40 Fakta Dunia ''Menarik'' & Peraturan-peraturan Aneh
1. Coca-cola dulu berwarna hijau.
2. Nama yang paling umum digunakan di dunia adalah Mohammed.
3. Dalam bahasa inggris, semua nama benua diawali dan diakhiri dengan huruf vokal yang sama.
4. Otot terkuat yang ada di badan kita adalah lidah.
5. Setiap orang di USA punya 2 kartu kredit!
6. TYPEWRITER adalah kata terpanjang yang dapat diketik dalam satu baris tuts keyboard anda.
7. Perempuan ngedip dua kali lebih banyak dari pada laki-laki.
8. Menahan nafas tidak akan membuatmu mati.
9. Setiap manusia tidak dapat menjilat siku tangannya sendiri.
10. Kalau ada orang mengucapkan doa setiap kali ada yang bersin karena memang setiap kali kau bersin, jantungmu berhenti satu milisecond.
11. Secara fisik, setiap babi tidak bisa melihat ke langit.
12. Ucapkan “sixth sick sheik’s sixth sheep’s sick†beberapa kali, nanti anda akan mahir berbahasa inggris!
13. Bersin terlalu keras dapat mematahkan tulang iga, memutuskan pembuluh darah di kepala atau leher dan mengakibatkan kematian.
14. Setiap raja dalam kartu remi melambangkan raja-raja besar jaman dahulu kala: Raja sekop - Raja DaudRaja keriting - Alexander AgungRaja hati - Raja Charlemagne Raja wajik - Julius Caesar
15. 111,111,111 x 111,111,111 = 12,345,678,987, 654,321
16. Kalau ada patung orang naik kuda dan dua kaki depan kuda itu naik di udara, itu tandanya orang itu mati dalam perang.
17. Kalau kaki kudanya cuma satu yang diangkat berarti orang itu cuma terluka dalam perang.
18. Kalau semua kaki kudanya menjejak tanah, berarti orang itu meninggal karena sakit.
19. Apa persamaan rompi anti peluru, printer laser, tangga darurat dan wiper mobil? Jawabannya: semua ditemukan oleh perempuan! Hah!
20. Satu-satunya makanan yang tidak bisa busuk? Jawaban: madu.
21. Buaya nggak bisa melet lidah.
22. Siput bisa tidur selama 3 tahun.
23. Semua beruang kutub KIDAL!
24. American Airlines menghemat $40,000 tahun 1987 dengan cara mengurangi 1 buah olive dari setiap piring salad yang mereka sajikan untuk penumpang kelas 1.
25. Indera perasa kupu-kupu ada di kaki.
26. Gajah adalah satu-satunya hewan yang tidak bisa lompat.
27. Selama 4000 tahun belakangan ini, jenis hewan yang dipelihara di rumah cuma itu-itu saja.
28. Rata-rata manusia lebih takut pada laba-laba daripada kematian.
29. Shakespeare menemukan kata: “Assassination†dan “bumpâ€
30. Dengan menggunakan cara mengetik 10 jari, STEWARDESSES adalah kata terpanjang yang bisa diketik hanya dengan jari-jari tangan kiri.
31. Semut selalu jatuh ke kanan setiap kali disemprot cairan anti hama
32. Kursi listrik ditemukan oleh seorang dokter gigi
33. Jantung manusia dapat menyemprotkan darah sejauh 30 kaki.
34. Dalam 18 bulan, 2 ekor tikus bisa punya lebih dari sejuta anak tikus!
35. Memakai headphone selama satu jam dapat menstimulasi perkembangan bakteri dalam telinga sebanyak 700 kali lipat!
36. Pemantik ditemukan sebelum korek api.
37. Setiap lipstik mengandung sisik ikan.
38. Seperti sidik jari, lidah manusia pun mempunyai kontur yang berbeda-beda.
39. 99% orang yang membaca tulisan ini mencoba mengalikan fakta no. 15
40. Dan akhirnya, 99% orang yang baca tulisan ini pasti mencoba menjilat siku
Menstruasi dan Cadar sebelum datangnya Islam
Di antara kutukan terhadap perempuan yang paling monumental ialah menstruasi. Teologi menstruasi ini kemudian menyatu dengan berbagai mitos yang berkembang dari mulut ke mulut di berbagai belahan bumi. Teologi menstruasi dianggap berkaitan dengan pandangan kosmopolitan terhadap tubuh wanita yang sedang menstruasi. Peristiwa-peristiwa alam seperti bencana alam, kemarau panjang dan berkembangnya hama penyebab gagalnya panen petani, dihubungkan dengan adanya yang salah dalam diri perempuan (menstrruasi).
Darah menstruasi dianggap darah tabu dan perempuan yang sedang menstruasi, menurut kepercayaan agama Yahudi, harus hidup dalam gubuk khusus atau mengasingkan diri dalam goa-goa, tidak boleh bercampur dengan keluarga, tidak boleh berhubungan seks, dan tidak boleh menyentuh jenis makanan tertentu. Yang lebih penting ialah tatapan mata dari mata wanita sedang menstruasi yang biasa disebut dengan "mata iblis", harus diwaspadai karena diyakini bisa menimbulkan berbagai bencana.
Perempuan harus mengenakan identitas diri sebagai isyarat tanda bahaya manakala sedang menstruasi. Kosmetik semula hanya diperuntukkan kepada perempuan yang sedang menstruasi. Barang-barang perhiasan seperti cincin, gelang, kalung, giwang, anting-anting, sandal, lipstik, shadow, celak termasuk cadar/jilbab ternyata adalah Menstrual Creations.
Kalangan antropolog berpendapat inilah yang menjadi asal usul penggunaan kerudung atau cadar atau semacamnya.
Jauh sebelumnya sudah ada konsep kerudung/cadar yang diperkenalkan dalam agama Yahudi dan selanjutnya dalam Kristen. Dua agama besar sebelum Islam ini telah mewajibkan penggunaan kerudung bagi kaum perempuan. Yang jelas tradisi penggunaan kerudung, jilbab dan cadar sudah ada jauh sebelum ayat-ayat jilbab diturunkan. Islam men-ta'yid-kannya dalam rangka menyempurnakan cara penutupan atau hijab syar'i perempuan Islam.
Asal-usul penggunaan cadar atau kerudung dan berbagai macam kosmetik lainnya, menurut kalangan antropolog, berawal dari untuk mencegah si "mata iblis" dalam melakukan aksinya. Penggunaan cadar/kerudung pertama kali dikenal sebagai pakaian perempuan menstrual. Kerudung dan semacamnya juga bertujuan untuk menutupi mata dari cahaya matahari dan sinar bulan, karena hal-hal itu dianggap tabu dan dapat menimbulkan bencana di dalam masyarakat dan lingkungan alam.
Kerudung dan semacamnya juga dimaksudkan sebagai pengganti gubuk pengasingan bagi keluarga raja atau bangsawan. Keluarga bangsawan tidak perlu lagi mengasingkan diri di dalam gubuk pengasingan tetapi cukup menggunakan pakaian khusus yang menutupi anggota badan yang dianggap sensitif. Dahulu kala perempuan yang menggunakan cadar hanya dari keluarga bangsawan atau orang-orang terhormat, kemudian diikuti oleh perempuan non bangsawan.
Peralihan dan modifikasi dari gubuk pengasingan menstrual huts menjadi cadar juga dilakukan di New Guinea, British, Colombia, Asia dan Afrika bagian tengah, Amerika bagian tengah dan lain-lain, bentuk dan bahan cadar juga berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Selain menggunakan cadar wanita haid juga menggunakan cat pewarna hitam (cilla') di daerah sekitar mata guna mengurangi ketajaman pandangan matanya. Ada lagi yang menambahkan dengan memakai kalung dari bahan-bahan tertentu seperti dari logam, manik-manik dan bahan dari tengkorak kapala manusia. Cadar sebuah tradisi bukan syari'at dalam Islam. Beruntunglah wanita yg hidup di zaman setelah datangnya Islam.
Maya Zahra : Burqa=cadar=menutupi seluruh tubuh dan wajah atau hanya mata yg terlihat berasal dari tradisi suatu tempat tertentu, sedangkan dlm syariat (dlm al-Qur'an) wajah dan telapak tangan yg boleh terlihat.
[http://www.facebook.com/notes/maya-zahra/menstruasi-dan-cadar-sebelum-datangnya-islam/10150165285533175/oleh Maya Zahra pada 28 April 2011 jam 11:40]
PUTRA SYEIKH DR. YUSUF QARDHAWI BERPEGANG DENGAN MAZHAB AHLUL BAIT?
