Home , � Perang Yaman

Perang Yaman

Perang Yaman Pertama

Peristiwa 11 September 2001 di New York punya dampak global. Pasca peristiwa ini dunia menyaksikan terbentuknya semacam perjanjian anti terorisme yang dipimpin oleh Amerika. Yaman sebagai salah satu sekutu penting Amerika dalam perang melawan terorisme di Timur Tengah memaksa negara ini menerima militer dan intelijen Amerika. Lawatan rahasia sejumlah delegasi Zionis Israel ke San’a juga merupakan bagian tak terpisahkan dari paket kehadiran Amerika di Yaman. Kenyataan ini tentu saja diprotes oleh pelbagai kalangan di negara ini.
Sayyid Husein Thaba’thaba’i Al-Hauthi, anak Badruddin Thaba’thaba’i Al-Hauthi yang waktu itu menjabat sebagai anggota parlemen Yaman mewakili Provinsi Saadah sekaligus Sekjen Partai Al-Haq, aktif mengajari masyarakat Saadah dengan tafsir Al-Quran menyelenggarakan pertemuan-pertemuan keagamaan bagi masyarakat Syiah Saadah. Dalam pidatonya di Madrasah Imam Hadi as di kota Marran tanggal 17 Januari 2002 ia meminta masyarakat untuk memboikot produk-produk Amerika dan Zionis Israel. Sayyid Husein Al-Hauthi juga dengan lantang mengumumkan slogan resmi orang-orang Syiah daerah itu yang berbunyi; Allahu Akbar, Mampus Amerika, Mampus Israel dan Yahudi Terlaknat dan Kemenangan Islam. Tidak lupa ia juga meminta masyarakat untuk lebih menyandarkan dirinya pada ajaran-ajaran Al-Quran dan Ahlul Bait.

Permintaan Sayyid Husein Al-Hauthi ini disambut hangat masyarakat dan sekelompok pemuda membentuk organisasi bernama Al-Syabab Al-Mukmin (Pemuda Mukmin) guna memulai upaya perlawanan terhadap Amerika dan rezim Zionis Israel di Yaman dan menentang sikap pemerintah Yaman yang menjadi sekutu pemerintah George W. Bush. Sambutan luar biasa atas seruan Sayyid Husein Al-Hauthi tidak hanya dilakukan oleh pelbagai kalangan Syiah Zaidi di Yaman, tapi juga hampir seluruh kalangan masyarakat. Sampai-sampai saat shalat Jumat di Masjid Raya San’a, ibu kota Yaman masyarakat meneriakkan 4 slogan resmi Syiah.

Fenomena ini tentu saja sangat mengkhawatirkan pemerintah Ali Abdullah Saleh, terlebih lagi dengan mencermati semangat revolusioner orang-orang Syiah Yaman sepanjang sejarah. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan pemerintah adalah mencap mereka sebagai teroris agar dapat menarik perhatian Amerika untuk menumpas mereka.

Demi menjalankan niatnya ini, Ali Abdullah Saleh tahun 2004 ikut dalam pertemuan kepala-kepala negara G-8 di Georgia, Amerika. Ia berunding dengan Bush dan kepala-kepala negara Eropa lainnya dan berusaha untuk menarik dukungan mereka menumpas orang-orang Syiah Yaman dan kelompok teroris AlQaeda. Bersamaan dengan itu, Ali Abdullah Saleh berusaha mempengaruhi negara-negara lain dan memanfaatkan anasir-anasir Ahli Sunnah yang memusuhi Syiah.

Begitu Ali Abdullah Saleh kembali dari Amerika, ia memerintahkan seluruh pasukan militer negaranya untuk menyerang total Provinsi Saadah, khususnya daerah-daerah Nushur, Al Shafi’ah, Dhuhyan dan Marran. Segera setelah keluarnya perintah, jet-jet tempur dan pesawat pembom militer Yaman ikut membantu ratusan kendaraan berlapis baja dan artileri berat membombardir kawasan tersebut. Dengan demikian, Senin pagi tanggal 17 Juni 2004, kawasan hijau pegunungan Provinsi Saadah menjadi sasaran serangan brutal pasukan militer Yaman dan hanya dalam beberapa menit daerah ini telah berubah menjadi neraka.

