Home , � Pilkada Online wajib diterapkan di Banjarmasin (Kalimantan Selatan)

Pilkada Online wajib diterapkan di Banjarmasin (Kalimantan Selatan)



Hari gini masih manual...engga kaleee...

Pilkada Online Tantangan dan Harapan
Kamis, 3 Juni 2010 | 01:20 WITA/b.post

RABU, 2 Juni 2010 masyarakat Kalimantan Selatan merayakan pesta demokrasi lima tahunan memilih kepala daerah secara langsung.

Oleh: Eka Setya Wijaya


Harus kita akui, hingga saat ini kondisi pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di Kalsel termasuk paling kondusif dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 235 juta orang. Pemilu dilakukan mulai dari tingkat teratas (presiden) sampai kepala desa dilakukan secara langsung.

Pemilihan umum secara langsung ternyata ada efek negatifnya. Perlu dana besar sebagai biaya kampanye dan yang jelas menguras energi. Padahal permasalahan bangsa masih banyak dan sebagian besar belum terpecahkan dari waktu ke waktu. Contohnya masalah pendidikan dan kesehatan yang mahal, infrastruktur dan lainnya.
Kita melihat bagaimana susah dan mahalnya sebuah pemilu. Susah karena alurnya begitu panjang dan berjejang. Mulai dari pendataan daftar pemilih tetap (DPT), pengadaan dan pendistribusian logistik pilkada, sampai proses pemungutan dan penghitungan suara yang tentunya memakan waktu serta rawan manipulasi.

Sistem pemilihan konvensional seperti sekarang ini tampaknya tidak memungkinkan lagi untuk terus dilakukan. Pembuatan media pemilihan langsung berbasis internet dan SMS (Short Message Service), seperti contohnya program SmsVote, merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Melihat perkembangan teknologi di Kalimantan Selatan, penyelenggaraan pilkada online sangat mungkin dilakukan. Tentunya dengan melakukan sosialisasi ekstra kepada setiap calon pemilih. Terlebih lagi ditunjang dengan jaringan telekomunikasi selular yang sudah menjangkau seluruh wilayah serta pesatnya peningkatan jumlah pengguna jasa layanan internet. Hal itu membuktikan bahwa teknologi informasi menjadi trend di kalangan masyarakat.

Dengan pilkada online, calon pemilih dapat menggunakan hak pilihnya di mana saja tanpa harus repot-repot datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Cukup dengan mengirimkan SMS ataupun mengakses website pilkada online sesuai format yang telah ditentukan.

Di tiap kelurahan tetap disediakan TPS elektronik, yaitu TPS yang dilengkapi dengan perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan internet untuk melayani calon pemilih yang akan menggunakan hak suaranya. Sistem itu juga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kegiatan pilkada, mulai dari informasi masing-masing kandidat kepala daerah, tata cara pemilihan hingga tabulasi hasil pilkada dan lain sebagainya.

Nomor Induk Kependudukan (KTP) serta nomor kartu tanda pemilih dapat dijadikan kunci dalam sistem itu untuk pengecekan otentikasi masing-masing calon pemilih pada saat melakukan proses pemilihan.

Dengan sistem pilkada online
, kita tidak perlu mengkhawatirkan akan kekurangan kartu suara. Selain itu, dapat menghemat biaya pengadaan kartu suara. Sistem itu rasanya lebih efisiensi biayanya, masyarakat pun lebih mudah untuk mengaksesnya.

Penggunanya juga dimungkinkan untuk melakukan verifikasi, apakah suara mereka telah masuk ke dalam tabulasi penghitungan suara elektronik ataukah tidak.

Pendeteksian tentunya juga dilakukan oleh sistem pemilukada online apakah pemilih telah melakukan voting secara benar atau tidak, sehingga dapat mengurangi jumlah suara yang dinyatakan tidak sah.

Keunggulan lainnya, tentu saja peningkatan efesiensi waktu dalam penghitungan suara.

Bagi KPUD, pemilukada online diharapkan dapat melihat hasil pilkada langsung dari sumber yang tepercaya, juga memonitor proses penghitungan pilkada. Sehingga diharapkan dapat meminimalkan kecurangan, meningkatkan transparansi, dan mengurangi gesekan-gesekan yang bisa menimbulkan perselisihan.

Seringkali proses demokrasi harus dibayar mahal dengan timbulnya konflik antargolongan masyarakat yang bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Ketidakpuasan dan saling tuding mencurangi kerap menghiasi pemilukada. Perselisihan itu bahkan sudah sampai masuk ke ranah hukum.

Di beberapa negara, sistem pemilihan dengan media elektronik secara online dianggap dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memberikan suara.

