Komunitas Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) yang berpusat di Jawa Timur menyatakan keprihatinannya atas diskriminasi atas kelompok Syiah di Sampang. Koordinator Presedium JIAD, Aan Anshori ketika dihubungi IRIB menjelaskan, "JIAD adalah komunitas independen yang melibatkan para santri, masyarakat NU dan aktivis LSM di Jawa Timur. Komunitas didirikan untuk menentang segala bentuk diskriminasi." Sebagaimana dirilis situs resmi JIAD, komunitas ini mengeluarkan pernyataan yang menyikapi peristiwa yang terjadi di Sampang. Berikut ini adalah pernyataan pers JIAD: Siaran Pers Jaringan Islam Anti Diskriminasi Jawa Timur Terkait Pengusiran Komunitas Syi'ah di Desa Karang Gayam Omben Sampang Madura Siaran Pers Jaringan Islam Anti Diskriminasi Jawa Timur Setelah kelompok Ahmadiyah, kini target persekusi atas nama keyakinan kembali menimpa komunitas Syiah di desa Karang Gayam Omben Sampang. Sebanyak lebih dari 100 warga Syiah terancam diusir dari desa tersebut karena dianggap sesat. Upaya teror dan intimidasi berupa penyesatan kerap diterima komunitas tersebut. Kondisi warga Syiah Sumenep semakin terancam saat salah satu anggota Badan Silaturahmi Ulama Madura (BASRA) KH. Kholil Halim mendesak agar kelompok Syiah kembali ke ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah mainstream. Jika desakan tersebut tidak dipatuhi, BASRA memberikan 2 opsi kepada komunitas Syiah; pertama meminta agar meninggalkan Sampang tanpa disertai ganti rugi lahan/asset apapun. Kedua, akan dilakukan persekusi terhadap komunitas Syi'ah. Menyikapi hal tersebut, Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur menyatakan sikap sebagai berikut: 2. Mendesak kepada Kapolda Jawa Timur, Irjend (Pol) Untung S Radjab untuk secara sungguh-sungguh memberikan jaminan keamanan terhadap warga Syiah dan harta benda mereka serta segera menangkap aktor intelektual dibalik serangkaian penyerangan terhadap komunitas Syiah di Jawa Timur. 3. Menuntut kepada Gubernur Jawa Timur dan Bupati Sampang agar bersungguh-sungguh konsekuen menjalankan amanat konstitusi dalam memberikan jaminan kebebasan beragama/berkeyakinan di Jawa Timur dan Sampang. 4. Meminta kepada PWNU Jawa Timur untuk segera melakukan upaya preventif agar konflik sunni-syiah tidak meluas 5. Mendesak kepada seluruh elemen di wilayah Sampang untuk mengedepankan dialog dalam masalah ini untuk merumuskan solusi yang tidak melanggar hak asasi dalam beribadah/berkeyakinan. Surabaya, 8 April 2011 (IRIB/AR/PH/10/4/2011) |
Benarkah Masyarakat NU Menolak Syiah di Sampang? Kepolisian Sampang, Madura, menolak desakan sejumlah tokoh untuk mengusir warga Syiah dari wilayah itu. Hal ini disampaikan pimpinan Syiah di Sampang, Tajul Muluk yang kini berlindung di kantor polisi setelah menerima ancaman sejumlah tokoh yang ingin mengusir warga penganut Syiah. Tajul Muluk menambahkan, "Di luar aparat kepolisian banyak unsur negara yang justru mendukung pengusiran warga Syiah dari Sampang." Sebelumnya, warga Desa Karang Gayam, Omben, Sampang menuntut referendum untuk mengusir pengikut Syiah. Tokoh Syiah Sampang, Tajul Muluk, menyatakan "Komunitas Syiah di Sampang hampir setiap hari mendapatkan teror. Padahal mereka sudah menghentikan semua aktivitas Syiah." Sebagaimana dilaporkan situs KBR68H , Tajul Muluk yang juga Ketua Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia atau IJABI, mengatakan polisi akan memfasilitasi pertemuan lanjutan tokoh Syiah dengan sejumlah pihak pada hari Senin. Pertemuan itu bakal dihadiri perwakilan pemerintah setempat, Majelis Ulama