Home , � Hari Libur Nasional pada Nisfu Syaban.....Selamat datang Ya Imam Mahdi AFS..!!!!...

Hari Libur Nasional pada Nisfu Syaban.....Selamat datang Ya Imam Mahdi AFS..!!!!...


Nisfu Syaban di Iran, Hari Libur Nasional

Masyarakat Iran hari ini (Selasa, 27/7/2010) memperingati hari kelahiran Imam Mahdi af. Sepanjang jalan di kota-kota Iran dimeriahkan dengan gegap-gempita lampu dan bendera kecil yang berwarna-warni. Di ibukota Tehran, masyarakat setempat juga membagi-bagikan makanan dan minuman secara gratis di jalan-jalan sebagai bukti kebahagiaan mereka atas peringatan hari kelahiran Imam Mahdi as.

Meriahnya peringatan hari kelahiran Imam Mahdi as sangat tampak di seluruh negeri ini. Bahkan pemerintah Iran juga menjadikan hari ini sebagai hari libur nasional.

Pada tanggal 15 Sya'ban 255 Hijriah, Imam Mahdi af yang juga diyakini sang juru selamat di akhir zaman terlahir ke dunia di Kota Samarra, Irak. Imam Mahdi adalah putera dari Imam Hasan Al-Askari as yang juga generasi pilihan keturunan Rasulullah Saw. Imam Mahdi memiliki nama dan panggilan yang sama dengan Rasulullah, yaitu Muhamad dan Abul Qasim.


Di usianya yang ke 74 tahun, Imam Mahdi kemudian menghilang atau ghaib untuk jangka waktu yang sangat lama. Berdasarkan berbagai keterangan hadits yang kuat, beliau kelak akan muncul kembali di akhir zaman untuk memimpin dunia ini dengan penuh keadilan dan ketentraman. Saat itu, berbagai kezaliman, kefakiran, dan diskriminasi akan dilenyapkan dari muka bumi. Karena itulah, kemunculam kembali Imam Mahdi menjadi harapan terbesar para pencari keadilan, dan mereka selalu berupaya untuk menciptakan kondisi yang bisa mempercepat kemunculan beliau. Dalam Al-Quran Surat Al-Qashash ayat 5 disebutkan bahwa Allah SWT berkehendak untuk menjadikan orang-orang yang tertindas sebagai penguasa dan pewaris di muka bumi. Untuk itulah, tanggal 15 Sya'ban di Iran dijadikan sebagai Hari Orang-Orang Tertindas. (IRIB/AR/27/7/2010)

IMAM AL-MAHDI, JANJI KEADILAN SEDUNIA

Hari Lahir

Imam Al-Mahdi as lahir pada 15 Sya’ban 255 H. Kelahiran beliau sungguh menghidupkan harapan di dalam jiwa-jiwa kaum tertindas di dunia.

Ayah Imam as adalah Imam Hasan Al-Askari as dan ibunya bernama Nargis, seorang wanita suci keturunan salah satu Hawariyyun (sahabat setia) Nabi Isa as, yaitu Sam’un Ash-Shafa.

Imam Mahdi as adalah Imam terakhir Ahlulbait as. Secara khusus, sang datuk, Rasulullah saw telah memberitakan kehadirannya dalam sejumlah hadis-hadis yang mutawatir, bahwa “Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah disesaki oleh kezaliman.”

Beliau dikenal dengan panggilan Abul Qasim, dan gelar mulia “Al-Mahdi”. Dengan demikian, beliau membawa nama sekaligus panggilan junjungan kita Muhammad saw, sebagaimana beliau pun membawa risalah agamanya, Islam.

Para penguasa zalim menjadi begitu awas dan senantiasa mengintai kelahiran Imam Mahdi as, sehingga mereka berupaya menggagalkannya. Persis dengan apa yang telah dilakukan Fir’aun; mengawasi setiap ibu yang hamil dan bayi yang lahir. Namun, mereka tidak sadar bahwa Fir’aun, meskipun mengerahkan segenap kekuatan raksasa yang dimilikinya sampai membunuh secara massal bayi-bayi yang baru lahir, usahanya itu mengalami kegagalan total.

Al-Mu’tamid, Khalifah Abbasiyah—sosok Fir’aun pada masanya—pun ingin melakukan hal yang sama. Ia pun mencoba mengikuti langkah Fir’aun berusaha mencegah kemunculan Sang Pembela Kebenaran yang akan merongrong kekuasaannya. Ia seketat mungkin mengawasi rumah Imam Hasan Al-Askari as.

Ketika Imam Hasan as diracun, beliau dibawa dalam keadaan lemah dari penjara ke rumahnya. Al-Mu’tamid menugaskan lima orang pengawal pergi menyertai Imam untuk mewaspadai dan berjaga-jaga di sekeliling rumah Imam jika ada peristiwa yang terjadi di rumah itu. Tidak hanya mengutus mata-mata, ia juga mengirim beberapa bidan ke rumah Imam untuk menjaga dan membantu proses kelahiran istri Imam as.

Kota Samarra berubah menjadi kota duka atas kematian Imam Hasan Al-Askari. Orang-orang menutup tempat kerja mereka untuk melayat ke rumah Imam. Penduduk kota itu mengusung jenazah suci Imam dengan tangan mereka sendiri dalam upacara penguburan yang kudus, agung, dan akbar.

Khalifah Abbasiyah sangat gusar dan kesal atas kerumunan massa yang datang melayat Imam. Ia berusaha keras untuk menutupi kejahatannya dan mengumumkan bahwa kematian Imam merupakan sebuah kejadian yang wajar dan alamiah.

Al-Mu’tamid mengutus saudaranya untuk menghadiri upacara pemakaman dan bersaksi bahwa tidak ada yang membunuh Imam. Di sisi lain, ia membagi-bagikan harta peninggalan Imam untuk menunjukkan bahwa Imam tidak meninggalkan anak yang dapat menunaikan shalat jenazah dan menjadi pewaris sah atas harta peninggalan beliau.

Namun, betapapun usaha untuk menutupi cahaya kebenaran, kehendak Allahlah yang tetap berlaku. Ketika Imam Al-Askari as dibunuh, putra beliau berusia lima tahun. Ia mencapai kedudukan imamah pada usia lima tahun, seperti Nabi Isa yang diangkat sebagai nabi ketika ia masih dalam buaian.

Ketika mereka meletakkan jenazah suci Imam Al-‘Askari as, saudara beliau—yang bukan orang baik-baik—hendak memimpin shalat jenazah. Namun, putra beliau, Imam Al-Mahdi ajf—yang masih belia—mendorongnya ke samping dan beliau sendiri maju ke depan memimpin shalat jenazah tersebut. Setelah selesai shalat jenazah, beliau menghilang dari pandangan mata.

Orang-orang Syiah telah melihat Imam Al-Mahdi di kediaman sang ayah, Imam Hasan Al-‘Askari yang saat itu masih hidup. Di kediaman itu pula mereka mendengarkan nasihat beliau tentang anaknya kepada mereka. Setelah syahadah Imam Hasan as, mereka tetap berhubungan dengan Imam Al-Mahdi hingga beberapa waktu lamanya.

Keadaan ketika Imam Al-Mahdi Lahir

Hakimah, bibi Imam berkata, “Aku pergi ke rumah anak saudaraku, pada hari Kamis bulan Sya’ban. Ketika aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, Imam berkata, ‘Wahai bibi, tinggallah malam ini bersama kami karena putra kami akan segera lahir.’

“Aku sangat bergembira dan berbahagia mendengarkan kabar itu dan pergi menjumpai Nargis (Ibunda Imam Al-Mahdi). Namun, aku tidak menemukan tanda-tanda kehamilan pada diri beliau. Aku terkejut dan bergumam, ‘Tidak melihat tanda-tanda kelahiran bayi padanya.’

“Pada saat-saat itu, Imam datang padaku dan berkata, ‘Duhai bibi, jangan bersedih. Nargis seperti ibunda Nabi Musa as, dan si bayi seperti Musa yang lahir secara tersembunyi dan tanpa tanda-tanda apa pun yang menyertai kelahirannya. Temuilah Nargis, dia akan segera melahirkan pada Shubuh hari.’

“Aku berbahagia menemani Nargis, sambil mengamati apa yang dikatakan oleh Imam bahwa tanda-tanda kelahiran Nargis muncul sebelum matahari terbit di ufuk timur. Seberkas cahaya membentang antara diriku dan dia sehingga aku tidak dapat melihat Nargis lagi. Aku ketakutan dan keluar dari bilik itu untuk menjumpai Imam dan melaporkan apa yang telah terjadi. Beliau tersenyum dan berkata, ‘Kembalilah, beberapa saat lagi engkau akan melihatnya.’

“Aku kembali ke kamar dan melihat seorang bayi baru lahir dan tengah melakukan sujud lalu ia mengangkat tangannya ke angkasa sembarai berzikir dan memuji Allah dengan segala kepemurahan-Nya, kebesaran-Nya, dan keesaan-Nya.”

Kisah Ibunda Nargis

Salah seorang budak Imam Hadi as, Busyr Al-Anshari menukil sebuah kisah sehubungan dengan kejadian itu:

Suatu hari, Imam Hadi as memanggilku dan berkata padaku, “Aku ingin memberikan sebuah pekerjaan untukmu. Pekerjaan ini akan menjadi sesuatu yang sangat berharga untukmu.” Beliau memberikan sebuah surat disertai dengan seikat kantong yang berisi 200 Dinar emas. Beliau berkata, “Ambillah kantong ini dan pergilah ke Baghdad. Nantikan kapal yang akan berlabuh besok harinya di sungai Furat (Eufrat). Di dalamnya terdapat banyak budak-budak yang dibawa untuk diperjualbelikan. Kebanyakan pembeli dan penjual itu berasal dari Bani Abbas dan beberapa pemuda dari suku bangsa yang lain.

“Di atas kapal itu, ada seorang wanita yang, ketika ia diminta untuk menampakkan dirinya, enggan memenuhi permintaan itu. Salah seorang pemuda maju ke depan dan berkata kepada tuannya, ‘Aku siap membeli wanita itu dengan harga 200 Dinar emas.’ Tetapi si wanita itu tidak setuju dengan tawaran pemuda itu. Lalu tuannya berkata, ‘Kamu tidak ada pilihan lain kecuali harus dijual. Kamu harus terima tawaran pemuda itu.’ Tapi ia menukas, ‘Tunggu sebentar! Pembeliku akan segera datang.’ Lalu kau maju ke depan berikan surat itu kepadanya, dan katakanlah ‘Jika wanita ini berhasrat kepada orang yang mengirim surat ini, aku akan membelinya.’ Setelah membaca surat yang disodorkan padanya, wanita itu merasa senang. Lalu bayarlah harganya dengan uang ini, dan serahkanlah kepada tuannya. Setelah itu, bawalah wanita itu kemari.”

Aku kerjakan apa yang diperintahkan Imam kepadaku. Aku beli wanita itu dari tuannya. Dalam perjalanan, ia menceritakan kepadaku sebuah cerita yang mengejutkan. Katanya, ‘Aku adalah putri Raja Romawi. Datukku adalah sahabat dekat Nabi Isa. Ayahku menginginkan agar aku menikah dengan keponakannya. Suatu hari, ia mengadakan sebuah pertemuan akbar di istana dan meminta kemenakannya duduk bersanding denganku di singgasana. Seluruh bangsawan Nasrani dan para pengawal kerajaan berkumpul untuk menikahkan aku dengannya. Tiba-tiba istana berguncang, yang membuat segala sesuatunya berserakan hingga saudara sepupuku itu terjatuh dari singgasana. Meski begitu, mereka tetap bersikeras untuk menikahkanku dengannya. Mereka kembali mengadakan pertemuan itu. Namun, kejadian yang sama juga kembali terjadi. Para bangsawan Nasrani menganggapnya sebagai sebuah tanda buruk. Mereka segera meninggalkan istana. Pada malam yang sama, aku tertidur dalam keadaan sedih dan pilu. Aku bermimpi melihat dua orang pria dengan cahaya yang memancar dari tubuhnya datang ke istana. Beberapa orang berkata bahwa pria itu adalah Nabi Isa, dan yang lainnya berkata bahwa pria itu adalah Rasulullah saw. Rasulullah saw berhadapan dengan Nabi Isa as, beliau berkata, ‘Aku meminang cucumu untuk cucuku.’ Nabi Isa as sangat gembira dengan pinangan itu. Beliau menerima pinangan Rasulullah saw. Aku bangkit dari tempat tidurku dan tidak mengungkapkan perihal mimpi itu kepada siapa pun. Hingga suatu hari, aku jatuh sakit dan ayahku memanggil seluruh tabib untuk memeriksa kondisiku. Namun, tidak satu pun dari mereka yang dapat menyembuhkan sakitku. Aku memohon kepada ayahku untuk membebaskan orang-orang muslim yang ada dalam penjara ketika itu. Ia mengabulkan permohonanku. Ia membebaskan tawanan-tawanan muslim. Segera setelah itu aku pun sembuh dari sakitku. Pada malam yang sama, aku sekali lagi bermimpi melihat dua orang wanita yang penuh dengan cahaya. Mereka berkata bahwa wanita itu adalah ibunda Nabi Allah Isa as dan Fatimah, putri Rasulullah saw. Fatimah maju ke depan dan berkata kepadaku, ‘Jika engkau ingin menjadi istri putraku, engkau harus menjadi muslim.’ Dalam mimpi malam itu, aku menerima Islam melalui tangannya. Lalu, ia membawaku menjumpai anaknya, Imam Hasan Al-Askari. Cintanya menawan hatiku dengan kuat, dan seluruh badanku lemas siang dan malam. Sampai pada suatu malam, aku melihat Imam Hasan Al-Askari dalam mimpi. Aku bertanya kepadanya, ‘Bagaimana aku dapat menjadi istrimu?’ Beliau berkata, ‘Ayahmu dalam waktu dekat ini akan mengirim serdadunya untuk berperang melawan serdadu muslim, dan engkau akan berada di barisan belakang serdadu itu. Serdadu muslim akan memenangkan perang itu dan engkau akan ditahan sebagai tawanan perang. Lalu engkau akan dibawa ke Baghdad untuk dijual. Engkau akan dibawa ke Baghdad dengan kapal yang melintasi sungai Furat. Kapal itu akan berlabuh di sungai itu dan mereka akan membawamu keluar dari kapal itu untuk dijual. Para pembeli akan datang untuk membelimu. Namun, tunggulah sampai seseorang (utusan) datang untuk membelimu. Ia akan datang dengan membawa surat dari ayahku. Dialah yang akan menjadi pembelimu dan membawamu pergi.’ Aku terjaga dari mimpi dan merasa gembira. Setelah beberapa waktu berlalu, apa yang diceritakan oleh Imam Hasan Al-‘Askari dalam mimpi itu terjadi. Wahai Busyr! Hingga saat ini, tidak ada seorang pun yang tahu akan kisah ini dan mengenali aku. Berhati-hatilah, jangan engkau ceritakan kisah ini kepada siapapun. Simpanlah kisah ini untukmu saja.”

