Home , , , � Israel Tidak Mampu serang Gaza dan Lebanon, apalagi mau menyerang negara Islam..!!!!!

Israel Tidak Mampu serang Gaza dan Lebanon, apalagi mau menyerang negara Islam..!!!!!

Ahmadinejad: di Lebanon dan Gaza Saja, Israel Tidak Mampu!

Segala bentuk agresi terhadap Republik Islam Iran berarti kemusnahan rezim Zionis Israel dari peta politik dunia. Hal itu dikemukakan Ahmadinejad kemarin sore (5/9) dalam konferensi persnya bersama Emir Qatar Sheikh Hamd bin Khalifah di Doha.

"Rezim Zionis tidak tercatat dalam perhitungan kami dan Israel tengah menuju kehancuran dan dililit krisis, serta berharap perundingan sia-sia itu dapat memberikan kesempatan baginya untuk bertahan hidup," tambah Ahmadinejad.

Menurut Ahmadinejad, Amerika Serikat dalam setiap kesempatan berupaya menghancurkan negara-negara kawasan dan tidak pernah menunggu persetujuan dari pihak lain. Namun yang paling penting adalah mereka tidak pernah mampu memukul bangsa Iran.

Menyinggung ketidakmampuan Israrel untuk mencari gara-gara terhadap Iran, Ahmadinejad menuturkan, "Rezim Zionis Israel ketika tidak mampu melakukan apa yang menguntungkan kepentingannya di Lebanon selatan dan Gaza, sudah jelas tidak mampu berbuat apa-apa terhadap Iran."

Terkait isu serangan Amerika Serikat ke Iran, Ahmadinejad menjelaskan, "Pertama, tidak ada alasan atau bukti untuk menyerang Iran dan kedua pemerintah Amerika tidak mampu berbuat apa-apa terhadap Iran dan militer negara tersebut di sepanjang hidupnya tidak pernah terjun ke perang yang sebenarnya."

"Di Korea dan Vietnam, Amerika Serikat tidak benar-benar berperang, karena mereka membantai warga yang tidak bersenjata dan tidak memiliki dukungan."

Di Irak dan Afghanistan juga tidak terjadi perang serius. Militer Irak sejak hari pertama invasi sudah mengosongkan medan dan lari dan militer Amerika Serikat hanya bergerak di area kosong. Di Afghanistan, juga demikian. Di dua perang ringan saja Amerika Serikat sudah kalah dan kini terpaksa harus keluar dari Irak.

"Dengan militer yang lemah seperti ini, Amerika Serikat tidak akan pernah mampu terjun ke kancah perang sebenarnya," tandas Ahmadinejad.

Tujuan Amerika Serikat hanya menyulut perang urat syaraf, dan friksi serta menebar ketakutan dan kekawatiran di kawasan, karena serangan terhadap Iran berarti kemusnahan rezim Zionis Israel untuk selamanya dari kancah politik dunia.

Ditegaskan Ahmadinejad bahwa ada sejumlah pihak yang berharap dapat memukul Iran namun pada kenyataannya hal tersebut tidak mungkin. Mereka mengetahui bahwa kini Iran memiliki kekuatan untuk melancarkan balasan secara luas yang membuat mereka menyesal.

"Kini kami lebih mengkhawatirkan Palestina dan berbagai kejahatan di Irak dan Afghanistan serta berbagai propaganda anti-Arab dan Islam," ujar Ahmadinejad.

"Kami mengkhawatirkan berbagai bencana di kawasan yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Timur Tengah."(irib/6/9/2010)

Cadangan Gas, Dalih Utama Israel Serbu Gaza

Alfredo Jalife-Ramhe, pakar geopolitik asal Meksiko menyebutkan adanya cadangan besar gas di Lebanon, Jalur Gaza dan Palestina pendudukan. Menurutnya, cadangan gas tersebut menjadi incaran Rezim Zionis Israel.

Ia menyatakan, kerakusan Israel untuk menguasai cadangan gas ini menjadi ancaman serius bagi Lebanon dan Gaza. Seperti dilaporkan Fars , Ramhe dalam sebuah artikelnya yang dimuat di situs Voltairenet.org menganalisa aksi brutal Israel ke Gaza berkaitan erat dengan ditemukannya cadangan gas dalam jumlah besar di pantai Gaza.

