Pendirian Islam telah menyebabkan kebangkitan di dunia Islam dan telah membahayakan kepentingan kekuasaan arogan dan penindas di kawasan itu, kata Pemimpin dalam pertemuan dengan anggota Majelis Ahli di Tehran pada hari Kamis.

"Oleh karena itu semua orang harus melakukan semaksimal mungkin untuk menjaga dan mempertahankan pendirian dan pilar (agama)," tambah Ketua.

Ayatollah Khamenei menegaskan bahwa Republik Islam telah didirikan pada prinsip Islam, martabat manusia dan popularitas konsensus.

Pemimpin yang dihormati melanjutkan dengan menggarisbawahi titik dimana pengambilan suara orang-orang (pemilu) memainkan peran kunci di Iran dalam menetapkan pandangan perspektif Islam.

"Dan untuk alasan ini pemilihan di Republik Islam adalah masalah nyata," tambah Sang Pemimpin.

Ayatollah Khamenei juga mencatat bahwa tidak seperti demokrasi gadungan dari Barat, kelompok-kelompok penguasa dan pemilik modal tidak mempengaruhi pengambilan keputusan atas nama rakyat Iran.

Dalam republik Islam, masyarakat sendiri membuat keputusan dan tentu saja, dalam beberapa kasus, keputusan mungkin salah, tapi karena itu adalah orang-orang pilihan, orang harus tunduk kepada itu, Pemimpin menambahkan.

Ayatollah Khamenei menekankan bahwa kampanye pemilu di Iran berlangsung dalam rangka pendirian Islam dan siapa pun yang melanggar kerangka itu, maka dia melanggar peraturan.

Pemimpin mengatakan orang-orang yang telah menolak untuk menerima suara mayoritas tidak lagi memenuhi syarat untuk tetap dalam pemerintahan Islam.

"Mereka yang menolak untuk mematuhi hukum dan menerima kehendak mayoritas dan berupaya untuk menggambarkan titik tertinggi heroik 40-juta-jumlah pemilih dalam pemilu sebagai kelemahan, mereka, sebagai akibatnya, kehilangan hak untuk mempertahankan kehadirannya dalam pemerintahan Islam, mereka telah kehilangan itu, "kata Ayatollah Khamenei.

Sebelum pidato Pemimpin, Ketua Majelis Pakar Ayatollah Akbar Hashemi Rafsanjani mengatakan pertemuan hari Kamis itu mendukung aksi unjuk rasa besar-besaran yang menandai hari ulang tahun Revolusi Islam pada 11 Februari.