Ketika Nargis menukilkan kisah itu kepadaku, terasa gemetar sekujur tubuhku. Sejak saat itu, aku menghormatinya dan menemaninya seakan-akan aku ini adalah budaknya. Aku membawa beliau ke hadirat tuanku, Imam Hadi as.

Imam Hadi as bertanya kepada wanita itu, bagaimana kisahmu sampai memeluk Islam? Dia menjawab, “Anda bertanya sesuatu yang Anda lebih tahu ketimbang aku.”

Beliau lalu berkata, “Berita gembira untukmu tentang seorang anak yang akan memenuhi alam semesta ini dengan keadilan dan hukum, seorang anak yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat manusia.”

Kemudian, beliau memalingkan wajahnya kepada saudarinya, Hakimah, “Wahai saudariku! Inilah wanita yang kau nanti-nantikan selama ini. Bawalah ia bersamamu dan ajarkan Islam kepadanya.”

Hakimah memeluknya erat dan ia membawanya pergi dengan penuh hormat.

Periode Kehidupan Imam Al-Mahdi

Periode kehidupan Imam Muhammad Al-Mahdi ajf dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. Pra-imamah

Yaitu, sejak lahir hingga syahadah ayahanda beliau, Imam Hasan Al-Askari as. Periode ini berlangsung selama lima tahun.

Selama periode ini, Imam Hasan as senantiasa menjaga putranya ini sedemikian rupa hingga tidak ada yang dapat melihatnya kecuali sebagian sahabat-sahabat dan orang-orang yang dekat dengan beliau.

Penjagaan ketat ini beliau lakukan lantaran kuatir terhadap penyusupan orang-orang Abbasiyah dan mata-mata mereka yang begitu ketat mengawasi kediaman beliau.

2. Kegaiban Kecil (Ghaibah Shughra)

Periode ini dimulai pada waktu beliau berusia enam tahun dan terus berlanjut hingga beliau berusia tujuh puluh enam tahun. Selama periode ini, aparat pemerintahan dan agen-agennya tidak dapat bertemu dengan beliau. Akan tetapi, sahabat-sahabat beliau tetap memiliki kesempatan untuk bertemu dengan beliau dan meminta jalan keluar atas masalah-masalah yang mereka hadapi.

Selama masa Kegaiban Kecil ini, ada empat orang yang menjadi sahabat khusus Imam Al-Mahdi ajf, sekaligus menjadi perantara antara Imam dan pengikutnya. Mereka membawa dan mengirim surat atau pun uang dari umat dan menyampaikannya kepada Imam as, dan juga sebaliknya menyampaikan jawaban Imam kepada mereka.

Empat sahabat Imam Mahdi as itu adalah:

1. Utsman bin Sa’id

2. Muhammad bin Utsman

3. Husain bin Ruh

4. Ali bin Muhammad Samuri

Periode ini berakhir dengan wafatnya sahabat keempat Imam pada tahun 329 H. Sebelum wafatnya, beliau telah menyatakan berakhirnya keperantaraan dan kedutaan. Dengan begitu, Imam Al-Mahdi ajf segera memasuki periode baru dalam hidupnya, yaitu Kegaiban Besar.

3. Kegaiban Besar (Ghaibah Kubra)

Sepanjang periode ini—yang entah sampai kapan, hanya Allah SWT Yang Mahatahu—Imam Muhammad Al-Mahdi ajf menghadiri perhelatan dan acara perkumpulan yang diadakan oleh pengikut beliau. Beliau hadir tanpa diketahui oleh seorang pun.

Tidak ada satu orang pun yang mengenali beliau. Mereka menganggapnya sebagai orang asing. Setelah Imam meninggalkan tempat itu, dengan melihat tanda-tanda yang ada, barulah mereka sadar bahwa Imam telah datang ke tempat mereka.

Masa Penantian

Imam Al-Mahdi ajf tidak menunjukkan dirinya kepada fuqaha (ulama dan pakar hukum Islam) yang handal dalam memecahkan masalah-masalah keagamaan yang mereka hadapi dan masyarakat Islam selama kegaiban beliau. Namun demikian, mereka menyediakan lahan dalam rangka menyongsong revolusi yang akan dicetuskan oleh Imam ma'shum ini.

Orang-orang di masa kini, menantikan kedatangannya. Penantian ini tidak berarti hanya duduk tanpa ada usaha yang berarti sama sekali, pasif, acuh tak acuh, tidak berusaha, dan tidak berupaya membuka jalan bagi kemunculan Imam ajf. Sebaliknya, orang yang menanti adalah orang yang penuh pengharapan, berusaha, bekerja, bergerak, sadar dan giat, memiliki keyakinan yang teguh pada Imam Al-Mahdi, sehingga ia melempangkan jalan bagi kemunculan dan kedatangan beliau.

Seorang penanti sejati persis ibarat pendaki gunung, yang menantikan waktu untuk menaklukkan puncak gunung dan berjuang untuk mencapai puncak yang ditujunya. Ia senantiasa siap-sedia untuk melakukan apa saja yang diperlukan demi menginjakkan kaki di atas puncak. Tak pelak lagi, ia harus memiliki perencanaan yang matang untuk mencapai puncak kesuksesan dan sadar, bahwa duduk diam berpangku tangan tidak akan membawanya kepada tujuan.

Dengan demikian, penantian berarti pergerakan, usaha, upaya, pikiran yang teguh, berkarya, dan berkreasi untuk kemaslahatan umat manusia. Jika prinsip dasar ini tidak tertanam secara baik dalam masyarakat, umat manusia akan beku, putus asa dan kecewa, serta tidak lagi berpandangan optimistis dalam menatap masa depan yang gemilang.

Prinsip Penantian (Intizharul Faraj) dalam Islam adalah sebuah prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari agama yang memberikan kabar gembira tentang masa depan yang gemilang dan pelaksanaan segenap keadilan sosial bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, ia membina dirinya untuk mewujudkan cita-cita luhur ini sebegitu rupa sehingga ia mampu memerangi dan menghilangkan kegelapan, menyingkirkan para sufi gadungan dan kaum yang bersikap permusuhan terhadap Imam Mahdi ajf.

Dengan kekuatan pergerakannya yang tak terbendung itu, seorang muslim akan menciptakan sebuah lingkungan yang siap membentuk pemerintahan tunggal alam semesta. Sehingga, ketika tiba masa kemunculan insan yang telah diciptakan Allah SWT dengan pesona kepribadian yang luhur ini, seluruh maksud dan tujuan Islam akan menjadi kenyataan, Insya Allah. Dialah Imam Mahdi ajf.

Mukjizat Imam Mahdi

Dari sekian mukjizat Imam Mahdi ajf, di sini kita akan menyimak dua mukizat saja.

a. Lolos dari Kejaran Penguasa

Syeikh Thusi menukil riwayat dari seseorang yang bernama Rashiq, yang merupakan antek dari Khalifah Abbasiyah, Mu’tadhid. Ia bercerita, “Suatu hari Mu’tadhid memanggilku dan berkata, 'Aku telah mendengar kabar bahwa di kediaman Hasan Al-'Askari ada seorang anak.' Ia menemaniku beserta dua orang anteknya yang lain. Ia berkata, ‘Bergegaslah pergi ke Samarra dan geledah rumah Hasan Al-Askari. Jika engkau temukan seorang anak muda di sana, bunuh dan bawa kepalanya kemari.’"

“Kami pun bergegas menuju ke Samarra. Kami tiba di depan pintu Imam Hasan Al-Askari tanpa menjumpai sedikit pun rintangan di jalan. Kami melihat seorang budak sedang duduk di depan pintu. Kami masuk ke rumah tanpa lagi peduli pada si budak itu. Di sebuah sudut rumah yang indah itu, terdapat sebuah kamar yang menarik perhatian kami. Kami singkap tirai yang menghalangi. Kami temukan sebuah kamar besar yang penuh dengan air dan di kamar itu ada sebuah karpet yang menghampar dan seorang anak muda sedang sibuk mengerjakan salat.

“Salah seorang dari utusan Khalifah itu mencoba memasuki kamar itu. Namun, dengan seketika ia tenggelam. Kami berusaha dengan susah payah untuk menyelamatkannya. Si utusan itu pingsan akibat ulahnya itu.

“Utusan yang lainnya juga mencoba memasuki kamar itu, dan seperti utusan yang pertama, ia pun tenggelam dalam air itu. Kami menyeretnya keluar. Ia juga jatuh pingsang. Beberapa saat berlalu, kedua utusan itu siuman. Dalam keadaan gemetar karena takut, kami menunggangi kuda dan beranjak meninggalkan rumah itu menuju istana Khalifah.

“Kami menemui Khalifah Mu’tadhid pada tengah malam. Ia dengan sengaja berjaga-jaga dan sedang menantikan kedatangan kami. Kami ceritakan kisah yang baru saja kami alami. Ia pun ikut ketakutan sebagaimana kami. Ia berkata, ‘Tidak seorang pun yang boleh tahu kejadian ini. Simpan baik-baik rahasia ini dan jangan katakan kepada siapa pun. Jika saja aku tahu bahwa kalian membocorkan rahasia ini kepada orang lain, aku tidak akan segan-segan untuk membunuh kalian.’

Hingga akhir hayatnya, Mu’tadhid tidak sedikit pun memiliki keberanian untuk bercerita perihal kejadian itu.

2. Jumlah Uang dalam Kantong

Ali bin Sinan bercerita, “Sekelompok orang dari Qom berangkat menuju Samarra dengan membawa sejumlah uang untuk menjumpai Imam Hasan Al-Askari. Setibanya di sana, mereka baru tahu bahwa Imam Hasan Al-Askari telah wafat. Mereka tetap tidak percaya dan mulai berpikir tentang apa yang seharusnya dilakukan.

“Hingga beberapa waktu, mereka diperkenalkan dengan seseorang yang bernama Ja’far, saudara Imam Hasan Al-Askari as. Ketika mereka menjelaskan maksud kedatangannya, Ja’far berkata, ‘Serahkan uang yang kalian bawa itu kepadaku, karena akulah pengganti Imam Hasan’. Mereka berkata, ‘Kami harus menanyakan kepada Imam jumlah uang yang kami bawa dan pemilik dari setiap kantong uang itu.’

“Cara demikian itu pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, Ja’far merasa malu dan berkata, ‘Kalian berdusta kalau saudaraku biasa menanyakan hal-hal seperti itu. Karena apa yang kalian tanyakan itu hanya dapat diketahui oleh Allah SWT, Sang Mahatahu, Sang Mahahadir di setiap tempat. Tidak satu pun orang yang dapat mengetahui hal itu selain-Nya.’

“Kafilah dari Qom itu tetap bersikeras dengan sikap mereka, sehingga membuat Ja’far mengadukan mereka kepada Khalifah. Khalifah memanggil mereka dan memerintahkan untuk menyerahkan uang itu kepada Ja’far. Mereka memohon kepada Khalifah, ‘Uang ini bukan milik kami. Uang itu adalah simpanan umat. Kami tidak punya pilihan lain kecuali menyerahkan uang ini kepada seseorang yang menjadi pengganti Imam Hasan as, dan jika tidak, kami akan mengembalikan uang ini kepada pemiliknya.’

“Khalifah menerima permohonan mereka dan membiarkan mereka pergi. Ketika kafilah Qom itu memutuskan untuk meninggalkan kota, seorang pemuda datang mendekat dan berkata, ‘Imam memanggil kalian semua untuk berjumpa dengan beliau.’

“Mendengar undangan itu, mereka sangat bersuka cita dan mengikuti pemuda itu menuju rumah Imam Hasan Al-Askari. Sesampainya di sana, kafilah itu menjumpai seorang pemuda, tanda-tanda dan aura Imamah nampak dari wajahnya. Mereka mengulangi pertanyaan sebagaimana yang telah dilontarkan kepada Ja’far.

Imam tersenyum dan berkata, 'Duduklah. Aku dapat memberi tahu kepada kalian tentang isi setiap kantong ini berikut pemiliknya.' Lalu, Imam menyebutkan satu persatu pemilik kantong uang itu dan jumlahnya.

“Kami sangat bergembira melihat kenyataan bahwa kami telah menemukan siapa yang selama ini kami cari. Kami mengambil kantong uang itu dan menyerahkannya kepada Imam as.

“Perjumpaan dengan Imam as adalah sebuah kesempatan emas untuk menanyakan masalah-masalah yang kami hadapi. Kami pun mengutarakan permasalahan-permasalahan dan dijawab oleh beliau dengan gamblang. Beliau memerintahkan kepada kami untuk tidak lagi membawa uang kepada beliau, dan meminta untuk menyerahkannya kepada wakil yang akan ditunjuk oleh beliau. Dan bila kami memiliki pertanyaan, kami mengirimnya kepada beliau dan beliau mengirim jawaban pertanyaan itu.

“Kami pun pamit dari beliau. Kami bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat dan anugerah yang besar ini; dapat berjumpa dengan beliau.”

Orang-orang Yang Bertemu Imam

Walaupun Imam Muhammad Al-Mahdi ajf tidak menunjukkan diri beliau kepada siapa pun secara langsung dalam masa Ghaibah Kubra ini, namun mereka yang memiliki jiwa yang suci dan bertakwa, sewaktu-waktu dapat berjumpa dan berbicara dengan beliau.

Di sini kami akan sebutkan beberapa kejadian yang menceritakan perjumpaan mereka dengan Sang Imam ajf. Mereka itu antara lain:

1. Ismail bin Hirqili Syamsuddin

Syamsuddin bercerita, “Pernah ayahku berkisah tentang kakinya yang terluka dan kemudian terobati. Ketika masih muda, ayahku menderita luka dan infeksi pada bagian pahanya. Luka itu sungguh membuatnya tidak berdaya.

“Suatu hari ia berkunjung kepada salah seorang sahabatnya, Sayyid Raziuddin Thaus di Hillah, Irak. Sahabat itu membantunya dengan mengumpulkan para tabib untuk memeriksa dan mengobati luka infeksi itu. Akan tetapi, setelah para tabib itu memeriksa luka itu, mereka memberikan jawaban negatif. Mereka berkesimpulan bahwa paha yang terinfeksi karena luka itu harus segera di operasi. Resiko yang dapat terjadi adalah paha ayahku itu diamputasi atau ia akan mati.

