SEBUAH mobil hitam parkir di halaman Pesantren Putri Darul Istiqamah, Barabai. Tak berapa lama, seorang perempuan berkewarganegaraan Amerika turun dari mobil itu. Dia didampingi pengasuh pesantren.

Rombongan langsung menuju Musala Darul Istiqamah. Di musala itu, puluhan santri putri menanti kedatangan mereka. "Hai good morning," sapa perempuan bernama Namzi Stenemann kepada puluhan santri yang sejak pagi menanti kehadirannya.

Suasana tenang pun berubah menjadi ceria. Sejumlah santri berdiri dan menghampiri Direktur Asia Pacific Ed Program untuk bersalaman sambil mengucapkan salam selamat datang. Kunjungan itu merupakan program East West Center Hawaii yang bertujuan membangun kesepahaman antarbangsa pada tingkat akar rumput. Tidak hanya bersilaturahmi, Namzi juga memberikan ceramah kepada santri.

Mereka diajari tentang pemahaman budaya antarbangsa. Selain ceramah, santri juga diajak dialog tentang kriteria budaya di daerahnya. "Saya senang di sini, siswanya pintar. Bahasa Inggrisnya lancar," katanya.

Kunjungan itu merupakan balasan dalam pertukaran antaraguru Amerika dan guru pesantren, khususnya dalam hal melek budaya yang tergabung dalam partnership for schools P4S (pertukaran professional guru dan kunjungan sekolah di Amerika bagi guru dan pimpinan pesantren se-Indonesia).

Sebelumnya pada Oktober 2008 lalu salah satu guru pengasuh Darul Istiqamah, Lela Hanifah berangkat ke Amerika bersama 44 guru dan pengasuh pesantren lain di Indonesia untuk program yang sama. Program itu dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah dan diorganisasi oleh east west center (EWC) yang berkantor di Hawaii.

"Selama di Amerika, saya dan peserta lain akan disebar. Kami tinggal di beberapa rumah warga setempat dan magang di sekolah Amerika untuk menyerap metode belajar mengajar," tutur Lela.

Proses seleksi peserta program itu, kata putri pimpinan Pesantren Darul Istiqamah itu, dilakukan melalui internet sejak Februari lalu. Tes yang digelar seputar masalah pendidikan.

Di Indonesia, Namzi tidak sendiri. Dia ditemani enam guru dari Amerika lainnya. Mereka berkunjung ke berbagai daerah di tanah air. "Kami sudah sejak 28 Juni di Indonesia. Kami dipisah di beberapa daerah lain untuk memberikan pengetahuan tentang budaya Amerika," kata perempuan berwajah oriental itu.

Rencananya Namzi tinggal selama dua hari di Barabai. Setelah berkunjung ke Pesantren Darul Istiqamah Putri, dia melanjutkan kunjungan ke Pesantren Darul Istiqamah Putra. "Besok saya sudah harus di Jakarta bersama teman, untuk kembali ke Amerika," tambahnya.

Selama berada di Barabai, Namzi mengaku terkesan dengan sikap ramah dan budaya warga Bumi Murakata. "Di sini sangat tenang. Kotanya kecil, tidak memiliki tempat keramaian seperi mall, cafe atau yang lainnya. Namun banyak budaya yang bisa digali di sini," katanya seraya berjanji akan kembali ke Barabai suatu saat nanti.