Indonesia Sampang dan tokoh-tokoh agama. Sebelumnya, warga yang menganut ajaran Syiah di Sampang Madura menerima intimidasi dari sejumlah tokoh. Mereka dipaksa agar meninggalkan keyakinan Syiah. Jika menolak, mereka bakal diusir keluar dari Sampang tanpa ada ganti rugi atas aset-aset milik mereka. Dilaporkan pula, Kapolda Jawa Timur Irjend Untung S Radjab menggelar pertemuan tertutup dengan Bupati Sampang, para Muspida dan alim Ulama di Pendopo Bupati Sampang, Selasa (05/4). Pertemuan itu bertujuan meredam konflik antara warga NU di Sampang dengan tokoh Syiah yang saat ini sudah diamankan oleh aparat keamanan. Tampak hadir pada pertemuan tersebut Bupati Sampang H Noer Tjahja didampingi Wakil Bupati Drs K A Fannan Hasib serta jajaran Muspida Sampang. Dari kalangan alim ulama, hadir Ketua PCNU Sampang KH Muhaimin Abd Bari, Rais Syuriah NU KH Syafiduddin Abd Wahid, Ketua MUI Sampang KH Bukhori Maksum, KH Zubaidi Muhammad, KH Ghazali Muhammad serta beberapa ulama lainnya. "Kedatangan saya ke Sampang untuk mengingatkan warga masyarakat terutama para tokoh dan alim ulama, agar memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tetap berperilaku sopan, sabar, rukun dan damai. Kalau semua bisa intropesksi diri, Insya Allah Sampang akan aman," kata Kapolda Jawa Timur Irjend Untung S Radjab usai pertemuan. Irjend Untung S. Radjab menjelaskan, konfllik yang terjadi antara warga NU dengan tokoh Syiah di Sampang, harus diselesaikan secara damai tanpa kekerasan. Apa Kata Ketua NU Soal Syiah? "Secara konstitusional, paham Syiah di Indonesia tidak dilarang, tapi di kalangan warga NU, Syiah tidak bisa disatukan ibarat air dan minyak," tandas KH Bukhori. Sementara itu, Tajul Muluk dalam penjelasannya yang dikutip situs KBR68H mengatakan, " Di dalam kesepakatan itu, saya memberikan syarat kepada mereka, kami siap untuk menghentikan semua aktivitas dengan syarat tidak ada penyesatan terhadap Syiah. Dan mereka menerima kesepakatan itu. Tapi pada kenyataannya di lapangan, mereka tetap masih menyesat-nyesatkan Syiah dan mengkafirkan Syiah." Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia belum lama ini, menggelar diskusi yang bertema "Merajut Ukhuwah Islamiyah di Tengah Pluralitas Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia. " Diskusi itu bertempat di kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia Jl. Proklamasi Jakarta Pusat dengan melibatkan tokoh-tokoh agama di tingkat nasional seperti Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. K. H. Aqiel Siradj, Dr. K.H. Qureisy Shihab. Ketua PBNU, Prof. Dr. K.H. Aqiel Siradj juga menjadi salah satu pembicara inti dalam diskusi itu. Prof Aqiel Siradj mengulas pandangannya yang bertema, ‘Menjaga, Memelihara dan Merawat Ukhuwah Islamiyah." Beliau mencontohkan masa Nabi. Dikatakannya, " Di masa Nabi ada pluralitas keyakinan, dan tetap dilindungi dan dihormati." Prof Aqiel Siradj dalam ulasannya menjadikan Piagam Madinah sebagai dasar kebersamaan dan apresiasi. Lebih Lanjut Aqiel Siradj yang juga pimpinan organisasi Islam terbesar di Indonesia, menawarkan empat kiat untuk melangkah seperti yang dilakukan Rasulullah Saw dalam Piagam Madinah. Dikatakannya, "Kiat pertama, memahami orang lain. Kiat kedua, mengembangkan dan melestarikan tradisi. Ketiga, menjaga komitmen kemanusiaan dalam berbangsa dan bernegara. Keempat, memahami ideologi lain." Prof Aqiel Siradj dalam pernyataannya di diskusi yang bertema Ukhuwah Islamiyah itu menyayangkan kekerasan yang seringkali dilakukan. Padahal menurut Aqiel Siradj, perbedaan adalah hal yang diciptakan