Ayatullah Syeikh Ali Kurani, seorang ulama yang berasal dari Lebanon dan tinggal di kota suci Qom dalam wawancaranya dengan sebuah stesen televisyen satelit antarabangsa Ahlul Bait (as) menyatakan : "Abdul Rahman Qardhawi, anak lelaki Syeikh Dr Yusuf Qardhawi (marji' Ahlus Sunnah) telah mengikuti mazhab Ahlul Bait dan kemarahan Qaradhawi kepada mazhab Ahlul Bait akhir-akhir ini berpuncak dari masalah ini. Saya yakin akan perkara ini.
Oleh kerana banyaknya reaksi yang timbul dari kalangan masyarakat Syiah mahupun Ahlus Sunnah serta banyaknya permintaan dari dalam dan luar negara supaya saya memberi penjelasan dalam isu ini bagi mengesahkan kebenaran berita tersebut, maka saya memilih laman web 'al-Ghadir' dan 'stesen TV al-Anwar' untuk menjawab semua persoalan yang berbangkit."
Kenyataan Ayatullah Syeikh Ali Kurani itu turut diperkuatkan oleh berita dari akhbar Lebanon 'al-Balad' yang menyebutkan bahawa punca utama kemarahan Syeikh Dr Yusuf Qardhawi terhadap mazhab Ahlul Bait akhir-akhir ini adalah sejak salah seorang daripada ahli keluarganya mengikuti mazhab Ahlul Bait.
Akhbar 'al-Balad' tidak mengisyaratkan hubungan kekeluargaan Syeikh Dr Yusuf Qardhawi dengan pemuda yang mengikuti mazhab Ahlul Bait itu. Namun setelah tersebarnya berita tersebut, Syeikh Mahir Hammud, Imam Solat Juma'at di masjid al-Quds dan salah seorang ulama terkenal Ahlus Sunnah di Lebanon turut mengesahkan bahawa anak lelaki Syeikh Qardhawi telah mengikuti mazhab Ahlul Bait.
Menurut laman web 'Syiah Online', selepas tersebarnya berita tersebut di beberapa laman web dan akhbar-akhbar, laman web Abdur Rahman Qardhawi mula tidak diaktifkan. Abdur Rahman Qardhawi yang datang dari keluarga besar dan terkenal al-Qaradhawi adalah seorang penyair terkenal dalam dunia Arab.
http://ummuabiha.blogspot.com/2008/10/gempar-akhirnya-kutemui-kebenaran-anak.html
___________________________________________________________________________________
Setelah Keluarkan Fatwa Nyeleneh, Akhirnya Qardhawi Tergeletak di Rumah Sakit
Setelah mengeluarkan fatwa nyeleneh sebagaimana dilansir Al-Arabiya (19/3/2011) "Ketegangan di Bahrain tidak sama seperti revolusi lain yang terjadi negara-negara Arab lain, Revolusi Bahrain adalah revolusi sektarian dan tidak mewakili tuntuntan rakyat Bahrain secara keseluruhan. "Tidak ada revolusi rakyat di Bahrain, melainkan (revolusi) sektarian," akhirnya Yusuf Al-Qaradhawi tergeletak tak berdaya di rumah sakit.
Menurut Kantor Berita ABNA, Berita dari Doha ibukota Qatar tempat tinggal Syaikh Yusuf al-Qardawi, menyebutkan pemimpin Liga Ulama Dunia Islam tersebut telah jatuh sakit dan saat ini mendapat perawatan medis serius dari tim dokter.
Menurut sumber berita, dokter yang merawat beliau menyatakan keadaannya belum juga membaik malah bertambah kritis dan sampai saat ini belum sadarkan diri (koma). Pegawai RS Al-Ramlah turut membenarkan berita tersebut dan menyebutkan keadaan beliau benar-benar kritis dan tidak ada tanda-tanda akan pulih, kemungkinan besarnya usia Qhardawi tidak lama lagi. (ABNA)
SBY Presiden Abal-abal..???!!!???
Munculnya kembali kasus mantan Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Antasari Azhar, akhirnya menjadi pintu masuk untuk mengungkap kejanggalan yang terjadi dalam Pemilu. Kuat dugaan, kasus pembunuhan berencana yang ditimpakan kepada Antasari adalah trik yang dilakukan kelompok tertentu, guna menjatuhkan wibawa KPK saat menangani dugaan kasus korupsi pada sistim IT (Teknologi Informasi) yang dipakai KPU (Komisi Pemilihan Umum) pada Pemilu 2009 lalu.
LANTAS , seperti apakah sebenarnya kejanggalan maupun amburadulnya pada sistim IT KPU itu? Menurut Justiani, saksi ahli bidang sistim IT yang pernah bersaksi di Mahkamah Konstitusi (MK) 2009 silam, sistim IT KPU sangat rawan kecurangan.
Berikut adalah perbincangan Monitor Indonesia dengan wanita yang akrab disapa Liem Siok Lan, yang juga tokoh deklarator DEPAN (Dewan Penyelamat Negara) ini, di Jakarta, Kamis (28/4/2011).
Apa yang sebenarnya ingin Anda sampaikan sebagai saksi ahli bidang sistim IT?
Tugas saya adalah memberi contoh sistim IT Pemilu dari negara tetangga yang sudah terbukti sukses dan itu bukan perkara sulit. Lalu, membandingkan dengan rancangan amburadul sistim IT KPU yang menjadi penyebab bermasalahnya DPT, rawan manipulasi, hingga penghitungan suara yang tidak bisa dijamin kebenarannya.
Titik-titik rawan seperti apa?
Sistim IT harusnya terintegrasi dari awal hingga akhir. Mulai dari sensus pemilih harus berbasis IT sampai dengan pra pelaksanaan (persiapan logistik), pelaksanaan, pemantauan, dan penghitungan langsung dari TPS yang harus realtime. Semua itu tidak dilakukan KPU, padahal anggarannya trilyunan rupiah. Akibatnya, tidak aneh kalau ada 25 juta rakyat tidak masuk DPT, atau DPT ganda, sampai masalah tidak dikenal, sehingga jumlah golput tinggi, dan akibat-akibat lainnya.
Apa yang Anda lihat dari sistim IT KPU?
Perhatikan saja dari performans yang bisa dilihat dengan kasat mata, belum lagi perlu mengaudit perangkat lunaknya (software-nya). Antara lain, penghitungan suara 110 juta dalam waktu 1 bulan, dimana setiap hari kenaikan 1 juta, kemudian di hari terakhir langsung melonjak. Sistim komputerisasi masih amat primitif, yaitu hanya digunakan untuk meng-entry data dari rekapitulasi tingkat kecamatan, yang mudah terjadi kesalahan. Di negara lain sudah menggunakan sistim online ”real time”, sehingga hasil penghitungan langsung dari TPS dan selesai pada hari yang sama. Kemudian, sistim komputerisasi tanpa ”double engine” menyebabkan tidak ada backup ketika terjadi crash atau terputusnya koneksi yang menyebabkan data hilang, atau munculnya data yang ekstrim jumlahnya jutaan, sehingga muncul kekacauan pada angka perolehan suara.
Tak hanya itu, sistim komputerisasi tidak diaudit oleh publik melalui pihak independen, dan tanpa akses terbuka kepada rakyat, padahal sudah ada SMS, Blackberry, dan internet, makanya telah dimanfaatkan untuk jual beli suara.
Terakhir, biaya IT untuk penghitungan tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 800 miliar untuk menangani 600.000 TPS dan 170 juta suara saja. Bandingkan dengan “sistim sms” yang hasilnya pada hari yang sama dan biaya hanya Rp 60 miliar (600 ribu TPS X Rp.100.000 simcard, pulsa dan honor saksi TPS).
Pengalaman Anda di negara lain, tidak terjadi seperti di kita ini?
Justru itu yang amat menyedihkan. Sementara, di negara lain teknologi telah membuktikan peranannya, sehingga layanan bisa murah, efisien, transparan, adil, jujur, bisa diakses seluruh rakyat secara terbuka. Di Indonesia justru disiasati untuk dimanipulasi.
Anda juga menyampaikan soal quickcount (hitung cepat) yang menyesatkan, padahal sudah tidak dipakai di dunia?
Quick count dari 2000 TPS (0,3% dari 600.000 TPS) dijadikan dasar mengambil keputusan oleh presiden. Ini keliru besar. Pertama, “quick count” sudah tidak digunakan di dunia, karena adanya sistim “real time” (real count) yang murah, mudah, langsung tayang (real time), mengapa perlu quick count.
