Ledakan bom yang terjadi pada Jumat lalu di Jakarta menghentakkan rakyat Indonesia. Di tengah situasi perekonomian Indonesia yang sedang bergelut dengan krisis ekonomi dunia, ledakan bom ini sedikit banyak mengganggu pasar keuangan Indonesia, apalagi target pengeboman merupakan hotel tempat banyak orang asing menginap.
Bursa saham dan rupiah langsung bereaksi negatif. Rupiah melemah sesaat setelah ledakan terjadi. Apakah rupiah akan terus melemah setelah kejadian ini? Efek pascaledakan mungkin akan melemahkan rupiah. Akan tetapi, dengan melihat pernyataan-pernyataan dari para pejabat teras pemerintahan yang berusaha meyakinkan pasar bahwa kejadian tersebut tidak akan mengganggu iklim investasi dan tidak akan menimbulkan gejolak yang berlebihan pada nilai tukar rupiah, kemungkinan besar rupiah masih dalam kecenderungan menguat terhadap dollar AS.
Pelaku pasar tentunya mengharapkan kecepatan pemerintah dalam mengatasi masalah ini.inggu ini (13-17 Juli) rupiah diperdagangkan stabil di kisaran 10.050-10.250 per dollar AS.Faktor eksternal, seperti pelemahan dollar AS terhadap hampir semua mata uang dunia, turut membantu penguatan rupiah.
Laporan penghasilan yang bagus dari bank-bank dan perusahaan teknologi besar AS, seperti Goldman Sachs, JPMorgan, Citigroup, Intel, Google, dan IBM, meningkatkan minat investor untuk memburu aset yang lebih beresiko dan berimbal hasil lebih tinggi. Investor pun melepaskan dollar AS dan masuk ke instrumen, seperti bursa saham dan mata uang yang berimbal hasil tinggi, termasuk rupiah.
Secara teknikal, untuk minggu depan diperkirakan rupiah akan tetap stabil di kisaran minggu sebelumnya, dengan kecenderungan menguat mendekati area psikologisnya di 10.000 per dollar AS. Tahanan atas atau resisten kemungkinan berada di area 10.250-10.300.
Sementara itu, saham-saham di Bursa Efek Indonesia, Selasa (21/7), masih terus melaju di jalur positif, seolah tidak menghiraukan aksi terorisme di Mega Kuningan, Jumat pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan sesi pertama menguat 1,73 persen atau 36,358 poin pada 2.142,711. Sektor perkebunan dan pertambangan terus mengerek indeks di zona hijau.
Sebanyak 125 saham naik mendominasi perdagangan sesi pagi ini dibanding 34 saham turun dan 65 saham stagnan. Adapun indeks Kompas100 meningkat 1,79 persen, kemudian indeks LQ45 menguat 1,90 persen serta Jakarta Islamic Index melejit 2,40 persen. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS siang ini juga mantap di kisaran 10.000. Mata uang RI ini berada di posisi Rp 10.045 per dollar AS.
Di hari pertama perdagangan pascaledakan Mega Kuningan, pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia langsung melejit, seolah menunjukkan bahwa pasar tidak takut dengan tindakan teror tersebut. Indeks Harga Saham Gabungan sesi pertama, Selasa (21/7) pagi, menguat 1,29 persen atau 27,236 poin menjadi 2.133,589 pada pukul 09.39 waktu JATS. Saham komoditas dan infratruktur menopang laju indeks di awal sesi ini.
Sementara indeks Kompas100 meningkat 1,39 persen, kemudian indeks LQ45 melejit 1,45 persen, serta Jakarta Islamic Index naik 1,56 persen. Para analis dan ekonom memperkirakan dampak teror bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton pada Jumat pagi itu hanya sebentar karena berdasarkan pengalaman beberapa teror bom sebelumya, pasar saham dan keuangan Indonesia bisa pulih kembali.
