Home , � Piala Dunia rusuh...

Piala Dunia rusuh...

Piala Dunia Bikin Pegawai Jerman Resah dan Mengamuk

Stasiun televisi internet ARD Jerman berjanji akan menayangkan secara langsung pertandingan sepakbola Piala Dunia Afrika Selatan. Kabar ini membuat para pegawai di Jerman menyesuaikan jam kerja mereka agar dapat menyaksikan laga sepakbola paling bergengsi itu. Banyak pegawai yang tidak punya pilihan lain kecuali mengorbankan hak cutinya demi menonton bola.

Namun beberapa saat sebelum pertandingan dimulai, stasiun televisi tersebut menampilkan pesan memohon maaf karena mengalami kendala teknis dan tidak dapat menayangkan langsung pertandingan hari pertama Piala Dunia Afsel.

Pesan tersebut tak urung menuai kegeraman para pegawai Jerman yang langsung berdemo atau meneror pihak stasiun televisi itu dengan panggilan telpon bertubi-tubi.

Diperkirakan, kendala teknis itu akibat membludaknya jumlah pengunjung yang membuat bandwith server tidak mampu menampung banyaknya pengunjung. (IRIB/MZ/12/6/2010)

Langganan Nonton Piala Dunia Mencekik Warga Singapura

Sekelompok warga penggemar sepak bola menggelar aksi unjuk rasa memprotes tingginya biaya langganan televisi untuk menyaksikan siaran langsung Piala Dunia Afrika Selatan.

Kantor berita DPA melaporkan, aksi demo yang hadir ini diikuti oleh sekitar 200-an orang di Taman Hong Lim Singapura dalam bentuk seminar umum. Mereka memprotes kebijakan kanal-kanal televisi yang memungut biaya tinggi bagi para pelanggan untuk bisa menyaksikan siaran langsung pertandingan sepak bola Piala Dunia 2010 Afsel.

Perusahaan telekomunikasi Jarak Jauh Singapura dan kanal TV StarHub mematok angka 50,22 dolar sebagai biaya langganan untuk menyaksikan pertandingan Piala Dunia secara langsung. Angka ini meningkat dua kali lipat dibanding biaya langganan Piala Dunia 2006 Jerman. Para peserta demo dalam aksi simbolik menggunakan kartu merah yang bertuliskan protes keras terhadap kanal-kanal TV itu. (IRIB/AHF/PH/6/6/2010)

Di Balik Layar Suara Abstain Lebanon Atas Sanksi Iran

Beirut (IRIB News)--Suara abstain Lebanon atas resolusi sanksi anti-Iran di Dewan Keamanan PBB, cukup mengejutkan banyak pihak, meski Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri telah mengisyaratkan niatnya untuk memilih abstain. Menyusul keputusan Lebanon tersebut, koran al-Mustaqbal terbitan Lebanon menurunkan laporan menarik dan terperinci soal "kasak-kusuk" di balik layar keputusan abstain Lebanon.

Hariri sebelumnya menyatakan bahwa cara yang ditempuh Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran sangat mengejutkan. Sumber ini menambahkan bahwa Hariri berpendapat suara Lebanon harus sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi penjatuhan sanksi lebih berat terhadap Iran.

Hariri berdalih bahwa suara abstain Lebanon bukan berarti dukungan terhadap sanksi anti-Iran melainkan penolakan Beirut atas peningkatan sanksi terhadap Tehran.

Pendapat Hizbullah

Menteri Penasehat Pemerintah Bidang Pengembangan Birokrasi, Muhammad Fanish mengatakan, "Tidak ada satu menteri pun di dalam kabinet pemerintah yang menyetujui sanksi lebih berat terhadap Iran." Menurut Fanish, kubu Hizbullah pun telah menyatakan pendapatnya tentang hal ini dan menekankan bahwa Wakil Lebanon di Dewan Keamanan PBB, Nawaf Salam, harus menegaskan ketidakefektifan sanksi terhadap Iran serta lebih menekankan pada ancaman nuklir Israel.

