Komentar itu muncul sebagai respons terhadap sebuah artikel di mana dia dituduh tidak dalam posisi moral untuk menghakimi Israel karena dia terlibat dalam kasus hukuman mati di rezim apartheid (Afrika Selatan).

Artikel dalam harian Yedioth Ahronoth Israel mengklaim Goldstone, yang memimpin komite PBB yang menuduh Israel telah melakukan kejahatan perang selama perang Gaza dari tahun 2008-2009, telah bertanggung jawab karena mengirimkan setidaknya 28 orang hitam Afrika Selatan menuju kematian mereka ketika mereka muncul menghadap dia di pengadilan.

"Sejauh yang saya ketahui, tuduhan tersebut tidak ada sambungan ke janji saya di Afrika Selatan," kata Goldstone. "Saya mengambil janji untuk mengadili, begitu juga sejumlah hakim liberal, dan kita harus menjunjung tinggi hukum Negara, itu dilema moral untuk melakukannya,. Tapi pendekatan itu menunjukkan lebih baik untuk melawan dari dalam daripada tidak sama sekali. Dilema moral muncul ketika saya harus menerapkan hukum. "

Goldstone katanya hanya menjatuhkan hukuman mati langsung bagi dua orang, tetapi diberikan mayoritas banding di Mahkamah Agung, dimana dia sebagai salah satu dari tiga hakim di panel.

"Hukum saat itu menyatakan bahwa ketika ada (peristiwa) memperparah keadaan, hukuman mati itu wajib," katanya. "Penyesalan saya sekarang adalah sama yang saya miliki saat itu saya belum merubah posisi saya di sini… Ini tidak menyenangkan untuk terlibat dalam hukuman mati – masa lalu dan sekarang. Dan saya selalu menentang hukuman mati. Tapi ketika saya menerima posisi di bangku (hakim) maka saya harus menghormati sumpah jabatan. "

Mengenai laporan PBB pada perang Gaza, kelompok-kelompok Yahudi yang banyak menyerang Goldstone, hakim mengatakan dia tidak menyesal tentang posisi yang dia ambil. "Saya merasa bahwa karena aku Yahudi, apakah akan munafik untuk tidak terlibat di Timur Tengah," katanya. Dia bilang dia menyarankan Israel untuk melakukan penyelidikan umum terbuka ke dalam tuduhan kejahatan perang.

Goldstone mengatakan dia "sangat marah" oleh serangan dan pengaruh mereka saat ini terhadap keluarganya.

Goldstone mengatakan bukan Afrika Selatan, termasuk yang banyak dipuja di negara presiden kulit hitam Nelson Mandela, yang mengangkatnya sebagai hakim, telah menuduhnya melemahkan otoritas moralnya oleh terdakwa yang dijatuhi hukuman mati atau menolak permohonan mereka.

"Aku tidak pernah dituduh seperti ini," katanya. "Pertama kalinya saya telah dituduh melakukan hal-hal seperti sekarang, oleh Yedioth."