Home � Perbankan & Lembaga Keuangan Islam

Perbankan & Lembaga Keuangan Islam












Dinamika Perbankan Iran dari Masa ke Masa (1): Abstrak

Oleh: Purkon Hidayat

Perbankan memainkan peran vital dalam memompa jantung pertumbuhan ekonomi. Tidak mengherankan, jika perbankan menjadi institusi yang sensitif di sebuah negara. Sejarah mencatat, perkembangan perbankan di suatu negara acapkali diwarnai silang-sengkarut perhelatan politik, bahkan terselip aneka motif imperialisme asing. Fenomena ini terekam jelas pada lembaran dinamika perbankan di Iran.


Perbankan Islam Iran yang kita saksikan dewasa ini, setidaknya menempuh lima fase dengan liku-likunya masing-masing.


Fase pertama, gelombang tuntutan kalangan pengusaha dan cendikiawan Iran agar pemerintah mendirikan bank di negara ini. Seiring dengan desakan tersebut, imperialisme mulai menancapkan kukunya di Iran, dan memanfaatkan dengan baik situasi tersebut. Baron Julius Reuters, Yahudi Inggris berkebangsaan Jerman berhasil meyakinkan pemerintahan Nasiruddin Shah mengenai pendirian bank pertama di Iran dengan nama, New East Bank. Namun, umur bank asing ini tidak bertahan lama.



Pada fase kedua, total aset New East Bank dibeli kerajaan Iran dan berdirilah Bank Shahanshahi (Imperial Bank). Rezim monarki Iran mendirikan Bank Shahansahi untuk mengambil alih aset New East Bank dan mengatur keperluan investasi pemerintah serta pendapatan negara yang bersumber dari sektor minyak. Alih-alih menjadi motor penggerak perekonomian nasional, Bank Shahansahi malah menjadi aset pribadi keluarga raja melalui kongsi haram dengan kerajaan Inggris.
Fase ketiga, menjelang kejatuhan dinasti Pahlevi hingga kemenangan revolusi Islam Iran. Pasca kudeta 28 Mordad 1332 Hs, pemerintah Iran menyempurnakan peraturan perbankan yang berdampak kian kondusifnya iklim investasi di sektor perbankan swasta. Saat itu, bank-bank swasta mulai menjamur, di samping bank pemerintah. Salah satunya adalah Bank Esteqrazi yang didirikan oleh seorang nasionalis Rusia bernama, Jacquet Plyakov. Lambat laun, kekuatan perbankan Iran tidak lagi berada di dalam genggaman pemerintah. Untuk mengawasi operasional berbagai bank yang marak saat itu, akhirnya dibentuk Bank Sentral Iran yang berperan mengendalikan kebijakan umum perbankan di negara ini. Pada periode ini, dinasti Pahlevi mendirikan Bank Pahlavi Qoshun untuk mengatur kebutuhan finansial militer Iran. Bank Pahlavi Qoshun diambil alih pemerintah Islam dan berganti nama menjadi Bank Sepah.
Fase keempat
, perbankan Iran pasca kemenangan revolusi Islam. Pada tahap ini, terjadi perubahan mendasar dalam perbankan Iran.


Pertama, Ditetapkannya undang-undang nasionalisasi. Dengan ketentuan ini, setahun setelah kemenangan revolusi Islam, Dewan Revolusi Islam menasionalisasi seluruh bank menjadi lembaga finansial pemerintah.

Kedua, merger perbankan.

Ketiga, penggantian sistem perbankan dari suku bunga menjadi bagi hasil.



Setidaknya ada enam sasaran utama perbankan Islam Iran.