Permainan Dubes AS di Beirut

Koran as-Safir terbitan Beirut juga menyingung dialog Dubes Amerika Serikat untuk Lebanon dengan sejumlah pemimpin kelompok 14 Maret guna mendesak mereka menyetujui sanksi baru anti-Iran. Dalam sidang kabinet, 14 menteri dari kelompok 14 Maret yang mendukung suara abstain di harapan 12 menteri yang menentang resolusi anti-Iran. Akhirnya dua menteri lain (yaitu menhan dan mendagri) mengikuti imbauan Presiden Lebanon, Michel Sleiman, menentang sanksi anti-Iran. Dengan demikian kedua pihak masih imbang hingga sidang selesai.

Lebanon Mewakili Arab

Koran as-Safir tidak memberikan keterangan lebih rinci dalam hal ini. Namun BBC Lebanon menyebutkan bahwa dalam lanjutan sidang pemerintah Lebanon masih kebingungan sikap apa yang harus diambil untuk disampaikan wakilnya di Dewan Keamanan PBB. Akhirnya diputuskan untuk melibatkan pendapat Liga Arab. Dengan demikian ditentukan suara abstain menyusul pendapat Liga Arab.

Keputusan tersebut baru disampaikan kepada Nawaf Salam di detik-detik akhir sebelum pemungutan suara terkait resolusi sanksi anti-Iran di Dewan Keamanan PBB dimulai.

Kegagalan Lobi

Koran al-Diyar Lebanon juga menulis, "Seluruh upaya dan kontak Selasa (08/6/2010) bahkan antara Beirut dan Damaskus, serta pertemuan Ketua Fraksi Loyalitas Terhadap Muqawama (afiliasi Hizbullah) dengan Presiden Lebanon, Michel Sleiman, dan Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, tidak membuahkan hasil."

Koran terbitan Beirut itu juga menyebutkan penentangan dan ketidakpuasan hebat kelompok oposisi atas kebijakan pemerintah. Michel Sison, Dubes Amerika Serikat untuk Lebanon berpengaruh kuat dalam menggiring keputusan abstain Lebanon. Apalagi Amerika Serikat juga mengancam Lebanon jika tidak mendukung atau paling tidak abstain terhadap resolusi anti-Iran.

Di lain pihak, Koran al-Hayah menyebutkan bahwa Hariri mengklaim suara abstain itu "demi kepentingan Lebanon".

Dewan Keamanan PBB Rabu (09/6/2010) merilis resolusi sanksi anti-Iran nomor 1929 dengan 12 suara setuju. Turki dan Brazil menentang sementara Lebanon abstain. (IRIB/MZ/SL/11/6/2010)

Sama Seperti Irak, Iran Korban Asumsi dan Dugaan Amerika

Moskow (IRIB News)-Profesor Herant Voskanian, dosen akademi militer Moskow menyatakan, Amerika Serikat mampu menggalang pendapat negara-negara untuk menyetujui sanksi anti-Iran di Dewan Keamanan PBB dengan menggunakan cara tekanan, ancaman, dan perundingan singkat. Menurutnya, sanksi baru anti-Iran sangat tidak rasional.

Voskanian hari ini (10/6/2010) menyatakan, "Di saat Iran telah menyetujui pertukaran uranium dengan negara lain, dan hal ini merupakan sebuah langkah penting dalam menciptakan kepercayaan masyarakat dunia soal program nuklir Iran, serta menunjukkan itikad baik Tehran kepada dunia, sanksi saat ini sangat tidak tepat sekali."

"Amerika Serikat tidak memiliki satu bukti pun yang menunjukkan status militer program nuklir Iran, dan hanya selalu menuduh Tehran berupaya menggapai teknologi nuklir. Atas alasan infaktual ini Iran dijatuhi sanksi," jelas Voskanian.