Ada 2 kemungkinan, yakni presiden tidak paham statistik atau presiden yakin bahwa kecurangan didesain secara sistimatik sehingga menjamin hasil ”quickcount” merefleksikan hasil ”realcount”. Sebagai perbandingan, yahoo atau facebook sudah mengelola miliaran pelanggan, maka sudah sejak lama cara quick count (2000 TPS) tidak digunakan di dunia, karena proses real time dan real count (apalagi cuma untuk 600.000 TPS) sudah bisa dilaksanakan dengan mudah, murah, cepat, akurat, transparan, dan langsung tayang pada hari yang sama.
Untuk apa quick count? Hanya untuk penyesatan saja. Kuno. Primitif. Atau Kejahatan yang membodohi rakyat.
Jadi bisa dibilang Quickcount dan sistim IT amburadul adalah dua sisi kecurangan sistemik?
Anda cerdas sekali. Quickcount untuk penyesatan. Sistim amburadul untuk memaksa perolehan sesuai tayangan quickcount. Dan karena sistimnya amburadul, maka sulit pembuktiannya. Ditambah DPT yang banyak bermasalah, itu untuk memberi petunjuk kepada petugas secara tidak langsung tapi mudah, yaitu yang tidak hadir (golput), nama, NIK, alamat, tanggal lahir dobel-dobel, anak-anak, orang mati, tidak dikenal, dll. untuk dicontreng sendiri oleh petugas dengan imbalan uang atau resiko jabatan kalau tidak melaksanakan.
Ini kerjasama KPU dan Perangkat Pemerintah di tingkat kecamatan, kelurahan, RT/RW, karena KPU tidak memiliki lengan sampai ke bawah sekali. Maka, hasil sesuai dengan tayangan quickcount. Persis. Ada yang menyebut SBY David Copperfield. Itu tepat sekali.
Apakah Anda bisa memberikan gambaran yang mudah sebagai perbandingan agar bisa meyakinkan bahwa membuat sistim seperti di negara lain adalah sangat mudah dan para ahli IT kita juga mampu?
Perhatikan fakta di sekitar kita. Jaringan telematika untuk perbankan yang mengelola dana ribuan trilyun saja tidak ada yang hilang, mengapa hanya mengurus 170 juta pemilih dan 600.000 TPS saja begitu heboh.
Fakta lain. Mama Lauren dengan “ketik reg” bisa mengelola lebih dari 1 juta pelanggan, sedang TPS hanya 600.000 saja. Sebagai perbandingan. Di negara tetangga, Sensus Pemilih (pendaftaran DPT) bisa dilakukan dengan sms berhadiah diundi tiap minggu, sehingga murah meriah, rakyat partisipatif, realtime, efisien, dan RT/RW bisa membantu bagi yang tidak punya akses HP dan internet.
Sebagai perbandingan lagi. Di negara tetangga. Laporan bisa langsung dari TPS melalui voice & foto & video & scan formulir (direkam dan dikirim via internet/handphone), sehingga rakyat bisa melihat tayangan hasil perolehan setiap TPS dengan berbagai cara, apakah lewat telepon, internet, sms atau chanel TV yang khusus. Sehingga transparan semuanya.
Jika kecurangan-kecurangan pada sistim IT KPU akhirnya bisa terbongkar, apakah itu bisa berarti jabatan presiden yang disandang SBY saat ini boleh disebut ilegal?
Yang pasti, presiden abal-abal
Posted by K@barNet pada 29/04/2011
Foto dan Gambar Sindiran Kreatif Khas Blogger
Berikut gambar maupun foto yang penulis dapatkan diberbagai situs internet melalui pecarian google.
Gambar diatas menampilkan sosok SBY Presiden RI. Tetapi ada berbeda dari gambar ini, lihat lingkaran tanda merah di tangan Pak SBY ini menunjukkan SBY sangat kagum dengan ketahanan pangan negeri ini. lalu mengapa harus import beras ya ??? tanya kenapa..?
Dari ke-3 gambar diatas adalah Foto Pak SBY bersama tokoh kartun. Apa benar karakter mereka mirip ?? No coment.
Lalu, ini apa lagi ????????
Bukan Politik Pencitraan,...!!
Bahkan Sule-pun berdiplomasi dengan Pak SBY.
NB :
Gambar diambil dari Internet melalui Google search.
"Teologi Horor" (Pengantar buku "CUCI OTAK NII, Tinta Publisher)
Maraknya berita kekerasan di media mulai dari bentrok antar geng, antar kampung, antar pendukung cabub, tawuran antar mahasiswa dan antar pelajar, teror bom, penyerbuan kelompok minoritas agama maupun intra agama dengan dalil "aliran sesat'' , dan yang terbaru, aksi penyekapan, perampokan dan cuci otak yang dialamatkan kepada Gerakan NII, telah membenamkan kita dalam kebimbangan tentang masa depan bangsa ini. Terlalu bias dan membingungkan untuk ditolak maupun diterima. Opini, rekayasa, dan fakta berbaur menjadi adonan yang tidak nyaman dikunyah.
Pola keberagamaan yang bagaimanakah yang bisa meredam potensi konflik dari penghayatan kita terhadap agama itu sendiri? Dan, bagaimanakah cara kita memupuk keyakinan bahwa agama adalah sumber segala nilai dan sesuatu yang selalu dibutuhkan manusia? Perlukah kita menengok kembali ideologi-ideologi tertentu yang jelas-jelas gagal mengantar manusia untuk menemukan The Great Chain Being (Hossein Nasr), padahal, menurut Nasr, ideologi-ideologi semacam komunisme atau saintisme hanya mampu mengantarkan manusia untuk menemukan setengahnya saja dari gambaran dunia?
Agama sering dikaitkan dengan fenomena kekerasan, lebih-lebih akhir-akhir ini. Sinyalemen ini disanggah melalui pernyataan apologetis (membela diri), yakni agama mengajarkan perdamaian dan menentang kekerasan; tetapi manusia menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi/kelompok sehingga menyulut kekerasan.
Padahal, agama baru menjadi konkret sejauh dihayati oleh pemeluknya. Bisakah memisahkan begitu saja agama dari pemeluknya? Orang skeptis terhadap jawaban yang membela diri itu. Orang menyaksikan bahwa agama sering digunakan sebagai landasan ideologis dan pembenaran simbolis bagi kekerasan. Oleh karena itu sulit menjawab pertanyaan, bagaimana agama bisa menjadi dasar suatu etika untuk mengatasi kekerasan. Mungkin, upaya transparansi dalam hubungan antar-agama bisa membantu memberi landasan etika semacam itu.
Dalam negara dimana kekerasan sudah menjadi bagian dari struktur dan melembaga sebagai kekuasaan tidak seimbang yang menyebabkan peluang hidup tidak sama antara mereka yang memiliki akses ke kekuasaan dengan mereka yang tidak, tentunya mereka yang meraup keuntungan, baik itu kemenangan politik maupun finansial, yang berupaya keras agar tidak terjadi perubahan berarti. Ketimpangan yang merajalela dalam hal sumber daya, pendapatan, kepandaian, pendidikan, serta wewenang untuk mengambil keputusan mengenai distribusi sumber daya hendak terus dipertahankan. Selagi kekuasaan untuk memutuskan hanya dimonopoli oleh sekelompok orang saja, mereka berupaya untuk mempertahankan status quo itu sedapat mungkin. Ideologi dan subyektifitas seringkali menjadi alasan pembenaran atau justifikasi legitimasi untuk menindak keras pihak yang ingin mengganggu dan mencoba mengutak-utik status quo. Orde keteraturan diterapkan dan disokong dari semua lini yang dimiliki negara, merangsek ke seluruh elemen kehidupan, memiliterisasi sipil sedemikian rupa sehingga korporatisme negara mengebiri masyarakat.
Dalam sejarah Islam kekerasan struktural (negara) terus terjadi sejak Nabi wafat mulai dari pembunuhan karakter para sahabat Nabi yang kritis, seperti pengasingan Abu Zar, pembantaian Malik bin Nuwairah at-Tamimi bersama warga sekampungnya dengan dalih “murtad karena tidak membayar zakat”, juga pembantaian paling biadab yang dialami Al-Husain dan para pengikutnya di Karbala hingga ekspansi-ekspansi militer atas nama “penyebaran Islam” ke wilayah-wilayah Jazirah Arabiyah, seperti ke Persia dan Andalusia.
Sejarah mencatat betapa banyak darah dialirkan dalam proses itu. Anehnya, tidak sedikit orang yang membanggakan itu sebagai bagian dari sejarah kejayaan Islam. Para khalifah Bani Umayyah dan Bani Abbas, yang korup, cabul dan rasis, malah sering dipuja sebagai ikon-ikon utama keagungan Islam???!!!