Pemerintah Yaman berusaha menutup-nutupi apa sebenarnya yang terjadi di sana dengan menerapkan sensor berita ketat dan mengusir para wartawan televisi, termasuk Aljazeera, Alarabiya dan Al-Alam. Selama tiga bulan militer Yaman setiap harinya membumihanguskan daerah-daerah Syiah di utara negara ini. Mereka berhasil menguasai kota Marran dan membunuh Sayyid Husein Thaba’thaba’i Al-Hauthi. Akhirnya pada tanggal 10 September pemerintah secara resmi mengumumkan perang telah berakhir.

Pasca syahidnya Sayyid Husein Al-Hauthi, pemerintah Yaman menganggap telah menguasai penuh orang-orang Syiah Zaidiah yang berada di Provinsi Saadah dan merasa telah membersihkan kawasan dari para penentang pemerintah. Namun dimulainya rangkaian perang selanjutnya yang dikenal dengan perang kedua antara militer Yaman dan kelompok Al-Hauthi, gambaran ini berubah menjadi khayalan belaka.

Perang Yaman Kedua

Ketertindasan penduduk Provinsi Saadah dan popularitas Sayyid Husein Al-Hatuhi di tengah masyarakat yang menilainya sebagai syahid dan penyebaran ajaran-ajarannya selama ini membuat orang-orang Syiah Zaidiah Yaman semakin solid dan menyatakan rasa solidaritasnya. Banyak orang Syiah dari daerah Haydan dan sejumlah provinsi lainnya memasuki provinsi ini dan membangun kembali bangunan-bangunan yang hancur.

Namun kali ini warga setempat mengatakan, militer Yaman tidak kuat menyaksikan kenyataan ini dan dengan menuduh sikap solidaritas penduduk Haydan terhadap warga Saadah, mereka menyerang secara membabibuta dari darat dan udara daerah Haydan. Akibatnya, ratusan warga tewas dan cidera. Seluruh korban adalah warga sipil.

Perang kedua antara militer Yaman dan kelompok Al-Hauthi mulai akhir Januari 2005. Perang kali ini semakin luas mulai dari gunung Marran hingga ke kota Haydan. Kali ini panglima perang langsung diambil alih oleh Sayyid Badruddin Al-Hauthi, ayah Sayyid Husein Al-Hauthi. Di hari-hari pertama perang 23 anggota Al-Hauthi syahid dan seperti yang dilaporkan militer Yaman, hanya 8 tentaranya yang tewas dan mereka berhasil menahan 55 orang.

Badruddin Al-Hauthi pasca syahid anaknya Husein Al-Hauthi langsung meninggalkan San’a menuju gunung-gunung yang sulit dilalui sebagai tempat tinggalnya. Ia seorang ahli fiqih dan boleh dikata termasuk tokoh di bidang ini. Ia menolak usulan pemerintah untuk memberinya gaji setiap bulan disertai pengawal sebanyak 200 orang bila ingin berjalan di kota. Badruddin Al-Hauthi lebih memilih medan tempur menghadapi militer Yaman.

Warga kota Nushur dan Haydan setelah perang kedua ini mengungsi ke gunung-gunung Al-Naf’ah, Al-Mathrah, Alu Salim, ‘Ashaid dan Bani Mu’adz. Sementara itu pemerintah pada tanggal 27 Maret 2005 menyatakan akhir perang kedua. Namun kali ini dengan semakin meluasnya protes di dalam dan luar negeri atas pembantaian warga Syiah Yaman, pemerintah malah memutuskan untuk membantai seluruh warga Syiah di Provinsi Saadah. Pemerintah Yaman menilai para pejuang Syiah sebagai penghalang utama semakin kokohnya hubungan Yaman dengan Amerika dan Arab Saudi. Pemerintah melarang segala bentuk acara keagamaan di provinsi ini.

Perang Yaman Ketiga

Perang Yaman ketiga terjadi di bulan Maret 2006. Kelompok Al-Hauthi kali ini dipimpin oleh Abdul Malik, adik Husein Al-Hauthi. Luas perang kali ini mencakup kota-kota di sekitar Saadah seperti Saqain, Majz, dan Haydan, hingga mengarah ke pusat provinsi Saadah. Perang ini untuk sementara waktu dihentikan disebabkan masa pemilu presiden dan kepala-kepala daerah di bulan Desember 2006.