Menurutnya, "Tuduhan itu dibangun berdasarkan dugaan dan asumsi yang tidak mungkin dilakukan oleh negara lain kecuali oleh Ameriak Serikat dan sayang sekali Washington menyalahgunakan pengaruh dan perannya di PBB dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA)."

Voskanian menyebutkan contoh agresi Amerika Serikat dan sekutunya Inggris ke Irak pada tahun 2003. Irak diserang dan diduduki di saat Amerika Serikat tidak memiliki satu bukti yang kuat terkait keberadaan senjata destruksi massal. Bahkan hingga kini AS tetap menduduki Irak meski tidak akan pernah menemukan senjata jenis itu.

Dikatakannya, "Cara yang sama juga tengah digulirkan Amerika Serikat terhadap Iran." Masalah ini menurut Voskanian akan menghancurkan kepercayaan dunia terhadap lembaga-lembaga internasional. (IRIB/IRNA/MZ/SL/10/6/2010)

Takut Terkuak, BP Karantina Para Nelayan dan Pegawainya

Perusahaan Britisih Petroleoum (BP) menahan para nelayan dan pegawainya yang selamat pasca insiden yang menyebabkan tumpahnya minyak ke laut di Teluk Meksiko. Penahanan tersebut menurut Daniela Perdomo, seorang jurnalis dan penulis ternama Amerika Serikat, sebagai upaya menyembunyikan fakta-fakta di balik insiden tersebut.

Daniela menegaskan bahwa BP mengetahui berlalunya setiap detik dari kebocoran minyak ke Teluk Meksiko semakin meningkatkan angka kerugian ekonomi. Oleh karena itu, selain berusaha menjaga citranya dan bahkan mengeluarkan dana hingga $500 juta untuk meneliti dampak akibat kebocoran tersebut, BP juga berupaya agar tidak dinilai sebagai pihak yang bertanggung jawab atas dampak dan kerugian akibat insiden di Teluk Meksiko.

"Hanya selang beberapa waktu pasca ledakan di anjungan minyak milik BP di Teluk Meksiko, perusahaan ini mengarantinakan para pegawainya yang selamat dari insiden tersebut dan mereka tidak diperbolehkan berbicara kepada media massa," jelas Daniela. "Kemudian BP juga mengarantinakan para nelayan yang direkrutnya untuk ikut dalam program pembersihan laut."

Menurutnya, yang dapat disimpulkan dari tragedi tersebut adalah bahwa BP sama seperti berbagai perusahaan lain yang tidak bersalah, melainkan semua aksinya telah diperitungkan matang-matang.

Keamanan Dikorbankan

Global Research dalam laporannya menyinggung kebijakan tidak profesional perusahaan BP terhadap para pegawainya. Ketika BP gencar mempropagandakan programnya untuk membersihkan kawasan yang tercemar minyak, ditayangkan cuplikan video wajah para pegawai BP yang sedang tersenyum menyimpan harapan. Namun pada kenyataannya, perusahaan ini sengaja membahayakan para pegawainya.

Pada tahun 2005 misalnya, di kota Texas terjadi ledakan masif di kilang minyak di negara bagian ini. 15 tewas dan 170 orang lainnya cedera dalam insiden tersebut. Padahal BP dapat lebih menjamin keamanan para pegawainya. Namun BP lebih memprioritaskan profit daripada keamanan kerja demi menghemat biaya.

Insiden di Texas seharusnya tidak terjadi jika BP memilih menggunakan derek baja yang lebih aman dan anti ledakan. Namun BP justru menggunakan alat yang tidak tahan ledakan.

Adapun dalam insiden ledakan di anjungan BP di Teluk Meksiko, 11 pegawai BP tewas. (IRIB/MZ/12/6/2010)

0 comments to "Piala Dunia rusuh..."

Leave a comment