Bila kita berani mengamati secara objektif sejarah mazhab-mazhab Islam, maka kita akan dengan mudah menemukan kekerasan telah dipatenkan sebagai bagian dari doktrin dan dianggap sebagai citra kesalehan dan relijiusitas. Kaum Khawarij yang dianut oleh para tekstualis dengan ciri-ciri fisik tertentu, seperti dahi hangus karena banyak bersujud, telah menjadi gerombolan paling bengis yang mencari pahala sorga dngan menggorok leher sesama Muslim. Pembunuhan Ali bin Abi Thalib dianggap sebagai prestasi kesalehan yang paling dibanggakan oleh mereka ( Abdurrahman bi Muljam yang terkenal hafiz Qur'an dan terkenal selalu sholat tepat waktu bisa menjadi pembunuh berdarah dingin terhadap Imam 'Ali didalam Mesjid!!!! ).
Pembantaian para penganut Syiah dan Mu’tazilah serta para sufi dan filosof Muslim juga yang dilakukan oleh para penguasa Islam yang terlalu terang-benderang untuk ditutup-tutupi. Lahirnya konsep “taqiyah” tak dapat dipisahkan dari trauma sejarah yang kelam itu. Tidak hanya itu, buku-buku ulama mainstream menjadi tebal karena hanya berisikan hujatan dan vonis in absentia terhadap pandangan-pandangan Syiah, taswauf, filsafat dan Mu’tazilah.
Di abad modern pun, kekerasan tidak makin lenyap, namun sebaliknya menjadi kian kuat. Berdirinya kerajaan atas nama satu keluarga di Hijaz adalah bukti nyata akan lestarinya teologi kekerasan dalam umat Islam.
Teologi kekerasan yang dianut para teroris ini adalah teologi Wahhabi yang didirikan Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb dari keluarga klan Tamîm yang menganut mazhab Hanbali. Ia lahir di desa Huraimilah, Najd, yang kini bagian dari Saudi Arabia, tahun 1111 H [1700 M] Masehi dan meninggal di Dar’iyyah. tahun 1206 H [1792 M.]. Ia sangat terpengaruh oleh tulisan-tulisan seorang ulama besar bermazhab Hanbali bernama Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ke 14 M.
Untuk menimba ilmu, ia juga mengembara dan belajar di Makkah, Madinah, Baghdad dan Bashra [Irak], Damaskus [Syria], Iran, termasuk kota Qum, Afghanistan dan India. Di Baghdad ia mengawini seorang wanita kaya. Ia mengajar di Bashra selama 4 tahun
Tatkala masyarakat mulai merasa seperti duduk di atas bara, ia diusir penguasa [amîr] setempat pada tahun 1774.Ia lalu pindah ke Al-Dar’iyyah, sebuah oase ibu kota keamiran Muhammad bin Sa’ûd, masih di Najd Tahun 1744 Muhammad bin Su’ûd, amir setempat dan Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb saling membaiat untuk mendirikan negara teokratik dan mazhabnya dinyatakan mazhab resmi Ibnu Su’ûd sebagai amîr dan Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb jadi qadi. Ibnu Su’ûd mengawini salah seorang putri Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb.
Kini AS dan zionisme tanpa koordinasi dengan rezim Saud telah mengembangkan teologi horor sebagai kartu dan alat tekan melalui organisme baru dengan sistem dan jaringan yang mirip dengan CIA. Nama Alqaeda muncul sebagai kekuatan siluman tanpa batas negara. Ia menjadi cek kosong yang bisa diisi oleh siapapun dengan frase-frase agama yang mudah diasosiasikan dengan Islam. Kekuatannya membentang mulai dari Afrika hingga Asia, dengan ragama nama, seperti Taliban, Jamaat Islami, Jundullah, Anshar Tauhid, Sepah Sahabah. Prestasi-prestasi mereka tidak ditemukan di Gaza atau Palestina, tapi di masjid-masjid minoritas Syiah di Peshawar hampir setiap Jumat terutama di Muharram, di Irak dan seluruh dunia Islam.(selalu ada teror bom )
Lahirnya kelompok-kelompok fundamentalis yang cenderung menggunakan ‘kaca mata kuda’ dalam memahami teks agama semestinya harus disikapi secara tegas oleh negara, para pemuka agama, para intelektual dan bseluruh elemen masyarakat demi mengantisipasi terjadinya anarkisme dan chaos yang tak pelak akan membuat bangsa ini makin terpuruk.
Eskalasi kekerasan yang begitu tinggi dalam beberapa tahun terakhir, sejatinya harus dilihat sebagai pelajaran berharga bagi masyarakat beragama, bahwa agama belum berfungsi secara maksimal untuk meredam kekerasan. Karena itu, kita, terutama para pemuka agama harus aktif mengangkat doktrin-doktrin sintesis yang menghendaki perdamaian. Memang, deskripsi keagamaan selama ini belum memberi perhatian serius pada "teologi perdamaian".
Semua agama jelas-jelas menolak kekerasan secara definitif. Ia tidak pernah diterima sebagai prinsip bertindak. Kekerasan senantiasa amoral karena selalu mengandaikan pemaksaan kehendak, dan karenanya melanggar asas kebebasan dalam interaksi sosial.
Padahal, manusia bebas secara moral. Ia punya kemampuan untuk bebas menentukan setiap pilihannya. Tapi, persoalan hubungan keduanya justru terletak pada pertimbangan-pertimbangan etiko-religius untuk mempraktikkan kekerasan. Ironisnya, dalam perspektif itu, kekerasan tak lagi dinamai kekerasan melainkan jihad, atau amar makruf dan nahi mungkar, dan sejenisnya. Hal ini makin rumit jika ia dipraktikkan dengan legitimasi etiko-religius, atau sekedar dengan label agama demi ambisi-ambisi non-religius.
Bila kekerasan struktural yg membawa jargon agama tidak ditentang secara masif, maka kita akan memasuki babak kehidupan yang sangat mencekam. Indonesia yg kaya krn heterogenitas (keberagaman suku/agama dan ras) akan jadi "negeri horor". Gerombolan-gerombolan berjubah dg palu vonis "sesat" gentayangan dimana-mana.Mimbar-mimbar jadi pusat komando pembantaian. Kaum minoritas jadi sasaran adu ketangkasan membabat atas nama jihad dan amar ma'ruf.
mainsource:http://www.facebook.com/notes/muhsin-labib/teologi-horor-pengantar-buku-cuci-otak-nii-tinta-publisher/10150239641080730
Biografi Kartosuwiryo
Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo demikian nama lengkap dari Kartosoewiryo, dilahirkan 7 Januari 1907 di Cepu, sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kota Cepu ini menjadi tempat di mana budaya Jawa bagian timur dan bagian tengah bertemu dalam suatu garis budaya yang unik. Ayahnya, yang bernama Kartosuwiryo bekerja sebagai mantri pada kantor yang mengkoordinasikan para penjual candu di kota kecil Pamotan, dekat Rembang. Pada masa itu mantri candu sederajat dengan jabatan Sekretaris Distrik. Dalam posisi inilah, ayah Kartosoewiryo, mempunyai kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu, menimbulkan pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan garis sejarah anaknya. Kartosuwiryo, pun kemudian mengikuti tali pengaruh ini hingga pada usia remajanya.
Dengan kedudukan istimewa orang tuanya serta makin mapannya “gerakan pencerahan Indonesia” ketika itu, Kartosuwiryo dibesarkan dan berkembang. Ia terasuh di bawah sistem rasional Barat yang mulai dicangkokkan Belanda di tanah jajahan Hindia. Suasana politis ini juga mewarnai pola asuh orang tuanya yang berusaha menghidupkan suasana kehidupan keluarga yang liberal. Masing-masing anggota keluarganya mengembangkan visi dan arah pemikirannya ke berbagai orientasi. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang tinggal di Surakarta pada tahun 50-an yang hidup dengan penuh keguyuban, dan seorang kakak laki-laki yang memimpin Serikat Buruh Kereta Api pada tahun 20-an, ketika di Indonesia terbentuk berbagai Serikat Buruh.
Pada tahun 1911, saat para aktivis ramai-ramai mendirikan organisasi, saat itu Kartosuwiryo berusia enam tahun dan masuk Sekolah ISTK (Inlandsche School der Tweede Klasse) atau Sekolah “kelas dua” untuk kaum Bumiputra di Pamotan. Empat tahun kemudian, ia melanjutkan sekolah ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Rembang. Tahun 1919 ketika orang tuanya pindah ke Bojonegoro, mereka memasukkan Kartosoewirjo ke sekolah ELS (Europeesche Lagere School). Bagi seorang putra “pribumi”, HIS dan ELS merupakan sekolah elite. Hanya dengan kecerdasan dan bakat yang khusus yang dimiliki Kartosoewirjo maka dia bisa masuk sekolah yang direncanakan sebagai lembaga pendidikan untuk orang Eropa dan kalangan masyarakat Indo-Eropa.