Pertama, menjamin kemandirian ekonomi dan finansial sehingga menyiapkan sarana produksi independen.
Kedua, menjaga lonjakan inflasi dan nilai uang untuk mendorong produksi domestik dan konsumsi masyarakat.
Ketiga, menciptakan sebuah kondisi yang adil dan setara agar semua pihak bisa mendapatkan akses fasilitas finansial.
Keempat, memompa sektor riil sebagai sarana peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Kelima, seluruh bank memiliki tujuan ekonomi kolektif.
Keenam, bank-bank Iran harus menjalin hubungan dengan negara-negara Islam dalam rangka menciptakan sebuah bank yang membanggakan di dunia Islam.
Fase kelima, seiring pesatnya pembangunan Republik Islam Iran, eksistensi perbankan di negara ini semakin vital dan menemukan bentuk barunya. Selain perbankan pemerintah, pada era ini mulai bermunculan bank swasta baru, seperti Bank Eghtesad Novin dan Bank TAT. Tidak hanya itu, muncul gelombang privatisasi perbankan pada masa pemerintahan Presiden Ahmadinejad menandai peningkatan profesionalisme perbankan di negara ini menghadapi tuntutan globalisasi dan tekanan embargo ekonomi kekuatan arogan global.


Dinamika Perbankan Iran dari Masa ke Masa (2):

Sektor ekonomi acapkali menjadi pintu gerbang paling nyaman bagi kolonialisme di dunia. Jejak ini terekam jelas dalam rentangan historis kolonialisme di Iran. Peralihan kekuasaan dan instabilitas ekonomi di Iran menjelang abad ke 18, menjadi sarana empuk korporasi raksasa dan pemerintah asing dalam mengeruk kekayaan sumber daya alam Iran.
Kontrak ekonomi antara pemerintah Qajar dengan korporasi India Timur Inggris pada tahun 1790 dan pemerintah Inggris sembilan tahun kemudian, mengokohkan jejak kaki Inggris di Teluk Persia. Sejak itu, pengaruh Inggris semakin mengakar di Iran, bahkan mempengaruhi kebijakan pemerintah Qajar.
Gairah perdagangan yang menggeliat di permukaan saat itu, tenyata tidak dibarengi dengan kemajuan ekonomi nasional Iran. Bahkan pemerintah Qajar menghadapi gunungan masalah seperti tingginya investasi asing, besarnya hutang luar negeri, defisit anggaran dan merosotnya nilai tukar mata uang nasional.
Di tengah ketimpangan ekonomi yang menganga, pertumbuhan sektor ekonomi dengan neraca perdagangan mencapai 2,5 juta rial pertahun menuntut kebutuhan berdirinya lembaga keuangan modern yang menggantikan sistem pertukaran uang tradisional.
Para pengusaha, cendikiawan dan investor Iran merasakan urgensi keberadaan bank saat itu. lalu mereka mendesak kerajaan membangun lembaga keuangan modern. Pada tahun 1296, Haji Mohammad Hossein Aminnasab menulis surat kepada Nasiruddin Shah yang menegaskan urgensi pendirian bank di Iran. Selain itu, Mirza Molkam Khan Nazim al-Dooleh menulis makalah mengenai urgensi pendirian bank dan dibahas di Dar al-Soora pemerintah Iran. Dar al-Soora memutuskan bahwa raja harus mendirikan bank. Namun ditolak raja, karena pejabat teras dan putra mahkota tidak menyetujuinya dan menilai kondisi ekonomi Iran tidak membutuhkan keberadaan bank.
Inisiatif pendirian bank di Iran juga dilontarkan seorang warga negara Perancis bernama John Savalan pada tahun 1864 kepada Mirza Mahmoud Khan Nasir al-Mulk. Usulan ini dikemukan pada saat Nasir al-Mulk berada di London untuk membicarakan kontrak pembangunan jalan kereta api. Setelah itu, pada tahun 1886, perusahaan Paris, Erlangeh meminta hak izin pendirian bank di Iran. Namun, Nasir al-Mulk menolaknya.
Gagasan pendirian bank kembali bergulir kencang. Kali ini dikemukakan sejumlah investor Iran yang berdomisili di Turki pada tahun 1885. Mereka mengusulkan pendirian bank Iran dan Afghanistan dengan suntikan investasi dari para investor Perancis dan Turki Ottoman. Namun, bank pertama Iran ini kembali gagal berdiri, karena para investor Perancis masih meragukan keuntungan yang akan mereka raih.
Setelah mengalami kegagalan berkali-kali, akhirnya, pada tahun 1888 berdiri bank pertama Iran dengan nama New Est Bank. Pusat aktivitas bank ini berada di Tehran, Mashhad, Isfahan, Shiraz dan Boushehr. Namun operasional bank ini tidak berlangsung lama, dua tahun setelah pendiriannya, kerajaan membeli aset New East Bank senilai 20 ribu lira dan aktivitas bank ini berakhir.
Keberhasilan pendirian bank pertama Iran ini tidak bisa dilepaskan dari kiprah pengusaha Yahudi berkebangsaan Jerman, Paul Julius Freiherr von Reuter. Kapitalis Inggris ini berhasil menyuap sejumlah pejabat teras pemerintahan Nasir al-Din Shah dan mendapat izin eksploitasi hutan dan tanah serta membangun pabrik, jembatan, bendungan, jalan raya, jalan kereta api dan bank di Iran selama tujuh puluh tahun. Namun, kontrak ini menuai kecaman dari Rusia dan sejumlah pejabat kerajaan, yang berbuntut pembatalan kontrak tersebut oleh Nasir al-Din Shah, sepulang dari kunjungannya ke Eropa.
Menyikapi pembatalan sepihak tersebut, Reuters mengajukan gugatan kepada pemerintah Inggris dan menyebut kerajaan Iran ingkar janji. Akhirnya, Menteri Otonomi Inggris di Iran, Ser H.D.Wolf memberikan hak izin pendirian bank Shahanshahi (Imperial Bank) kepada Reuters sebagai penebus kontrak yang dibatalkan secara sepihak oleh Nasir al-Din Shah.

