Home , � Iran dan Arab Saudi, Penentu Arah Dunia

Iran dan Arab Saudi, Penentu Arah Dunia

Mottaki: Iran dan Arab Saudi, Penentu Arah Dunia

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Manouchehr Mottaki menyatakan bahwa Republik Islam Iran dan Arab Saudi adalah dua negara urgen di tingkat regional dan internasional. Ia menambahkan, "Kedua negara ini mempunyai peran strategis dalam menyelesaikan berbagai masalah di kawasan."

Mottaki dalam pertemuannya dengan Duta Besar baru Arab Saudi untuk Tehran, Mohammad bin Abbas bin Hamzah Al-Kelabi, mengatakan, "Iran menyambut baik kerjasama dengan Arab Saudi. Prospek hubungan antarkedua negara akan menciptakan atmosfer baru."

Lebih lanjut Mottaki mengatakan, "Iran dan Arab Saudi mempunyai kepentingan dan kekhawatiran bersama."

"Interaksi luas antarkedua negara tentunya akan meningkatkan kerjasama di tingkat kawasan dan menyelesaikan berbagai problema dunia, " tambah Mottaki.

Setelah menyerahkan surat kepercayaan, Ali Kelabi menjelaskan, "Dengan dukungan Iran, saya akan berusaha memaksimalkan hubungan Iran dan Arab Saudi. Duta Besar baru Arab Saudi menilai perkembangan regional sebagai hal yang urgen. Ia juga menekankan urgensi pemanfaatan segala kapasitas untuk mengaplikasikan tujuan negara-negara Islam.

Ahmadinejad Menang Jika AS Akui Deklarasi Tehran

Saat penandatanganan deklarasi Tehran

Information Clearing House:

Situs ini menyebut pengakuan Amerika Serikat (AS) terhadap Deklarasi Tehran sebagai kemenangan diplomatik Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad. Mungkin, hal itulah yang membuat AS dan sekutu-sekutu Baratnya tidak tertarik untuk menerima ajakan kerjasama dari Iran.

Laporan ini menambahkan, sikap AS yang menentang mediasi Turki dan Brazil dalam isu nuklir Iran membuktikan bahwa AS memang tidak jujur dalam masalah nuklir Iran.

Jika Presiden Barack Obama jujur dan obyektif terkait isu nuklir Iran, sudah seharusnya ia mengesampingkan sikap-sikap frontal terhadap Deklarasi Tehran.

Seraya menyinggung kunjungan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdugan dan Presiden Brazil Luiz Inasio Lula da Silva ke Iran, laporan ini menambahkan, kesepakatan yang dicapai di Tehran dan tertuang dalam Deklarasi Tehran mirip dengan prakarsa yang delapan lalu ditawarkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan disetujui oleh Obama. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Obama menolak Deklarasi Tehran? Bukankah dia sendiri yang mengusulkan pertukaran uranium?

Bagaimanapun juga saat ini opini masyarakat internasional memandang AS sebagai pihak yang tidak menghendaki solusi damai dalam isu nuklir Iran.

Jika Obama tidak menanggapi serius Deklarasi Tehran, dalam waktu dekat ia pasti akan merilis statemen yang menyebutkannya tengah terlibat dalam masalah politik dalam negeri. Dengan demikian, ia akan mengantongi alasan untuk mengelak dari apa yang pernah didukungnya belum lama ini.

Jika AS mengakui Deklarasi Tehran, maka itu berarti kemenangan diplomatik Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.(IRIB/HAF/23/5/2010)

Dokumen Rahasia Instruksi Arab Saudi untuk AlQaeda Irak Bocor

Pangeran Bandar bin Sultan

IRIB/INDONESIA-Sebuah dokumen rahasia mengungkap peran para pejabat Arab Saudi dalam pembentukan AlQaeda Irak serta penentuan ketua baru kelompok ini oleh pihak Arab Saudi.

Dokumen yang dirilis oleh situs Baratha Irak itu menyebutkan, Arab Saudi selain menentukan gembong baru kelompok jaringan teroris AlQaeda di Irak, juga menginstruksikan pengiriman senjata lebih banyak ke Irak untuk memperluas instabilitas.

Pangeran Bandar bin Sultan, Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, menunjuk seorang bernama Abu Sulaiman menggantikan Abu Omar al-Baghdadi dan Abu Ayyub al-Masri sebagai pemimpin baru jaringan teroris di Irak.

Abu Ayyub al-Masri, gembong AlQaeda Irak dan Abu Omar al-Baghdadi, pemimpin kelompok teroris "Pemerintahan Islam Irak" yang juga berafiliasi dengan AlQaeda, April lalu tewas dalam operasi gabungan militer Irak dan Amerika Serikat di Propinsi Salahuddin. Sejak saat itu muncul gejolak di dalam tubuh AlQaeda soal kekosongan pemimpin jaringan teroris tersebut.

Atas instruksi Pangeran Bandar bin Sultan dan dalam sebuah sidang staf gabungan pada 2 Mei 2010, Abu Sulaiman ditunjuk sebagai pemimpin baru AlQaeda. Abu Sulaiman memiliki dua kewarganegaraan Arab Saudi-Irak. Disebutkan pula bahwa Abu Sulaiman adalah orang yang dipercaya oleh Dewan Keamanan dan Staf Gabungan Arab Saudi. Tidak hanya itu, pemimpin AlQaeda ini memiliki banyak pengalaman di bidang militer dan intelejen.

Segudang Instruksi

Di antara instruksi yang diberikan dalam sidang tersebut, pelengkapan AlQaeda di Irak dengan senjata-senjata baru, pembentukan komisi pengawasan terhadap proses pengiriman senjata, menjalin kontak dengan seluruh kelompok bersenjata yang didukung oleh Arab Saudi. Tidakhanya itu, Abu Sulaiman juga bertanggung jawab memutuskan bantuan finansial dan persenjataan kepada kelompok-kelompok milisi yang tidak menerima AlQaeda.

Baratha lebih lanjut menjelaskan, Pangeran Bandar bin Sultan adalah pendukung jaringan AlQaeda dan berperan besar dalam menyuplai persenjataan kepada kelompok teroris tersebut untuk menyebarluaskan instabilitas dan pengemboman.

Menyusul dengung penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Irak, pangeran Arab Saudi itu lebih menggenjot proses pengokohan kelompok ini. Dengan cara ini, AlQaeda Irak diharapkan dapat memperluas instabilitas yang akhirnya akan meruntuhkan pemerintahan Irak.

Menurut keterangan sebuah sumber di Garda Nasional Arab Saudi, orang-orang yang dikirim menyebar kekerasan di Irak adalah para perwira militer, panglima, veteran perang, dan para tentara bayaran yang sejak tumbangnya rezim Saddam hingga detik ini terus beraktivitas di Irak.

Sumber itu juga memperingatkan bahwa jika pion-pion dukungan kerajaan Arab Saudi gagal duduk di pemerintahan Irak baik melalui pemilu atau dengan cara-cara curang, maka keluarga Saud akan mempersiapkan perang berdarah yang sebenarnya di Irak.

Saat ini, berbagai sumber pemberitaan Irak dan Arab Saudi menyebutkan bahwa para pejabat Riyadh kebingungan untuk mengusut pihak-pihak yang membocorkan dokumen rahasia Dewan Keamanan Nasional itu. Di sisi lain, Pangeran Bandar bin Sultan terdesak untuk segera memberikan jawaban kepada atasannya.(IRIB/MZ/23/5/2010)

0 comments to "Iran dan Arab Saudi, Penentu Arah Dunia"

Leave a comment