Home , � Keluarga Nabi (Terkesan) Dimusuhi?

Keluarga Nabi (Terkesan) Dimusuhi?

Perubahan Komentar Alquran Abdullah Yusuf: Mengapa Keluarga Nabi (Terkesan) Dimusuhi?

Oleh: Ahlul Bayt DILP

Abdullah Yusuf Ali dikenal sebagai penerjemah dan juru ulas Quran terkenal Suni. Terjemahan dan ulasannya sangat terkenal di dunia Islam dan Barat, serta di manapun bahasa Inggris dibaca dan dipahami.

Sebuah perbandingan dari catatan penjelasan antara versi lama dan versi baru yang “direvisi” mengungkap berbagai perbedaan. “Revisi” ini termasuk penghapusan penghormatan terhadap Imam Hasan dan Husain as., yang merupakan cucu Nabi Muhammad saw. anggota Ahlulbait. Selain itu, beberapa perubahan menarik juga telah terjadi! (Teks berwarna merah berasal dari narablog, ejajufri)

Bukti, Analisis, dan Kesimpulan

Abdullah Yusuf Ali dikenal sebagai penerjemah Inggris terkenal dan penafsir Alquran. Ia menjalani hidup di Inggris tempat dia wafat tahun 1952 (lahir di India). Terjemahan dan komentarnya telah diterbitkan beberapa kali dan digunakan secara luas di dunia berbahasa Inggris dan juga tempat-tempat di mana bahasa Inggris dibaca dan dipahami.

Beberapa edisi “revisi” telah muncul dalam lima belas tahun terakhir atau lebih. Penyelidikan terhadap perubahan yang dibuat dalam edisi baru menunjukkan suatu pola yang mungkin berhubungan dengan pendidikan kepada pembaca studi kasus ini. Tiga edisi karya Abdullah Yusuf Ali digunakan untuk penelitian dan dokumen studi kasus. Rinciannya adalah:

Versi Asli
The Glorious Kur’an – Translation and Commentary
(Dar Al-Fikr, Beirut)
(t.t.)
>
>
>
>
Amana
The Meaning of The Holy Qur’an
Edisi Baru dengan Revisi Terjemahan, Komentar, dan Indeks Komprehensif
Terbitan Amana
Edisi Pertama, 1408 H/1989 M

IFTA
The Holy Qur’an – English Translation of the Meanings and Commentary
Direvisi dan diedit oleh Kepresidenan Penelitian Islam, IFTA
Komplek Percetakan Alquran Raja Fahd

Kedua edisi revisi membuat hal ini menjadi jelas dalam pengantarnya bahwa terjemahan dan komentar asli Abdullah Yusuf Ali telah diubah. Misalkan dalam edisi Amana, dalam “Pengantar Edisi Baru” (hlm. ix) dinyatakan:

Penjelasan catatan kaki dan lampiran, bagaimanapun, adalah persolaan yang lebih sering, dan kadang-kadang lebih substansial, diubah daripada terjemahan dan komentar. Alasannya karena ada kebutuhan lebih besar umum untuk memperbarui informasi dan klarifikasi beberapa penjelasan yang menjadi pokok salah tafsir. Ada juga beberapa kasus di mana bagian tertentu dihapus, baik karena sifat atau ketinggalan zaman yang rawan salah tafsir.

Edisi ini juga menaruh simbol “(R)” diakhir bagian perubahan, tapi tidak semuanya. Sedang edisi IFTA, setelah mengakui pada halaman vi bahwa karya Abdullah Yusuf Ali yang dipilih untuk direvisi, dinyatakan pada halaman vii:

Akhirnya, keempat komite dibentuk untuk melihat temuan komite kedua dan ketiga dan untuk melaksanakan rekomendasi yang dibuat oleh mereka. Lebih lanjut, komite ini harus menyelesaikan teks ungkapan yang paling akurat di mana diperlukan, di samping memeriksa catatan dengan waspada untuk menghapus kesalahpahaman apapun mengenai tulisan keyakinan, perbedaan pendapatan dan pemikiran fikih yang tidak sesuai dengan sudut pandang Islam.

