ANTARA dan Proyek Lewati Mousavi atau Reformasi Jilid II
Hari ini (Kamis, 07/1) Antara menurunkan laporan yang agak panjang mengenai ditangkapnya lebih dari 180 orang. Sambil mengutip situs milik oposisi Rahesabz dari AFP, Antara menulis, Iran telah menangkap lebih dari 180 orang dalam beberapa hari belakangan termasuk sejumlah wartawan, mahasiswa dan pegiat hak asasi manusia, menyusul demonstrasi anti-pemerintah akhir bulan lalu.
Tampaknya sebuah berita menarik. Namun setelah kami (IRIB) melakukan penelusuran langsung ke situs Rahesabz, berita atau laporan yang diturunkan Antara yang mengutip situs Rahesabz lewat Kantor Berita Perancis AFP ternyata berita ini tidak ada.
Bahkan setelah kami menelusuri arsip situs ini tetap tidak menemukan apa yang dilaporkan Antara dari AFP. Bahkan dengan membuka arsip situs Rahesabz-pun, yang ternyata halaman selanjutnya tidak bisa dibuka dan hanya berhenti pada tiga hari sebelumnya, kami tidak menemukan berita ini.
Kami (IRIB) tidak hanya membuka arsip berita tapi semua item yang ada di situs Rahesabz, tapi tetap saja tidak menemukan sesuatu yang mirip seperti yang dilaporkan Antara. Bila ada laporan tentang penangkapan, maka itu hanya kutipan dari Kantor Berita Fars yang menyebut tentang penangkapan sejumlah perusuh di dunia maya dalam proyek fitnah. Sementara terkait mahasiswa Mashad, situs Rahesabz menurunkan laporan khusus yang judulnya, para pelaku kudeta nantikan reaksi keras kami. Laporan ini menyinggung soal penangkapan para perusuh, tapi tidak menyebutkan jumlahnya.
Pertanyaannya, lalu dari mana Antara yang mengutip AFP mendapatkan data-data jumlah yang ditangkap dari situs ini?
Patut untuk merenungkan pernyataan Menteri Intelijen Republik Islam Iran, Heidar Moslehi menyebut kubu fitnah (oposisi) dan anti-Revolusi kedua-duanya memiliki hubungan dengan skenario yang telah ditentukan dari negara-negara asing. Ditambahkannya, "Terkait aksi kerusuhan di hari Asyura, dua hal ini harus diperhatikan. Pertama, mereka yang ditangkap secara umum pribadi yang seperti apa dan kedua, kelompok yang memprovokasi juga seperti apa." Moslehi menyebut aksi penangkapan dan langkah-langkah selanjutnya yang diambil telah menemukan benang merah. Mereka terdiri dari kelompok anti-Revolusi dan pelaku fitnah punya hubungan erat dengan pihak asing."
Dalam penyidikan yang dilakukan pihak intelijen Iran disebutkan, dalam penyidikan tahap pertama yang dilakukan terhadap sejumlah orang asing yang ditangkap dalam aksi kerusuhan 27 Desember, mereka diselundupkan masuk ke Iran oleh anasir-anasir dalam negeri. Mereka biasanya dalam bentuk satu tim yang terdiri dari 12 hingga 14 orang. Mereka diselundupkan oleh anasir-anasir dalam negeri dan sejumlah penyelundup narkotika, lalu dengan cepat menuju Tehran.
Proyek Lewati Mousavi atau Reformasi Jilid II
Antara dalam laporannya juga menyebut tentang tawaran lima butir rencana Mir Hossein Mousavi dalam upaya untuk menemukan jalan keluar bagi krisis dan meminta diakhirinya kekerasan terhadap demonstran. Tawaran itu disebutkannya dalam pernyataan bernomor 17. Ia menyatakan pemerintah harus memikul tanggung jawab dan minta perbaikan undang-undang pemilihan negara itu, pembebasan tawanan, kebebasan media dan pengakuan atas hak untuk megadakan demonstrasi seperti diabadikan dalam konstitusi.
Menarik mencermati langkah-langkah Mir Hossein Mousavi selama ini. Bila selama ini ia mengaku telah ada kecurangan, sekalipun tidak pernah menunjukkan bukti-buktinya, dan tidak mengakui pemerintah Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Republik Islam Iran, namun banyak sikap Mousavi yang tidak konsisten. Antara sendiri pada hari Rabu (23/12) menurunkan berita tentang pemecatan Mousavi dari jabatan Ketua Akademi Kesenian. Semua tahu jabatan Mir Hossein Mousavi sebagai Ketua Akademi Kesenian diperpanjang oleh Ahmadinejad dalam masa kepresidenan sebelumnya. Sebagai oposan sejati, seharusnya sejak awal ketika tidak mengakui pemerintah Ahmadinejad yang kedua, semestinya Mousavi telah melepaskan jabatan tersebut. Ironis! Tapi itulah Mousavi.