Allah, bahkan bagian dinamika kehidupan. Lebih lanjut Prof Aqiel Siradj mengaku kagum atas mazhab Syiah yang melahirkan intelektual-intelektual luar biasa dan tetap berpegang teguh pada keyakinan agama. Siaran Pers JIAD Sebagaimana dirilis situs resmi JIAD, komunitas ini, hari Jumat (8/4) mengeluarkan siaran pers yang menyikapi peristiwa yang terjadi di Sampang. Berikut ini adalah pernyataan pers JIAD: Siaran Pers Jaringan Islam Anti Diskriminasi Jawa Timur Terkait Pengusiran Komunitas Syi'ah di Desa Karang Gayam Omben Sampang Madura Siaran Pers Jaringan Islam Anti Diskriminasi Jawa Timur Setelah kelompok Ahmadiyah, kini target persekusi atas nama keyakinan kembali menimpa komunitas Syiah di desa Karang Gayam Omben Sampang. Sebanyak lebih dari 100 warga Syiah terancam diusir dari desa tersebut karena dianggap sesat. Upaya teror dan intimidasi berupa penyesatan kerap diterima komunitas tersebut. Kondisi warga Syiah Sumenep semakin terancam saat salah satu anggota Badan Silaturahmi Ulama Madura (BASRA) KH. Kholil Halim mendesak agar kelompok Syiah kembali ke ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah mainstream. Jika desakan tersebut tidak dipatuhi, BASRA memberikan 2 opsi kepada komunitas Syiah; pertama meminta agar meninggalkan Sampang tanpa disertai ganti rugi lahan/asset apapun. Kedua, akan dilakukan persekusi terhadap komunitas Syi'ah. Menyikapi hal tersebut, Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur menyatakan sikap sebagai berikut: 1. Mengecam keras aksi intoleransi yang dilakukan oleh MUI, BASRA dan kelompok-kelompok lain terhadap komunitas Syiah. Upaya meng-Ahmadiyah-kan Syiah merupakan gerakan sistematis dari kelompok yang anti-Pancasila dan berniat mengganti ideologi bangsa ini menjadi berkiblat pada keyakinan tertentu. Di Jawa Timur gerakan ini setidaknya telah beberapa kali melakukan penyerangan terhadap komunitas Syiah antara lain di Bondowoso (2008), Sampang (2007), dan terakhir di Pasuruan (2011) 2. Mendesak kepada Kapolda Jawa Timur, Irjend (Pol) Untung S Radjab untuk secara sungguh-sungguh memberikan jaminan keamanan terhadap warga Syiah dan harta benda mereka serta segera menangkap aktor intelektual dibalik serangkaian penyerangan terhadap komunitas Syiah di Jawa Timur. 3. Menuntut kepada Gubernur Jawa Timur dan Bupati Sampang agar bersungguh-sungguh konsekuen menjalankan amanat konstitusi dalam memberikan jaminan kebebasan beragama/berkeyakinan di Jawa Timur dan Sampang. 4. Meminta kepada PWNU Jawa Timur untuk segera melakukan upaya preventif agar konflik sunni-syiah tidak meluas 5. Mendesak kepada seluruh elemen di wilayah Sampang untuk mengedepankan dialog dalam masalah ini untuk merumuskan solusi yang tidak melanggar hak asasi dalam beribadah/berkeyakinan. (IRIB/AR/10/4/2011)Awas! Opini Negatif Serang Indonesia Bangsa Indonesia diminta mewaspadai munculnya informasi negatif dari luar negeri. Beberapa berita miring dilansir sejumlah media internasional bukanlah informasi biasa, melainkan sebuah ancaman serius. Seperti diberitakan koran Sindo, peringatan ini disampaikan sejumlah pengamat dan politisi. Pengamat pertahanan Wawan Purwanto misalnya menilai berita tentang pariwisata Bali maupun informasi WikiLeaks sebagai informasi tendensius dan politis dengan target untuk menimbulkan instabilitas politik di Indonesia. "Berita-berita itu jelas politis sekali," kata Wawan dalam sebuah kesempatan. Pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Widjajanto juga menilai, informasi negatif yang disebarkan media internasional sebagai bagian dari