Edisi ini tidak berusaha menunjukkan di mana perubahan komentar asli Abdullah Yusuf Ali atau yang sudah direvisi oleh edisi Amana, yakni merubah di beberapa tempat! Perubahan yang dipilih untuk studi kasus ini hanya sebagian dari begitu banyak, baik besar atau kecil, yang ada dalam edisi revisi. Sepanjang studi kasus ini, garis merah digunakan untuk menunjukkan teks yang dihapus atau dirubah.

Kesyahidan Imam Hasan dan Imam Husain as.

Dua imam ini adalah anggota Ahlulbait, keluarga Nabi, dan dihormati oleh Ahlussunah dan Syiah yang percaya keimaman (kepemimpinan) mereka setelah Imam Ali as. Imam Hasan as. diracun atas perintah Muawiah, Umayyah lalim, pada tahun 50 H dan putranya, Yazid, bertanggung jawab atas pembantaian Imam Husain as beserta keluarga dan sahabat di Karbala pada tahun 61 H. Kedua imam tersebut menjadi syahid yang tak terbantahkan oleh mereka yang mempelajari sejarah.

Abdullah Yusuf Ali memberi contoh kesyahidan mereka dalam komentar dua ayat Alquran yang berbeda. Kedua edisi revisi menghapus referensi ini!

Surah Âli ‘Imrân, Ayat 140

“Jika kamu mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”

Catatan Kaki Komentar 457

Versi Asli

Amana

IFTA

Dalam hal ini, edisi Amana gagal untuk menyatakan bahwa telah terjadi revisi dengan simbol “(R)” diujung kalimat.

Kalimat yang dihapus: (4) Kesyahidan itu sendiri adalah sebuah kehormatan dan hak istimewa: betapa mulianya kemasyhuran Hamzah Sang Syahid, dan di kemudian hari, Hasan dan Husain.

Surah An-Nisâ, Ayat 69

“Dan barang siapa yang menaati Allah dan rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

Catatan Kaki Komentar 586

Versi Asli

Amana

IFTA

Kalimat yang dihapus: Penyaksian mungkin (dilakukan) dengan kesyahidan, seperti dalam kasus Imam Hasan dan Husain.

Surah Ash-Shaffât, Ayat 107

“Dan Kami tebus anak itu dengan pengorbanan agung.”

Catatan Kaki Komentar 4103

Versi Asli

Amana

IFTA

Kalimat yang dihapus: Inilah jenis pengabdian yang dilakukan oleh Imam Husain, beberapa tahun kemudian pada 60 H, sebagaimana yang saya jelaskan ditulisan terpisah. Namun perlu dicatat bahwa penyebab, misalkan penggantian pengorbanan, tidak dibuat oleh manusia tapi oleh Allah. Allah menginginkan kehendak dan pengabdian kita, tidak selalu dalam arti hidup secara fisik. Ia akan menemukan cara, jika kita menawarkan diri kita sendiri, bukan untuk menghancurkan kita, tapi untuk kemajuan kita. Dalam pengertian ini, Isa as. berkata, “…siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10: 39)

Abdullah Yusuf Ali jelas sangat tersentuh, seperti muslim baik lainnya dari berbagai mazhab, oleh sejarah dan pentingnya kesyahidan Imam Husain as. [di Karbala]. Abdullah Yusuf pernah menuliskan dengan jelas mengenai peristiwa ini dalam tulisannya berjudul “Imam Husayn and His Martyrdom” (Imam Husain dan Kesyahidannya). Meskipun edisi revisi Alquran telah menghapus sumber tersebut, namun tulisan Abdullah Yusuf tetap ada diberbagai perpustakaan dan internet.

Tulisan tersebut harus dibaca oleh semua orang yang ingin tahu apa yang Abdullah Yusuf Ali harapkan bagi pembaca terjemahan dan komentar Alquran, yakni mengentahui tentang Imam Husain. Tapi penerbit edisi revisi tidak ingin mereka tahu! Dalam hal ini, edisi revisi Amana sendiri juga mengedit lagi dan kalimat terakhir “In this sense…” juga dihapus oleh edisi IFTA. Silakan bagi para pembaca untuk membaca sejarah lengkap dan benar tentang Karbala dari penulis Ahlulbait.