Sebagian dari kontrak tersebut antara lain:

1. Nasir al-Din Shah memberikan hak kepada Reuters untuk membangun bank Shahanshahi (Imperial Bank) selama 60 tahun.

2. Kerajaan menetapkan investasi sebesar delapan juta lira Inggris.

3. Kerajaan mengizinkan bank Shahanshahi mengeluarkan uang kartal.

4. Bank shahanshahi mendapat dukungan kerajaan dan bebas pajak

5. Bank Shahansahi harus menyetorkan enam persen dari laba pertahun kepada kerajaan Iran.

6. Kerajaan membebaskan biaya penggunaan lahan bagi bank Shahanshahi.

7. Selain izin pendirian bank, pemerintah juga memberikan hak eksploitasi sumber daya alam Iran kepada Reuters, termasuk penambangan emas, perak dan batu mulia.
Pada tahun 1889, Bank Shahanshahi secara resmi tercatat di London dan William Keswick menjadi direkturnya.

Meskipun dalam kontrak dinyatakan bahwa pusat aktivitas bank ini berada di Iran, namun pada penjelasan kontrak disebutkan bahwa kantor pusat berada di negara yang terbesar kepemilikan sahamnya. Pemerintah Inggris dengan baik memanfaatkan poin ini dengan mendongkrak pembelian saham dan mengendalikan bank ini langsung dari London.
Bank Shahanshahi secara resmi beroperasi di Iran pada tahun 1889 dan pemerintah Inggris memerintahkan pembelian seluruh kantor cabang New East Bank di Iran.
Cengkeraman kuku-kuku ekonomi Inggris begitu menancap di jantung kerajaan Qajar. Bank Shahanshahi berperan sebagai bank sentral Iran dan pusat aktivitas finansial di negara ini.
Bank Shahanshahi juga menerbitkan uang kartal dengan dukungan emas. Namun kemudian berganti menjadi perak. Perubahan tersebut menbuat bank Shahanshahi meraup keuntungan besar dari penjualan perak. Pengeluaran perak dalam jumlah besar menyebabkan turunnya cadangan logam di Iran dan rendahnya nilai tukar uang nasional. Buntutnya, terjadi gejolak finansial. Masyarakat beramai-ramai melakukan penukaran besar-besaran uang kertas menjadi uang logam. Akhirnya pemerintah terpaksa membatasi penukaran perorang hanya satu toman. Dari sektor ekonomi, pemerintah Inggris mulai mengendalikan situasi dan kondisi politik Iran.