“Tahun berikutnya, Sayyid yang baik hati itu mengajak ayahku pergi ke Baghdad dan membawa beliau untuk diperiksa oleh para tabib di kota itu. Jawaban mereka atas pemeriksaan itu sama dengan jawaban tabib sebelumnya.

“Kesedihan, kekecewaan, dan rasa kecil hati menyelimuti perasaan ayahku ketika itu. Ia datang berziarah ke Haram Imam Al-Askari as di Samarra. Di Haram itu, beliau bermalam dan bertawassul untuk meminta pertolongan kepada Imam Zaman ajf.

“Tatkala fajar menyingsing, ia pergi ke arah Sungai Dajlah untuk membasuh pakaiannya sekaligus mandi, lalu kembali berziarah ke Haram Imam Al-Askari. Ayahku mengatakan, ‘Pada perjalananku kembali menuju Haram Imam Al-Askari, aku berjumpa dengan dua orang penunggang kuda. Semula, aku pikir mereka itu adalah orang-orang dari suku Badui. Mereka memberikan salam kepadaku. Salah seorang dari mereka berkata, 'Mari mendekat kepadaku.' Karena aku telah membersihkan pakaianku, aku tidak mendekat kepada mereka. Aku lihat orang-orang Badui Arab itu kotor. Aku khawatir bajuku yang masih basah itu akan ternodai oleh tangan mereka.

‘Selagi aku masih berpikir tentang mereka, tiba-tiba ia menarikku untuk mendekat padanya. Ia menempelkan tangannya pada lukaku yang membuatku mengerang kesakitan. Setelah beberapa saat, ia mengangkat tangannya dari pahaku yang terluka itu seraya berkata, 'Ismail, sekarang engkau telah sembuh. Janganlah engkau bersedih dan berkeluh kesah lagi.'

‘Aku terkejut ketika orang itu memanggil namaku. Ia pergi meninggalkan aku yang masih termangu dan sibuk dengan pikiranku sendiri.

‘Aku yakinkan diriku bahwa orang itu adalah Imam Al-Mahdi ajf. Aku membuntuti beliau dan memohon padanya untuk berhenti. Tiba-tiba ia berbalik dan berkata kepadaku, 'Ismail pulanglah.'

‘Aku tidak menghiraukan perkataannya itu. Aku tetap berlari mengejarnya. Orang yang beserta beliau dalam perjalanan itu turut berbicara, 'Wahai Ismail pulanglah. Apakah engkau tidak merasa malu mengabaikan perintah Imam Mahdi?'

‘Mendengar perkataan orang tersebut, dugaanku benar bahwa beliau adalah Imam Mahdi dan Sang Pelindung Umat.

‘Aku pun berhenti dan menatap beliau pergi. Selang beberapa saat kemudian mereka telah menjauh dan menghilang dari pandanganku.’

Syamsuddin menuturkan, “Sejak hari itu ayahku menjadi lebih sering ke Samarra. Namun sayang, beliau tidak melihat Imam lagi hingga akhir hayat beliau dengan asa dan kerinduan untuk bersua lagi dengan Imam Mahdi ajf.

2. Sayyid Muhammad Jabal Amili

Sayyid Muhammad Jabal Amili menuturkan perjalanannya kepada seorang sahabatnya. Ia berkata, “Setahun aku dalam perjalanan ke Masyhad. Karena tidak memiliki uang yang cukup, aku menjadi sangat susah.

“Hingga pada suatu waktu, sebuah kafilah bergerak. Namun karena aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan, aku pergi berziarah ke Haram (pusara) Imam Ridha di Masyhad dan mengadukan kesulitanku kepada beliau. Dengan perut kosong menahan lapar, aku tetap mengejar kafilah itu. Sebab, jika aku berdiam diri di kampungku pada musim dingin, aku akan mati kedinginan.

“Aku berusaha berlari mengejar kafilah itu, tetapi aku justru kehilangan arah. Aku tersesat jalan dan mendapati diriku di tengah padang sahara yang panas membakar. Karena rasa lapar, aku sama sekali tidak lagi kuasa menggerakkan badanku. Aku berusaha mencari tumbuh-tumbuhan sahara dan rerumputan gurun pasir untuk mengganjal perutku yang kosong. Namun aku sama sekali tidak dapat menggerakkan badanku, apalagi untuk menemukannya.

“Hingga malam pun tiba dan kegelapan menyelimuti padang sahara. Raungan binatang buas, dengungan hewan-hewan padang pasir membuatku tercekam rasa takut. Aku menjerit menangis dan pasrah menanti maut yang sebentar lagi akan datang menjemputku.

“Tidak lama setelah bulan menampakkan dirinya dan suara bising kawanan hewan-hewan sahara itu berhenti, tiba-tiba aku menangkap bayangan sebuah bukit kecil, tumpukan bukit pasir. Aku berusaha mengangkat kaki menuju tempat itu. Aku melihat ada sumur di sana. Aku menimba air dari sumur itu untuk melepaskan dahagaku dan mengambil air wudhu untuk mengerjakan shalat. Namun aku tak lagi berdaya sama sekali. Aku tidak memiliki tenaga sedikit pun untuk bergerak karena menahan rasa lapar. Aku merangkak ke tempat itu untuk tidur dan pasrah menantikan ajalku.

“Tiba-tiba, aku melihat seseorang datang menunggang kuda, bergerak ke arahku. Aku berpikir, orang ini barangkali salah seorang dari kawanan rampok padang pasir. Aku tidak memiliki sesuatu apapun sehingga ia akan membunuhku dan membebaskanku dari rasa lapar.

“Ketika orang itu tiba di dekatku, ia menyampaikan salam kepadaku. Aku menjawab salamnya itu. Dan dengan salamnya itu tertepislah dugaanku. Ternyata, ia bukanlah dari kawanan rampok padang pasir.

“Ia bertanya, ‘Apa yang sedang kau cari?’

“Aku berusaha menjawab pertanyaan itu dengan sisa-sisa kekuatan yang kumiliki. Aku mengatakan bahwa aku lapar dan tersesat jalan.

“Ia berkata, ‘Engkau memiliki buah melon di sampingmu. Mengapa engkau tidak memakannya?’

“Aku yang tadinya mencari kesana-kemari sesuatu yang dapat aku makan, berpikir bahwa ia sedang bercanda. Aku berkata padanya, ‘Anda jangan bergurau. Tinggalkanlah aku sendirian menanti ajal kan tiba.’

“Ia berkata, ‘Aku tidak bercanda. Lihat apa yang di sampingmu!’

“Kulihat, ada tiga buah melon tergeletak di sebelahku.

“Ia berkata, ‘Makanlah satu dari buah melon itu dan sisanya engkau simpan sebagai bekal perjalananmu dan tempuhlah jalan ini. (Orang itu menunjukkan jalan kepadanya, penj.). Menjelang matahari tenggelam, engkau akan sampai di sebuah kemah. Merekalah yang akan menuntun jalan untukmu sampai pada kafilah yang engkau ingin susul.’

“Setelah berkata-kata, orang itu pun menghilang. Seketika aku mengerti bahwa orang itu adalah Imam Mahdi ajf.

“Sesuai dengan petunjuknya, aku makan satu dari buah melon itu. Aku merasa sedikit pulih dan kuat untuk melanjutkan perjalanan. Pada hari berikutnya, aku makan lagi satu dari buah melon itu dan kembali melanjutkan perjalanan.

“Sebagaimana yang beliau katakan, sebelum Maghrib aku berhasil tiba di kemah yang dimaksudkan oleh beliau. Orang-orang yang berada di kemah itu mengajakku masuk ke dalam dan mereka menjamuku dengan ramah. Setelah itu, mereka menunjukkan jalan kepadaku untuk dapat menyusul kafilah.”

Mungkinkah Berusia Sepanjang Itu?

Pada dasarnya, ilmu pengetahuan—seperti Fisiologi—menegaskan ihwal raga manusia yang tersusun dari miliaran sel. Dengan berlalunya waktu, sel-sel tersebut menjadi tua, usang, lalu punah, digantikan oleh sel-sel yang lebih muda. Demikianlah bagaimana daur kehidupan berputar.

Sesuatu yang menjadikan manusia menjadi usang, menghentikan sel-sel itu dari aktifitasnya, dan dapat membawa kematian kepada manusia adalah bakteri dan virus yang berbahaya yang menerobos masuk ke dalam raga manusia dengan berbagai cara dan menyerang sel-sel aktif itu, lalu membinasakannya.

Ilmu Kedokteran (pencegahan dan pengobatan penyakit) merupakan bukti yang kuat, bahwa jika manusia menguasai ilmu pengetahuan dengan sempurna, mengenal dengan baik keadaan tubuhnya dan zat-zat yang berbahaya, merawat kesehatannya dan teliti dalam memilih makanan, maka hidupnya di dunia ini akan berlangsung lama. Ia tidak akan segera mengalami ketuaan.

Dalam pandangan para ilmuwan, mereka telah mampu memperpanjang kehidupan beberapa hewan melalui beberapa eksperimen. Dengan cara seperti ini dan berkat manfaat ilmu pengetahuan yang semakin menyebar dan menerapkan pola dan aturan kesahatan yang ketat, manusia dapat hidup lebih lama hingga beberapa abad.

Seorang ilmuwan telah sekian tahun berusaha mencari dan menyingkap tirai ilmu pengetahuan, untuk sekedar mengenal sekelumit dari rahasianya. Akan tetapi, Imam Mahdi ajf menerima anugerah seluruh khazanah ilmu pengetahuan itu. Dengan anugerah Ilahi itulah beliau tidak kesulitan untuk melintasi jalan-jalan yang ditempuh oleh para ilmuwan tersebut.

Dengan cara seperti ini, tidak akan menjadi mustahil—dari sudut pandang ilmu pengetahuan—bahwa Imam Mahdi ajf dengan keluasan ilmu yang diberikan Allah SWT kepadanya, dapat menjalani hidupnya untuk ratusan tahun dengan tetap sehat dan muda. Ketuaan dan kerentaan tidak berlaku padanya.

Di sisi lain, usia panjang Imam Mahdi tidak begitu ajaib daripada dipadamkannya api Namrud oleh Nabi Ibrahim as, dibelahnya sungai Nil oleh Nabi Musa as dan diubahnya beberapa orang menjadi ular. Semua itu menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Berkenaan dengan masalah ini, Al-Qur’an dan sejarah umat manusia memberikan teladan dan contoh beberapa nabi yang berusia panjang, dan juga termasuk orang-orang biasa. Sebagai contoh, Nabi Nuh as yang telah hidup selama 950 tahun, atau Lukman as yang telah hidup selama 400 tahun.

Demikian juga Bukht Nashr mampu hidup selama 1507 tahun, Nabi Sulaiman selama 712 tahun, dan Raja India, Firoze Rai selama 537 tahun.

Fakta-fakta yang tersebut di atas tadi merupakan bukti bahwa lamanya hidup seseorang di dunia tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Dan ini bisa saja terjadi di setiap zaman.

Bagaimana Imam Al-Mahdi Mengungguli Kekuatan Dunia?

Ketika para pemikir dan orang-orang pintar dunia sibuk dalam perlombaan senjata-senjata pemusnah massal, tampaknya tidak ada tanda-tanda perdamaian. Dunia ini tetap saja membara dengan peperangan dan ketidakadilan. Kutub-kutub kekuatan dunia terus berambisi untuk meluaskan kekuasaan dan wilayahnya melalui campur tangan perang.

Dengan keadaan dan kondisi yang menguatirkan dan mengenaskan ini, kerusakan semakin merejalela dalam kehidupan umat manusia, dan dosa serta kejahatan terus meluas.

Dalam keadaan seperti ini, medan penyambutan sebuah pemerintahan yang adil dan bebas dari perang serta agresi akan menjadi kenyataan. Seluruh bangsa-bangsa akan merasa jenuh dan muak dengan kezaliman pemerintahan mereka yang hanya memikirkan pengembangan kejahatan dan ketidakadilan yang membuat dunia runtuh. Persis sebagaimana kemunculan bintang cerlang Islam di daerah Hijaz, pun demikian setelah lima abad dalam kubangan tirani Jahiliyyah, adalah sebuah medan yang patut dipersiapkan untuk menyambut kemunculan Nabi Islam Muhammad saw.

Masyarakat yang teraniaya bersiap-siap menerima Islam dan panggilan Tauhid Allah serta Keadilan Nabi saw. Sekelompok manusia menerima Islam sebagai panji pergerakan mereka.

Jika kita amati revolusi-revolusi yang meletus di seluruh dunia, kita temukan bahwa keberhasilan para pemimpin mengusung sebuah revolusi adalah landasanguna mewujudkan medan dalam sebuah masyarakat yang menumbuhkan kekecewaan dan kebencian besar mereka terhadap para penguasa zalim akibat pemerintahan mereka yang tidak adil. Medan semacam ini akan mengantarkan para pemimpin sampai kepada tampuk kekuasaan.

Berdasarkan keyakinan itu, revolusi Imam Mahdi akan terlaksana secara alami, yang seiring dengan munculnya medan yang siap dan memadai di tengah masyarakat. Karena, revolusi agung Imam Mahdi akan bersifat global dan tidak terbatas pada suatu tempat. Oleh karena itu, seluruh masyarakat dunia harus bersedia untuk menyongsong revolusi agung itu di tengah keadaan mereka saat itu sesuai dengan apa yang disingkapkan oleh Rasulullah saw, “Kekejaman, kedurjanaan, dan kerusakan akan merajalela di seluruh dunia.”

Tekanan yang hebat dari pemerintahan zalim akan membuat bangsa-bangsa menjadi hulu ledak yang besar, sehingga mereka akan saling bahu-membahu menghadapinya. Dan masyarakat yang selama ini diperlakukan secara tidak adil dan tidak beradab akan memenuhi panggilan nurani mereka. Ibarat buah yang matang di pohonnya, akan jatuh ke tanah hanya dengan sedikit goyangan.

Dalam kondisi seperti ini, seluruh kekuatan dunia, betapapun mereka dilengkapi dengan persenjataan militer yang canggih, tidak akan dapat membendung dan menghentikan kebangkitan dan revolusi agung ini, meskipun dengan cara pembantaian massal.

Pada saat dunia menghadapi kekalahan dan kelesuan jiwa, mereka membutuhkan seorang pemimpin yang luar biasa. Yaitu, seorang pemimpin yang lengkap dengan pengetahuan, kesadaran sejarah, mengenal seluruh tingkat kebudayaan manusia dengan baik, dan bergaul aktif secara langsung, serta sanggup mengamati secara cermat akan perubahan-perubahan sejarah dan seluruh kejahatan-kejahatan di masa lampau.