Dalam perang ini, pasukan pemerintah dengan alasan ingin membebaskan teman-teman mereka yang ditawan para pejuang Al-Hauthi, mereka menyerbu pusat-pusat kekuatan kelompok Al-Hauthi di ketinggian pegunungan provinsi ini. Menurut klaim media-media pemerintah, di awal serangan ini mereka berhasil menewaskan 80 pejuang Al-Hauthi. Sementara korban yang jatuh di pihak militer dikabarkan hanya 27 orang. Di hari-hari selanjutnya pemerintah mengkonfirmasikan militer negara ini berhasil menewaskan 7 orang lain dan satu dari mereka berpangkat mayor.

Tidak cukup dengan menyerang warga Syiah di daerah-daerah mereka, pemerintah Yaman dalam pernyataanya juga melakukan pembersihan terhadap orang-orang Syiah mulai dari ibu kota San’a, Ma’rib, Jauf, Hajjah dan di daerah-daerah lainnya. Akibatnya ratusan aktivis politik dan budaya ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.

Perang Yaman Keempat

Perang Yaman keempat terjadi di bulan Februari 2008. Dalam perang keempat ini para pemuda anggota Al-Syabab Al-Mukmin menjadikan seluruh Provinsi Saadah sebagai tempat operasi militer mereka terhadap pasukan pemerintah. Dalam perang ini mereka berhasil memaksa pemerintah mencicipi kerugian besar, terutama gedung-gedung pemerintah, keamanan dan militer. Kali ini para pejuang Al-Hauthi lebih sigap dan menerapkan strategi perang gerilya.

Perang keempat ini pada akhirnya memaksa militer Yaman mundur dari posisi-posisi strategis di gunung-gunung dan Abdul Malik Al-Hauthi mencul menjadi seorang pemimpin yang disegani dan dicintai. Ia juga menjadi panglima perang Yaman kelima dan perang kali ini.

Perang Yaman Kelima

Perang Yaman kelima ini dimulai bulan Februari 2008. Gerakan Al-Hauthi dalam perang ini telah memanfaatkan senjata-senjata sedang dan berat terhadap militer Yaman. Kawasan perang kali ini mencakup Provinsi Saadah, daerah Al-Hashishiyah, bagian dari ibu kota San’a, dan kawasan Harf Sufyan, bagian Provinsi ‘Amran. Luasnya perang kali ini sangat membahayakan pemerintah Yaman.

Perang kelima ini mencakup daerah yang lebih luas, tapi telah terjadi perubahan dalam kualitas dan kinerja perang kelompok Al-Hauthi. Presiden Ali Abdullah Saleh dalam kondisi yang sulit akhirnya harus menerima mediasi Qatar dan berujung pada kesediaan kedua pihak untuk gencatan senjata. Berdasarkan kesepakatan Doha yang ditandatangani langsung oleh kedua pihak demi mewujudkan perdamaian, kedua pihak berjanji untuk menghentikan aksi militer. Sesuai dengan kesepakatan ini, pemerintah Yaman harus mengampuni para anggota Al-Hauthi dan kedua pihak harus membebaskan para tahanannya. Sementara itu, kelompok Al-Hauthi harus mengembalikan segala macam senjata yang mereka rampas dari pasukan pemerintah. Berdasarkan kesepakatan ini, kontrol Provinsi Saadah berada di tangan pemerintah pusat dan gerakan Al-Hauthi dapat membentuk partai politik demi melaksanakan aktivitasnya.

Namun kesepakatan yang dihasilkan pasca lima kali perang berdarah tidak dapat diterapkan, kecuali masalah penukaran tawanan. Kedua pihak masing-masing menuduh pihak lainnya melanggar kesempatan Doha.

Ada satu hal yang patut dicermati. Sejatinya, pemerintah Yaman dan negara-negara Timur Tengah yang mendukungnya menjadikan kesepakatan Doha sebagai kesempatan untuk melakukan konsolidasi dan memulihkan kembali kekuatan militernya. Pasca upaya gelar perang urat saraf dan propaganda di San’a dan Riyadh, perlahan-lahan mereka telah mempersiapkan munculnya perang keenam.