Wajah Perbankan Syariah Iran: Dari Nasionalisasi menuju Syar’i

Oleh: Purkon Hidayat

Tue, 23 Dec 2008 14:03:50

bank-melli-3

Mulai Dari Nasionalisasi Perbankan

Revolusi Islam telah mengubah wajah Iran. Tidak hanya sistem politik yang berputar haluan, sistem perbankan di negeri para Mullah ini pun mengalami change over dari sistem konvensional menjadi perbankan syariah.

Tentu saja, perubahan sistem perbankan tersebut tidak sim salabim, in lump sum. Namun sebagaimana penuturan Golrez Majidi, perbankan Iran secara gradual menerapkan sistem perbankan syariah.

Pada tanggal 17 Khordad 1358 Hs bertepatan dengan 1979 M, Dewan Revolusi Islam mengumumkan nasionalisasi seluruh bank di Iran. Berdasarkan ketentuan ini, pemerintah melakukan akuisisi terhadap 28 bank selain bank-bank yang sebelumnya milik negara, 16 perusahan deposito dan kredit perumahan, 2 perusahaan investasi. Demikian Majidi menjelaskan.

Menurut pakar perbankan Iran ini, lima bulan setelah dikeluarkannya ketentuan nasionalisasi perbankan, Dewan Revolusi Islam mengeluarkan peraturan tentang merger perbankan dari 36 ( tiga puluh ) enam bank yang ada, menjadi hanya 9 (sembilan ) bank saja. Merger ini dilakukan berdasarkan dua kategori, bank komersial dan bank khusus.

Bank komersial terdiri dari 6 (enam bank) antara lain;

bank Melli Iran, bank Sepah, bank Refah, bank Saderat, bank Tejarat dan bank Mellat.

Sedangkan bank khusus terdiri dari 3 (tiga) bank yaitu bank pertambangan dan industri, bank perumahan serta bank pertanian.

Setelah ditetapkannya berbagai peraturan tentang penerapan sistem Islam di berbagai bidang, Dewan Moneter pada pertemuan 3 Day 1358 Hs mencanangkan penghapusan bunga dari sistem perbankan Iran digantikan dengan “jaminan keuntungan dan komisi”. Majidi mengakui sampai saat itu, perbankan Iran masih menerapkan sistem perbankan konvensional yang mengadopsi riba.

Pada tahun 1361 Hs (1982 M) terjadi rapat Dewan Moneter yang dihadiri oleh berbagai pakar dari bank Markazi (Bank Sentral Iran), Departemen Ekonomi, akademisi dan salah seorang fuqaha dari Syura Negahban (Dewan Garda) yang hasilnya diserahkan pada pemerintah. Setelah ditetapkan oleh tim kabinet pemerintah, pada tahun itu juga diserahkan pada Majelis Syura Islami. Setelah mengalami beberapa revisi, akhirnya pada bulan Shahrivar setahun kemudian ditetapkan oleh Majelis Syura. Selanjutnya, diserahkan untuk disahkan Dewan Garda. Setelah diserahkan kembali ke pemerintah, tim dari para pakar bank Sentral Iran dan Departemen Ekonomi mengadakan berbagai pertemuan untuk menyusun aturan operasionalnya.

Pada musim dingin akhir tahun 1362 Hs tim kabinet pemerintah dan Dewan Moneter menetapkan berbagai peraturan operasional penerapan perbankan syariah. Akhirnya setelah ditetapkan oleh Majelis Syura dan mendapat pengesahan dari Dewan Garda, sejak permulaan tahun 1363 Hs (1984 M) Iran resmi menerapkan perbankan syariah, bank bedun-e riba.