Dialah yang menjadi hujjah dan penegak amanah Ilahi yang menyerukan janji keadilan dan kemanusiaan di bumi, menghimpun orang-orang yang tertindas di seluruh dunia untuk meruntuhkan pemerintahan-pemerintahan penindas. Daripada meluangkan tenaga demi pemusnahan dan penghancuran satu sama lainnya, mereka menggalang persatuan secara menata, sehingga mendapatkan tenaga dan sumber-sumbernya demi kemakmuran dan kesejahteraan satu sama lainnya.

Dialah Imam Al-Mahdi ajf yang akan mewujudkan sebuah dunia yang bebas dari rasa takut, cemas dan memenuhinya dengan berkat dan rahmat.[]

Riwayat Singkat Imam Al-Mahdi

Nama : Muhammad.

Gelar : Al-Hadi, Al-Mahdi dan Al-Qa'im.

Julukan : Abul Qasim.

Ayah : Imam Hasan Al-Askari as.

Ibu : Nargis Khatun.

Kelahiran : Samarra, 256 Hijriah.


Imam Muhammad Al-Mahdi a.s.

a. Biografi Singkat Imam Muhammad Al-Mahdi a.s.

Imam Mahdi a.s. dilahirkan di Samirra`pada tanggal 15 Sya’ban 255 H. Ibunya bernama Narjis. Ia sempat mengalami hidup bersama ayahnya selama lima tahun. Pada saat memegang tampuk imamah, ada dua tugas yang harus dilakukan oleh Imam Hasan Askari a.s.: pertama, ia harus bertindak esktra hati-hati terhadap pemerintahan yang berkuasa saat itu, dan kedua, memperkenalkan Imam Mahdi a.s. kepada para pengikutnya yang setia.

Imam Mahdi a.s. sudah harus memegang tampuk imamah pada tahun 260 H. dalam usianya yang ke-5 tahun. Kemudaan usia Imam Mahdi a.s. (ketika memegang tampuk imamah) bukanlah suatu hal yang layak untuk diherankan. Karena Nabi Yahya a.s. pada usia kanak-kanak sudah mendapat mandat kenabian. Allah berfirman: “Wahai Yahya, ambillah (dan peganglah) kitab ini dengan erat. Dan Kami telah menganugerahkan kitab kepadanya ketika ia masih kecil”. (Maryam : 12)

Beberapa hari sebelum wafat, di sebuah pertemuan yang dihadiri oleh empat puluh orang sahabatnya yang setia yang antara lain adalah Muhammad bin Ustman, Mua’wiyah bin Hakim dan Muhammad bin Ayyub, Imam Hasan Askari a.s. berkata: “Ia adalah pemimpin dan khalifah kalian setelah aku wafat. Ia adalah Al-Qaa`im yang ditunggu-tunggu oleh para makhluk. Ketika bumi sudah dipenuhi oleh kezaliman, ia akan muncul demi memenuhinya dengan keadilan”.

b. Empat Wakil Imam Mahdi a.s.

Ghaibah Shughra (kecil) Imam Mahdi a.s. dimulai dari tahun 260-329 H. Pada periode ini Imam Mahdi a.s. menjawab segala pertanyaan dan problema yang dihadapi oleh masyarakat Syi’ah melalui wakil-wakilnya yang telah ditunjuk oleh dia sendiri. Mereka berjumlah empat orang, antara lain: Utsman bin Sa’id Al-’Amri (ia menjadi wakil Imam Mahdi a.s. selama lima tahun), Muhammad bin Utsman al-’Amri (ia menjadi wakilnya selama empat tahun), Husein bin Ruh An-Naubakhti (ia menjadi wakil Imam a.s. selama dua puluh satu tahun) dan Ali bin Muhammad As-Samuri (ia menjadi wakil Imam a.s. selama tiga tahun). Tugas-tugas mereka yang terpenting adalah menyelesaikan seluruh problema yang sedang menimpa masyarakat Syi’ah tanpa sepengetahuan pemerintah kala itu.

Dengan wafatnya keempat wakil di atas, Ghaibah Kubra (besar) dimulai. Hal ini terjadi pada tahun 329 H. dan usia Imam Mahdi a.s. pada saat itu adalah 74 tahun. Pada periode ini Imam Mahdi a.s. tidak menentukan para wakil secara khusus. Wakil-wakilnya pada periode ini ditunjuk secara umum melalui hadis-hadis yang datang dari mereka. Mereka adalah fuqaha` yang memenuhi syarat-syarat perwakilan.

c. Imam Mahdi a.s. dalam Pandangan Ulama Ahlisunnah

Keyakinan berkenaan dengan Imam Mahdi a.s. tidak didominasi oleh pemeluk Syi’ah saja. Para pengikut Ahlussunnah juga meyakini hal tersebut. Hanya saja, sebagian dari mereka mengingkari bahwa ia telah lahir.

Syabrawi Asy-Syafi’i dalam kitabnya Al-Ithaaf menulis: “Syi’ah meyakini bahwa Imam Mahdi yang telah dijanjikan dalam hadis-hadis yang sahih adalah putra Hasan Askari yang akan muncul di akhir zaman. Akan tetapi, pendapat yang benar adalah ia hingga sekarang belum dilahirkan dan akan dilahirkan di masa mendatang. Ia termasuk anggota Ahlul Bayt yang mulia”.

Ibnu Abil Hadid dalam Syarah Nahjul Balaghah khotbah ke-16 menulis: “Mayoritas ahli hadis berkeyakinan bahwa Imam Mahdi a.s. adalah dari keturunan Fathimah a.s. Para pengikut Mu’tazilah tidak mengingkari hal itu. Mereka menyebutkan namanya dalam buku-buku mereka dan para guru kami pun mengakui hal itu. Akan tetapi, --menurut keyakinan kami-- ia belum dilahirkan hingga sekarang dan akan dilahirkan di masa mendatang”.

Meskipun demikian, mayoritas sejarawan dan ahli hadis Ahlissunnah meyakini bahwa ia sudah dilahirkan. Mereka antara lain:

a. ’Izzuddin bin Atsir (wafat 630 H.) ketika menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 260 H. menulis: “Abu Muhammad Al-Askari (Imam Hasan) lahir pada tahun 232 H. dan wafat pada tahun 260 H. Ia adalah ayah Muhammad yang dinamai oleh Syi’ah dengan “al-muntazhar”. b. ’Imaduddin Abul Fida` Ismail bin Nuruddin Asy-Syafi’i (wafat 732 H.) menulis: “Ali Al-Hadi wafat pada tahun 254 di Samirra`. Ia adalah ayah Hasan Al-Askari dan imam kesebelas dari dua belas imam serta ayah Muhammad Al-Muntazhar yang menghilang di sirdab (ruang bawah tanah yang dimiliki oleh mayoritas rumah-rumah di Timur Tengah--pen.) dan lahir pada tahun 255 H.”. c. Ibnu Hajar Al-Haitsami Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat 974 H.) dalam kitab Ash-Shawaa’iqul Muhriqah. d. Nuruddin Ali bin Muhammad bin Shabbagh Al-Maliki (wafat 855 H.). e. Abul Abbas Ahmad bin Yusuf Ad-Dimasyqi (wafat 1019 H.) dalam kitab Akhbaarud Duwal wa Atsaaru Uwal. f. Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Yusud Al-Ganji Asy-Syafi’i (wafat 658 H.) dalam buku Kifaayatut Thaalib. g. Khojah Parsa Al-Hanafi dalam kitab Pashlul Khithaab. h. Ibnu Thalhah Kamaluddin Asy-Syafi’i (wafat 654 H.) dalam kitab Mathaalibus Sa`uul fi Manaaqib Aalir Rasuul. i. Syamsuddin Abul Muzhaffar Sibth bin Al-Jauzi Al-Hanafi (wafat 654 H.) dalam kitab Tadzkiratul Khawwaash. j. Abdul Wahhab Asy-Sya’rani Asy-Syafi’i Al-Mishri (wafat 973 H.) dalam kitab Al-Yawaaqiit wal Jawahiir.

Pada kesempatan ini kami haturkan kepada para pembaca yang budiman ucapan-ucapan suci yang pernah diucapkan oleh Imam Mahdi a.s. dengan harapan semoga ucapan-ucapan tersebut dapat menjadi penunjuk jalan bagi kehidupan kita.

1. Imam Mahdi a.s. memperhatikan kita

“Kami tidak akan lupa untuk menjaga kalian, dan tidak akan lalai untuk mengingat kalian. Jika tidak karena hal itu, segala kesulitan akan menimpa kalian dan para musuh akan melahap kalian. Oleh karena itu, takutlah kepada Allah dan bantulah kami”.

2. Kebenaran pasti menang

“Allah tidak menghendaki dari kebenaran kecuali Ia akan menyempurnakannya dan dari kebatilan kecuali kehancurannya. Ia bersaksi terhadap apa yang saya katakan ini”.

3. Munculnya kebenaran

“Jika Allah mengizinkan kami untuk berbicara, niscaya kebenaran pasti akan muncul, kebatilan akan sirna dan segala kesulitan akan terangkat dari kalian”.

4. Rahasia bersin

Nasim, salah seorang pembantu Imam Mahdi a.s. bercerita: Imam berkata kepadaku: “Apakah kuberitahukan kepadamu tentang rahasia bersin?”

“Ya”, jawabku singkat.

“Bersin adalah pengaman dari kematian selama tiga hari”, jawabnya.

5. Izin pemilik

“Tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk menggunakan milik orang tanpa seizinnya”.

6. Pengaman penduduk bumi

“Aku adalah pengaman bagi penduduk bumi sebagaimana bintang-bintang di langit adalah pengaman bagi penduduk langit”.

7. Merujuk kepada para “perawi” hadis

“Ada pun peristiwa dan problema-problema yang terjadi di tengah-tengah kalian, merujuklah kepada para “perawi” hadis kami (untuk menyelesaikannya). Karena mereka adalah hujjahku atas kalian dan aku adalah hujjah Allah atas mereka”.

8. Bak matahari di balik awan

“Mereka dapat mengambil manfaat dari keberadaanku meskipun aku ghaib sebagaimana mereka dapat mengambil manfaat dari matahari ketika tertutup awan”.

9. Imam a.s. mengetahui kita

“Ilmu kami meliputi seluruh berita berkenaan dengan kalian dan tidak satu pun darinya yang terlewatkan dari ilmu kami”.

10. Perbanyaklah doa untuk kemunculanku

“Perbanyaklah doa supaya kemunculanku cepat. Karena kemuncunlanku adalah sebuah kejembaran bagi kalian”.

Tanda-tanda Kemunculan Imam Mahdi (I)/makalah

Ayatullah Ibrahim Amini

Diskusi mulai tepat pukul 08.00 malam di kediaman Dr Jalali. Ia membuka diskusi dengan mengajukan pertanyaan pertama.

Dr Jalali: Tuan Hosyyar, sudikah Anda menjelaskan kepada kami, bagaimanakah kemunculan Imam Mahdi, Pemilik Perintah itu ?

Tuan Hosyyar: Dengan mempelajari hadis yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait, ia muncul ketika dunia telah siap menerima secara psikologis pemerintahan Allah dan ketika syarat-syarat telah sepadan dengan gagasan atas pemerintahan sejati, Allah akan mengizinkan untuk melangsungkan revolusi sempurnanya. Ia akan tiba-tiba muncul di Mekkah dan seorang penyeru Allah akan mengumumkan ke seluruh dunia bahwa Imam telah muncul. Sejumlah orang terpilih, yang jumlahnya dalam banyak hadis ditentukan sekitar 313 orang, menjadi orang-orang pertama yang menanggapi seruannya, dan akan tertarik kepada Imam bagaikan besi kepada magnet pada saat-saat pertama kemunculannya.

Imam Al-Shadiq as meriwayatkan: "Ketika Imam Zaman muncul, golongan muda dari pengikutnya (syi'ah), tanpa penunjukkan terlebih dulu, akan bangkit dan sampai di Mekkah pada gelapnya malam."1

Pada waktu itu Al-Mahdi akan menyerukan kepada seluruh dunia untuk bergabung dengan gerakannya. Orang-orang yang telah menderita dan kehilangan seluruh harapan atas situasi tersebut akan berkumpul di sekeliling beliau dan akan memberikan bai'at kepadanya. Pada waktu yang singkat sejumlah pasukan besar yang terbangun dari kesadaran, pengorbanan, dan orang-orang pencari-pembaruan di dunia akan siap dipimpin olehnya. Imam Al-Baqir dan Ash-Shadiq -'alaihimassalam- telah menjelaskan para pembela Al-Qa'im Al-Mahdi sebagai berikut:

Mereka akan menduduki daerah timur dan barat dunia, akan membawahi semuanya atas perintah Imam. Setiap orang dari tentara ini akan mempunyai kekuatan empat puluh orang kuat manusia. Hati mereka lebih keras daripada batangan besi sehingga barisan mereka kepada tujuan di mana ketika mereka mendapati gunung yang terbuat dari besi mereka akan mengatasi dengan kekuatan dalam mereka. Mereka akan meneruskan perjuangan sampai ridha Allah diperoleh.2

Pada waktu itu, para penguasa yang arogan dan penuh dosa, yang tidak memiliki kesadaran bahkan merasakan ancaman, akan keluar dengan pertahanan, menyeru kepada semua kekuatan oposisi dari para pengikut mereka sendiri. Namun laskar keadilan dan reformasi yang merasa jijik dan muak akan kezaliman dan penyiksaan kekuatan para durjana, akan mengambil keputusan untuk menyerang mereka secara serentak dan dengan upaya habis-habisan. Dengan pertolongan dan sanksi Allah laskar Al-Mahdi akan menyapu habis mereka. Kekaguman dan ketakutan akan menghinggapi orang-orang yang selamat yang sepenuhnya akan berserah diri kepada kebenaran, pemerintahan yang adil.

Dengan melihat pemenuhan dari banyak tanda yang dijanjikan dalam hadis-hadis, sejumlah besar orang kafir akan berpaling kepada Islam. Orang-orang yang tetap dalam kekafiran serta kejahatan mereka akan diperangi oleh laskar-laskar Imam Mahdi. Satu-satunya pemerintahan yang berdaulat di seluruh dunia adalah Islam dan manusia akan berusaha keras secara giat untuk melindunginya. Islam akan menjadi agama bagi setiap manusia dan akan masuk ke seluruh bangsa dunia.

Nasib Orang-orang Kafir

Dr Jalali: Apa yang terjadi kepada orang-orang kafir dan orang-orang musyrik ?