perang. Dia menyebut, sejak berakhirnya perang dingin model perang konvensional atau peperangan dengan menggunakan cara-cara militer sudah bergeser ke peperangan model baru. Model peperangan seperti ini biasa disebut sebagai perang asimetris (asymmetric warfare). "Efek perang model baru seperti ini sangat luar biasa. Kerugiannya tidak sebatas fisik, tapi juga merusak sendi-sendi kehidupan bangsa yang lain," kata Andi saat dihubungi SINDO. Menurut dia, perang asimetris merupakan suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim dan di luar aturan peperangan yang berlaku dengan spektrum perang yang sangat luas. Sekarang ini lini pertempuran sudah bergeser ke lini informasi.Bombardir informasi akan membentuk citra yang tertanam di kawasan lawan dan akan melemahkan posisi lawan. "Teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat dan menduduki peranan utama dalam kehidupan sehari- hari. Karena itu, teknologi informasi telah menjadi sesuatu yang bernilai sekaligus dapat menjadi senjata perusak," ungkapnya. Berdasarkan data yang dia himpun, Indonesia sebenarnya sudah lama dijadikan sasaran perang asimetris. Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Indonesia terus melakukan perang asimetris terhadap pendudukan Belanda hingga 1950, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), krisis Timor-Timur, Gerakan Pengacau Keamanan di Papua, dan lainnya. Dia menyebut, kehancuran Uni Soviet pascaperang dingin yang memuncak pada 1980-an terjadi tidak secara alamiah. Negeri Beruang Merah itu kalah karena Amerika Serikat (AS) melancarkan perang asimetris. Andi Widjajanto menjelaskan, AS dan negara-negara Barat pandai memainkan strateginya dalam perang informasi yang lebih bersifat psychological warfare. "Secara ideologi, kemunculan glasnost dan perestroika sudah berhasil menyerang ideologis komunis yang telah lama menjadi perekat kesatuan Soviet," katanya.(irib/7/4/2011)Cahaya Cemerlang al-Qur’an Al-Qur'an, kitab suci umat Islam dan mukjizat abadi Rasulullah saw memuat hikmah dan ajaran Ilahi bagi kebahagiaan umat manusia. Al-Qur'an juga menjadi tolok ukur ideologi benar dan batil. Keindahan kalimat, muatan dan kefasihan al-Qur'an memiliki daya tarik sendiri. Oleh karena itu, al-Qur'an sejak dahulu hingga kini tetap menjadi sumber pengetahuan manusia. Al-Qur'an dari satu sisi menjadi rujukan bagi para ulama dan cendikiawan dan dari sisi lain merupakan pemikat hati-hati orang beriman. Kita suci ini juga memuat ajaran sosial dan politik. Cerita-cerita umat terdahulu yang dibawakan al-Qur'an menjadi tauladan bagi umat masa kini. Al-qur'an bukan hanya kitab petunjuk dan hidayah, namun juga kitab politik, sains serta kehormatan. Keistimewaan al-Qur'an terletak pada keterjagaannya dari segala bentuk tahrif dan penyelewengan sejak pertama kali diturunkan hingga hari Kiamat nanti. Ini adalah sisi mukjizat abadi al-Qur'an. Kitab suci ini diturunkan dengan memuat prinsip dan ajaran suci kehidupan bagi seluruh umat manusia. Ayat-ayat al-Qur'an dengan nyata menyebut undang-undang kehidupan ini diturunkan oleh kekuatan mutlak yang memahami semua lika-liku makhluk hidup serta kebutuhan mereka. Undang-undang ini tidak terpengaruhi oleh perubahan zaman dan kejadian alam. Allah Swt setelah Taurat dan Injil menurunkan al-Qur'an bagi umat manusia. Dalam ayat 92 surat al-An'am, Allah berfirman, "Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya." Sejak pertama diturunkan, al-Qur'an telah berhasil memikat hati-hati yang suci. Al-Qur'an juga berhasil mendidik masyarakat tak beradab dengan