Karena Stack Orang AS, Dia Bukan Teroris!
Kemunafikan Barat dalam Penggunaan Kata Terorisme
(saduran dari artikel Glenn Greenwald, oleh Dina Y. Sulaeman)
Teror yang dilakukan pria kulit putih non-muslim (18 Feb 2010) dengan cara menabrakkan pesawat yang dikemudikannya ke gedung kantor pajak AS (IRS) di Austin, Texas, menguak manipulasi yang dilakukan Barat selama ini terhadap kata ‘terorisme’. Pasalnya, media dan pejabat Barat ternyata menolak menyebut serangan yang dilakukan Joseph Stack itu ‘terorisme’ dan memilih memakai istilah ‘kekerasan anti pajak’ (anti tax-violence; tax protester). Stack menyerang gedung pajak dalam rangka memprotes kebijakan pajak di negerinya.
Reporter NBC Pete Williams, misalnya, mengatakan bahwa “…ada beberapa alasan mengapa pejabat pemerintah menolak menyebut aksi Stack sebagai terorisme.. pertama, karena dia adalah warga negara AS.” Fox News menyebut, “[ini bukan] terrorisme dalam arti luas yang selama ini biasa kita pahami; [ini bukan] terorisme dengan huruf T besar.” Maksud dari Fox News jelas, perilaku Stack tidak sama dengan terorisme yang selama ini ada dalam opini AS, yaitu terorisme muslim.
Perbedaan terorisme dan Terorisme semakin terkuak dalam diskusi internal para wartawan Newsweek.
Awalnya, editor Devin Gordon menulis, “Apakah ada yang memperhatikan adanya perbedaan antara reaksi santai kita pada seorang lelaki yang telah sukses menabrakkan pesawat ke gedung pemerintah dengan kehebohan media saat memberitakan underpants bomber[1] yang tidak melukai siapapun selain dirinya sendiri?”
Managing Editor Newsweek, Kathy Jones menjawab:
-Sebutan untuk individu penyerang (lone wolf)AS yang berpandangan bahwa pemerintah melanggar kebebasan individu: bomber, tax protester, survivalist, separatist
-Sebutan untuk kelompok AS yang melakukan pengeboman atau penculikan untuk memrotes kebijakan AS atas perang/kebebasan individu: gerakan radikal kiri, separatis sayap kanan.
-Semua kelompok atau individu luar negeri yang mengebom atau menembak untuk memrotes pemerintah AS: teroris.
Reporter Dan Stone menanggapi:
Ya, bergantung identitas. …Terroris memiliki jenggot dan tinggal di gua. Dia [Stack] adalah orang AS, sehingga serangan terhadap IRS adalah lebih berupa statemen politik-tentu saja statemen politik yang gila—sementara Abdulmutallab [penumpang yang dituduh membawa bom di pesawat AS] melakukan serangan terhadap kebebasan kita.
Reporter Eve Conant memberikan tanggapan:
Dia [Stack] adalah seorang Amerika yang tidak membenci AS, melainkan membenci institusi. Aksinya mengerikan, tetapi bagaimanapun motivasinya dipandang tidak terlalu ofensif. Sebagaimana kata seorang konservatif [Partai Republik], Stack sekedar ‘melakukan pilihan hidup yang menyedihkan’. Tidak mungkin ada yang mengatakan demikian terhadap underpants bomber [Abdulmuthallab-orang Nigeria pembawa bom di pesawat AS].
Mike Isikoff, mengomentari:
The underpants bomber, diperlengkapi dan diberangkatkan oleh musuh dari luar negeri, — yaitu Al Qaeda dari semenanjungArab—yang pemimpin tertingginya (bin Laden) telah menyatakan perang terhadap AS… Hal ini yang membuat underpants bomber itu [disebut] teroris. .. Begitu juga, penembak di Fort Hood mungkin saja bisa disebut “lone wolf” (penyerang individu), tetapi dia berada dalam kesamaan ideologi[2] dan berkomunikasi dengan anggota dari musuh asing yang sama. Atas alasan itulah keduanya disebut teroris.