Semasa remajanya di Bojonegoro inilah Kartosuwiryo mendapatkan pendidikan agama dari seorang tokoh bernama Notodihardjo yang menjadi “guru” agamanya. Dia adalah tokoh Islam modern yang mengikuti Muhammadiyah. Tidak berlebihan ketika itu, Notodihardjo sendiri kemudian menanamkan banyak aspek kemodernan Islam ke dalam alam pikir Kartosuwiryo Pemikiran-pemikirannya sangat mempengaruhi bagaimana Kartosuwiryo bersikap dalam merespon ajaran-ajaran agama Islam. Dalam masa-masa yang bisa kita sebut sebagai the formative age-nya.
Pada tahun 1923, setelah menamatkan sekolah di ELS, Kartosoewirjo pergi ke Surabaya melanjutkan studinya pada Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), Sekolah Kedokteran Belanda untuk Pribumi. Pada saat kuliah inilah (l926) ia terlibat dengan banyak aktivitas organisasi pergerakan nasionalisme Indonesia di Surabaya.
Selama kuliah Kartosuwiryo mulai berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Islam. Ia mulai “mengaji” secara serius. Saking seriusnya, ia kemudian begitu “terasuki” oleh shibghatullah sehingga ia kemudian menjadi Islam minded. Semua aktivitasnya kemudian hanya untuk mempelajari Islam semata dan berbuat untuk Islam saja. Dia pun kemudian sering meninggalkan aktivitas kuliah dan menjadi tidak begitu peduli dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh sekolah Belanda, tentunya setelah ia mengkaji dan membaca banyak buku-buku dari berbagai disiplin ilmu, dari kedokteran hingga ilmu-ilmu sosial dan politik.
Dengan modal ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak sedikit itu, ditambah ia juga memasuki organisasi politik Sjarikat Islam di bawah pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Pemikiran-pemikiran Tjokroaminoto banyak mempengaruhi sikap, tindakan dan orientasi Kartosuwirjo. Maka setahun kemudian, dia dikeluarkan dari sekolah karena dituduh menjadi aktivis politik, dan didapati memiliki sejumlah buku sosialis dan komunis yang diperoleh dari pamannya yaitu Marko Kartodikromo, seorang wartawan dan sastrawan yang cukup terkenal pada zamannya. Sekolah tempat ia menimba ilmu tidak berani menuduhnya karena “terasuki” ilmu-ilmu Islam, melainkan dituduh “komunis” karena memang ideologi ini sering dipandang sebagai ideologi yang akan membahayakan. Padahal ideologi Islamlah yang sangat berbahaya bagi penguasa yang zhalim. Tidaklah mengherankan, kalau Kartosuwirjo nantinya tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kesadaran politik sekaligus memiliki integritas keislaman yang tinggi. Ia adalah seorang ulama besar, bahkan kalau kita baca tulisan-tulisannya, kita pasti akan mengakuinya sebagai seorang ulama terbesar di Asia Tenggara.
Aktivitas Kartosuwiryo
Semenjak tahun 1923, dia sudah aktif dalam gerakan kepemudaan, di antaranya gerakan pemuda Jong Java. Kemudian pada tahun 1925, ketika anggota-anggota Jong Java yang lebih mengutamakan cita-cita keislamannya mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB). Kartosoewirjo pun pindah ke organisasi ini karena sikap pemihakannya kepada agamanya. Melalui dua organisasi inilah kemudian membawa dia menjadi salah satu pelaku sejarah gerakan pemuda yang sangat terkenal, “Sumpah Pemuda”.
Selain bertugas sebagai sekretaris umum PSIHT (Partij Sjarikat Islam Hindia Timur), Kartosuwiryo pun bekerja sebagai wartawan di koran harian Fadjar Asia. Semula ia sebagai korektor, kemudian diangkat menjadi reporter. Pada tahun 1929, dalam usianya yang relatif muda sekitar 22 tahun,Kartosuwiryo telah menjadi redaktur harian Fadjar Asia. Dalam kapasitasnya sebagai redaktur, mulailah dia menerbitkan berbagai artikel yang isinya banyak sekali kritikan-kritikan, baik kepada penguasa pribumi maupun penjajah Belanda.
Ketika dalam perjalanan tugasnya itu dia pergi ke Malangbong. Di sana bertemu dengan pemimpin PSIHT setempat yang terkenal bernama Ajengan Ardiwisastera. Di sana pulalah dia berkenalan dengan Siti Dewi Kalsum putri Ajengan Ardiwisastera, yang kemudian dinikahinya pada bulan April tahun 1929. Perkawinan ini kemudian dikarunia dua belas anak, tiga yang terakhir lahir di hutan-hutan belantara Jawa Barat. Begitu banyaknya pengalaman telah menghantarkan dirinya sebagai aktor intelektual dalam kancah pergerakan nasional.
Pada tahun 1943, ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Kartosoewirjo kembali aktif di bidang politik, yang sempat terhenti. Dia masuk sebuah organisasi kesejahteraan dari MIAI (Madjlis Islam ‘Alaa Indonesia) di bawah pimpinan Wondoamiseno, sekaligus menjadi sekretaris dalam Majelis Baitul-Mal pada organisasi tersebut.
Dalam masa pendudukan Jepang ini, dia pun memfungsikan kembali lembaga Suffah yang pernah dia bentuk. Namun kali ini lebih banyak memberikan pendidikan kemiliteran karena saat itu Jepang telah membuka pendidikan militernya. Kemudian siswa yang menerima latihan kemiliteran di Institut Suffah itu akhirnya memasuki salah satu organisasi gerilya Islam yang utama sesudah perang, Hizbullah dan Sabilillah, yang nantinya menjadi inti Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat.
Pada bulan Agustus 1945 menjelang berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia, Kartosuwiryo yang disertai tentara Hizbullah berada di Jakarta. Dia juga telah mengetahui kekalahan Jepang dari sekutu, bahkan dia mempunyai rencana: kinilah saatnya rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, merebut kemerdekaannya dari tangan penjajah. Sesungguhnya dia telah memproklamasikan kemerdekaan pada bulan Agustus 1945. Tetapi proklamasinya ditarik kembali sesudah ada pernyataan kemerdekaan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Untuk sementara waktu dia tetap loyal kepada Republik dan menerima dasar “sekuler”-nya.
Namun sejak kemerdekaan RI diproklamasikan (17 Agustus 1945), kaum nasionalis sekulerlah yang memegang tampuk kekuasaan negara dan berusaha menerapkan prinsip-prinsip kenegaraan modern yang sekuler. Semenjak itu kalangan nasionalis Islam tersingkir secara sistematis dan hingga akhir 70-an kalangan Islam berada di luar negara. Dari sinilah dimulainya pertentangan serius antara kalangan Islam dan kaum nasionalis sekuler. Karena kaum nasionalis sekuler mulai secara efektif memegang kekuasaan negara, maka pertentangan ini untuk selanjutnya dapat disebut sebagai pertentangan antara Islam dan negara.
Situasi yang kacau akibat agresi militer kedua Belanda, apalagi dengan ditandatanganinya perjanjian Renville antara pemerintah Republik dengan Belanda. Di mana pada perjanjian tersebut berisi antara lain gencatan senjata dan pengakuan garis demarkasi van Mook. Sementara pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia, maka menjadi pil pahit bagi Republik. Tempat-tempat penting yang strategis bagi pasukannya di daerah-daerah yang dikuasai pasukan Belanda harus dikosongkan, dan semua pasukan harus ditarik mundur –atau “kabur” dalam istilah orang-orang DI– ke Jawa Tengah. Karena persetujuan ini, Tentara Republik resmi dalam Jawa Barat, Divisi Siliwangi, mematuhi ketentuan-ketentuannya. Soekarno menyebut “kaburnya” TNI ini dengan memakai istilah Islam, “hijrah”. Dengan sebutan ini dia menipu jutaan rakyat Muslim. Namun berbeda dengan pasukan gerilyawan Hizbullah dan Sabilillah, bagian yang cukup besar dari kedua organisasi gerilya Jawa Barat, menolak untuk mematuhinya. Hizbullah dan Sabilillah lebih tahu apa makna “hijrah” itu.