ajarannya sehingga menjadi masyarakat yang memiliki peradaban tinggi. Sementara itu, sejumlah orang kafir yang mementingkan kepentingan pribadinya berusaha mencegah lajunya pengaruh al-Qur'an dengan menyebutnya sebagai dongeng. Tak hanya itu, mereka juga mengklaim mampu membuat ayat-ayat seperti yang terdapat di al-Qur'an karena menurutnya apa yang terdapat di kitab suci ini tak lebih dari syair-syair buah karya Muhammad. Orang-orang kafir ini sengaja menutup mata mereka, padahal Muhammad dikenal sebagai seorang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), bagaimana ia mampu menelurkan sebuah karya maha besar dan menulisnya menjadi sebuah kitab. Di sisi lain, al-Qur'an menantang mereka yang ingkar untuk membuat sebuah ayat seperti di kitab suci ini. Di surat al-Baqarah ayat 23 disebutkan, "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."
Meski kebesaran al-Qur'an adalah hal pasti, namun terdapat orang-orang yang memilih menyingkir dari hidayah kitab suci ini dan lebih memilih hidup dalam kegelapan. Selain itu, terdapat orang-orang ingkar yang berusaha menyaingi al-Qur'an dan membuat ayat-ayat untuk menandingi kitab suci umat Islam tersebut. Namun, lagi-lagi sejarah membuktikan upaya orang-orang ini senantiasa menemui kegagalan. Upaya terbaru yang dilakukan pengingkar al-Qur'an adalah tindakan brutal seorang pendeta fanatik Amerika Serikat, Terry Jones. Jones beberapa bulan lalu menyatakan akan membakar al-Qur'an bertepatan peringatan peristiwa 11 September 2001. Namun akhirnya Jones terpaksa membatalkan rencana busuknya setelah mendapat penentangan luas dari umat Islam di seluruh dunia. Namun demikian pendeta asal AS ini kembali melakukan tindakan brutal pada Maret lalu dengan membakar al-Qur'an. Sejatinya tindakan Jones tersebut merupakan buah dari program terencana Islamphobia yang gencar dilancarkan Barat. Di sisi lain, Islamphobia bukan fenomena baru di Barat, namun kini strategi ini kini memiliki dimensi baru dan dikemas dalam aksi diskriminasi yang diterapkan negara-negara Barat terhadap umat Islam. Puncaknya adalah aksi pembakaran Kitab Suci umat Islam baru-baru ini oleh pendeta Kristen di Amerika Serikat. Sementara itu para pengamat Amerika termasuk Victoria Clark menilai tindakan Jones membakar al-Qur'an semata-mata ditujukan untuk meraih popularitas dan uang. Seraya menyodorkan list kelompok-kelompok sesat di Amerika, Clark menandaskan bahwa Jones melakukan pembakaran al-Qur'an untuk menarik jemaat di gerejanya. Sejumlah pengamat memiliki pandangan berbeda saat menyikapi tindakan Jones. Mereka menyebut aksi ini malah menunjukkan kelemahan musuh Islam dalam menghadapi kitab suci paling rasional yang berhasil memukau umat manusia. Aksi-aksi seperti ini di sisi lain malah kian menarik manusia untuk mempelajari Islam. Maraknya kecenderungan terhadap Islam di Eropa dan AS serta kebangkitan Islam di negara-negara muslim merupakan dalih lain bagi gerakan Zionis-AS untuk menghina kesucian Islam. Dengan demikian Barat berusaha membendung fenomena kecenderungan terhadap Islam di negara mereka dan menghalagi umat Islam untuk kembali kepada ajaran suci dan murninya. Mayoritas media massa Barat mengakui gelombang kecenderungan Islam di AS dan Eropa. Menurut laporan Koran Independent, kencenderungan warga kulit putih Inggris dan AS terhadap Islam di tahun-tahun terakhir mengalami peningkatan drastis meski Barat gencar menyebarkan propaganda anti Islam. Data statistik jumlah warga muslim di Inggris sepuluh tahun lalu tercatat 14.000 orang, namun kini jumlah tersebut meningkat