Michael Hirsh menambahkan:
“Isikoff sangat benar. Al Qaeda dan ekstrimis Islamis berasimilasi [co-opted] dengan kata ‘terrorist’ setelah 9/11.”
Semua ini menggarisbawahi fakta bahwa terorisme adalah kata yang paling tidak bermakna dan paling dimanipulasi dalam bahasa politik AS. Kata ini tidak memiliki kaitan dengan ‘aksi’, melainkan dengan identitas pelaku, terutama identitas relijius si pelaku. Lebih tegas lagi, teroris didefinisikan sebagai “seorang Muslim yang bertempur atau sekedar mengekspresikan kekerasan terhadap AS, Israel, dan sekutu mereka.”
Bila AS menganalisis motivasi pelaku teror untuk menetapkan teroris-atau-bukan-teroris (sebagaimana mereka membahas motivasi Stack, yaitu memprotes aturan pajak, dan dengan alasan itu mereka ‘menolerasi’ aksi Stack dan tidak menyebutnya terorisme), seharusnya mereka juga memerhatikan alasan orang/kelompok muslim yang juga melakukan aksi serupa. Misalnya, mengapa Nidal Hasan sedemikian marah sampai dia membunuhi para koleganya di markas militer Fort Hood? Mengapa tidak dibahas fakta bahwa Fort Hood adalah kamp militer yang mempersiapkan tentara yang akan dikirim berperang ke negeri-negeri muslim? Mengapa AS tidak memerhatikan alasan mengapa orang-orang Irak atau Afhgan memasang bom untuk menghancurkan tank-tank AS? Mengapa bila militer AS menginvasi sebuah negara muslim, lalu kaum muslim yang hidup di negara terjajah itu melawan, mereka disebut terrorists?
Betapa banyak di antara mereka yang (dituduh) melakukan serangan terhadap tentara AS kemudian ditahan di Guantanamo dengan tuduhan terorisme, padahal yang mereka lakukan tak lebih dari menyerang tentara yang sudah menjajah negeri mereka. Di antara mereka adalah Mohamed Jawad, usia 14 tahun, yang dituduh melempar granat kepada tentara Amerika di Afghanistan.
Kesimpulannya: jika seorang muslim menyerang markas militer yang sedang mengirimkan tentaranya ke medan perang, maka itu adalah terorisme. Sebaliknya, ketika non-muslim Amerika membunuh penduduk sipil, bahkan dengan cara mengirim surat mematikan[3] mereka tidak bisa disebut teroris (sebagaimana dikatakan Fox News: itu bukan Terrorism dengan hurut T besar”). Tindakan pembunuhan massal yang dilakukan oleh sekutu AS (Israel) di Gaza pun, bukan terorisme, melainkan “aksi untuk membela diri dari ancaman serangan terorisme yang dilakukan Hamas.”
Kata terorisme –oleh media dan politisi AS (dan Barat secara umum)—telah digunakan secara inkonsisten dan manipulatif. Terorisme menjadi kata yang melegalkan aksi-aksi militer AS dan sekutunya di negeri-negeri muslim, yang meliputi invasi, penyiksaan, penahanan tanpa proses pengadilan, serangan udara, dan bahkan pembunuhan terhadap warga sipil AS (dan negara-negara Barat lain) yang dituduh teroris. Lebih buruk lagi, penetapan sebuah kelompok/individu terorisme atau bukan tidak perlu melalui proses pengadilan, melainkan cukup melalui ucapan pemerintah AS.[]
[1] Kasus pemuda Nigeria yang membawa bom di balik bajunya ke dalam pesawat Northwest Airlines (Des 2009)
[2] Kasus Nidal Hasan (muslim kelahiran AS) menembak rekan-rekannya di markas militer Fort Hood dan menewaskan 13 orang tentara.
[3] Kasus surat anthrax (2003), sekelompok teroris Neo-Nazi mengirimkan surat berisi kuman anthrax, menewaskan 3 orang.
0 comments to "Teroris dan Barat munafik...!!!!!....."