Hingga hari ini kita masih belum tahu apa latar belakang penganiayaan dua jemaat HKBP Bekasi. Semoga saja polisi bisa segera mengungkap pelaku dan motivasi mereka secara transparan.
Pengungkapan polisi itu sangat penting karena dua sebab. Pertama, peristiwa itu bahkan menjadi perbincangan antara Menlu Marty Natalegawa dan Menlu AS Hillary Clinton dalam pertemuan keduanya, Jumat 17 September, di Washington. Kedua, dan ini patut digarisbawahi, peristiwa yang berkaitan dengan soal agama selalu menjadi isu sensitif bagi kita di Indonesia. Sekecil apa pun sebuah agama atau pengikutnya disulut fitnah atau dinodai, segera saja pengikut agama itu bereaksi keras. Kedua, lihat misalnya yang terjadi dengan dengan Salman Rushdie (Ayat-Ayat Setan), Ahmadiyah, FPI, dan lainnya. Juga, yang masih hangat dalam ingatan kita, rencana pembakaran Alquran oleh pendeta Terry Jones belum lama ini. Saat terbetik berita provokasi sang pendeta, bukan hanya kaum muslimin di berbagai negara yang marah, melainkan juga para tokoh gereja di dunia. Bahkan Vatikan pun mengutuk rencana itu.
Jika bicara soal Terry ini, kita jadi penasaran, apa yang sesungguhnya ia ketahui mengenai Alquran? Mungkin sekali pemimpin gereja kecil evangelis The Dove World Outreach Center di Florida, itu tidak mengira rencananya membakar Alquran untuk memperingati tragedi 11 September 2001 itu bakal berdampak amat serius.
Meski First Amendment konstitusi AS--yang memberikan kebebasan bicara--memberi hak kepada siapa pun, termasuk gereja, untuk melakukan apa saja, toh kecaman datang bertubi-tubi bahkan dari mayoritas umat kristiani sendiri.
Semua menyesalkan hal itu. Padahal, kalau saja Terry Jones paham bagaimana Alquran menghormati Yesus, yang dalam Alquran disebut dengan nama Isa, besar kemungkinan pikiran itu tak bakal muncul dalam benaknya.
Tahukah Terry Jones bahwa kesucian dan jiwa umat Islam dalam menghormati Yesus bersumber pada Alquran? Tahukah ia bahwa umat Islam selalu menyebut nama Yesus (baca: Isa) dengan gelaran alaihi salam (AS), 'damai atasnya'--yang maknanya adalah sebuah pemuliaan, sebagaimana diberikan kepada keluarga Nabi Muhammad, sahabat, dan orang-orang suci dalam Islam?
Alquran secara eksplisit menyebut Yesus, 'Isa' dalam bahasa Alquran, sedikitnya 25 kali. Itu artinya lima kali lipat dari penyebutan nama Nabi Muhammad SAW. Alquran juga menggelari Isa AS yang namanya berasal dari bahasa Ibrani, Esau dan Yeshehua--dengan sebutan-sebutan yang mulia, di antaranya 'Almasih', 'Kalimat Allah', 'Rasul Allah', dan 'Ibnu Maryam' (Putra Maryam). Ia disebut sebagai 'utusan yang saleh' (Al An'am 85), dan 'pembawa Kitab Injil' (Al Maidah 49). Memang masih ada ulasan lain seperti kontroversi penyalibannya, tetapi tidak pada tempatnya di sini untuk membahasnya terlalu jauh.
Selain menulis tentang mukjizat Isa AS yang bicara ketika dalam buaian, menghidupkan orang mati, dan menyembuhkan orang buta dengan izin Tuhan, Alquran juga memberi penghormatan yang luar biasa kepada ibunda beliau, Maria (Maryam). Bahkan salah satu (di antara 114) surah di dalam Alquran diberi nama Surah Maryam.
Kelahiran Almasih pun digambarkan secara apik, sehingga setiap muslim mengetahui kisah Maryam dengan posisi mulianya ketika mengabdikan dirinya di Baitul Maqdis, sebelum anugerah kelahiran putranya, Isa AS yang tanpa ayah itu diterimanya.
Kemarahan umat Islam atas rencana pembakaran itu karena Alquran kitab suci yang sangat sakral. Pertama, mereka sangat yakin Alquran adalah otentik. Bagi umat Islam, Alquran bukan karangan manusia (Nabi Muhammad SAW) yang adalah seorang ummiy (tidak dapat menulis dan membaca), melainkan wahyu dari Tuhan semata.
Sejak diturunkan 14 abad lalu hingga zaman ini, Alquran dibaca mulai dari ulama besar, ayatullah, ustaz, hingga orang awam. Ia satu-satunya 'buku' yang bisa dihafal di luar kepala, sejak awal Surah Al Fatihah hingga akhirnya (Surah An Nas) --tanpa satu huruf pun berbeda dari yang termaktub. Bahkan orang non-Arab pun dapat menghafalkan seluruh 30 juznya.
Walaupun Nabi SAW, keluarganya, dan para sahabatnya menghafal isinya, guna menjamin terpeliharanya wahyu Allah itu, Nabi memerintah beberapa sahabat yang dikenal pandai menulis--seperti Ali ibn Abi Talib dan Zaid bin Thabit untuk menuliskan ayat-ayat itu di pelepah kurma, batu, kulit, atau tulang binatang. Beliau juga menyampaikan tempat dan urutan setiap ayat dalam surah berkenaan agar semuanya dicatat. Para penulis itu dikenal sebagai penulis wahyu (kuttab al-wahy). Sementara untuk tugas-tugas di luar itu, terdapat kesekretariatan yang bertugas menulis surat, perjanjian, dan sebagainya.
Khalifah pertama, Abu Bakar, membentuk tim penulisan yang diketuai sahabat Zaid bin Tsabit. Abu Bakar memerintahkan agar masyarakat membawa manuskrip mereka ke Masjid Nabawi di Madinah, untuk kemudian diteliti tim Zaid. Naskah yang diterima harus sesuai dengan hafalan sahabat yang lain dan merupakan hasil perintah Nabi SAW, bukan atas inisiatif orang itu sendiri. Hal ini pun mesti dikuatkan oleh dua orang saksi mata.
Langkah Abu Bakar dilanjutkan khalifah II, Umar, dan khalifah III, Usman bin Affan. Beberapa salinan yang telah diverifikasi tim Zaid kemudian disebarkan ke berbagai kota di dunia dan menjadi sumber rujukan setiap kali ada verifikasi untuk kesesuaian isi Alquran. Selain sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, Alquran berfungsi sebagai petunjuk nomor wahid bagi umat Islam. Ia adalah dasar syariat Islam dan 'hidup-mati' setiap muslim. Maka, tak aneh bila kemudian kaum muslimin marah kepada Terry Jones.
Tapi mungkin semua ada hikmahnya. Siapa tahu, justru insiden Terry Jones membawa pelajaran agar hendaknya kita makin hati-hati dalam menghakimi agama orang lain. Siapa tahu, justru akibat kejadian ini, dua agama besar di dunia ini, Islam dan Kristen, bisa makin akrab dan pengikutnya makin toleran serta saling menghormati satu sama lain. Wallahu a'lam.
oleh Syafiq Basri pada 25 September 2010 jam 14:21
Oleh Syafiq Basri Assegaff Dosen Program Pascasarjana Universitas Paramadina.
Jumat, 24 September 2010 00:00 WIBhttp://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/24/170436/68/11/HKBP-Terry-Jones-dan-Toleransi-Beragama-
0 comments to "HKBP, Terry Jones, dan Toleransi Beragama"