Harapannya, proses demokrasi tetap berjalan. Mendorong transparansi dan akuntabilitas yang tinggi pada pemerintahan, sehingga mendorong kemajuan pembangunan tanpa menimbulkan gejolak yang dapat merugikan kita semua.

* Staf Teknis Lab Dasar FMIPA Unlam

Kejutan Besar di Pemilukada Banjarmasin
Kamis, 3 Juni 2010 | 08:00 WITA/b.post

DIDIK TRIOMARSIDI. Drs
Pasangan Muhidin-Irwan Anshari nomor urut 3.

BANJARMASIN, KAMIS - Kejutan besar terjadi pada Pemilukada Kota Banjarmasin yang digelar pada Rabu (2/6/2010) kemarin. Pasangan calon wali kota-wakil wali kota nomor urut 3, H Muhidin-Irwan Anshari, di luar dugaan langsung memimpin dalam perolehan suara.

Hebatnya lagi, duet yang diusung Partai Bintang Reformasi (PBR) tersebut unggul dengan persentase yang cukup menyolok atas incumbent Yudhi Wahyuni-Haryanto, kandidat kuat dan favorit bernomor urut 6.

Berdasar quick count atau hitung cepat yang dilakukan Institute for Regional Development and Politic Studies (IRDPoS) Banjarmasin, Muhidin-Irwan meraup suara 45,73 persen. Sedangkan Yudhi-Haryanto 'hanya' 29,82 persen.

Di posisi ketiga, calon dari jalur independen, Anang RosadiKhairudin Anwar (19,1 persen), disusul Zulfadli Gazali-Abdul Gais (9 persen), kemudian Sofwat Hadi-Murjani (5,85 persen) dan terakhir Immah Norda-Khairul Saleh (4,64 persen). "Jadi ini bak tsunami politik," kata Taufik Arbain, Direktur IRD Pos Banjarmasin kepada Metro, kemarin siang.

Hasil itu selaras dengan perankingan yang dilakukan KPU Kota Banjarmasin. "Kami tidak mengadakan real count, namun berdasar data yang dikirim PPS," ujar Ketua KPU Kota Banjarmasin, Makhmud Syazali.

Adapun urutan ranking hingga pukul 21.00 Wita tadi malam, pertama Muhidin-Irwan, kedua Yudhi-Haryanto dan ketiga ZulfadliAbdul Gais. "Kami hanya konsentrasi ranking pertama hingga ketiga," sebut Makhmud.

Sementara itu, kemarin sore Yudhi bersama Haryanto menyempatkan diri mengunjungi posko pemenangannya di Jalan Kolonel Sugiono. Dia tak seceria ketika memberikan suara di pagi hari.

"Kami akan menerima kenyataan bila dalam penentuan akhir posisi kami kalah. Kami tetap mendukung siapa pun yang terpilih menjadi wali kota Banjarmasin. Namun kami masih optimistis bisa menang. Tunggu saja hasil akhirnya," ujar Yudhi.

Di posko, ketegangan pun terasa. Tak ada canda tawa seusai menyaksikan tayangan quick count yang disiarkan salah satu stasiun televisi lokal Banjarmasin.
Suasana berbeda terjadi di posko pasangan Muhidin-Irwan. Semua berseri-seri. Muhidin pun selalu mengumbar senyum kepada tim suksesnya.

Dia mengatakan, ini merupakan suatu kepercayaan masyarakat dan menunjukkan adanya keinginan masyarakat tentang perubahan yang signifikan untuk Banjarmasin.

"Tetapi kami tetap menunggu sampai peluit terakhir. Selanjutnya kami akan melakukan rapat internal dan koordinasi dengan tim sukses dan menjaga hasil suara agar selamat sampai tujuan," ujarnya.

(kk/ll)
DUA PEMIMPIN SUKSES BERSATU

K I N I .....Dua Pemimpin sukses di Kalimantan Selatan itu sudah bersatu untuk satu gerak langkah maju bagi rakyat Kalsel. Dua pemimpin yang kebetulan memiliki nama awal Rudy ini menyatukan langkah untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur & Wakil Gubernur pada Pemilihan Gubernur Kalsel (Pilgub) Juni 2010 ini.

H RUDY ARIFFIN, mantan Bupati Banjar dan kini sedang menyelesaikan tugas sebagai Gubernur Kalsel pada 2010 ini.

H RUDY RESNAWAN ... Walikota Banjarbaru selama dua periode yang juga sedang menyelesaikan tugas akhirnya di kota Pelajar itu hingga 2010...Quick count Metro TV menyatakan pasangan incumbent dua rudy lah pemenang Pemilukada Kalimantan Selatan.

Tags: ,

0 comments to "Pilkada Online wajib diterapkan di Banjarmasin (Kalimantan Selatan)"

Leave a comment