Perang Yaman Keenam

Perang Yaman keenam meletus bulan Agustus 2009. Pada hakikatnya perang kali ini adalah perang habis-habisan. Pembunuhan dan pembantaian menjadi bukti lepas kendalinya para komandan militer Yaman yang bersumber dari kekalahan di perang sebelumnya. Perang ini dilakukan dengan koordinasi politik, militer dan intelijen antara Riyadh dan San’a. Bahkan teman-teman dekat Ali Abdullah Saleh menyebut San’a dan pelbagai senjata yang dimilikinya saat ini tidak akan pernah keluar menjadi pemenang perang ini.

Pembantaian anak-anak dan wanita tidak berdosa di Provinsi Saadah dan daerah-daerah terpencil provinsi ini menunjukkan kekalahan mutlak segala program dan strategi pemerintah San’a. Dalam perang ini ratusan warga sipil dan pasukan militer tewas, ratusan ulama dan aktivis politik dan budaya diteror atau dipenjara oleh agen-agen Yaman.

Dalam perang ini, panglima para pejuang Al-Hauthi berada di pundak Sayyid Abdul Malik Thaba’thaba’i Al-Hauthi. Sementara saudaranya yang lain, Sayyid Yahya Al-Hauthi penanggung jawab bidang propaganda kelompok ini. Ia sebenarnya masih resmi menjadi anggota parlemen Yaman, namun pemerintah mencabut hak kekebalan politiknya. Tidak hanya itu, pemerintah Yaman juga meminta interpol untuk menangkapnya.

Di sini Abdullah ‘Aizhah Al-Razzami, komandan militer para pejuang Al-Hauthi selalu menjadi tokoh di balik layar setiap operasi militer gerakan ini. Kecakapan dan keberaniannya bersama pasukannya membuat masyarakat Yaman menyebutnya sebagai Malik Al-Asytar. Ia kini menjadi tangan kanan Sayyid Abdul Malik Al-Hauthi.

Perbedaan perang kali ini dengan perang-perang sebelumnya ada pada semakin kokohnya kekuatan militer dan operasi militer para pejuang Syiah Al-Hauthi dalam menghadap pasukan pemerintah. Kekuatan ini dapat disaksikan saat para pejuang Al-Hauthi berhasil menghancurkan tiga pesawat Sukhoi, sebuah helikopter militer dan puluhan tank militer Yaman.[islammuhammadi/sl]

Mengapa Al-Hauthi Bangkit?

Husein Badruddin Thaba’thaba’i Al-Hauthi adalah anak Allamah Sheikh Badruddin Al-Hauthi, tokoh Syiah Zaidiah Yaman. Husein Al-Hauthi adalan pemimpin kebangkitan Zaidiah Yaman. Ia syahid dalam perang lima tahun lalu dan kini saudaranya menjadi komandan gerakan Al-Hauthi. Namun sampai kini kecintaan terhadap Husein Al-Hauthi masih terpatri dalam dada setiap pengikut Syiah di Yaman.
Husein Al-Hauthi memulai pendidikan dasarnya di tempat tinggalnya di Provinsi Saadah, utara Yaman. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di sekolah Wahhabi yang berafiliasi ke Gerakan Ikhwanul Muslimin Yaman.

Pada tahun 1991, Partai Sosialis berkuasa di Yaman berusaha untuk mencegah meluasnya pemikiran ekstrim Partai Asosiasi Reformasi Yaman dan untuk itu mereka membentuk Partai Al-Haq yang pandangannya berdasarkan Islam. Husein Al-Hauthi termasuk pendiri partai ini.

Pada tahun 1993 Husein Al-Hauthi mengikuti pemilu legislatif dan terpilih menjadi anggota parlemen. Pada tahun 1996 mulai terjadi friksi dan perpecahan dalam tubuh pemerintah Yaman. Hal itu diakibatkan kembalinya warga Yaman bermazhab Wahhabi dari Afganistan. Demi mencegah tersebarnya pemikiran ekstrim dan keras ini, pemerintah meminta bantuan Husein Al-Hauthi.

Pada tahun 1997 Husein Al-Hauthi keluar dari Partai Al-Haq dan membentuk Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Pemuda Mukmin). Di masa itu pemerintah masih memberikan bantuan kepada gerakan ini dan memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas melawan pemikiran Wahhabi. Pemerintah Amerika waktu itu juga menekan pemerintah Yaman untuk memberantas AlQaeda.