Aura positif juga bertiup dari eksternal, bursa regional pagi menghijau seiring menguatnya Wall Street.Pada perdagangan saham Senin waktu setempat tadi, indikator-indikator utama Wall Street menunjukkan kinerja positif. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 1,19 persen pada 8.848,15. Ini merupakan pencapaian indeks yang mewakili 30 emiten besar di AS itu, tertinggi selama enam bulan terakhir. Sementara, indeks S&P 500 menguat 1,14 persen menjadi 951,13. Ini merupakan pencapaian tertinggi sejak November 2008 lalu.
Saat ini nama Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mencuat dan menghiasi halaman muka media massa Indonesia menyusul hasil penemuan polisi yang mengidintifikasi pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton sebagai alumni ponpes ini. Sementara itu, ponpes Al Mukmin, Ngruki mengakui dalam daftar santri mereka terdapat alumni yang bernama Nur Said yang diduga sebagai pelaku peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta, pada Jumat (17/7).
Direktur ponpes tersebut, Wahyuddin mengatakan, "Berdasarkan data ponpes ini, terdapat alumni yang bernama Nur Said dengan asal Temanggung,". Dia mengatakan, Nur Said merupakan santri ponpes tersebut yang masuk pada 1988 dan lulus pada 1994. Ia menambahkan, "Selain itu, dalam daftar tersebut tertulis orang tua Nur Said adalah Muhammad Nasir dan Tuminem,".
Pada pemberitaan sebelumnya, pondok pesantren tersebut sempat membantah ada alumni yang bernama Nur Hasbi alias Nur Said alias Nuri Sahid. Wahyudin beralasan, pihaknya belum menemukan nama tersebut pada data ponpes ketika membantah tuduhan mengenai Nur Said merupakan alumni ponpes ini.
Ia menambahkan, "Meskipun kami akhirnya mengakui, saya berharap semua pihak jangan terlalu dini menyimpulkan bahwa Nur Said adalah pelaku peledakan tersebut sebelum hasil penyelidikan kepolisian diumumkan,". Jika dugaan mengenai pelaku peledakan itu benar, lanjutnya, hal tersebut sudah bukan tanggung jawab dari ponpes ini. Direktur ponpes Al Mukmin menekankan, "Selain mata pelajaran seperti yang ada di sekolah-sekolah umum lainnya, hal khusus yang diajarkan di sekolah ini adalah mengenai Al Quran dan Al Hadis,".
Dia mengatakan, tidak ada materi kekerasan ataupun jihad dalam arti sempit yang diajarkan di dalam ponpes ini. Ia juga mengecam keras tuduhan bahwa ponpes ini adalah sarang teroris. Mengenai terdapat beberapa alumni ponpes ini yang menjadi pelaku peledakan, dia mengatakan, keputusan tersebut bukan berasal dari apa yang diajarkan oleh Ponpes Ngruki.
Menurutnya, "Pengaruh dari luar, seperti yang berasal kelompok-kelompok tertentu yang berhaluan garis keras, sangat memungkinkan mengubah nilai-nilai Islam yang telah kami tanamkan pada santri-santri kami,". Dia mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi hal tersebut kepada seluruh santri dengan memberikan materi pembelajaran yang berasal dari Al Quran mengenai Islam yang cinta damai. Akan tetapi, lanjut Wahyuddin, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena keterlibatan alumni mereka dalam bebrapa kasus peledakan sudah menjadi pilihan alumni-alumni tersebut.
Sepertinya ponpes sudah sering dijadikan kambing hitam dalam setiap kasus terorisme yang disinyalir berbagi agama. Hal ini tak dapat dipisahkan dari propaganda Barat, khususnya AS yang menganggap Islam identik dengan terorisme. Perang di Irak dan Afghanistan yang digelar AS juga diatasnamakan perang anti-terorisme, sehingga kedua negara ini menjadi korban dari politik arogan AS. Pencitraan buruk Islam yang dilakukan Barat juga didukung oleh sejumlah kelompok radikal Islam, baik disadari maupun tidak. Mereka telah dijadikan alat oleh Barat untuk memburukkan Islam. Indonesia sendiri sebagai negara terbesar pemeluk Islamnya tak lepas dari fenomena ini. (KOMPAS.com)
0 comments to "Ponpes dan aksi teror"