drastis menjadi 100 ribu orang. Koran New York Times beberapa waktu lalu dalam laporannya menyebutkan laju kecenderungan pada Islam di Amerika. Koran ini menulis kenaikan jumlah umat Islam di Negara Paman Sam ini setiap tahunnya tercatat 200 ribu orang. Saat ini jumlah warga muslim di Inggris mendekati angka tiga juta jiwa dan di AS sekitar 8 juta. Musuh-musuh Islam berusaha menutupi citra sejati Islam di mata dunia. Terry Jones jika bersungguh-sungguh bersedia mempelajari Islam, maka ia akan mendapatkan bahwa Islam dan Kristen memiliki kesamaan dalam sejumlah prinsip, karena kedua agama ini memiliki satu sumber yaitu sama-sama agama samawi. Dr. Gary Miller, jemaat Kristen yang taat dan aktivis Gereja setelah menyaksikan maraknya kecenderungan pada Islam di Barat bertekad mempelajari Islam dengan harapan dapat menemukan kesalahan pada Kitab Suci ini. Ia mengatakan,"Saat diriku mulai membaca al-Qur'an dengan harapan dapat menemukan kesalahannya, namun semakin membaca kitab suci ini hatiku malah semakin tertarik. Tak disangka-sangka semakin membaca al-Qur'an, malah aku memahami bahwa kitab ini mencakup berbagai masalah dan perkara yang tidak dimuat dalam Kitab Suci lain. Selain itu, saya tidak menemukan kesalahan dalam Kitab Suci umat Islam ini. Al-Qur'an memiliki ayat-ayat yang kokoh serta jelas dan mengajak umat manusia untuk merenungkan setiap ayat yang ada." Sejatinya al-Qur'an ibarat cahaya suci yang menerangi seluruh dunia. Setiap hari Kitab Suci ini semakin cemerlang. Oleh karena itu, pelecehan terhadap al-Qur'an bukannya mengurangi pengaruh serta popularitasnya di kalangan umat Islam, bahkan membuat non muslim pun semakin tertarik untuk mempelajari al-Qur'an.(irib/9/4/2011) Mengkritisi Standar Ganda Barat terhadap Kebangkitan Islam di Timur Tengah Kebangkitan dan revolusi rakyat di sejumlah negara-negara Arab terus berkobar untuk menumbang rezim-rezim otoriter. Tuntutan kebebasan, keadilan, dan pemerintahan yang bersih dan adil terus berkumandang mulai dari Libya hingga Yaman dan Bahrain. Tentu saja dengan kian makin meluasnya gerakan kebangkitan rakyat di Timur Tengah, mau tak mau Barat terutama AS yang selama ini mengklaim dirinya sebagai pejuang demokrasi dan kebebasan terpaksa memberikan dukungan mesti dengan penuh kemunafikan dan motif tersembunyi.Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam rangkaian pidatonya di awal tahun baru Iran 1390 HS baru-baru ini, kerap menyinggung isu transformasi di Timur Tengah dan memaparkan beragam analisa mengenai kebijakan standar ganda AS terhadap revolusi rakyat di dunia Arab. Ketika sebuah rezim mengabaikan kepentingan dan maslahat nasional serta merendahkan martabat bangsanya lantaran takut terhadap kekuatan arogan semacam AS dan rezim zionis Israel, tentu cepat atau lambat mereka akan menghadapi penentangan dari rakyatnya sendiri. Rakyat niscaya tidak akan tinggal diam begitu saja dan bangkit menghidupkan kembali harga diri negaranya. Situasi inilah yang kini terjadi di negara-negara seperti Mesir, Libya, Tunisia, Bahrain, dan Yaman. Dalam pandangan Ayatollah Khamenei, penyebab utama kebangkitan rakyat Mesir dipicu oleh terjalinnya kerjasama luas antara Hosni Mubarak dengan Israel. Rahbar menjelaskan, "Dalam kasus blokade Gaza, jika Hosni Mubarak tidak bekerjasama dengan Israel, tentu Israel tidak akan bisa sebegitu brutalnya menekan Gaza dan melakukan kejahatan yang demikian kejinya. Namun Hosni Mubarak ternyata menjalin kerjasama dan turun ke lapangan. Gerbang keluar-masuk Gaza pun ditutup. Setelah itu tersebar