Namun segalanya berubah total pada tahun 2003. Sekitar 650 anggota Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin ditahan dan dijebloskan ke dalam penjara akibat menyerukan sloban “mampus Amerika dan mampus Israel”. Upaya keras Husein Al-Hauthi dan teman-temannya untuk membebaskan mereka tidak kunjung berhasil, bahkan mencapai jalan buntu. Sejak saat itu friksi antara Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin dengan pemerintah semakin lebar. Awalnya pemerintah menekan gerakan ini lewat politik, namun lambat laun tekanan ini mulai memasuki tahapan militer dan hal itu terus berlangsung hingga saat ini. Kini konstelasi politik Yaman telah berubah seratus delapan puluh derajat. Bila sebelumnya untuk mencegah penyebaran Wahhabi, pemerintah memanfaatkan Husein Al-Hauthi dan para pendukungnya, kini pemerintah malah meminta bantuan Wahhabi untuk menumpas Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin.

Patut diketahui bahwa Dinas Rahasia Amerika (CIA) memiliki cabang resmi di Yaman dan menjadikan Al-Syabab Al-Mukmin sebagai musuh nomor wahid Amerika di negara ini.

Masih dalam upaya menekan gerakan ini, anasir-anasir Baath Yaman berusaha menyelewengkan opini publik dunia bahwa tujuan utama kebangkitan Partai Al-Syabab Al-Mukmin adalah upaya untuk mengubah kawasan Saadah menjadi markas mazhab Syiah 12 Imam. Sekaitan dengan hal ini, Jenderal Qasim Salam, Ketua Partai Baath Yaman dalam pernyataan resminya mengatakan, “Al-Hauthi, komandan orang-orang Syiah Yaman yang tidak puas punya keinginan untuk mengubah Provinsi Saadah sebgai pusat Syiah 12 Imam.”

Dalam wawancaranya dengan sebuah surat kabar Yaman Qasim Salam mengatakan, “Keluarga Al-Hauthi bahkan mengaku dirinya sebagai Imam. Mereka adalah keluarga yang berperang melawan Ali Abdullah Saleh, Presiden Yaman di Saadah, namun pasukanpemerintah berkali-kali berhasil mengalahkan mereka!” Jenderal Qasim Salam terus menuduh orang-orang Yaman sebagai para separatis yang ingin memisahkan diri dari Yaman. Ditambahkannya, “Mereka ingin melakukan hal yang sama ketika sebelum ini dilakukan oleh para separatis Yaman selatan.”

Jenderal Qasim Salam juga menyinggung kecenderungan para pendukung Al-Hauthi kepada Syiah 12 Imam dengan ucapannya, “Para pendukung Al-Hauthi berusaha mengubah Saadah yang ada saat ini agar membenci umat Islam dan agama Islam. Oleh karenanya, mereka berusaha menyebarkan Syiah 12 Imam di sana.”

Menarik mencermati tuduhan yang dialamatkan jenderal Baath ini. Karena mayoritas orang-orang Syiah di Saadah bukan 12 Imam melainkan Zaidiah. Orang Syiah Yaman mencapai 42 persen dari populasi 20 juta rakyat Yaman. Para pemeluk Zaidiah menyadi mayoritas Syiah Yaman setelah itu diikuti Ismailiah dan terakhir 12 Imam.

Sementara itu, sebagian penasihat politik Irak anggota Partai Baath waktu itu yang punya hubungan dekat dengan para pejabat senior Yaman menasihati mereka agar segera menghabisi kebangkitan Husein Al-Hauthi. Karena bila tidak segera dilakukan, ia akan muncul bak Sayyid Muhammad Baqir Shadr atau Imam Khomeini yang berhasil mengubah total negaranya.