Sejak dua puluh dua tahun lalu hingga sekarang, seluruh perbankan di Iran berada dalam naungan bank Markazi yang menerapkan sistem perbankan satu jendela. Maka, di Iran tidak dikenal double windows system, seperti yang diterapkan di Malaysia dan Indonesia.

Peran aktif Perbankan Iran Masa Kini

Kini, pada periode kabinet kesembilan yang dikomandoi Ahmadinejad, pemerintah tengah giat-giatnya membangun. Tidak mengherankan investasi dalam skala besar digenjot besar-besaran.

Melihat kehadiran sejumlah bank pemerintah yang ada, nampaknya masih terbuka peluang bagi bank swasta untuk mengambil peran.

Saat ini, terdapat 6 bank swata antara lain:

Eghtesad Novin, Bank Karafarin, Bank Parsian, Bank Pasargad, Bank Saman Corp dan bank Sarmayeh. Selain itu terdapat lembaga keuangan non bank yang mulai menjamur seperti Mehr, Ghavamin dan Ansar.

Dalam laporan setahun masa jabatannya, Ahmadinejad mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif masyarakat dalam membantu pertumbuhan ekonomi yang tengah membutuhkan investasi yang sangat besar. Presiden yang juga seorang Doktor bidang tranportasi ini mengatakan,“volume investasi masyarakat mengalami peningkatan sebesar 101% dibandingkan tahun sebelumnya.”

Seluruh dana segar yang berhasil disedot dari masyarakat tersebut, diperoleh melalui peran aktif perbankan. Pertumbuhan 5 % di bidang pertanian dibandingkan tahun sebelumnya tidak bisa dipisahkan dari peran penting bank pertanian, bank keshavarzi. Bahkan sebagaimana disampaikan ketua dewan ekonomi, dengan kehadiran bank khusus seperti bank Keshavarzi, tahun ini pemerintah bisa membeli semua produk penting pertanian dari para petani seperti gandum, beras, teh, ceghandar (bahan baku gula) dan bahan baku minyak sayur. Selain itu, sisa pembayaran yang belum diserahkan pemerintah sebelumnya kepada para petani, secara penuh dibayarkan pemerintahan baru.

Dalam rapat yang ke-1070, Dewan Moneter dan kredit di kantor Bank Markazi, menetapkan alokasi finansial sebesar 380 Milyar untuk perusahaan baja Mubarak Isfahan dalam bentuk kontrak penjualan berjangka melalui bank Mellat. Demikian majalah payam bank edisi terbaru melaporkan.

Nampaknya, banyak kalangan begitu optimis membaca laju pembangunan negeri ini. Bahkan, gubernur bank sentral Iran Ebrahim Sheibany yakin bahwa pertumbuhan ekonomi Iran tahun ini akan mencapai angka 8,5 %. Karena pada triwulan pertama, angka pertumbuhan telah melampaui 7,4 %. Padahal, tahun lalu angka pertumbuhannya hanya mencapai 4,5 % saja. Kondisi ini, tidak bisa dilepaskan dari peran perbankan sebagai jantung yang memompa perekonomian.

Dalam perjalanannya yang mendekati usia tahun perak, perbankan non riba yang telah ditetapkan Majelis Syura dan disahkan Dewan Garda ini, pada level wacana akademis tentu saja tidak secara penuh kebal gugatan. Sejumlah kecil pakar diantaranya yang paling santer Sayyid Abas Mousavian mengajukan kritik. Pri bersorban yang menjadi tim pakar di Institut Pemikiran dan Kebudayaan Islam Qom ini, masih melihat sistem yang ada belum ideal merepresentasikan bank bedun-e riba.

Sejatinya, perdebatan di level wacana akademis menjadi niscaya untuk tetap ada. Seperti kata Popper,”Tugas ilmu menemukan ilmu, tugas ilmuan menemukannya”. Barangkali, Inilah dinamika intelektual sebagai media untuk terus-menerus menyempurna.

* Pernah dimuat di majalah Adil

Tags:

1 comments to "Perbankan & Lembaga Keuangan Islam"

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

Leave a comment