Yang lebih menarik lagi, dalam pernyataan bernomor 17-nya, Mousavi lagi-lagi mundur selangkah. Tawaran pertamanya menyebut pemerintah harus memikul tanggungjawab atas segala masalah yang muncul. Kata pemerintah yang dicantumkan Mousavi menunjukkan ia telah menerima pemerintah Ahmadinejad, tapi meminta agar pemerintah menyatakan bertanggung jawab atas segala kejadian selama ini.
Sikap Mir Hossein Mousavi mengakui pemerintah Ahmadinejad telah menciptakan friksi di kubu Reformasi. Sebagaimana dilaporkan IRNA, lima pendekar kubu Reformasi yang berada di luar negeri seperti Abdulkarim Soroush, Abdolali Bazargan, Mohsen Kadivar, Akbar Ganji dan Ata'ollah Mohajerani mengeluarkan pernyataan dengan istilah "keinginan efisien Gerakan Hijau" yang isinya melangkah lebih jauh dari pernyataan Mousavi. Berbeda dengan Mousavi yang mengakui pemerintah Ahmadinejad, kelima tokoh Reformasi ini malah meminta Ahmadinejad agar segera mengundurkan diri dan dilakukan pemilu ulang.
Pernyataan Mousavi yang menyebut dirinya, Karoubi dan Khatami tidak mengeluarkan seruan agar pendukungnya turun melakukan aksi unjuk rasa di hari Asyura juga membuat jengkel Kelompok Munafikin (MKO). Karena pernyataan itu menunjukkan mereka yang ikut dalam aksi kerusuhan 27 Desember mengikuti seruan kelompoknya. Terlebih-lebih lagi dalam pernyataannya Mousavi menyebut mereka yang turun ke jalan adalah orang-orang mukmin. Sementara Kelompok Munafikin tidak mengaku demikian.
Bagaimanapun juga, banyak yang melihat pernyataan bernomor 17 Mousavi sebagai langkah mundur. Itulah mengapa pernyataan yang dikeluarkan oleh lima tokoh Reformis yang berada di luar negeri sebagai proyek lewati Mousavi. Apa lagi dengan transparan Mousavi menyebut tidak mengeluarkan seruan agar pendukungnya dan kelompok anti-Revolusi melakukan aksi demonstrasi dan kerusuhan di hari Asyura. Itu berarti aksi ini sudah tidak lagi mampu dikontrol oleh Mousavi. Dengan kata lain, komando fitnah sudah tidak lagi di dalam Iran tapi sudah berada di luar negeri.
Kecurangan Pemilu Hanya Alasan
Yel-yel yang diucapkan oleh para perusuh di hari Asyura (27/12) tidak lagi menjadikan pemilu sebagai targetnya. Para perusuh hari Asyura tidak hanya meneriakkan yel-yel anti-Wilayah Faqih dan sistem pemerintah Iran, tapi juga merusak fasilitas umum, tempat-tempat acara peringatan Asyura dan bahkan membakar Al-Quran. Tentu saja penghinaan terhadap sistem pemerintahan dan kesucian agama merupakan tindakan yang tidak dapat ditolerir. Oleh karenanya, masyarakat secara umum pada tanggal 30 Desember melakukan pawai akbar menentang para pelaku kerusuhan.
Masyarakat menuntut pemerintah agar menindak keras para pelaku kerusuhan dan penghinaan terhadap negara dan agama. Masyarakat sudah tidak sabar lagi dengan aksi-aksi perusakan dan penghinaan. Tidak ada satu negara di dunia yang dapat mentolerir aksi-aksi semacam ini. Sikap tegas pemerintah dan pihak keamanan menangkap para perusuh sebenarnya muncul dari tekanan masyarakat yang tidak ingin lebih lama menyaksikan negaranya dalam kondisi tidak aman. Kondisi di mana tidak ada lagi yang dihormati, bahkan keyakinan agama pun dinistakan.
Mencermati hal ini, sangat wajar bila pemerintah melakukan penangkapan besar-besaran. Terlebih lagi segala aksi demonstrasi telah ditunggangi dengan aksi-aksi perusakan fasilitas umum dan yang lebih penting adalah campur tangan anasir-anasir asing. Bila memang masalah pihak oposisi adalah kecurangan dalam pemilu, lalu mengapa harus ada anasir-anasir pihak asing? (Irib,antara)
Home � Berita , Islam dan Jihad , Persatuan Islam , Politik , Teroris , Wahabi � Ada apa dibalik berita ANTARA?????
Ada apa dibalik berita ANTARA?????
Posted by cinta Islam on 3:37 PM // 0 comments
0 comments to "Ada apa dibalik berita ANTARA?????"