Mencermati dengan seksama masa awal serangan militer Yaman terhadap posisi-posisi pendukung Al-Hauthi ada beberapa poin yang menjadi terang. Serangan Amerika ke Irak terjadi di akhir tahun 2003, sementara serangan terhadap pendukung Al-Hauthi dilakukan awal-awal tahun 2004. Sebab dekatnya masa terjadinya dua serangan ini kembali pada satu hal. Pasca lengsernya rezim Saddam Husein, banyak perwira senior militer Irak yang mencari suaka ke Yaman. Dekatnya hubungan mereka dengan Ali Abdullah Saleh membuat mereka dimanfaatkan sebagai penasihat militernya dan yang lain diperbantukan di tempat-tempat strategis lainnya. Para perwira inilah yang mendorong para pejabat Yaman menyerang para pendukung Al-Hauthi dan membasmi mereka.

Di sisi lain, setelah beberapa waktu perang pertama berlalu antara militer Yaman dan pendukung Al-Hauthi, ada pihak lain di Yaman yang mulai mengkawatirkan kemenangan Al-Syabab Al-Mukmin. Pihak ini adalah gerakan Wahhabi. Oleh karena itu, mereka segera terjun dalam medan pertempuran dan mulai memberikan dukungan di belakang layar dan rahasia kepada pemerintah Yaman guna menumpas orang-orang Syiah negara ini.

Di akhir perang ketiga tahun 2006, 22 mufti Wahhabi Arab Saudi mengeluarkan pernyataan yang isinya selain mengritik keras Hizbullah Lebanon, mereka melontarkan sejumlah tuduhan kepada para pendukung Al-Hauthi. Mereka mengatakan, “Sebagaimana Hizbullah Lebanon dan para pendukungnya di Irak telah menduduki tanah Ahli Sunnah, orang-orang Syiah Yaman juga ingin menguasai negara Yaman. Oleh karena itu, harus segera ada upaya untuk memerangi mereka.”

Pasca kemenangan relatif para pendukung Al-Hauthi dalam perang kedua tahun 2005 di kawasan utara Yaman yang berdekatan dengan perbatasan Arab Saudi, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh melawat Arab Saudi secara diam-diam dan bertemu dengan Raja Abdullah. Ali Abdullah Saleh melaporkan secara lengkap kondisi di medan tempur dan memperingatkan Raja Abdullah akan semakin melebarnya konflik bersenjata hingga ke daerah-daerah selatan Arab Saudi. Untuk mencegah perang meluas Ali Abdullah Saleh meminta bantuan Raja Arab Saudi.

Raja Abdullah juga mencemaskan instabilitas yang bakal terjadi di kawasan selatan negaranya dan dengan sigap menyatakan kesiapannya membantu Yaman. Arab Saudi memberikan bantuan dana dan persenjataan militer kepada Yaman. Tidak cukup dengan bantuan dana dan persenjataan, Dinas Rahasia Arab Saudi segera memanggil para serdadu Wahhabi dan AlQaeda dari Afganistan, Irak dan dari negara-negara lain guna membantu pemerintah Yaman menumpas kebangkitan Al-Hauthi.

Para analis politik punya satu keyakinan betapa Arab Saudi sebenarnya punya kepentingan lebih besar untuk menghancurkan kebangkitan gerakan Syiah Yaman ini. Karena Arab Saudi tahu betul kemenangan mereka sama artinya dengan penyebaran pemikiran Syiah di Timur Tengah.[islammuhammadi/sl]

Kronologi Perang Saudara Yaman

Negara Yaman berada di titik paling selatan dari semenanjung Arab. Sejak permulaan Islam Yaman menjadi pusat penting pertumbuhan pecinta Ahul Bait. Sementara Provinsi Saadah, sebuah provinsi yang terdiri dari gunung-gunung berada sekitar 243 kilometer dari utara ibu kota Yaman, San’a. Mayoritas penduduk Provinsi Saadah adalah pemeluk Syiah dan pengikut mazhab Syiah Zaidiah.
Yaman sejak tahun 1990 dan pasca bersatunya Yaman utara dan selatan senantiasa menyaksikan krisis dan perang saudara. Para penduduk Yaman selatan yang ingin merdeka, aktivitas kelompok AlQaeda dan konflik bersenjata di Provinsi Saadah dengan pemerintah Yaman termasuk ketegangan yang dihadapi pemerintah Ali Abdul Saleh, Presiden Yaman selama beberapa tahun terakhir.

