demonstran juga menyerukan pemutusan hubungan diplomatik dan pengusiran duta besar Israel dari Mesir.
Kini, Mesir menganggap Israel sebagai musuhnya dan memperingatkan Tel Aviv soal serangan mereka ke Jalur Gaza. Menyangkut kemungkinan hubungan ekonomi dengan Tel Aviv, Menteri Keuangan Mesir Samir Radwan menekankan bahwa Kairo tidak membutuhkan investasi dari musuh.
Transformasi itu terjadi hanya dalam dua bulan pasca tumbangnya diktator Mesir dan rezim pro-Barat. Mubarak selama masa kepemimpinannya di Mesir, senantiasa menjalin kerjasama dengan Israel, khususnya terkait blokade Jalur Gaza dan serangan ke kawasan itu. Perkembangan terbaru juga menyebutkan bahwa menlu Mesir akan segera melakukan kunjungan ke Jalur Gaza. Media-media regional melaporkan bahwa Nabil El Arabi membuat keputusan itu demi menyatakan solidaritas seluruh rakyat Mesir dan para pemimpin Kairo kepada warga Gaza, setelah empat tahun blokade.
Dalam pertemuannya dengan Ekmeleddin Ihsanoglu, Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI), El Arabi menyatakan bahwa negaranya akan berupaya maksimal untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. OKI sendiri mendukung keputusan serius pemerintah Kairo untuk membuka pintu Rafah dan menyalurkan bantuan ke kawasan. Menurut sejumlah pengamat Palestina, Israel dari segi politik, strategi, militer dan ekonomi akan menjadi pecundang pertama revolusi di kawasan. (IRIB/RM/SL/18/4/2011)Republik Islam Iran telah menunjuk Ali Akbar Sibouyeh sebagai duta besar pertamanya di Mesir setelah 30 tahun vakum.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita Mashregh News kemarin (Senin, 18/4) penunjukan Sibouyeh itu merupakan hasil dari negosiasi antara Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi dan rekannya dari Mesir Nabil al-Arabi.
Dubes baru Iran untuk Mesir itu telah memegang berbagai posisi di Kementerian Luar Negeri Iran selama 28 tahun. Pada tahun 1990-an ia memimpin divisi penerjemahan kementerian luar negeri Iran dan kemudian diangkat sebagai Kuasa Usaha Kedutaan Besar Iran di Tunisia selama empat tahun.
Penunjukkan Ali Akbar Sibouyeh sebagai dubes baru Iran itu berlangsung bersamaan dengan mencairnya kembali hubungan Tehran-Kairo setelah revolusi rakyat Mesir berhasil menumbangkan diktator Hosni Mubarak.
Segera setelah diangkat sebagai menteri luar negeri Mesir, Nabil al-Arabi menyerukan normalisasi hubungan dengan Iran. Ia mengatakan Kairo berkomitmen untuk berusaha meningkatkan hubungan dengan Tehran yang sempat membeku.
Ahad lalu (17/4), Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Amal Mesir Magdi Hussein. Lawatan tersebut merupakan undangan untuk memperkuat hubungan antara kedua negara Muslim tersebut.
Pasca-revolusi Mesir, Kairo mulai membuka lembaran baru hubungannya dengan Republik Islam Iran. Menlu Mesir Nabil al-Arabi, mengatakan negaranya akan menjadi saksi sebuah fase baru dalam hubungannya dengan Iran.
Iran memutuskan hubungan dengan Mesir setelah Kairo menandatangani perjanjian damai dengan rezim Israel yang dikenal sebagai kesapakatan Camp David 1978 dan memberika suaka kepada raja terguling Iran Mohammad Reza Pahlevi.(irib/19/4/2011)Jurubicara Departemen Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast menegaskan, pernyataan Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) bertujuan menyesatkan opini publik dan menciptakan krisis di sejumlah negara regional.
Menanggapi pernyataan para menteri luar negeri negara-negara anggota PGCC di Riyadh Ahad lalu (17/4) yang menuding Tehran telah melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri negara-negara PGCC, Mehmanparast menyatakan, "Sungguh mengherankan pernyataan yang mengatasnamakan PGCC itu menuding Iran telah mengintervensi persoalan regional, sementara di saat yang sama pasukan militer sejumlah negara anggota organisasi ini mencampuri urusan internal negara tetangganya dengan mengabaikan seluruh hukum dan konvensi internasional".
Jubir deplu Iran itu menilai, tudingan palsu anti-Iran yang termuat dalam pernyataan akhir PGCC merupakan klaim yang sama sekali tidak berdasar dan tidak bisa diterima. Ia menyebut tudingan itu sebagai upaya untuk menyesatkan opini masyarakat internasional terhadap aksi militeristik dan memancing krisis segelintir negara regional.