Tuan Hosyyar: Dari bacaan Alquran serta literatur hadis hal itu muncul selama kekuasaan serta kekuatan pemerintahan Al-Mahdi yang akan dijauhkan dari orang-orang kafir non-tauhid3 dan materialistik, dan akan ditetapkan pada kekuasaan kaum Muslim dan orang-orang yang pantas lainnya di dunia. Mari kita lihat, sebagai contoh, ayat-ayat tertentu dalam Alquran : Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan ajaran yang hak agar Dia memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik benci (Ash-Shaff, 61 : 9)

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman di tengah-tengah kamu dan melakukan amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan bahwa Dia sesungguhnya akan menetapkan bagi mereka agama mereka bahwa Dia telah menetapkan bagi mereka agama yang diridhai-Nya, dan Dia benar-benar akan menggantikan (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan: Mereka akan tetap menyembah-Ku, tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku. (Annur, 24: 55). Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka para imam (pemimpin) dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) (Qashash, 28: 5).

Ayat-ayat Alquran ini memberikan kabar gembira bahwa akan datang ketika kekuasaan pemerintahan dunia berada di tangan orang-orang mukmin dan Muslim sejati serta setia, dan ajaran Islam (berserah diri kepada Kehendak Allah) mengalahkan semua ajaran lain dan benar-benar mengungguli semuanya. Hadis-hadis membicarakan sekitar periode pemerintahan Al-Mahdi dan menjamin orang-orang Mukmin bahwa kekuatan orang musyrik dan orang munafik akan dibinasakan dari muka bumi. Setiap orang menjadi mukmin sejati dalam tauhid. Nabi Muhammad Saww, sebagai misal, bersabda: Bahkan sekiranya ada sisa waktu satu hari dalam kehidupan bumi, Allah akan membangkitkan dari seorang laki-laki dari keturunanku yang namanya dan akhlaknya sepertiku, dan julukannya adalah Abu Abdullah. Melaluinya, Allah akan membangkitkan agama-Nya dan membawanya kembali kepada kejayaannya semula. Allah juga akan memberkatinya dengan kemenangan dan tidak seorang pun di bumi ini melainkan mereka yang menyatakan tauhid. Nabi Saw ditanya tentang dari keturunan siapa Imam Mahdi itu muncul. Beliau menepukkan tangannya kepada Imam Husain, dan berkata: "Dari keturunannya."4. Imam Al-Baqir telah menyampaikan sebuah hadis yang beliau berkata: "Al-Qa'im dan para pengikutnya akan berperang sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi orang yang menyekutukan Allah."5

Nasib Orang Yahudi dan Kristen

Dr Jalali: Karena orang Yahudi dan Kristen adalah pengikut kitab samawi yang mengajarkan monoteisme, apa yang akan terjadi kepada mereka ketika Al-Mahdi muncul?

Tuan Hosyyar: Makna yang muncul dari beberapa ayat Alquran tampak menunjukkan bahwa mereka akan berselisih sampai Hari Kiamat terjadi. Allah berfirman dalam surah Al-Ma'idah ayat 4 : Dan di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, namun mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat.

Dalam surah Ali Imran ayat 55, Dia berfirman : (Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir hingga Hari Kiamat. Juga dalam surah Al-Ma'idah ayat 64, Allah berfirman : Orang-orang Yahudi berkata: 'Tangan Allah terbelenggu" sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. Tidak demikian, tetapi tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Alquran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi sebanyak-banyaknya di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai Hari Kiamat.

Sebagaimana Anda lihat, pembacaan harfiah dari ayat-ayat ini mendorong pengertian bahwa penganut agama Yahudi dan Kristen akan berselisih sampai Hari Kiamat. Sebagian riwayat membenarkan observasi ini. Demikianlah, sebagai contoh, Abu Bashir bertanya kepada Imam Ash-Shadiq, "Apakah yang akan dilakukan oleh Pemilik Perintah (Imam Mahdi - pen.) kepada 'ahlul-dzimmah ?" Imam as berkata, "Seperti Nabi beliau akan merundingkan waktu dengan mereka, dan mereka akan membayar jizyah, seraya menerima kedudukan inferior mereka [dalam masyarakat Muslim]."6

Dalam hadis lain Imam Al-Baqir as berkata: Pemilik Perintah dinamai Al-Mahdi karena ia akan menggali dari kitab Taurat dan kitab-kitab samawi lainnya dari gua di Antakiah. Dia akan memutuskan hukum pada pemeluk Taurat dengan Taurat; kepada penganut Injil dengan kitab Injil; kepada penganut Zabur dengan kitab Zabur; kepada penganut Alquran dengan Alquran.7

Adahadis-hadis yang hanya membicarakan lawan dari apa yang dikatakan Alquran dan hadis-hadis yang dikutip di atas. Ada hadis-hadis yang meriwayatkan bahwa selama pemerintahan Al-Mahdi tidak ada masyarakat lain kecuali masyarakat Muslim. Al-Mahdi akan menawarkan agama Islam kepada orang Yahudi dan orang Kristen; jika mereka menerimanya mereka akan selamat. Jika sebaliknya mereka akan dibunuh. Dengan demikian, misalnya, Ibn Bukair bertanya kepada Imam Al-Ridha, dalam hadis berikut, mengenai tafsir dari ayat berikut : "Kepada-Nya segala sesuatu tunduk/berserah diri yang ada di langit dan di bumi, secara taat dan terpaksa." Imam as menjawab : Ayat khusus ini diwahyukan sehubungan dengan Al-Qaim. Ketika ia muncul ia akan menyampaikan ajaran Islam kepada orang Yahudi, Kristen, Sabi'in, dan orang-orang musyrik di timur dan di barat. Setiap orang yang menerima Islam secara sukarela akan diperintahkan untuk shalat, membayar zakat, dan melakukan semua perbuatan wajib; dan setiap orang yang menolak Islam akan dibunuh. Hal ini akan terus berlangsung sampai tiada yang tersisa kecuali orang yang beriman dan para muwahhid di manapun di seluruh muka bumi.

Ibn Bukair berkata kepada Imam dalam masalah tersebut bahwa betapa banyak orang-orang yang akan dibunuh. Imam berkata: "Kapanpun Allah menghendaki sesuatu untuk bertambah atau menurun Dia berkuasa melakukannya."8 Dalam hadis lain, Imam Al-Baqir menyebutkan bahwa Allah akan membukakan arah barat dan timur bagi Imam Keduabelas. Ia akan mengadakan peperangan sampai tiada agama lain selain agama Muhammad.9 Dalam tafsirnya atas ayat yang mengatakan: "Dia (Allah) akan memenangkannya ( Islam ), meskipun orang-orang kafir membencinya," Imam berkata: "Dia akan melakukannya sedemikian rupa sehingga tiada satupun yang tersisa kecuali mereka yang menerima agama Muhammad."

Dengan demikian, ada dua macam hadis: satu yang menggembirakan dan yang lainnya memberatkan. Bagaimanapun, itu mesti ditunjuk bahwa hadis-hadis yang sesuai dengan Alquran memiliki jumlah yang lebih besar daripada yang sebaliknya, dan oleh karenanya yang belakangan mesti ditolak sebagai tidak dipercaya. Jadi, orang Yahudi dan Kristen akan tetap berada pada pemerintahan Imam Keduabelas, namun mereka pasti telah menghapus keimanan mereka akan trinitas dan semua bentuk kepercayaan yang berhubungan dengan mempersekutukan Allah, dan menjadi penyembah Tuhan Yang Satu. Mereka akan terus tinggal di bawah perlindungan pemerintahan Islam. Pada saat yang sama, pemerintahan yang korup dan tiranis akan punah, dan kekuasaan akan diselenggarakan oleh kaum Muslim yang berkualitas baik. Islam akan menjadi agama dunia, memperoleh hak yang lebih tinggi daripada agama lainnya dan seruan Keesaan Tuhan (tauhid) akan dikumandangkan ke seluruh penjuru dunia. Dalam hal ini, Imam Ash-Shadiq telah mengatakan : "Ketika Al-Qa'im kami bangkit tiada tempat manapun di dunia di mana orang takkan mendengar kesaksian: Asyhaddu an la ilaha illallah, wa asyhaddu anna Muhammadarrasulullah."10 Menurut Imam Al-Baqir: "Ketika Al-Qa'im melaksanakan perintah semua pemerintahan tidak bertuhan menjadi sirna secara permanen." Lebihjauh, dalam menjelaskan ayat "ketika mereka akan dikonsolidasikan mereka akan menegakkan shalat dan membayar zakat," Imam berkata: "Ayat ini diturunkan guna menjelaskan para imam, Al-Mahdi dan para pengikut setianya. Allah akan menjadikan mereka para pemimpin di timur dan di barat, dan melalui mereka Allah akan membentengi agama dan menghapus bid'ah dan kepalsuan [penafsiran di dalamnya]. Sesungguhnya orang-orang yang bodoh ini telah meninggalkan kebenaran. Semuanya ini akan diselesaikan dengan cara sedemikian sehingga di dunia tidak menyisakan sedikitpun kezaliman. Beliau akan melaksanakan kewajiban amar makruf nahi munkar.11

Dalam riwayat lain Abu Bashir berkata bahwa ia bertanya ke Imam Ash-Shadiq, "Siapakah Al-Qa'im dari Ahlul Bait." Beliau menjawab:

Wahai Abu Bashir, ia adalah keturunan kelima dari putraku, Musa, putra dari salah seorang budak wanita terbaik. Kegaibannya begitu panjang sehingga sekelompok manusia jatuh dalam keraguan. Setelah itu Allah akan memunculkannya kembali dan membantunya menaklukkan seluruh dunia. Isa bin Maryam akan turun [dari langit] dan akan shalat di belakangnya. Pada sore tersebut langit akan cerah dengan cahaya Allah dan seluruh tempat di bumi tempat selain Allah disembah menjadi rumah ibadah yang dibaktikan kepada Allah. Agama sepenuhnya akan menjadi kepunyaan Allah, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya.12

Ir Madani: Saya teringat riwayat yang berhubungan dengan topik tersebut, namun karena waktu berjalan cepat, saya akan membicarakannya pada pertemuan kita selanjutnya.

Diskusi ditutup untuk malam itu dan diputuskan bahwa diskusi selanjutnya akan dilangsungkan di rumah Dr Jalali. [Buletin Al Jawad Edisi ke-6/Tahun IX/Sya'ban 1420 H/R]

Catatan Kaki :

1. Bihar al-Anwar, jilid 52, hal. 370.

2. Ibid., hal. 327.

3. Frasa kuffar-i ghayr-i kittabi merujuk kepada orang-orang musyrik yang bukan Kristen, Yahudi, ataupun Zoroaster. Yang belakangan ketiganya diakui dalam syari'ah sebagai muwahhidun, yakni monoteis. [A.A. Sachedina].

4. Itsbat al-hudah, jilid 7, hal. 215, 247.

5. Bihar al-Anwar, jilid 52, hal. 345.

6. Bihar al-Anwar, jilid 52, hal. 376, 381.

7. Nu'mani, Kitab al-Ghaybah, hal. 327.

8. Bihar al-Anwar, jilid 52, hal. 340.

9. Bihar al-Anwar, jilid 52, hal. 390.

10. Ibid., hal. 340.

11. Ibid., jilid 51, hal. 47.

Tanda-tandaKemunculan Imam Mahdi (II)/ makalah

Ayatullah Ibrahim Amini

Pertemuan dimulai di rumah Dr Jalali. Diskusi ini diadakan guna memenuhi rasa penasaran tentang sejumlah isu yang berhubungan dengan topik Imam Keduabelas (as) yang diangkat, didiskusikan , dan dianalisis secara kritis dalam bagian yang bergerak lebih jauh. isu penting berikut adalah nasib umat lain di bawah pemerintahan Al-Mahdi.

Apakah Mayoritas Manusia di Bumi akan Dibunuh ?

Ir Madani: Sebagaimana Anda tahu kaum Muslimin saat ini adalah kaum minoritas di dunia. Sedangkan mayoritas yang cukup besar yang mendiami planet ini adalah non-Muslim. Kaum Syi'ah adalah juga minoritas kalau dibandingkan dengan mazhab Islam lainnya. Di kalangan Syi'ah sendiri, pasti bisa ditunjuk dengan segala kejujuran, masih banyak pelaku maksiat dan orang-orang yang menyimpang. Dengan berpijak pada hal-hal yang bergerak di masyarakat, di samping beberapa deduksi analogis, kawasan agama ini di dunia adalah tidak mungkin berubah secara drastis. Adalah mungkin menduga bahwa pada saat ketika Al-Mahdi muncul, kaum Syi'ah masih tetap minoritas. Pertanyaan saya adalah : Apakah logis dan dapat dipercaya guna menjamin bahwa mayoritas penduduk dunia akan gampang menyerah dan tidak akan melawan ketika mereka dieliminasi oleh pasukan Imam Zaman? Lebih jauh, jika mayoritas penduduk dunia akan dibunuh, lantas bumi ini akan tampak seperti kuburan massal. Apakah ini berarti bahwa kaum Syi'ah akan memerintah kuburan besar ini?

Tn Hosyyar: Sebenarnya kita tidak mempunyai informasi yang cukup tentang dunia masa depan. Kita tidak dapat berspekulasi tentang masa depan berdasarkan masa lalu. Perkiraan kaum Muslimin akan situasi sekitar kondisi manusia adalah bahwa kemanusiaan telah ada dalam aras kesempurnaan dalam pengertian kapabilitas dan mentalitas. Bersama revolusi Al-Mahdi, bahkan mereka akan lebih siap menerima kebenaran.

Acapkali kita mendengar bahwa kaum intelektual di Timur dan di Barat telah menyadari bahwa tradisi dan agama mereka sendiri tidak mempunyai kemampuan memuaskan kesadaran mereka. Pada saat yang sama, kehausan alamiah untuk menyembah Allah dan untuk mencari suatu agama belum sepenuhnya memuaskan dan tidak memberikan kepada mereka kedamaian. Mereka mencari suatu agama yang bebas dari segala jenis kepercayaan takhayul dan yang menyimpang, dan pemilik kekuatan spiritual dapat memberikan kepada mereka dengan makanan yang memuaskan. Adalah dengan menjaga hal ini pencarian manusia akan jalan yang dapat memuaskan pertanyaan spiritual di mana ia dapat berspekulasi tentang perjalanan masyarakat manusia masa depan menuju penemuan kebenaran pengetahuan Islam serta keabadian ajarannya. Pada noktah tersebut, hal itu akan menjadi bukti bagi mereka bahwa satu-satunya akidah yang merespon secara positif atas kebutuhan batin dan menjamin kebahagian fisik dan mental adalah Islam.

Sayangnya, kita tidak dilengkapi dengan baik, makna keberanian dan kekayaan, guna menginformasikan kepada manusia di pelosok dunia akan kebenaran Islam dan ajaran sucinya. Namun, pencarian manusia akan kebenaran, pada satu sisi, dan syariat Islam yang ditetapkan dengan baik, di sisi lainnya, pada akhirnya akan membiarkan masalah selesai dengan sendirinya. Pada saat yang tepat, penduduk dunia akan memeluk ajaran Islam dengan berbondong-bondong, menjadikan mereka kaum mayoritas.