Imam yang Adil

Tempat lain di mana revisi dilakukan adalah menghapus referensi ke isilah “imam yang adil”. Meskipun penulis Suni, jelas tidak menggunakan istilah dalam arti Syiah. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

Surah Al-Baqarah, Ayat 191

“Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu; dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.”

Catatan Kaki Komentar 205

Versi Asli

Amana

IFTA

Kalimat yang dihapus: Mereka tahu bahwa perang adalah sebuah kejahatan, tapi mereka tidak akan mundur darinya jika menghendaki kehormatan dan (sebuah kondisi sangat penting) seorang imam yang adil (seperti Muhammad sebagai panutan) memerintahkan, mereka tahu tidak melayani duniawi. Dalam beberapa kasus, perang tidak berhubungan dengan keyakinan mereka, tapi oleh aturan manusiawi.

Dalam kasus ini, edisi Amana tidak menghapus keterangan pada imam yang adil meskipun mereka menghapus kalimat “(a most important condition)“. Edisi IFTA menghapus seluruh bagian yang diberi garis merah! Di tempat lain, baik edisi Amana dan IFTA menghapus keterangan:

Surah Al-Baqarah, Ayat 216

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Catatan Kaki Komentar 236

Versi Asli

Amana

IFTA

Kalimat yang dihapus: Jika Anda memberikan jiwa Anda kepada imam yang adil, yang hanya dibimbing oleh Allah, Anda adalah seorang pahlawan sejati tanpa pamrih.

Mungkin karena merasa bahwa istilah “imam yang adil” dapat menyebabkan pembaca mulai berpikir tentang bagaimana seorang pemimpin muslim bisa adil atau tidak adil, dan bagaimana membedakan antara keduanya, akan membawa kepada penilaian ulang sejarah yang sudah diterima. Untuk memahami konsep sudut pandang Syiah mengenai imamah dan kepemimpinan yang adil, silakan merujuk pada kitab terpercaya.

Mereka yang Menyebabkan Penderitaan Nabi saw.

Surah At-Tahrîm, Ayat 1

“Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Catatan Kaki Komentar 5529

Versi Asli

Amana

IFTA

Kalimat yang dihapus: Perilaku tidak sopan Aisyah (lihat no. 2962 sampai xxiv.11) pernah menyebabkan kesulitan serius. Batin Nabi sangat sedih dan sakit dan beliau menolak berkumpul dengan istrinya beberapa kali. Penolakan nampaknya berhubungan dengan hal ini. Situasi ini tidak kurang sulit baginya karena ia (Aisyah) adalah putri Abu Bakar, salah satu sahabat dan panglima paling benar dan dekat. Putri Umar, Hafsah, juga kadang-kadang cenderung memberanikan posisinya, dan ketika keduanya bergabung dalam suatu rahasia, membahas suatu masalah dan saling membuka rahasia, mereka menyebabkan penderitaan berat bagi Nabi, yang hatinya sangat lembut serta memperlakukan semua keluarga dengan teladan kesabaran dan kasih sayang.





Edisi Amana berbeda dari versi asli, dan edisi IFTA lebih banyak menghapus! Perubahan dapat dianalisis sebagai berikut:

Kritik terhadap Aisyah

Dalam rangka meringankan kritik terhadap Aisyah, putri Abu Bakar bin Abi Quhafah, edisi Amana mengubah kata “imprudence” (ketidaksopanan) dengan “behavior” (perilaku) dan menghapus sumber catatan kaki 2962 yang berbicara tentang contoh perilaku tidak sopan. IFTA menghapus seluruh komentar tentangnya beberapa baris!

Kritik terhadap Hafsah

Baik Amana maupun IFTA sepenuhnya menghapus referensi terhadap perilaku tidak pantas Hafsah, istri Nabi saw. dan putri Umar bin Khattab.

Penyebab Kesedihan Nabi saw.

