Home , , � Ponsel pintar murah..bikin putus Tali Silaturahmi..???..

Ponsel pintar murah..bikin putus Tali Silaturahmi..???..


Jangan Sampai Facebook Putuskan Tali Silaturahmi

sumber:http://ejajufri.wordpress.com/

Lagi-lagi kemajuan teknologi memainkan peran negatifnya. Sesuatu yang awalnya membuat kita dapat bersosialisasi dengan baik, tiba-tiba saja membuat kita menjadi tidak dapat bersosialisasi dengan baik. Tentu hal ini bergantung pada pribadi si pengguna. Bisa saja seseorang lebih “pintar” bersosialisasi di dunia maya karena dia tidak perlu malu. Tapi di dunia nyata, dia malah menjadi kikuk. Membuat seseorang memiliki kepribadian ganda, kah?

Mungkin karena hal-hal seperti itu (mungkin lho ya…), teman saya mengetik dalam status Twitter-nya:

Lebih buruk, Facebook dan Twitter misalnya, membuat kita malas untuk bertemu langsung dengan teman atau saudara. Tentu kita tahu bagaimana SMS atau MMS telah mengakhiri kedigdayaan kartu lebaran. Kita cukup pandai merangkai kata di dunia maya secara formal dan selesai. Bukankah dunia ini sudah semakin datar seperti kata Thomas Friedman. Berikut ini kutipan sebuah artikel dari The Jakarta Post.

Ketika Facebook, Twitter, dan Chat Memisahkan Kita

Smartphone telah melakukan pekerjaan besar dengan mempertemukan kebutuhan gaya hidup saat ini, menghubungkan orang-orang yang mereka cintai hanya dengan sentuhan sederhana ujung jari. Namun, ledakan hubungan virtual ini membuat individu semakin jauh dengan kehidupan nyata.

“Saya merasa diabaikan setiap kali pasangan saya main dengan ponsel pintarnya ketika kami pacaran,” kata Sienni, 25, karyawan bank, baru-baru ini. Dia juga biasa menanggapinya dengan meng-update status Facebook di ponselnya, yang mengurangi kualitas waktu yang mereka habiskan bersama.

Pacarnya mengatakan bahwa orang-orang butuh untuk menyeimbangkan kehidupan virtual dan nyata mereka, ketika teknologi dapat mengurangi kedekatan seseorang atau keintiman fisik.

Jatuhnya harga ponsel pintar hingga menyentuh Rp 300.000 untuk beberapa merek, telah memungkinkan penduduk kota berhubungan dengan keluarga dan teman mereka. Smartphone hanyalah ponsel yang menawarkan kemampuan canggih seperti akses internet. Meski bukan pelanggaran hukum untuk memeriksa email melalui smartphone, tapi beberapa profesional atau pasangan di kota jelas terlihat kecanduan.

“Saya benar-benar terbiasa merespon kedip lampu—tanda masuknya email—di ponsel saya,” kata Wendy, 25 tahun. “Saya tidak bisa menghentikannya.” Wendy mengatakan bahwa dia sadar bahaya menggunakan ponsel terlalu sering, khususnya ketka sedang pacaran. Imelda, pacar Wendy, mengatakan bahwa dia mengira pacarnya egois.

Masalah menjadi lebih buruk dalam kasus keluarga perkotaan yang orang tua dan anak-anaknya makan malam bersama, tapi selama makan menghabiskan waktu dengan ponsel mereka. “Saya pernah berteriak ke ibu saya karena dia selalu telepon atau ngobrol sama teman-temannya saat makan malam,” ucap Daniel, 23. Daniel percaya ibunya telah merubah kebiasaannya perlahan-lahan.

“Kadang, orang tua terlalu lelah untuk berbicara dengan anak-anak mereka di akhir hari yang panjang, tapi saya tidak pernah mengerti kenapa mereka masih punya energi untuk terus memutar-mutar ponsel mereka,” ucapnya.

Sosiolog LIPI, Indria Samego, mengatakan kepada kepada TJP bahwa teknologi telah merubah cara orang memandang sebuah hubungan. “[Teknologi] telah mengurangi intensitas hubungan seseorang dengan yang lainnya. Namun, pertemuan fisik dan dialog tetaplah penting untuk meluruskan salah paham dan membuat ikatan antara orang-orang semakin dekat,” ucapnya. (tsy).

Sumber: The Jakarta Post

0 comments to "Ponsel pintar murah..bikin putus Tali Silaturahmi..???.."

Leave a comment