Lagipula, berdasarkan syarat yang berlaku umum pada waktu kemunculannya, orang dapat berspekulasi bahwa ketika Al-Mahdi yang dijanjikan muncul dan menampilkan kebenaran Islam kepada dunia, memberitahukan kemanusiaan tentang revolusi Islam dan aspek-aspek reformatif, sejumlah besar manusia akan menerima Islam. Dengan demikian, mereka akan menyelamatkan nyawa mereka sendiri dari pembunuhan. Karena, di satu sisi, mereka pasti menyempurnakan kemampuan mereka untuk merasakan kebenaran agama dan, di sisi lain, mereka pasti menyaksikan keajaiban yang dilakukan oleh Imam Zaman, Lagipula, mereka akan menjumpai kondisi-kondisi sosial yang luar biasa dan tak dapat dipahami, dan seruan dari pemimpin revolusi akan sampai ke telinga mereka. Situasi ini akan mengarahkan beribu-ribu dan beribu-ribu manusia memeluk Islam di tangan Al-Mahdi, dengan demikian, menyelamatkan diri mereka sendiri dari kehancuran.

Mengenai orang-orang yang bertahan pada kemusyrikan mereka setelah tanda-tanda ini, Ahli Kitab yakni Yahudi dan Kristen, akan terus menerima perlindungan dari pemerintahan Islam. Kaum kafir pendosa dan menyimpang akan dibunuh oleh penegak keadilan universal, Al-Mahdi. Jumlah dari kelompok kedua, oleh karenanya, tidak signifikan

Ajaran Islam akan Tersebar ke Penjuru Dunia dari Qom

Dari hadis yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait hal itu muncul bahwa dalam masa depan yang tak lama lagi pemapanan ajaran Syi'ah, telah terkuasai lebih baik daripada sebelumnya di mana ajaran-ajaran Ahlul Bait dalam persoalan-persoalan akidah dan amal, akan keluar dari keadaan yang kacau, menggembleng dirinya sendiri dengan teknologi komunikasi modern, dan mulai mencapai kepada manusia di seluruh pelosok dunia dengan informasi yang tepat tentang ilmu Alquran dan Islam. Mereka akan memperkenalkan kembali ajaran-ajaran Islam yang menjamin kebahagiaan manusia dan akan menekankan faktor-faktor yang menegaskan keunggulan dan kemajuan Islam. Dengan cara ini mereka akan menyiapkan jalan untuk kemunculan Imam Keduabelas - 'alaihi salam-. Semoga hari itu semakin dekat!

Dalam salah satu hadisnya Imam al-Shadiq berkata: "Segera kota Kufah akan kosong dari orang-orang beriman. Pengetahuan [agama] akan menghilang dari daerah itu bagaikan seekor ular yang menghilang dari sarangnya masuk ke dalam bumi [tanpa meninggalkan jejak apapun]. Kemudian ilmu agama akan muncul kembali di kota yang disebut Qom. Kota tersebut menjadi harta karun ilmu agama dan keutamaan. Dari sana akan menyebar luas ke seluruh dunia, sepenuhnya menghilangkan kebodohan dalam persoalan-persoalan agama di antara kaum lemah, termasuk kaum wanita [yang akan mendukung proses ini dengan mempelajari lagi ajaran Islam]".

"Ini akan berlangsung dekat dengan kemunculan Al-Qa'im kami. Dengan cara ini, Allah menjadikan Qom dan para penduduknya sebagai pengganti hujjah-Nya. Jika ini tidak terjadi, bumi akan tenggelam, membenamkan penduduknya, dan di bumi tidak ada hujjah. Ilmu agama akan melintasi bangsa-bangsa dari Qom dan hujjah Allah akan diterima manusia dengan cara sedemikian sehingga tak seorang pun di bumi yang belum mendengar ajaran Islam dan kebijaksanaannya. Menyusul keadaan ini terjadi Al-Mahdi pun akan bangkit. Hukuman Allah dan siksaan-Nya akan siap dilaksanakan, karena Allah memastikan balasan-Nya hanya ketika manusia telah menolak hujjah-Nya". [1]

Dalam hadis lain, Imam as berkata: "Allah menjadikan kota dan para penduduknya untuk berperan sebagai hujjah (bukti) terhadap seluruh tempat lainnya. Dia akan menjadikan Qom juga sebagai hujjah yang mengatasi tempat-tempat lain, dan melalui penduduknya Dia akan menjadikan suatu argumen terhadap mereka, termasuk manusia dan jin, yang menolak hujjah Eksistensi-Nya. Allah tidak akan menghinakan dan mencemarkan kota Qom dan penduduknya; sebaliknya mereka akan selalu menikmati rahmat dan pertolongan Allah".

Beliau meneruskan perkataannya: "Agama dan kesalehan di Qom, semakin berkurang, tidak menarik perhatian manusia. Bukankah ini keadaan bahwa mereka keduanya - Qom dan Kufah - akan berperan sebagai hujjah Allah dan penduduknya pasti musnah, dan pasti tidak bukti Ilahi bagi sebagian dunia. Lagipula, langit pasti tidak menyisakan keamanan dan pasti tidak ada peringatan yang diberikan kepada manusia. Qom dan penduduknya akan tetap kebal dari semua malapetaka. Segera akan datang suatu masa ketika Qom dan para penghuninya akan menjadi hujjah bagi eksistensi Allah bagi seluruh dunia. Hal ini akan terjadi selama kegaiban al-Qa'im kami sampai ia muncul. Jika ini tidak terjadi, maka bumi akan menenggelamkan penduduknya. Malaikat Allah akan menghilangkan semua nestapa dan bencana dari penduduk Qom. Setiap agresor yang melakukan serangan atas Qom akan dibinasakan oleh orang-orang yang berperang melawan para agresor ini. Lebih jauh, mereka akan ditimpa bencana yang menyusahkan atau akan berhadapan dengan lawan yang kuat. Sebagaimana para agresor ini melupakan Allah, maka Allah pun akan menjadikan mereka lupa akan Qom dan penduduknya". [2]

Imam Ali bin Abi Thalib as memprediksikan hal-hal berikut tentang Qom: "Akan ada seorang laki-laki dari Qom yang akan menyeru manusia kepada kebenaran. Sebagian orang akan memenuhi panggilannya dan akan mengelilinginya bagaikan potongan-potongan besi [yang ditarik oleh magnet]. Angin yang kuat tidak mampu menggeserkan mereka dari tempatnya. Mereka tidak akan letih dan gentar oleh peperangan. Mereka tidak percaya kepada siapapun selain Allah. Akhirnya kemenangan adalah untuk mereka yang bertakwa".[3]

Dr Jalali : Anda telah memprediksikan bahwa kaum Muslim akan menjadi mayoritas di masa depan. Spekulasi ini ditentang oleh beberapa hadis berikut. Misalnya, Nabi diriwayatkan telah berkata:"Kelak akan datang suatu zaman ketika tidak ada sesuatupun dari Alquran kecuali ayatnya saja. Dan tidak ada yang bertahan dalam Islam kecuali namanya. Ada orang-orang yang dipanggil Muslim, namun mereka sangat jauh dari Islam. Mereka membangun masjid-masjid yang megah; namun hampa dari petunjuk".[4]

Tn. Hosyyar : Dalam hadis-hadis semacam itu Nabi belum memprediksikan lebih jauh rincian khusus bahwa akan ada suatu masa di mana kebenaran Islam akan pudar dan itu tidak lebih daripada sekadar gambaran yang tersisa; dan bahwa, meskipun mereka Muslim, mereka jauh dari kebenaran Islam. Namun, prediksi ini pun sesuai dengan mayoritas Muslim, karena adalah mungkin bahwa meskipun Muslim, mereka hanya sedikit dipengaruhi oleh kebenaran dan spiritualitas Islam. Malahan debu tebal inkonsistensi dan tradisionalisme kuno yang pasti hinggap pada Islam akan dibasmi oleh keberadaan pasti dari Imam Keduabelas, yang akan meletakkan pondasi bagi pembaruan bangunan agama. Dalam hal ini patut diingat kembali hadis Nabi yang mengatakan:"Aku bersumpah demi Zat yang di tangan-Nya nyawaku bahwa Islam dan kaum Muslim akan selalu bertambah, sedangkan kaum kafir dan mereka yang menyekutukan Allah dengan yang lain (musyrikin) akan berkurang".

Lantas beliau menambahkan:"Aku bersungguh-sungguh menyatakan bahwa kapanpun malam tiba agama ini akan sampai". [5]

Adalah cukup untuk menunjukkan bahwa, pertama, diprediksikan sebelum Imam Keduabelas muncul masyarakat Muslim akan mencapai kedudukan mayoritas. Kedua, ketika ia muncul banyak orang akan memeluk Islam karena aras kesempurnaan manusia pasti mencapai kadar tersebut yang akan meneruskan manusia untuk menerima kebenaran Islam, sebagaimana banyak hadis meriwayatkannya. Dalam hadis berikut Imam al-Baqir telah berkata:"Ketika al-Qa'im kami muncul, Allah akan 'menyentuhkan' rahmat kepada kepala makhluk-makhluk-Nya, sehingga akal mereka menjadi sempurna, dan mampu merealisasikan mimpi-mimpi mereka dengan akalnya itu".[6]

Imam Ali bin Abi Thalib as berkata:"Di Hari Akhir dan hari-hari bencana dan kejahilan manusia, Allah akan mengangkat seseorang dan akan menolongnya serta melindungi para pengikutnya melalui para malaikat. Allah akan membantunya melalui tanda-tanda yang menakjubkan dan akan memberinya kejayaan di atas semua penduduk dunia, baik mereka suka ataupun tidak, mereka akan memeluk agama yang sejati. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan, kecerdasan dan rasionalitas. Jarak antara tempat-tempat semakin susut baginya dengan cara sedemikian sehingga tidak ada orang kafir yang akan tersisa kecuali akan dibawa kepada keimanan [oleh orang yang diangkat Allah], dan tiada satu pelaku maksiat pun yang akan tersisa melainkan ia akan menjadi saleh".[7]

"Musuh-musuhmu akan Saling Menghancurkan"

Persoalan lain yang membantu memecahkan persoalan yang diajukan oleh Ir Madani adalah bahwa kondisi umum dunia, kemajuan dalam penemuan-penemuan ilmiah yang berbahaya, dan perlombaan bersenjata antara bangsa Barat dan Timur, di samping kebangkrutan moral umum dalam kemanusiaan, membolehkan kita untuk mengantisipasi di mana kekuatan adidaya, termasuk Yahudi dan Kristen, akan mendorong satu sama lain dalam aktivitas perseteruan, dan akan menghancurkan mayoritas penduduk dunia dengan perlengkapan senjata-senjata penghancur. Kelompok besar lainnya akan menjadi korban dari penyakit sulit yang akan merata [mungkinkah ini AIDS, wahai pembaca, tolong renungkan fenomena ini - pen.] sebagai suatu akibat kehancuran manusia terhadap sistem kekebalan alami yang disediakan oleh Allah pada tubuh manusia dan lingkungan.

Seorang sahabat Imam al-Baqir yang bernama Abdul Malik al-A'yan meriwayatkan bahwa suatu ketika ia berdiri sewaktu datang Imam al-Baqir dan, bersandar pada tangannya, menangis, seraya berkata : "Saya sangat berharap saya akan menyaksikan periode al-Qa'im ketika masih ada beberapa kekuatan yang tersisa padaku." Imam (as) menghiburnya dan berkata:"Apakah kamu tidak puas bahwa musuh-musuhmu sibuk satu sama lain [dalam konflik], sedangkan engkau tinggal dengan nyaman di rumah ? Ketika al-Qa'im kami bangkit salah seorang di antara kalian akan mendapatkan kekuatan 40 manusia. Hatimu bagaikan baja, yang sekiranya dilempar ke atas gunung, niscaya gunung itu hancur seluruhnya. Engkau akan menjadi pemimpin dunia dan penjaganya".[8]

Dalam hadis lain Imam ash-Shadiq memprediksikan hal berikut: "Sebelum kemunculan al-Qaim dua kematian akan terjadi : kematian merah dan kematian putih. Kematian akan membunuh lima dari setiap tujuh orang. Kematian merah akan terjadi dengan sarana pembunuhan dan kematian putih melalui epidemik"[9]

Zurarah bin A'yan, sahabat dekat Imam ash-Shadiq, pada salah satu kesempatan bertanya kepada Imam : "Apakah seruan dari langit [sebagaimana diprediksikan dalam hadis-hadis kemunculan al-Qa'im], itu benar adanya?" Imam menjawab: "Aku nyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa sebenarnya itu akan terjadi sebagaimana seluruh manusia [yang telah mendengarnya] akan mengulang [seruan] tersebut dengan lidah mereka." Beliau menambahkan ; "Al-Qa'im tidak akan muncul sampai sembilan dari setiap sepuluh orang dibinasakan."[10]

Perang Tak Dapat Dihindarkan

Dr Fahimi : Apakah tidak mungkin bahwa persiapan dari revolusi al-Mahdi bisa dilakukan dengan sedemikian guna menghindari perang dan pertumpahan darah dalam menegakkan pemerintahannya ?

Tn Hosyyar : Sebagaimana hal-hal yang secara normal terjadi dalam peristiwa semacam itu, tampaknya tidak mungkin bahwa katastrof ini dihindari bahkan ketika aras pemikiran manusia berubah ke tingkat di mana jumlah orang-orang baik kian bertambah, para penindas dan orang-orang egotistik akan tetap ada di tengah-tengah masyarakat manusia. Kelompok ini secara tak dapat dibantah lagi menentang keadilan dan takkan pernah menghentikan antagonisme keras kepala mereka terhadap kekuatan apapun. Orang-orang semacam ini akan melakukan apa saja terhadap al-Mahdi yang dijanjikan guna melindungi kepentingan mereka sendiri. Bahkan, mereka akan melakukan apa saja dengan kekuatan mereka guna mengacaukan serta memerangi mereka yang mendukung Imam. Untuk mengikis habis pengaruh negatif dari kelompok ini maka tak ada solusi lain kecuali perang dan pertumpahan darah. Karena alasan ini di mana hadis dari Ahlul Bait telah mengakui peperangan dan pertumpahan darah yang tak terelakkan lagi.