Pada tahun 1949 Indonesia mengalami suatu perubahan politik besar-besaran. Pada saat Jawa Barat mengalami kekosongan kekuasaan, maka ketika itu terjadilah sebuah proklamasi Negara Islam di Nusantara, sebuah negeri al-Jumhuriyah Indonesia yang kelak kemudian dikenal sebagai ad-Daulatul Islamiyah atau Darul Islam atau Negara Islam Indonesia yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai DI/TII. DI/TII di dalam sejarah Indonesia sering disebut para pengamat yang fobi dengan Negara Islam sebagai “Islam muncul dalam wajah yang tegang.” Bahkan, peristiwa ini dimanipulasi sebagai sebuah “pemberontakan”. Kalaupun peristiwa ini disebut sebagai sebuah “pemberontakan”, maka ia bukanlah sebuah pemberontakan biasa. Ia merupakan sebuah perjuangan suci anti-kezhaliman yang terbesar di dunia di awal abad ke-20 ini. “Pemberontakan” bersenjata yang sempat menguras habis logistik angkatan perang Republik Indonesia ini bukanlah pemberontakan kecil, bukan pula pemberontakan yang bersifat regional, bukan “pemberontakan” yang muncul karena sakit hati atau kekecewaan politik lainnya, melainkan karena sebuah “cita-cita”, sebuah “mimpi” yang diilhami oleh ajaran-ajaran Islam.
Akhirnya, perjuangan panjang Kartosuwiryo selama 13 tahun pupus setelah Kartosoewirjo sendiri tertangkap. Pengadilan Mahadper, 16 Agustur l962, menyatakan bahwa perjuangan suci Kartosoewirjo dalam menegakkan Negara Islam Indonesia itu adalah sebuah “pemberontakan”. Hukuman mati kemudian diberikan kepada Kartosuwiryo
MUI: Waspadai PKI Baru
Selain gerakan NII, pemerintah juga harus mewaspadai gerakan PKI baru di Indonesia. Sebab, saat ini geliat gerakan komunis baru ini sudah sangat terasa.
Pernyataan ini dikemukakan Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan. Dia mengatakan, tanda-tanda geliat PKI baru tersebut bisa dilihat dari mulai anak-anak mantan PKI yang berani menyatakan diri sebagai keturunan PKI.
“Saat ini, mereka sudah berani bilang, saya anak PKI. Mereka juga sudah mulai melakukan pertemuan-pertemuan secara berkala dalam kelompoknya,” kata Amidhan di gedung DPR, Kamis (28/4).
Bukan itu saja, lanjut Amidhan, saat ini para PKI baru ini mulai membantah kejadian 30 September bukanlah ulah PKI melainkan perselisihan antara tentara. Kelompok berusaha memanfaatkan kesalahan Presiden Soeharto untuk menutupi kesalahannya.
“Saat ini mereka sudah bekerja sama dengan dunia internasioal. Dengan alasan HAM, mereka ingin menentang keputusan pelarangannya,” jelas Amidhan.
Jumlah mereka, lanjut Amidhan, sudah relatif banyak dan menyebar di semua wilayah Indonesia. “Kantung utamanya ada di Madiun dan wilayah Jawa Timur,” terangnya.
Saat ini, tambah Amidhan, gerakan ini baru sekadar penyebaran paham-paham dan ideologi. Namun, kalau dibiarkan, mereka akan tumbuh besar dan membahayakan negara.
“Kalau sudah kuat, mereka akan berusaha menumbangkan negara seperti pada 1965 dulu. Karena itu, pemerintah harus bertindak. Ini berbeda dengan NII. Negara kita sudah mengatur bahwa PKI dilarang tumbuh di Indonesia,” tandasnya. Padang Today
Mufti Saudi: Tidak Mengapa jika Sepertiga Rakyat Suriah Harus Tewas
Kantor berita Fars (25/4) melaporkan, dalam beberapa pekan terakhir, para pejabat Suriah dan sejumlah media massa, mengkonfirmasikan intervensi asing dalam menebar fitnah di Suriah, serta menuding kelompok-kelompok anti-muqawama yang berafiliasi dengan kerajaan Saudi, berda di balik fitnah di Suriah.
Al-Lahidan, yang juga merupakan anggota Dewan Ulama Saudi, itu mengatakan, "Menurut saya, madzhab Maliki membolehkan pembunuhan sepertiga rakyat demi kesejahteraan dua pertiga lainnya. Namun pada saat yang sama insya Allah sepertiga rakyat Suriah tidak akan terbunuh."
Tampaknya para pejabat dan mufti Saudi tidak menentang pembantaian warga Suriah demi merealisasikan kepentingan mereka.
Sebelumnya, sejumlah sumber kepada media mengkonfirmasikan program bersama Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintahan Suriah.
Program itu dikendalikan langsung oleh pangeran Saudi, Bandar bin Sultan dengan bekerjasama dengan mantan dubes AS untuk Lebanon, Jeffrey Feltman. Dalam hal ini, bandar bin Sultan telah menyisihkan dana hingga 2 milyar dolar kepada Feltman untuk menyulut instabilitas di Suriah. (IRIB/MZ/SL/25/4/2011)
Sadis! Iklan Israel Promosikan Tabrak Bocah Palestina
AS Reaksi Unjuk Rasa di Bahrain
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan keprihatinan atas nasib para aktivis oposisi yang ditahan di Bahrain, namun ia menolak mengutuk tindakan brutal tentara Arab Saudi.
"Kami telah menyatakan belasungkawa kepada mereka yang meninggal dalam tahanan. Kami sangat mendesak pemerintah Manama untuk memastikan bahwa semua tahanan diperlakukan secara adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip internasional," kata Jacob Sullivan, direktur perencanaan kebijakan Departemen Luar Negeri AS seperti dilansir AFP pada hari Selasa (26/4).
Sebelumnya, seorang aktivis oposisi Bahrain mengatakan, Manama tengah mempersiapkan hukuman mati terhadap sekelompok demonstran anti-pemerintah di sebuah pengadilan militer.
Tujuh pengunjuk rasa dituduh membunuh dua anggota pasukan keamanan selama penindasan negara terhadap protes rakyat, kata mantan anggota parlemen, Matar Matar. (IRIB/RM/PH/27/4/2011)"Sudah terlambat, lemah pula!" Begitulah kira-kira penilaian yang tepat atas pernyataan akhir AS soal krisis kemanusiaan di Bahrain. Meski pembantaian massal terhadap rakyat pro-demokrasi di Bahrain telah berlangsung sejak berminggu-minggu yang lalu. Namun Washington tak juga angkat bicara soal kebiadaban rezim al-Khalifa dan al-Saud tersebut. Kalaupun kini AS mulai terdengar suaranya dalam mengkritisi aksi penumpasan rezim Bahrain terhadap para demonstran pro-demokrasi, itupun terbilang sudah sangat terlambat dan tidak tegas sama sekali.
Jacob Sullivan, Direktur Perancang Kebijakan Departemen Luar Negeri AS kemarin (Selasa, 26/4) menyatakan, "Kami turut berduka cita bagi mereka yang meninggal dunia di penjara-penjara Bahrain. Kami menuntut Pemerintah Bahrain untuk segera memastikan bahwa seluruh tahanan diperlakukan secara adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip internasional".
Dalam beberapa pekan terakhir ini, aksi-aksi kekerasan dan pembunuhan terhadap warga sipil di Bahrain memang sudah terlampau brutal dan tak mungkin lagi bisa dibiarkan begitu saja. Sampai-sampai AS yang selama ini getol melindungi rezim-rezim Arab sekutu dekatnya, tak juga mampu menutup mata. Sebagaimana ramai diberitakan, belakang ini sejumlah rumah sakit, sekolah, dan masjid juga tak luput dari sasaran serangan pasukan Bahrain dan Arab Saudi. Gambar-gambar yang ditayangkan dari Bahrain juga menampilkan betapa sadis dan brutalnya operasi pemberangusan yang dilancarkan pasukan rezim al-Khalifa terhadap warga sipil pro-demokrasi.
Ironisnya, hingga kini negara-negara Barat yang getol mengklaim dirinya sebagai pembela hak asasi manusia dan demokrasi tak juga mengambil tindakan nyata untuk menghentikan aksi kekerasan rezim al-Khalifa terhadap rakyatnya sendiri. Mereka bahkan seakan membiarkan diktator Bahrain terus seenaknya melancarkan genosida sistematis terhadap warga muslim Syiah.
Sehari setelah Arab Saudi menggelar intervensi militernya di Bahrain untuk membantu rezim al-Khalifa menumpas gerakan pro-demokrasi, Menteri Pertahanan AS Robert Gates melawat Manama untuk memastikan implementasi skenario konspirasi mereka dalam memberangus kebangkitan rakyat Bahrain. Segera setelah itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyatakan bahwa revolusi Bahrain sama sekali tidak bisa disamakan dengan Libya. Kontan saja, pernyataan tersebut menjadi lampu hijau bagi rezim al-Khalifa dan al-Saud untuk memberangus gerakan revolusi rakyat Bahrain dengan segala cara.