Sekitar 42 persen dari populasi penduduk Yaman bermazhab Syiah dan dari kelompok ini dibagi menjadi tiga kategori; Zaidiah yang mayoritas, Ismailiah dan Itsna ‘Asyari (12 Imam). Mayoritas penduduk 20 juta negeri Yaman bermazhab Ahli Sunnah dan setelah itu adalah pemeluk mazhab Syiah Zaidiah.

Mencermati kondisi kehidupan orang-orang Syiah Yaman dapat memperjelas satu masalah betapa sepanjang kekuasaan pemerintah Yaman, mereka senantiasa menghadapi pelbagai masalah. Orang-orang Syiah Yaman tidak diberi hak untuk mendirikan sekolah-sekolah agama khusus Syiah. Mereka kerap disiksa dan dijebloskan ke penjara, tidak hanya orang biasa tapi juga para ulama. Mereka dilarang untuk menyelenggarakan peraan khas Syiah seperti Idul Ghadir. Dan secara terang-terangan pemerintah membakar buku-buku Nahjul Balaghah dan Shahifah Sajjadiah. Semua ini hanya sebagian perlakuan diskriminatif yang diterapkan pemerintah terhadap mereka.

Al-Hauthi adalah gerakan syiah Saidiah di utara Yaman di Provinsi Saadah yang dinisbatkan kepada Badruddin Al-Hauthi lalu kemudian terkenal dengan gerakan Al-Hauthi. Gerakan ini dibentuk sekitar dekade 80-an dan hingga kini mereka terus berperang dengan pemerintah Yaman sebanyak 6 kali demi memperjuangkan hak-hak sipil mereka. Sejatinya kelompok ini memrotes aksi-aksi pemerintah yang ingin membatasi kelompok ini agar beraktivitas di bidang agama, politik dan upaya untuk memusnahkan budaya dan keyakinan Zaidiah dan kebijakan diskriminatif pemerintah dalam membangun Saadah.

Sistem Kekuasaan Yaman
Ali Abdullah Saleh adalah Presiden Republik Yaman Utara selama 12 tahun dan sejak tahun 1990 ketika dua Yaman; selatan dan utara bersatu, ia menjadi presiden Yaman bersatu selama 19 tahun hingga sekarang. Beberapa tahun sebelumnya Ali Abdullah Saleh menandatangani sejumlah kontrak dengan Amerika dan Arab Saudi dan setelah itu menyatakan akan menumpas kelompok Al-Hauthi dengan segala cara, bahkan lewat aksi militer.

Presiden Yaman mengklaim dirinya sebagai pemeluk Syiah Zaidiah, namun kinerjanya menunjukkan dirinya adalah kader Baath yang anti Syiah dan punya permusuhan lama dengan Zaidiah. Kini Ali Abdullah Saleh malah menunjukkan dirinya sebagai pendukung Wahhabi.

Ali Abdullah Saleh saat ini dijuluki “Saddam kecil” disebabkan sikapnya memberikan suaka politik kepada para anasir partai Baath yang lari dari Irak dan dukungan anasir-anasir Wahhabi seperti Syeikh Al-Ahmar atau Abdulmajid Al-Zandani terhadap kekuasaannya selama 31 tahun.

Kebijakan dalam negeri Ali Abdullah Saleh adalah upaya untuk mengubah demografi populasi Syiah di utara Yaman.

Pertumbuhan Syiah dan Semakin Intensnya Tekanan
Ali Abdullah Saleh yang berasal dari kabilah Al-Ahmar. Sementara kabilah Al-Ahmar merupakan keluarga penting Syiah Zaidiah Yaman dan memiliki hubungan kekeluargaan khusus dengan tokoh-tokoh Wahhabi Arab Saudi. Syeikh Abdullah Al-Ahmar yang masih keluarga Ali Abdullah Saleh adalah Ketua Parlemen Yaman dan posisinya adalah Syeikh Al-Syuyukh Yaman. Syeikh Abdullah Al-Ahmar adalah tokoh kedua paling berpengaruh di Yaman.