Dalam sebuah hadis dari Bashir, sahabat lain dari Imam ash-Shadiq, bertanya kepada Imam tentang apa yang manusia katakan tentang kemunculan al-Mahdi: 'Ketika ia muncul bahkan tidak ada setetes darah pun yang biasanya dibolehkan mengalir selama prosedur berbekam akan tertumpah.' Imam menjawab bahwa hal semacam itu mustahil :"Apabila hal itu mungkin dilakukan tentu oleh Nabi Saww sendiri akan melakukannya. Sebenarnya, dalam peperangan melawan musuh, darah Nabi tumpah dari giginya dan dahinya terluka. Demi Allah, revolusi dari ia yang akan memimpin dan mengatur urusan [masyarakat Muslim] tidak akan selesai sampai kami berkeringat di medan perang dan tumpahnya darah." Dia kemudian mengusapkan tangannya pada dahinya".[11] [IM/Buletin Al-Jawad/R]

Catatan Kaki :


[1] .Safinat al-Bihar, hadis yang berhubungan dengan Qom
[2] . Ibid.
[3] . Bihar al-Anwar, jilid 60, hal.216
[4] Ibid., jilid 52, hal.190
[5] . Ibn 'Asakir, Tarikh (Edisi Damaskus, 1329), jilid 1, hal.87
[6] . Bihar al-Anwar, jilid 52, hal.328
[7] . Itsbat al-Hudah, jilid 7, hal. 49
[8] . Bihar al-Anwar, jilid 52, hal.335
[9] . Itsbat al-Hudah, jilid 7, hal.401
[10] . Bihar al-Anwar, jilid 52, hal.244
[11]. Ibid., hal.358

Tanda-tanda Kemunculan Imam Mahdi (III)

Pertahanan Imam Mahdi

Dr Jalali : Saya telah mendengar bahwa Imam Zaman akan muncul dengan pedang. Ini merupakan sesuatu yang tampaknya tidak benar. Alasannya bahwa sejauh ini manusia telah menciptakan dan menemukan berbagai macam senjata untuk digunakan dalam peperangan. Proliferasi nuklir dan senjata penghancur massa baru saja ditambahkan kepada susunan persenjataan dalam gudang senjata manusia. Dengan menggunakan senjata kimia dan biologi, termasuk perlengkapan detonasi jarak jauh untuk senjata-senjata ganda, berjuta manusia dapat dihancurkan dalam satu letusan. Pertanyaan yang muncul, dengan semua persenjataan yang ada sekarang ini, bagaimana orang bisa membayangkan bahwa Al-Mahdi dan pasukannya akan berjaya dengan pedang ?

Tn. Hosyyar : Ya, sesungguhnya topik kemunculan Imam Mahdi dengan pedang dicantumkan dalam hadis-hadis. Mari saya kutipkan contoh-contoh ini. Imam al-Baqir as meriwayatkan: Al-Mahdi mirip dengan leluhurnya, Nabi, ia juga akan bangkit dengan pedang guna membasmi para tiran dan mereka yang menyesatkan manusia, musuh Allah dan Nabi. Ia akan memperoleh kemenangan dengan pedang, dan tak seorang pun dari pasukannya akan kembali [dengan kekalahan].

Bagaimanapun, kebangkitan dengan "pedang" merupakan suatu metafora untuk peperangan. Ini menunjukkan bahwa perang dan pertumpahan darah merupakan bagian dari tugas resmi Imam al-Mahdi. Beliau diperintah Allah untuk menjadikan Islam sebagai agama universal dan memerangi kezaliman serta tirani, bahkan dengan kekuatan dan sebilah pedang. Keadaannya bertentangan dengan perjuangan leluhurnya, yang tidak memerlukan itu semua guna menghadapi situasi di dalam pola penuh kekuatan tersebut, karena kewajiban mereka dibatasi dengan teguran dan bimbingan. Akibatnya, "bangkit dengan pedang" tidak berarti bahwa senjata pertahanannya semata-mata pedang, dan ia menahan dirinya sendiri dari menggunakan jenis senjata manapun. Yakinlah, ia juga mungkin menggunakan senjata pada waktu itu atau bahkan menciptakan senjata-senjata baru guna mengalahkan semua persenjataan yang dikenal di zamannya.

Yang benar adalah bahwa pengetahuan kita tentang kejadian-kejadian masa depan di dunia terbatas; ataupun kita benar-benar tidak tahu dalam persoalan apapun secara rinci tentang masa depan nasib manusia dan gerak kemajuan teknologisnya. Misalnya, kita tidak mempunyai hak guna memutuskan masa depan berdasarkan masa lalu tanpa suatu keterangan. Kita tidak tahu negara atau bangsa mana yang memiliki kemajuan teknologis dan perabadan serta superioritas di atas yang lainnya. Adalah mungkin bahwa bangsa-bangsa yang lemah dan terpecah di dunia Islam akan bangkit dan menyingkirkan perbedaan-perbedaan kecil mereka guna membangun persaudaraan universal di bawah panji tauhid, dan mengangkat serta menerapkan petunjuk Alquran sebagai konstitusi bangsa Muslim universal. Kemudian masyarakat Islam bersatu sehingga dapat memanfaatkan sumber daya alam mereka guna kemajuan mereka dan keluar dari kemalasan yang mencengkeram-diri dan isolasi yang dibebankan pada diri sendiri guna menghadapi tantangan menjadi pemimpin-pemimpin peradaban manusia di bidang sains, industri, dan etika. Mereka dapat melaksanakan kontrol mereka energi-energi yang terlepas dan tidak terbatas di Timur dan di Barat guna menyalurkan mereka ke dalam persiapan pelaksanaan puncak revolusi al-Mahdi. Pada waktu itu, Imam Mahdi muncul dan menghancurkan kekuatan-kekuatan zalim serta tiranik dengan membantu kekuatan perkasa pada penyelesaiannya. Lebih jauh, dengan bantuan Ilahi dan janji kemenangan, di samping kekuatan luar biasa yang memancar dari kedudukan wilayat (pelaksanaan dari kedaulatan yang diatur secara Ilahi di bawah Imamah), beliau dapat meletakkan fondasi pemerintahan Allah yang adil dan makmur di muka bumi.

Pada waktu itu para saintis dan ulama yang hasil penelitiannya memungkinkan terciptanya penemuan semua peralatan dan teknologi merasakan kesedihan dan menyesali diri karena penemuan-penemuan mereka tidak digunakan untuk penghidupan layak bagi kehidupan manusia namun sebagai gantinya digunakan untuk menduduki dan menindas bangsa-bangsa di dunia. Demikianlah, untuk memberikan balasan atas pengabaian kontribusi saintifik mereka, mereka tidak akan melihat jalan lain kecuali menjawab panggilan al-Mahdi guna berjuang demi keadilan dan berkarya demi kebaikan manusia di dunia. Kita tidak dapat meramalkan bagaimana manusia di masa depan akan melepaskan kesombongan dan sikap keras kepala mereka, keluar dari kebodohan mereka dan berkarya menuju eradikasi senjata penghancur massa dan penerapan tipuan (decisive)dari perjanjian non-proliferasi nuklir. Namun semua kekayaan yang sekarang digunakan untuk memproduksi senjata-senjata semacam itu, padahal itu semua dapat dibagikan guna mengurangi kemiskinan, kemajuan pendidikan, dan kesejahteraan manusia.

Dunia di Bawah Al-Mahdi

Ir Madani : Sudikah Anda memberikan beberapa indikasi tentang kondisi-kondisi yang muncul di bawah pemerintahan al-Mahdi ?

Tn Hosyyar : Adalah mungkin merekonstruksi gambaran berikut tentang masa depan dari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait: Ketika al-Mahdi yang dijanjikan, Imam Kedua belas, muncul, menyusul kemenangannya atas kekuatan-kekuatan jahat dunia, ia akan mengatur seluruh dunia di bawah satu pemerintahan Islam. Ia akan menunjuk individu-individu yang well-qualified sebagai gubernur-gubernur dari berbagai kawasan di dunia dengan instruksi-instruksi dan program yang jelas untuk kedamaian dan administrasi yang adil terhadap kawasan yang ada di bawah pengaturan mereka.25 Seluruh dunia akan berkembang maju di bawah administrasi mereka. Al-Mahdi sendiri akan memantau seluruh dunia dari jauh, dengan kawasan yang luas serta urusan-urusan yang ekstensif yang dapat diterima olehnya ibarat telapak tangannya. Para pengikut dan pembantunya bertindak dan berbicara dengannya dari jarak jauh. Seluruh bumi akan dipenuhi dengan keadilan dan persamaan.

Manusia niscaya menjadi baik dan akan memperlakukan satu sama lain dengan kejujuran dan kesetiaan. Ada jaminan keamanan di mana-mana sebagaimana tidak ada orang yang akan mengganggu satu sama lain. Kondisi ekonomi manusia akan meningkat dengan pesatnya. Hujan yang bercurahan ke bumi sehingga menyuburkannya dengan panorama yang hijau dan segala jenis biji-bijian serta buah-buahan dalam keadaan melimpah ruah. Peningkatan yang penting akan diperkenalkan dalam metode pertanian. Manusia akan lebih memperhatikan kehadiran Allah daripada dosa-dosa. Islam akan menjadi agama resmi dunia, dengan seruan tauhid yang muncul dari seluruh pojok dunia.

Dalam persoalan membangun jalan-jalan, program-program menarik akan diperkenalkan. Jalan-jalan utama lebarnya 60 yard. Jalan-jalan akan begitu banyak dibangun di mana masjid-masjid yang berdiri di tengah-tengah akan dimusnahkan. Jalan-jalan setapak akan berubah menjadi jalan-jalan besar. Kaum petani akan diminta menyeberang jalan pada tempat penyeberangan yang tepat; sedangkan para pengemudi akan diminta masuk ke tengah. Semua jendela rumah yang terbuka ke jalan akan ditutup. Ada larangan-larangan tertentu untuk membangun saluran terbuka dan kotoran di jalan-jalan. Struktur-struktur yang menjatuhkan akan dimusnahkan. Masjid-masjid dan menara-menara yang ditinggikan dan sangat dekoratif juga mimbar-mimbar yang memisahkan imam shalat jama'ah dengan makmum akan dihancurkan.

Selama zaman al-Mahdi akal manusia niscaya mencapai kesempurnaan. Informasi umum di antara manusia akan mencapai suatu kemajuan sampai ke suatu tingkat di mana kaum wanita dapat merumuskan keputusan hukum ketika di rumah. Imam ash-Shadiq berkata : Pengetahuan dibagi ke dalam 27 bagian. Hanya dua bagian yang diperoleh oleh manusia. Ketika al-Qa'im bangkit ia akan membuka 25 bagian lainnya dan menyebarkannya di antara manusia.

Keimanan manusia akan mencapai keunggulan dan hati mereka bebas dari kedengkian dan dendam. Akhirnya, mari saya ingatkan kalian bahwa semua penjelasan ini telah diringkaskan dari hadis-hadis bersangkutan, dan sebagian besar dari hadis ini jarang dan dilaporkan oleh satu perawi. Siapasaja yang menginginkan penjelasan yang lebih terinci dapat merujuk kitab Bihar al-Anwar, jilid 51 dan jilid 52, kitab Itsbat al-Hudat, jilid 6 dan 7, serta Kitab al-Ghaybah karya Nu'mani.

Kemenangan Para Nabi

Dr Jalali : Dari semua paparan Anda dan keutamaan-keutamaan yang berhubungan dengan Al-Mahdi, Imam Kedua (as) dalam hadis-hadis, nampaknya ia lebih afdhal dari semua nabi yang lain, termasuk Nabi Islam Saww. Bagaimanapun, tak seorang pun dari mereka berhasil dalam memperbaiki masyarakat manusia, menegakkan pemerintahan dunia, berdasarkan tauhid, menerapkan aturan-aturan Ilahi secara menyeluruh, melaksanakan neraca keadilan samawi secara sempurna, dan menghapus kezaliman dan tirani secara mutlak. Satu-satunya orang yang mampu melaksanakan seluruh tugas ini adalah Al-Mahdi. Tak ada yang lain.

Tn. Hosyyar : Pada kenyataannya, perbaikan masyarakat manusia dan pelaksanaan hukum-hukum Ilahi merupakan aspirasi para nabi - 'alaihimussalam. Setiap para pembaharu (reformer) yang ditunjuk Ilahi berupaya menuntaskan cita-cita mereka sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang tersedia pada mereka sesuai dengan zaman mereka sendiri dan mengajak manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika mereka tidak berjuang dan melakukan pengorbanan-pengorbanan penting, maka pemerintahan berdasarkan tauhid tidak akan pernah tercapai. Dengan kata lain, para nabi as merupakan pendukung-pendukung dan mempunyai andil terhadap keberhasilan akhir ini. Penyempurnaan oleh Al-Mahdi harus dianggap sebagai keberhasilan para hamba Allah yang lain pada garis para nabi dan pemimpin agama. Kemenangan Imam bukan kemenangan dirinya sendiri; agaknya, dengan kekuatan menakjubkan dari Imam Mahdi semuanya merupakan kemenangan al-haqq di atas kepalsuan, keimanan atas kemusyrikan. Ini merupakan pemenuhan janji para nabi sebelumnya terhadap para pengikut mereka, dan realisasi dari cita-cita mereka untuk masyarakat manusia.

Kemenangan dari Al-Mahdi yang dijanjikan, sebenarnya, merupakan kemenangan Adam, Syits, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad dan para nabi lainnya (salam atas mereka semua). Mereka merupakan satu kesatuan yang, melalui pengorbanan dan kegigihan mereka, mempersiapkan jalan raya ini dan, sampai ke beberapa tingkat, akal manusia menerima seruan ini. Program itu diterima dan perjuangan tersebut dimulai oleh para nabi terdahulu. Masing-masing mereka memberikan suatu contoh melalui tindakan mereka sendiri dan mendorong tahap kesempurnaan manusia kepada tujuan Allah sehingga garis itu sampai pada Nabi Islam. Beliau menggambarkan program sempurna dan menyediakan cetakbiru yang menyeluruh untuk transformasi dunia. Pada kewafatannya beliau mewariskannya kepada para penggantinya yang sah, yakni Para Imam. Nabi dan para imam, kemudian, berusaha melaksanakan rencana Ilahi untuk kemanusiaan pada jalur ini dan dengan melakukan tindakan oposisi serta melakukan pengorbanan-pengorbanan besar. Semakin tahun berjalan semakin banyak krisis dan revolusi harus dihadapi dengan kemanusiaan agar mencapai kematangan dan menjadi nilai dari pemerintahan berasaskan tauhid. Ini satu-satunya yang akan terjadi kemudian di mana benteng terakhir dari kemusyrikan dan ketidakbertuhanan akan ditanggulangi oleh energi yang menakjubkan dari Al-Mahdi as, maka mimpi manusia pun menjadi kenyataan.

Dengan demikian, Al-Mahdi yang dijanjikan adalah pelaksana rencana Nabi, termasuk para nabi sebelumnya. Kemenangannya merupakan kemenangan agama-agama yang diwahyukan. Allah berjanji kepada Nabi Daud as dalam Zabur, dan dalam salah satu ayat Alquran yang diturunkan untuk menegaskan kemenangan puncak Imam Mahdi, Allah mengingatkan kaum Muslim tentang janji itu dengan firman-Nya : "Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh." (QS Al-Anbiyâ, 21 : 105).