Namun kini setelah kezaliman rezim Bahrain dan Saudi sudah di luar batas dan tak bisa lagi ditolerir, AS pun terpaksa turut berkomentar. Dua tahun terakhir ini, reputasi pemerintahan Barack Obama di bidang HAM sangat jeblok. Karena itu, mau tak mau Washington mesti angkat suara dalam menyikapi pelanggaran berat HAM di Bahrain untuk memperbaiki citranya di tingkat internasional. Namun demikian, besar kemungkinan reaksi AS tersebut hanya sebatas peringatan verbal. Bagi Washington, yang sangat vital saat ini adalah melindungi dan mempertahankan sekutu-sekutunya di Timur Tengah. Hal itu urgen dilakukan demi mempertahankan kepentingan strategisnya di kawasan. (IRIB/LV/NA/27/4/2011)Kebangkitan rakyat di dunia Arab telah mengubah wajah Timur Tengah. Kini rakyat di kawasan dapat memainkan perannya lebih besar ketimbang sebelumnya. Tampaknya, rezim zionis Israel di antara sekian rezim yang paling mengkhawatirkan fenomena yang muncul dari transformasi ini. Gelombang besar kebangkitan rakyat di dunia Arab lambat laun menyingkap dan melumat wajah keriput dan tua struktur politik rezim Israel.
Sekalipun lahirnya Timur Tengah baru banyak memberikan harapan, tapi sebagian menjadi cemas akan runtuhnya bangunan yang mereka bangun di atas air. Tsunami besar kebangkitan rakyat membuat bangunan ini dalam bahaya. Rezim Zionis Israel termasuk satu di antara mereka yang memandang gelombang tuntutan perubahan di dunia Arab dengan tatapan penuh kecemasan.
Sejujurnya, mengapa Tel Aviv memandang kebangkitan rakyat di dunia Arab dengan penuh ketakutan? Apa substansi perubahan yang terjadi sehingga mencemaskan Israel? Apa pengaruh kebangkitan rakyat kawasan terkait hubungan masa depan Israel dengan negara-negara Arab di Timur Tengah?
Efraim Halevi, mantan Direktur Mossad Israel beberapa waktu lalu kepada televisi BBC mengakui telah terjadi perubahan di kancah politik Timur Tengah, dan mengatakan, "Kondisi yang ada saat ini tidak akan berlanjut. Sebelum peristiwa Mesir saya bahkan tidak membayangkan situasi yang ada ini dapat dipertahankan. Tapi kini sudah hampir tidak mungkin untuk mempertahankannya. Kesimpulannya, kita harus menyusun kembali kebijakan baru."
Pernyataan transparan mantan direktur Mossad ini hanya secuil dari kisah kecemasan Tel Aviv akan transformasi negara-negara Arab. Mesir menjadi perhatian penting, sebab selama 35 tahun terakhir menjadi negara sekutu paling dekat Israel dan boleh di kata menjadi sandaran utama politik rezim ini.
Secara umum, hubungan rezim zionis Israel dengan negara-negara Arab selama lebih dari empat dekade dilakukan secara terstruktur dan dibangun pasca kekalahan negara-negara Arab dari Israel dalam perang 6 hari tahun 1967. Pasca kekalahan itulah, rezim Zionis semakin mengokohkan posisinya di kawasan. Tentu, dengan dukungan membabi buta Washington dan sejumlah negara Barat.
Namun kini, gelombang kebangkitan rakyat di dunia Arab telah memutar arah kutub politik di Timur Tengah. Efek domino revolusi rakyat ini selain berhasil mendongkel rezim diktator semacam Ben Ali di Tunisia dan Mubarak di Mesir dari tahtanya, juga mengancam kepentingan luar negeri Israel. Selama ini, Mubarak menjadi mitra terbaik Tel Aviv di negara-negara Arab. Berkat pemimpin diktator itu pulalah Mesir mengalirkan gasnya ke Israel. Tidak hanya itu, Israel mendapat begitu banyak konsesi yang semakin mengokohkan eksistensinya di kawasan, sekaligus mendapat pengakuan dari sejumlah negara Arab.
Perubahan konstelasi politik dewasa ini di dunia Arab membuat rezim Zionis semakin cemas dari sebelumnya. Tampaknya kecemasan itu tidaklah berlebihan. Pasalnya, sebuah polling terbaru yang dilakukan surat kabar al-Ahram Mesir menegaskan bahwa mayoritas rakyat Negeri Piramida ini menghendaki perjanjian Camp David dibatalkan.
Sejatinya, bersama tumbangnya sejumlah rezim diktator di dunia Arab, kecemasan rezim Zionis semakin kentara dari sebelumnya. Kali ini, Tel Aviv harus menyiapkan agenda baru untuk mempertahakan eksistensi ilegal Israel yang kian hari semakin rapuh dengan hancurnya benteng-benteng lama mereka bernama rezim despotik Arab.(IRIB/SL/PH/27/4/2011)
"Intervensi", tampaknya makin identik saja istilah tersebut dengan Iran. Dan lagi-lagi Republik Islam ini menjadi sasaran tudingan intervensi. Kali ini tudingan itu terlontar dari Presiden AS Barack Obama. Orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu menuding Tehran mengintervensi urusan dalam negeri Suriah. Tentu saja, tudingan tak berdasar itu segera ditampik oleh Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran. Menariknya lagi, Washington malah diajak merenungi kembali apa yang dituduhkannya itu.
Jurubicara Kemenlu Iran Ramin Mehmanparast menilai dihembuskannya tudingan seperti itu sebagai kelanjutan dari perang urat syaraf anti-Iran yang kian santer dilancarkan AS dalam beberapa tahun terakhir ini. Perang urat syaraf tersebut bertujuan untuk mengacaukan dan menyesatkan opini masyarakat regional dan internasional soal dukungan Washington terhadap rezim-rezim diktator di kawasan.
Meningkatnya perang psikologis anti-Iran yang dilancarkan AS di tengah gejolak transformasi Timur Tengah seperti sekarang, sejatinya bisa ditilik dari berbagai sudut pandang. Hanya dengan melihat sekilas saja perkembangan akhir di kawasan, tampak jelas bahwa AS dan sekutu-sekutunya menerapkan politik standar ganda dalam menyikapi rangkaian revolusi rakyat di Timur Tengah. Setiap kali kebijakan intervensif Washington menjadi sorotan dan sasaran kritik masyarakat internasional, Gedung Putih pun segera mengkambinghitamkan Iran untuk lari dari persoalan. Menariknya lagi, model penyesatan isu semacam itu juga diperagakan AS menyangkut masalah Afghanistan, Irak, dan kawasan Amerika Latin. Dan lagi-lagi intervensi Iran dijadikan sebagai biang masalah.
Padahal borok-borok AS di kawasan sudah begitu nyata. Tak siapapun bisa menafikan dukungan membabi-buta Washington terhadap kebiadaban rezim zionis Israel. Dan kini, AS pun seolah tak mau tahu dengan tragedi yang menimpa rakyat Bahrain. Padahal kalau saja Gedung Putih adalah pejuang demokrasi dan hak asasi manusia yang tulus, niscaya bakal mendukung perjuangan rakyat Bahrain menuntut keadilan dan demokrasi. Namun AS lebih memilih rezim-rezim diktator yang bisa dijadikan sebagai boneka politik untuk melindungi kepentingannya sendiri.
Kendati demikian, selicik apapun trik yang digunakan AS untuk memanipulasi kenyataan dan menyesatkan opini masyarakat, kebenaran tidak akan bisa selamanya disembunyikan. Seruan Washington untuk mendorong sekutu-sekutu Arabnya mengirim pasukan militernya ke Bahrain dengan dalih untuk membendung intervensi Iran sejatinya merupakan strategi politik yang gagal. Ironisnya hal yang sama justru diterapkan lagi terhadap Iran menyangkut masalah Suriah.
Setelah intervensi militer sekutu AS, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ke Bahrain menuai protes luas masyarakat internasional, Washington pun lantas memanipulasi fakta dan segera menuding Iran membantu pemerintah Suriah memberangus protes rakyat. Semua itu dilakukan untuk menyembunyikan realitas yang terjadi di Bahrain demi melindungi penguasa-penguasa Arab yang menjadi sekutu utama Washington. Yang jelas, sezalim apapun mereka, AS tak ingin rezim-rezim bonekanya di Timur Tengah itu tumbang satu per satu dalam waktu sedemikian singkat seperti nasib Ben Ali di Tunisia ataupun Mubarak di Mesir. (IRIB/LV/NA/26/4/2011)Aktivis internasional merencanakan untuk mengirim sebuah armada bantuan baru ke Jalur Gaza dalam upaya untuk mematahkan blokade rezim Zionis Israel.
