Ini menjadi semacam adendum tidak tertulis dalam deskripsi kerja Presiden AS: Nyatakan perang! Di mana pun. Bagaimanapun.
Bagi Presiden Ronald Reagan pada 1986, ini adalah serangan familiar terhadap musuh yang familiar pula–Muammar khadafi. Reagan mengumumkan bahwa AS akan mengambil tindakan pada 14 April 1986.
“Meskipun kami sudah memperingatkannya berulangkali, Khadafi tetap melanjutkan kebijakan intimidasinya, upaya-upaya terornya tanpa henti,” kata Reagan dalam pidatonya kepada publik AS. “Dia (Khadafi) menganggap Amerika akan pasif. Anggapannya itu salah.”
Rupanya, begitu juga yang terjadi terhadap Saddam Hussein. Menurut Presiden George HW Bush dalam pidatonya di televisi pada 16 Januari 1991, perang terhadap Saddam dilakukan tanggapan atas konflik yang telah dimulai pada Agustus 1990, “ketika diktator Irak itu menginvasi tetangganya yang kecil dan tak berdaya.”
“Dua jam lalu, angkatan udara sekutu mulai menyerang sasaran-sasaran militer di Irak dan Kuwait,” demikian kata Bush Senior dalam pidatonya.
Bagi penggantinya Presiden Bill Clinton, target itu Slobodan Milosevic, Presiden Serbia dan Yugoslavia.
“Rakyat Amerika, saat ini angkatan bersenjata kita bergabung dengan sekutu-sekutu NATO kita dalam serangan udara terhadap pasukan Serbia bertanggung jawab atas kebrutalan di Kosovo,” kata Clinton pada 24 Maret 1999.
Presiden George W Bush mengatakan pada Maret 2003 bahwa perang atas Irak dilakukan karena ada senjata pemusnah massal yang mengancam dunia, dan serangan akan dilakukan dalam waktu singkat dan terbatas.
“Atas perintah saya, pasukan koalisi telah mulai menyerang sasaran-sasaran militer terpilih dan penting untuk melemahkan kemampuan Saddam Hussein dalam berperang,” kata Bush.
Banyak rakyat Amerika berpikir bahwa semua ini akan berakhir di sana, terutama setelah sikap anti-perang yang ditunjukkan Presiden Barack Obama dalam kampanyenya.
Tapi sekarang…
Obama berbicara sehari setelah Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas Libya. Dia mengatakan resolusi itu seruan untuk mengakhiri kekerasan di Libya.
Dia mengatakan bahwa resolusi itu telah “memberikan kewenangan bagi penggunaan kekuatan dengan komitmen eksplisit untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan dalam menghentikan pembunuhan, dan menegakkan zona larangan terbang di atas Libya.”
Setidaknya ada dua kesamaan mencolok berkaitan dengan penggunaan kekuatan oleh para presiden AS:
1. tidak pernah dalam rangka merespon serangan militer, atau bahkan ancaman serangan, terhadap AS sendiri;
2. tidak pernah perang yang dinyatakan secara resmi.
(Ditulis oleh Jemala Gemala dengan” Presiden-presiden AS: Perang…Perang! Di mana pun”, Bagaimanapun. dalam Blog Berita Alternatif)
0 comments to "Watak Agresi Presiden-presiden Amerika"