informasi, rakyat Gaza menggali terowongan bawah tanah. Lantas ia pun segera membangun tembok baja setinggi 30 meter hingga di kedalaman bawah tanah untuk membendung terowongan dan menangkal aksi rakyat Gaza. Tindakan itu dilakukan oleh Hosni Mubarak. Rakyat Mesir pun merasa harga dirinya dicederai. Kasus-kasus seperti ini juga terjadi di negara-negara lain". Rahbar berkeyakinan, partisipasi langsung rakyat dan nuansa keagamaan revolusi rakyat Timur Tengah merupakan ciri utama transformasi akhir di kawasan. Digelarnya demo-demo besar yang umumnya digelar pasca shalat jumat atau berjamaah, teriakan Allahu akbar, peran aktif para ulama dan mubaligh dalam rangkaian aksi unjuk rasa, semakin memperkuat identitas keislaman gerakan kebangkitan rakyat di Timur Tengah. Namun akibat minimnya pengetahuan dan lemahnya analisa para politisi AS mengenai kondisi rakyat regional, mereka pun akhirnya sering melontarkan beragam reaksi dan pandangan yang kontradiktif. Menyikapi reaksi AS terhadap gerakan revolusi rakyat Timur Tengah itu, Ayatollah Khamenei menuturkan, "Apa yang selalu terlihat kasat mata dari tindakan AS adalah dukungannya terhadap rezim-rezim diktator. Hosni Mubarak dibela sedemikian rupa hingga di akhir waktu yang memungkinkan. Namun ketika tidak memungkinkan lagi, dia pun disingkirkan begitu saja". Pemimpin besar Revolusi Islam Iran itu menambahkan, "Apa yang menimpa Barat dan AS merupakan kenyataan yang sulit diterima oleh mereka. Mesir merupakan salah satu pilar utama politik AS di Timur Tengah. Washington sangat bergantung pada pilar tersebut. Karena itu, ketika Hosni Mubarak di Mesir atau pun Ben Ali di Tunisia telah hengkang, AS pun berusaha keras mempertahankan sistem kekuasaan yang ada. Para pejabatnya boleh saja berganti, namun sistem harus tetap bertahan. Oleh sebab itu, mereka pun berupaya sebisa mungkin memasang seorang perdana menteri yang bisa dijadikan boneka. Akan tetapi rakyat terus bangkit berjuang dan melumpuhkan konspirasi tersebut. Rezim-rezim buatan itu pun tumbang. Sehingga berkat karunia dan kehendak Ilahi, rangkaian kekalahan AS di kawasan terus berlanjut". Rahbar mengungkapkan, setelah kehilangan pion-pion politiknya di Mesir dan Tunisia, AS lantas menerapkan dua model konspirasi. Pertama, mempraktekkan politik pragmatis dan kedua melakukan politik rekayasa. Mulanya, Washington berusaha sebisa mungkin mengarahkan transformasi politik di Mesir dan Tunisia untuk kepentingannya. Guna merealisasikan tujuan tersebut, dengan munafiknya AS pun berpura-pura mendukung gerakan revolusi. Namun berkat kesadaran dan kewaspadaan rakyat, kedok hipokrit AS itu pun segera terbongkar. Gagal merealisasikan politik pragmatisnya, AS lantas menjalankan strategi berikutnya dengan menerapkan politik rekayasa. Strategi itu diterapkan terhadap negara-negara yang menentang hegemoni Paman Sam. Terkait hal ini, Ayatollah Khamenei menjelaskan, "AS berusaha menciptakan revolusi seperti yang terjadi di Mesir, Tunisia, Libya dan negara-negara lainnya untuk kemudian diterapkan di negara-negara seperti Iran dan memunculkan sebuah gerakan yang lebih pantas disebut sebagai dagelan politik. Namun untungnya, bangsa Iran berhasil menggagalkannya". Menanggapi ajakan dan seruan Presiden AS Barack Obama kepada rakyat Iran untuk melakukan revolusi dan menumbangkan pemerintahan Republik Islam Iran, Rahbar menyebut tindakan presiden AS itu berangkat dari kebodohan dan kelalaiannya. Rahbar menuturkan, "Dia (baca: Presiden AS) menyatakan rakyat yang berkumpul di Lapangan Azadi Tehran tak lain adalah rakyat Mesir yang berada di lapangan Al-Tahrir. Memang benar apa yang dikatakannya. Setiap tahun tanggal 12 Februari, rakyat yang sama berkumpul di Lapangan Azadi meneriakkan yel-yel ‘Matilah AS!'". Pembantaian dan kezaliman terhadap rakyat tak berdosa Libya merupakan hal yang ditentang oleh siapapun. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatollah Ali Khamenei pun mengutuk keras aksi brutal tersebut. Serangan militer rezim Muammar Gaddafi terhadap para demonstran pro-revolusi dan intervensi militer AS dan sekutunya terhadap Libya, kedua-keduanya merupakan hal yang juga tidak bisa diterima. Rahbar dalam pernyataannya yang ditujukan kepada Barat terutama AS menegaskan, "Jika kalian memang benar-benar tulus membantu rakyat Libya. Semestinya sejak awal kalian bantu mereka. Beri mereka senjata, beri mereka fasilitas! Beri mereka senjata penangkis anti-serangan udara! Tapi sudah sebulan berlalu kalian biarkan rakyat Libya terus-menerus menjadi korban pengeboman. Selama sebulan kalian hanya duduk menyaksikan rakyat dibantai. Lantas kini kalian ingin bertindak?" Rahbar menilai intervensi militer Barat sejatinya bukan bertujuan untuk membantu rakyat Libya tapi guna merampas minyak dan menarget sejumlah kepentingan lainnya. Ayatollah Khamenei menjelaskan, "Kalian tidak datang untuk membela rakyat. Kalian hanya mengejar minyak Libya. Kalian ingin menduduki negara itu. Kalian ingin menjadikan Libya sebagai pangkalan untuk mengawasi dua pemerintahan revolusioner Mesir dan Tunisia mendatang. Niat kalian sungguh sangat keji!" Di bagian lain pidatonya, Rahbar mengkritik keras sikap PBB dalam menyikapi gerakan revolusioner rakyat Timur Tengah dan menilai sikap tersebut hanya menguntungkan negara-negara arogan. Dia menilai sikap seperti itu sungguh sangat hina bagi sebuah otoritas yang berfungsi sebagai pembela hak bangsa-bangsa. Kebangkitan rakyat Bahrain sebagaimana di negara-negara Arab lain, merupakan gerakan revolusioner untuk menumbangkan rezim-rezim diktator. Tuntutan utama mereka sungguh sangat wajar. Mereka hanya menginginkan pemilihan umum yang adil dan bebas. Semua rakyat memiliki hak yang sama untuk memberikan suara. Namun lantaran mayoritas rakyat Bahrain adalah muslim Syiah, maka sejumlah politisi dan kalangan Media di negara-negara Teluk Persia yang merasa kekuasaannya terancam berusaha mengesankan revolusi di Bahrain sebagai konflik antar mazhab, antara Sunni dan Syiah. Dalam kritikannya mengenai masalah itu, Rahbar menandaskan, "Sekelompok orang jahat berusaha menampilkan kasus di Bahrain sebagai konflik Sunni dan Syiah. Ironisnya, sejumlah kalangan yang dikenal tidak memiliki niat jahat justru termakan oleh isu tersebut. Jika memang di antara mereka masih memiliki iktikad baik, saya nyatakan kepada mereka. Jangan kalian anggap isu tersebut sebagai konflik Sunni-Syiah. Itu merupakan pelayanan terbesar kepada AS. Itu merupakan pelayanan terbesar bagi musuh-musuh umat Islam. Tidak ada konflik antara Syiah dan Sunni!". Secara umum, di mata Ayatollah Khamenei kebangkitan rakyat Timur Tengah sejatinya beridentitaskan Islam dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mewujudkan keadilan, kebebasan, mendirikan pemerintahan yang independen dan bermartabat. Maraknya gerakan kebangkitan Islam di kawasan akhir-akhir ini merupakan keniscayaan yang tidak bisa dibendung lagi. Bahkan Barat pun mengakui bahwa transformasi yang lebih besar di Timur Tengah akan segera lahir.(irib/6/4/2011) |
0 comments to "Syiah SESAT !!!!! : Pernyataan Sikap : Komunitas NU Protes Pengusiran Syiah di Sampang !!!!!"