Sekaitan dengan pribadi Syeikh Abdullah Al-Ahmar, Mahmoud Pirbaddaghi, seorang pakar Timur Tengah mengatakan, “Syeikh Abdullah Al-Ahmar beberapa tahun lalu punya hubungan kuat dengan Ali Abdullah Saleh. Namun menyusul lawatannya ke Senegal untuk mengikuti pertemuan Uni Antarparlemen Islam, berbeda dengan aturan protokoler, Kedutaan Besar Yaman di Senegal memaksanya kembali ke hotel dengan kendaraan kedubes. Terjadi tabrakan yang dibuat-buat di tengah perjalanan dan terbongkar hubungan para pegawai kedubes Yaman dengan intelijen negara ini. Sejak saat itu Syeikh Abdullah Al-Ahmar tidak mempercayai Ali Abdullah Saleh dan ia lebih banyak tinggal di Riyadh ketimbang San’a. Kejadian ini hingga sekarang ada dua kutub yang menguasai kancah politik Yaman.”

Ditambahkannya, “Ali Muhsin Al-Ahmar, saudara tiri Ali Abdullah Saleh termasuk keluarga Al-Ahmar dan termasuk tokoh penting Yaman. Ia memiliki hubungan dengan dengan Wahabbi Arab Saudi dan dituduh Amerika mendukung terorisme. Ia ditunjuk Presiden Yaman sebagai panglima militer Yaman ke Provinsi Saadah di utara negara ini. Kesukaannya menggunakan senjata pemusnah massal terhadap rakyat Yaman membuatnya dikenal juga dengan sebutan Ali Kimia, sama seperti Ali Hasan Al-Majid di masa Saddam Husein. Kesadisannya ini juga membuat Ali Abdullah Saleh menyebut saudara tirinya dengan julukan “pria tanpa belas kasih”.”

Pirbaddaghi setelah itu menjelaskan tentang pertumbuhan angka pemeluk Syiah dan mengenai peran kemenangan Hizbullah Lebanon sebagai simbol perlawanan Syiah menghadapi rezim Zionis Israel menyebutkan, “Pasca pembebasan daerah-daerah yang diduduki Zionis Israel di Lebanon Selatan, Syiah, khususnya mazhab 12 Imam mengalami pertumbuhan luar biasa di Yaman. Perang 33 hari yang berujung pada kemenangan Hizbullah Lebanon dan kekalahan memalukan rezim Zionis Israel mengalirkan darah baru kepada orang-orang Syiah Yaman. Kondisi ini terus berkembang, bahkan seorang dari anak ulama terkenal Wahhabi di timur Yaman akhirnya memeluk mazhab Syiah 12 Imam.”

Seraya menyinggung usaha keras Wahhabi dengan menanam modal miliaran untuk menyebarkan pemikiran Wahhabi di Yaman, Pirbaddaghi menjelaskan, “Pemerintah Yaman punya banyak kesamaan dengan pemerintah Arab Saudi. Hal ini semakin membuat pemerintah Yaman menerapkan tekanan lebih besar kepada warga Syiah yang tinggal di dekat perbatasan dengan Arab Saudi. Kenyataan ini menyebabkan ketertindasan politik, ekonomi dan budaya semakin nyata di sana.”

Analis Timur Tengah ini menyebut Radio berbahasa Arab Republik Islam Iran sebagai sumber utama mereka baik dari sisi informasi maupun keagamaan. Ditambahkannya, “Selama bertahun-tahun orang-orang Syiah menjadi pendengar setia Radio Iran dan hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan dari sisi budaya. Sekalipun sumber-sumber budaya seperti buku dan mengakses ulama Syiah, guna memperkuat keyakinan mereka, sebisa mungkin mereka menyelenggarakan acara-acara keagamaan seperti Asyura dan Idul Ghadir secara sembunyi-sembunyi.[islammuhammadi/sl]

2 comments to "Perang Yaman"

  1. Anonymous says:

    wah makasih bgt postingnya..saya butuh data ini unt bhn skripsi saya. sumber tulisan ini di dapat dari mana ya?mhn bantuan dan terimakasih banyak :)

  2. Admin says:

    Terimakasih untuk @Anonymous karena telah berkunjung di www.banjarkuumaibungasnya.blogspot.com, untuk artikel tersebut diatas kami dapatkan dari www.islammuhammadi.com, atau untuk bisa tanya jawab lebih lanjut bisa langsung ke situs http://indonesian.irib.ir/
    dan sebagai menambah wawasan tentang Timur Tengah bisa ke http://dinasulaeman.wordpress.com/
    Semoga bermanfaat

Leave a comment