Faktanya, sebagaimana yang dinyatakan Abdullah Yusuf Ali, bahwa dua istri Nabi saw. yang menyebabkan banyak penderitaan kepada Nabi telah hilang! Walaupun terlihat bagi para pembaca bahwa penilaian Abdullah Yusuf Ali kepada dua istri Nabi agak keras, tapi sebenarnya tercermin dalam banyak kitab tafsir dan hadis dan didukung sumber sejarah terpercaya.

Ahlulbait Nabi saw.

Surah Al-Ahzâb, Ayat 33

“…dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlulbait dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.”

Komentar Catatan Kaki 3715

Versi Asli

Amana

IFTA

Kalimat yang dihapus: Perhatikan perubahan di klausul ini menjadi gender maskulin, sedangkan sebelum ini kata kerja dan kata ganti adalah gender feminin sebagaimana merujuk pada istri. Pernyataan dalam klausul ini sekarang lebih umum, termasuk (selain para istri) seluruh keluarga, yakni Hadhrat Fatimah, menantu Hadhrat Ali, dan putra mereka Hasan dan Husain, cucu kesayangan Nabi. Gender maskulin digunakan secara umum, karena berbicara dalam penggabungan laki-laki dan wanita.

Meskipun edisi Amana menjaga kata-kata utuh dari komentar versi asli, edisi IFTA memutuskan untuk menulis ulang bagian yang penting. Seperti kasus-kasus yang lain, para pembaca tidak diberi tahu setiap perubahan yang terjadi. Faktanya, tiga perubahan penting telah terjadi.

Penghapusan Argumen Gramatikal

Abdullah Yusuf Ali percaya bahwa istri-istri Nabi, dengan tidak hadir, adalah anggota Ahlulbait, di samping Imam Ali, Fatimah, Imam Hasan dan Husain as. Meskipun sebagian Suni tidak setuju dengan posisi ini atau posisi Syiah yang menyatakan bahwa istri tidak termasuk Ahlulbait, sebuah kelompok dalam Ahlussunah percaya bahwa Ahlulbait hanya para istri. Pandangan mereka jadi tidak bisa dipertahankan melihat argumen kebahasaan yang dinyatakan Abdullah Yusuf Ali, yang sekarang telah dihapus dari edisi IFTA.

Pencantuman Keraguan

Frasa yang dimasukkan edisi IFTA, “…secara umum berdasarkan riwayat Ummu Salamah” menghadirkan elemen keraguan dalam benak pembaca dengan menghubungkan masuknya empat individu semata, seperti yang terlihat, oleh riwayat tunggal Ummu Salamah, istri Nabi yang mulia. Tidak ada yang bisa jauh dari kebenaran! Dimasukkannya Nabi dan empat orang, dengan mengecualikan para istri sangat jelas, diriwayatkan tidak hanya oleh Ummu Salamah tapi juga rantai riwayat terpercaya dan melalui istri Nabi lainnya.

Penghapusan Kehormatan

Seolah-olah hal ini tidak cukup, edisi IFTA juga menghapus penyebutan Imam Hasan dan Husain as. sebagai cucu “kesayangan” (beloved) Nabi saw! Begitu juga dengan penghapusan penggunaan hadhrat (yang mulia)!

Bagi mereka yang ingin tahu lebih banyak tentang argumen gramatikal (kebahasaan) dan bukti lain bahwa istri Nabi tidak termasuk Ahlulbait, juga tentang kehormatan Ahlulbait sesungguhnya dan kecintaan Nabi kepada mereka, silakan merujuk sumber terpercaya.

Penerjemah: ejajufri © 2010
Catatan: Diterjemahkan dengan perubahan seperlunya. Teks berwarna merah berasal dari narablog (ejajufri) untuk menunjukkan kalimat yang dihapus dengan garis bawah merah.

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. 4: 32)

sumber:http://ejajufri.wordpress.com/2010/02/18/perubahan-komentar-alquran-abdullah-yusuf-mengapa-keluarga-nabi-terkesan-dimusuhi/

0 comments to "Keluarga Nabi (Terkesan) Dimusuhi?"

Leave a comment