Gerakan Pembebasan Gaza mengatakan pada hari Selasa (26/4) bahwa target waktu keberangkatan konvoi adalah 31 Mei atau bertepatan dengan peringatan serangan mematikan Tel Aviv terhadap Freedom Flotilla, Associated Press melaporkan.
Konvoi baru yang terdiri dari 15 kapal akan menjadi dua kali lebih besar dari rombongan tahun lalu dan membawa total 1.500 orang, termasuk aktivis dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, Amerika Latin, Kanada dan Amerika Serikat.
Sebuah koalisi internasional dari 22 kelompok non-pemerintah akan mengatur perjalanan tersebut.
Israel memperingatkan akan menggunakan kekuatan terhadap kapal bantuan yang melanggar blokade Gaza. Tel Aviv memberlakukan blokade di Jalur Gaza pada Juni 2007 setelah pemerintah yang terpilih secara demokratis, Hamas menguasai kawasan tersebut.
Sekitar 1,5 juta orang ditolak hak-hak dasar mereka, termasuk kebebasan bergerak, hak untuk kehidupan yang layak, pekerjaan, kesehatan dan pendidikan. (IRIB/RM/PH/27/4/2011)Menyusul gagalnya upaya diplomatik Rezim Zionis Israel untuk mencegah pengiriman konvoi kapal terbaru untuk mengakhiri blokade atas Gaza, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menyatakan akan melakukan apa saja untuk menghalangi konvoi yang membawa para aktivis perdamaian itu memasuki perairan Gaza.
Seperti dilaporkan Radio Israel, Netanyahu telah mengeluarkan instruksi kepada Departemen Luar Negeri untuk melanjutkan upaya diplomatik mencegah pengiriman konvoi kapal Freedom Flotilla yang akan segera diberangkatkan dari Turki menuju Gaza dalam waktu dekat.
Bulan Mei tahun lalu, konvoi Freedom Flotilla I diserang pasukan komando Zionis saat mendekati wilayah perairan Gaza. Dalam insiden tersebut sembilan aktivis Turki tewas.
Sementara itu, para dokter dan perawat Palestina di Gaza menggelar unjuk rasa di depan pintu penyebrangan Rafah di perbatasan Gaza dengan Mesir. Mereka menuntut pembukaan pintu perlintasan tersebut untuk memudahkan masuknya obat-obatan dan perlengkapan medis ke kawasan ini.
Para demonstran mendesak pemerintahan Dewan Militer Mesir untuk segera membuka perbatasan Rafah. (IRIB/AHF/28/4/2011)Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Ali Akbar Salehi meminta pihak berwenang Mesir untuk mengambil langkah berani guna meningkatkan volume hubungan Tehran-Kairo.
Selama konferensi tentang transformasi regional di Tehran pada hari Sabtu (23/4), Salehi menyatakan kesiapan Iran untuk meningkatkan level hubungan antara kedua negara.
"Kami telah mengumumkan kesiapan kami. Dan kami berharap pihak berwenang Mesir, dalam pandangan pertukaran verbal dan korespondensi, mengambil langkah berani secepat mungkin untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara," ujar Salehi seperti dilaporkan IRNA.
Menyinggung tekanan yang dihadapi pemerintah Mesir dalam menjalin hubungan dengan Iran, Salehi mengatakan, pemerintah Kairo tahu bagaimana mengatasi tekanan seperti itu.
"Iran dan Mesir adalah dua pilar dunia Muslim dan saling melengkapi satu sama lain. Interaksi mereka akan membantu perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan," tambahnya.
Iran memutuskan hubungan dengan Mesir setelah Kairo menandatangani perjanjian Camp David 1978 dengan rezim Zionis Israel dan memberikan suaka politik kepada Syah despotik, Mohammad Reza Pahlevi.
Pada tanggal 29 Maret, dalam konferensi pers pertamanya sebagai menteri luar negeri Mesir, setelah penggulingan mantan Presiden Hosni Mubarak, Nabil El Arabi mengatakan, Kairo siap untuk membuka lembaran baru dengan Tehran.
Pada tanggal 1 April 2011, Salehi menanggapi pernyataan itu dan mengatakan, meskipun mengalami pasang surut, hubungan bersejarah antara Iran dan Mesir telah berkelanjutan.
Sejak itu, para pejabat Iran dan Mesir telah menekankan pentingnya memperbaiki hubungan Tehran-Kairo. (IRIB/RM/24/4/2011)Sungguh brutal, sebuah iklan mobil Jepang di Israel mempromosikan aksi tabrak lari terhadap anak-anak Palestina.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita Xinhua, iklan komersial yang diterbitkan dealer Subaru di Israel itu, menampilkan adegan foto tahun lalu, ketika seorang pemukim Israel menyerang dua anak Palestina dengan mobilnya di kawasan permukiman Silwan, Yerusalem Timur.
Tak hanya itu saja, iklan mobil Subaru itu juga memasang ungkapan bernada provokatif dalam bahasa Ibrani di sudut kanan gambar, berbunyi: "Kita akan lihat siapa yang dapat bertahan menghadapimu".
Menanggapi iklan tersebut Otoritas Ramallah pimpinan Mahmoud Abbas menyebut promosi tindakan agresif itu sebagai iklan kotor dan ajakan terbuka untuk menabrak anak-anak Palestina hingga terbunuh.
Akibat serangan tabrak mobil itu, dua anak Palestina berusia 10 dan 12 tahun menderita patah kaki. Penyerang kedua bocah Palestina itu bernama David Be'eri, seorang direktur jenderal Elad, sebuah perusahaan pengembang real estat berhaluan garis keras. Perusahaan itu gencar membujuk orang Yahudi untuk pindah ke lingkungan padat di Baitul Maqdis Timur.
Baitul Maqdis Timur merupakan bagian dari wilayah Palestina, yang diduduki Tel Aviv pada tahun 1967. Rencananya kawasan tersebut bakal dijanjikan sebagai ibukota negara Palestina di masa depan.(irib/22/4/2011)
Satu jajak pendapat yang dilansir surat kabar Mesir, Al Ahram, Rabu, mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Mesir menginginkan agar perjanjian perdamaian dengan Israel pada 1979 dibatalkan.
Jajak pendapat yang dilakukan dari 24 Maret hingga 7 April itu mencatat 54 persen warga Mesir menginginkan Perjanjian Camp David itu dibatalkan saja, dan 36 persen meminta dipertahankan.
Sebanyak seribu warga Mesir yang secara acak diwawancarai langsung satu per satu itu memiliki perbedaan pandangan antara kalangan masyarakat berada dan warga berpendapatan rendah.
Tercatat 60 persen warga yang berpendapatan rendah mendukung pembatalan perjanjian perdamaian tersebut, sementara 45 persen masyarakat kelas menengah ke atas ingin perjanjian perdamaian itu tetap dipertahankan.
Menyangkut masa depan demokrasi di Mesir pasca-Revolusi 25 Januari, 54 persen warga Mesir optimistis akan lebih baik.
Sebanyak 77 persen rakyat Mesir merasa senang dengan tumbangnya rezim pimpinan Presiden Hosni Mubarak pada 11 Februari, dan 65 persen menerima keadaan saat ini.
Mengenai pemilihan umum anggota parlemen pada September dan pemilihan presiden pada November 2011, 41 persen yakin pemilu akan berjalan bebas dan jujur, dan sekitar 59 persen menyatakan masih ragu dengan keabsahan pemilu pertama pasca revolusi tersebut.
Figur yang diidolakan adalah Marsekal Mohamed Hussein Tantawi, penguasa transisi Mesir saat ini dengan meraih 90 persen dukungan.
Militer mendapat dukungan 88 persen dan Ikhwanul Muslimin meraih 75 persen suara dukungan, dibandingkan dengan 70 persen dukungan untuk Gerakan Pemuda 6 April.
Adapun calon-calon presiden, mantan menteri luar negeri dan Sekjen Liga Arab Amr Moussa meraih dukungan 88 persen, diikuti 70 persen untuk pemimpin oposisi dari Partai Al Ghad, Aiman Nur, dan mantan Ketua Badan Atom Internasional, Mohamed ElBaradei meraih 57 persen dukungan, demikian hasil survei itu.
Pandangan negatif warga Mesir terhadap Amerika Serikat, menurut angket tersebut, sedikit bergeser dari 82 persen tahun lalu menjadi 79 persen.
Mengenai pengaruh AS terhadap perkembangan politik di Mesir, 39 persen menyebut pengaruh negatif, 22 persen pengaruh positif, dan 60 persen menyatakan tidak percaya dengan Presiden Barack Obama.(IRIB/Antara/27/4/2011)