Mehmanparast menambahkan, surat menteri luar negeri Iran kepada sekjend PBB mengenai situasi akhir di Bahrain sejatinya terkait dengan kenyataan ini dan muncul dari kekhawatiran Tehran atas tindakan militeristik sejumlah negara yang menjadi pengacau keamanan dan stabilitas regional.
Lebih lanjut jubir deplu Iran itu memaparkan, dengan memperhatikan perkembangan kerjasama Iran degan negara-negara tetangga di kawasan Teluk Persia menunjukkan bahwa pernyataan PGCC itu tidak mencerminkan pandangan seluruh negara-negara anggota organisasi tersebut dan yang patut disesalkan sepertinya sejumlah anggota PGCC berusaha memanfaatkan nama organisasi ini untuk merealisasikan ambisinya sendiri".
PGCC adalah kelompok negara meliputi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Oman, dan Kuwait.(irib/19/4/2011)
Angkatan Darat Republik Islam Iran telah menggelar pawai besar untuk menampilkan kemampuan pertahanan mereka dan kesiapan militer pada Hari Angkatan Bersenjata Iran.
Angkatan Bersenjata Iran kembali menampilkan kekuatan untuk meyakinkan bangsa bahwa mereka siap mempertahankan integritas teritorial Iran.
Hadir dalam peringatan tersebut Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan sejumlah petinggi militer, termasuk Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Mayjend Hassan Firouzabadi, Komandan Angkatan Darat Jenderal Ataollah Salehi, Menteri Pertahanan Ahmad Vahidi dan Kepala Polisi Iran Esmail Ahmadi Moghaddam.
Dalam pidato sambutannya, Ahmadinejad mengecam Amerika Serikat, karena berupaya menebar perselisihan antara pemerintah dan bangsa. Dikatakannya, AS sedang mencoba untuk mengobarkan perang di kawasan demi memasarkan senjata.
"AS bahkan berbalik melawan sekutu tradisionalnya untuk memajukan kepentingannya sendiri. Namun, bangsa-bangsa regional sedang berusaha menciptakan Timur Tengah baru tanpa kehadiran Amerika," tegasnya.
Iran telah menorehkan prestasi besar di sektor militer selama beberapa tahun terakhir, dan mencapai swasembada dalam beberapa bidang di industri pertahanan. (IRIB/RM/SL/18/4/2011)Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad menyatakan, "Militer Iran adalah pasukan paling merakyat, kuat, mulia, dan dicintai."
IRNA melaporkan, hal itu dikemukakan hari ini (18/4) oleh Ahmadinejad pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata Iran yang digelar di dekat makam Imam Khomeini, di Tehran. Dijelaskannya, "Militer yang berjalan di atas jalur kepemimpinan rahbari, tidak akan terkalahkan."
Dikatakannya, "Kita bersyukur kepada Allah swt karena selama 32 tahun, militer dan para tentara Iran berhasil melalui banyak rintangan di berbagai medan, berkat kepatuhan mereka kepada Rahbar."
Presiden Iran itu lebih lanjut menjelaskan, "Peran militer dan Angkatan Darat dalam menjaga independensi, kemuliaan, dan kehormatan negara, merupakan peran yang sangat istimewa."
Menyinggung era Perang Pertahanan Suci dalam melawan agresi tentara rezim Saddam Hossein, Ahmadinejad menyebutnya sebagai era introspeksi diri dan identitas militer, serta era pembuktian kemurnian, keberanian, dan kepahlawanan militer.
"Alhamdulillah berkat dan dengan memanfaatkan pengalaman pada Perang Pertahanan Suci dan berbagai perisitiwa penting di kawasan dalam beberapa tahun terakhir, kini militer Iran menjadi kekuatan yang percaya diri, kokoh, mukmin, dan tidak terkalahkan," tambah Ahmadinejad.
Ahmadinejad juga menyampaikan terima kasihnya yang mendalam kepada seluruh panglima militer, perwira, dan para tentara Iran yang beriman kepada Allah swt, mencintai negara, dan mematuhi Rahbar, atas upaya tanpa lelah mereka mempertahankan kemuliaan, kebudayaan, agama, tujuan, serta integritas bangsa.
Di bagian lain pernyataannya, Ahmadinejad menyatakan bahwa Iran bangga karena dewasa ini Angkatan Bersenjata Iran telah mencapai swasembada dalam persenjataan maupun perlengkapan logistik. (IRIB/MZ/19/4/2011)
0 comments to "Militer Negara Islam Capai Kemajuan Hebat " Pencegah Musuh, Pengayom Sahabat ""