Sumber: Islammuhammadi


Wiladah Al Imam Mahdi A.F.S

Auzubillahi Sami'ul 'Aleem Minasy Syaitan Nirrajim, Bismillahir Rahman Nir Rahim.
Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa Ila Ha Ilallah Wallahu Akbar, Walaa Haula Wala Quwwata Illah Billah Al Aliyyil 'Adzim.Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillah Hilhamd.

Biodata Ringkas Imam Mahdi a.fs

Nama : Muhammad ibn Hassan

Gelaran : Sahibul 'Asr,Hujjatullah,Abal Soleh,Al Muntazar,Al Qaim .

Julukan : Al Mahdi

Tarikh Lahir : 15 Sya'ban

Tempat Dilahirkan : Samarra'

Nama Bapa : Imam Hasan Askari a.s

Nama Ibu : Narjis s.a (puteri raja Rom)

Kisah Mengenai Hujjah Allah

Pendahuluan

Ketika Imam Hasan Askari a.s menjadi pemimpin umat, pemerintah di zaman beliau sungguh zalim sekali.Imam Hasan Askari terpaksa dipenjarakan dan ditahan di rumahnya sendiri yang terletak di tengah tengah kem tentera Abbasiyah. Beliau dikawal dengan rapi sekali kerana para pemerintah mendapat maklumat bahawa isteri Imam Hasan Askari akan melahirkan seorang bayi lelaki yang bila besar kelak akan menjadi Imam Mahdi sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Rasulullah s.a.w.w.

Justeru itu, pemerintah telah menghantar wakilnya dari golongan wanita untuk memeriksa isteri Imam Hasan Askari sama ada telah mengandung ataupun belum. Namun Allah yang Maha Berkuasa dan memang Allah menghendaki Imam Mahdi lahir dari sulbi isteri seorang suci dan dari keturunan zuriat Ahlul Bayt Rasulullah. Imam Hasan Askari merasa yakin kerana bapa bapa beliau telah meriwayatkan sabda Rasul s.a.w.w yang berbunyi :

" Daku adalah junjungan para Nabi dan Ali a.s adalah junjungan para penerima wasiat dan bahawa jumlah penerima wasiatku sesudahku adalah dua belas orang. Yang pertama adalah Ali a.s dan terakhir adalah al Mahdi a.fs. "

Saat Kelahiran Al Mahdi

Pada malam 15 Sya'ban tahun 255 Hijrah
, Imam Hasan Askari memanggil makcik beliau yang bernama Hakimah (Bibi Hakimah adalah puteri kepada Imam Jawad a.s) dan berkata :
" Malam ini datanglah ke rumahku untuk berbuka puasa kerana malam ini Imam yang ditunggu tunggu akan dilahirkan. "
Bibi Hakimah merasa sangat gembira dan setelah mengemas diri, dia pun terus menuju ke rumah Imam Hasan Askari. Kemudian dia menemui Narjis untuk mengucapkan tahniah di atas berita gembira yang baru didengarnya. Kemudian Bibi Hakimah menceritakan :

" Para pembantu membawa makanan hidangan untuk Narjis dan aku untuk berbuka puasa. Kami solat dantidur di bilik yang sama. Beberapa minit setelah tidur, aku terjaga. Terasa seolah olah hatiku dipenuhi dengan khabar kelahiran yang kudengar daripada Imam. Keinginan untuk menyaksikan tidak hilang dari fikiranku. Dan malam itu aku bangun lebih awal daripada biasa untuk melakukan solat. Ketika solat, aku melihat Narjis bangun, berwudhuk dan solat. Sesekali aku menjenguk keluar melihat waktu. Malam menghampiri fajar. Aku semakin keliru dengan janji Imam tentang kelahiran Putera Syurga itu. Tiba tiba aku mendengar Imam berkata dari biliknya, ' jangan khuatir. Insya Allah putera itu akan lahir dan kamu pasti melihatnya'.

Mendengar kata kata Imam, aku menjadi malu. Kemudian aku pergi ke bilik Narjis. Sebaik sahaja aku masuk, kulihat dia dalam kebimbangan dan berlari ke arah ku. Aku bertanya kepadanya,

' adakah kamu merasakan sesuatu? '. Dia menjawab, ' ya Bibi, aku merasa sangat aneh '.
Untuk mententeramkannya aku berkata,' jangan takut dan bimbang, ini adalah kehendak Allah '.

Ketika pagi hampir tiba, Narjis mengerang di kamar. Segera aku memeluknya dan membisikkan nama Allah kepadanya. Kemudian Imam Hasan Askari memberitahuku untuk membaca surah Al Qadr kepadanya. Aku mula membaca ayat suci tersebut sebagaimana arahan Imam, tetapi setiap ayat yang kubaca telah diulang oleh putera dalam kandungan Narjis itu ! Aku terkejut dan sangat takut. Ketika itu Imam Hasan Askari a.s berkata kepadaku, ' janganlah terkejut dengan urusan Allah kerana Allah Yang Maha Berkuasa telah memberikan kami hikmah semenjak kami kanak kanak dan membolehkan kami bertutur semenjak bayi untuk menjadikan kami hujjah-Nya di atas muka bumi '.

Ketika mendengar percakapan Imam, ku lihat Narjis hilang dari pandanganku ! Seolah olah ada tabir diantara kami. Aku tidak melihatnya. Aku berlari ke arah Imam untuk memberitahu kehilangan isterinya dan bertanya apa yang harus dilakukan. Imam dengan tenang meyakinkanku berkata, ' wahai Bibi, kembalilah. Sebentar lagi kamu menemukannya di tempatnya. Apabila aku masuk semula ke bilik tersebut aku mendapati Narjis diselubungi pancaran cahaya sangat terang sehingga aku tidak dapat menatapnya.

Kulihat puteranya juga sangat berkilau dan menerangi ke seluruh ruang. Bayi kecil itu bersujud dengan meletakkan wajah dan dahinya ke lantai dan berkata :

' Aku bersaksi tiada tuhan melainkan Allah. Dialah yang Satu dan tiada sekutu. Dan aku bersaksi bahawa datukku Muhammad S.A.W.W adalah Rasul Allah dan bapaku adalah penghulu bagi segala orang mukmin. Kemudian dia menyebut kesemua nama para Imam dan namanya sendiri lalu berdoa, Ya Allah, penuhilah apa yang dijanjikan oleh-Mu padaku, sempurnakan perjuanganku, musnahkan musuh musuhku serta penuhkanlah dunia dengan keadilan '.

Aku terpegun dengan doa yang dibacakan oleh anak kecil itu. Imam Askari a.s menyuruku mengambil anak itu untuk diberikan kepadanya. Aku menghampiri Narjis dan membawa puteranya itu ke pangkuan Imam. Sebaik sahaja anak itu hadir, dia terus memberikan salam kepada ayahnya. Imam menjawab salamnya dan menyambut puteranya itu dan kelihatan beberapa ekor burung berterbangan diatas kepalanya. Imam berkata ' bawakan anak ini kepada ibunya untuk disusukan dan bawa kembali kepadaku '. Aku patuh pada arahan Imam.

Sekali lagi kubawa putera suci itu ke pangkuan ibundanya dan diserahkan semula kepada Imam. Burung burung itu masih terbang dia atas kepalanya. Imam Askari a.s memanggil salah seekor burung itu dan berkata, ' ambil anak ini, lindungilah dia dan setiap empat puluh hari bawakan dia pada kami '. Burung tersebut patuh dan membawa anak itu ke langit dan diikuti burung burung yang lain. Aku dapat mendengar Imam mengucapkan selamat tinggal kepada puteranya dan berkata, ' aku menyerahkanmu kepada Allah; Tuhan yang sama Musa diserahkan oleh ibunya '.

Apabila Nargis melihat puteranya dibawa ke langit, dia gelisah dan mula menangis. Imam Askari a.s berkata kepadanya ' Janganlah bimbang, mereka akan mengembalikan anakmu sebagaimana Musa pulang kepada ibunya, sebagaimana Allah berfirman, '...dan Kami telah mengembalikan Musa kepada ibundanya untuk menghilangkan kebimbangannya. Aku bertanya kepada Imam mengapakah burung burung tersebut mengambil anak tersebut. Imam berkata, ' itulah 'Jiwa Suci' dan bukan burung biasa. Dia ialah malaikat yang agung dan dilantik bagi para Imam untuk melatih dan bekerja di bawah arahan mereka. Mendidik mereka dengan ilmu dan kebijaksaaan , kejayaan, keteguhan, dan kekuatan, dan membantu mereka mencapai perjuangan mereka.'

Keindahan Malam Nifsu Sya'ban

Mengenai kelahiran manusia agung ini, salah seorang pembantu Imam Hasan Askari a.s bernama Abu Ali Khizarani berkata, aku sendiri mendengar Bibi Hakimah berkata, " ketika putera Narjis dilahirkan, cahaya bersinaran dari dirinya yang menerangi horizon dan setiap sudut langit. Kemudian merpati putih datang dari langit dan menyapu bulu mereka pada badan dan wajah anak itu dan terus terbang ".

Khizarani menambah " kami terpegun dengan peristiwa ini dan memberitahu Imam Askari mengenainya. Apabila Imam mendengar cerita kami beliau tersenyum dan berkat, " burung burung tersebut merupakan malaikat yang turun dari langit bagi mendapat restu bayi yang baru dilahirkan itu. Mereka akan menolongnya ketika kebangkitannya dan akan menjadi sahabatnya ".

Bibi Hakimah menceritakan, " pada malam tersebut, aku membawa bayi itu ke arah Narjis. Beliau sedang menunggu puteranya dengan penglihatan penuh kasih sayang dan harapan. Bayi itu dilahirkan dengan keadaan yang sangat bersih dan tiada setitik darah pun yang keluar. Pada tapak tangan kananya tertulis ' Telah datang kebenaran dan telah lenyap kebatilan. Sesungguhnya kebatilan pasti akan lenyap. '

Bibi Hakimah menyambung lagi,


" Empat puluh hari berlalu. Imam Askari a.s menghantar seseorang untuk menjemputku ke rumahnya. Aku bergegas menuju ke sana. Sebaik sahaja aku tiba, aku memasuki kamarnya, tiba tiba kulihat seorang anak kecil sedang berdiri dihadapan Imam. Wajahnya bercahaya seperti matahari dan dia adalah Imam Mahdi !

Alangkah hairannya aku melihat pembesaran yang begitu cepat dalam masa yang singkat. Aku berteriak, ' anak yang berumur empat puluh hari ini kelihatan seperti dua tahun ! '

Imam tersenyum dan berkata, ' pembesaran putera Nabi dan putera pewaris Nabi tidak sama seperti yang lain. Satu bulan bagi ahli keluarga kami adalah satu tahun kehidupan bagi yang lain. Kami adalah keluarga Nabi dan putera putera kami berkata kata dalam rahim ibunda mereka, membaca Al Quran, berdoa, dan menyembah Allah. Ketika penyusuan, mereka dijaga oleh para malaikat yang turun dari syurga dan berkumpul mengelilingi mereka di waktu pagi dan petang serta menjalankan perintah mereka. ' "

Kejadian ini dan segala keajaiban yang terjadi pada malam kelahiran tersebut adalah kerana Imam Mahdi a.f.s. Malam itu adalah malam yang istimewa, malam kelahiran jiwa yang suci, keperibadian unggul, manusia diredhai yang dipilih Allah sebagai penerus perjuangan Rasul terakhir-Nya.

Bermulanya Ghaibah Besar

Menurut keyakinan Imamiyah, Imam Mahdi a.s mengalami dua kali keghaiban ; Ghaibah Sughra (jangkamasa pendek) dan Ghaibah Kubra (jangkamasa panjang). Ghaibah Sughra berlangsung selama 74 tahun dari tahun 255 H sehingga 329 H. Sepanjang tempoh ini, meskipun ghaib dimata manusia umum, umat islam masih boleh bertanya pelbagai soalan dan mendapat bimbingan daripada Imam melalui wakil khas yang dilantik. Wakil khas ini digelar Naib al Imam.


Para Naib Imam terdiri daripada empat orang sahaja, iaitu :

1) Uthman bin Said. Beliau merupakan Imam al Hadi dan Imam Askari a.s

2) Muhammad bin Uthman bin Said. Beliau telah dilantik oleh bapanya untuk menggantikan
bapanya yang meninggal dunia. Uthman bin Said berkata, " Setelahku, puteraku Muhammad akan menggantikanku dan menjadi Naib Imam. Penggantian ini telah dibenarkan oleh Imam Mahdi a.s ".

3) Husain bin Ruh Nawbakhti telah dilantik oleh Muhammad bin Uthman sebelum meninggal
dunia. Muhammad bin Uthman bin Said berkata kepada sahabatnya, "Aku telah diarahkan
oleh Imam untuk melantik Husain sebagai wakil dan rujuklah beliau dalam urusan agama ".

4) Ali bin Muhammad Samari yang menggantikan Husain bin Ruh yang merupakan Naib Imam
yang terakhir dan salah seorang tokoh pengikut Ahlul Bayt yang dipercayai.

Tempat terakhir Imam ditemui sebelum Ghaibah

Dengan kematian Ali bin Muhammad Samari, maka berakhirlah era wakil wakil yang dilantik dan tiada lagi orang yang mengakui sebagai wakil Imam Mahdi kecuali pembohong. Sebelum kematiannya, pada 9 syaaban tahun 329 H (941 M) Ali bin Muhammad Samari membacakan surat yang ditulis sendiri oleh Imam Mahdi a.s

Bismillahirrahmannirrahim,

"
Wahai Ali bin Muhammad al Samari, semoga Allah merahmati keluargamu. Enam hari lagi kematian akan menjemputmu. Selesaikanlah segala urusanmu dan jangan melanti sesiapa untuk menggantikanmu selepas ini. Keghaiban panjang telah bermula. Aku sendiri tidak akan muncul untuk satu masa yang lama. Selagi hati manusia belum keras dan dunia tidak dipenuhi keadilan, Allah S.W.T tidak mengizinkanku muncul. Akan Ada orang orang yang mengakui menemuiku, tetapi jika mereka mengaku menemuiku sebelum kebangkitan Sufyani dan datang suara dari langit, maka mereka ini pembohong dan penipu ".

Enam hari sesudah Ali bin Muhammad Samari meninggal dunia dan bermulanya Ghaibah Kubra.


0 comments to "Hari Libur Nasional pada Nisfu Syaban.....Selamat datang Ya Imam Mahdi AFS..!!!!..."

Leave a comment