Ramhe menambahkan, Israel menghadapi dua masalah serius, pertama minimnya sumber air, oleh karena itu Tel Aviv enggan mengembalikan Dataran Tinggi Golan kepada Suriah dan kedua adalah masalah minyak dan gas.

Setiap harinya, Israel mengimpor 300 ribu barel minyak yang sebagian besar dipasok Mesir. Adapun gas yang ditambang di wilayah pendudukan masih sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan warga.

Rezim penjajah yang memiliki 400 hulu ledak nuklir dan jet tempur tercanggih di Timur Tengah itu ternyata kalah dalam menghadapi Hamas dan Hizbullah. Kini rezim ilegal tersebut tidak dapat lagi mengklaim sebagai kekuatan yang tak terkalahkan. (IRIB/Fars/MF/LV/5/9/2010)

Keputusan Jepang Bikin Iran Gusar

Juru bicara Departemen Luar Negeri Republik Islam Iran, Ramin Mehmanparast seraya mereaksi ratifikasi baru pemerintah Jepang tentang sanksi Iran, mengatakan, "Jelas bahwa setiap negara yang bangkit menerapkan sanksi terhadap Iran, maka negara itu telah kehilangan kapasitas dan peluang besar yang dimiliki negara kami di berbagai bidang."

Mehmanparast, Ahad (5/9) kepada IRNA, menuturkan, masalah itu perlu diingatkan bahwa kebijakan mereka selain menciptakan masalah bagi perusahaan-perusahaannya dan merusak kepentingan nasional, juga akan membuka peluang bagi kompetisi dan kehadiran negara-negara lain.

"Berkenaan dengan kebijakan sejumlah negara yang menerapkan sanksi dan melangkah berseberangan dengan kepentingan bangsa Iran, perlu diketahui bahwa landasan sanksi dan resolusi PBB dirilis secara ilegal terhadap bangsa Iran," tandas Mehmanparast.

Lebih lanjut, Mehmanparast menegaskan, saksi PBB dikeluarkan hanya karena bangsa Iran ingin memperoleh hak-hak legalnya dalam memanfaatkan energi nuklir damai. Ditambahkannya, resolusi Dewan Keamanan PBB dirilis secara ilegal dan tidak adil setelah mendapat tekanan dari AS dan beberapa negara Barat.

Menurut Mehmanparast, "Sangat disayangkan beberapa negara telah mengambil kebijakan yang melebihi sanksi ilegal PBB setelah ditekan oleh AS. Bangsa Iran tidak dapat membenarkan atau menerima kebijakan seperti ini."

"Negara-negara itu perlu mengetahui bahwa mobilisasi politik dan menekan bangsa Iran dengan alasan aktivitas damai nuklir Tehran tidak akan membuahkan hasil," tegas Mehmanparast mengingatkan negara lain yang mengekor Barat.

Seraya menyatakan bahwa bangsa Iran tidak mengapresiasi resolusi dan sanksi, Mehmanparast mengatakan, tekanan dan kebijakan menjadikan lembaga-lembaga internasional sebagai alat politiknya tidak mempengaruhi perjuangan bangsa Iran. (IRIB/RM/5/9/2010)

Ahmadinejad: Iran Penegak Keadilan di Dunia

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menjelaskan bahwa sistem yang tengah berkuasa di dunia adalah unilateralisme dan semua hal disusun berdasarkan prinsip tersebut. Ahmadinejad kemarin (5/9/2010) di depan para warga Iran yang berdomisili di Qatar mengatakan, "Sistem tersebut hanya bermaksud membantai dan merampas kekayaan bangsa-bangsa demi menjamin kepentingan kaum kapitalis."

Dijelaskannya, "Saat ini hanya bangsa Iran yang mampu bangkit menegakkan sistem keadilan di dunia dan oleh karena itu misi bangsa Iran adalah mengibarkan panji kebudayaan, keadilan,spiritualitas, kejujuran, keberanian, cinta, dan persahabatan."

Menurutnya tugas tersebut sangat berat seraya mengatakan, "Peran bangsa Iran dalam sejarah peradaban, budaya, ilmu, dan dalam upaya menjaga nilai-nilai kemanusiaan sangat besar dan tidak ada satu bangsa pun yang memiliki andil sebesar bangsa Iran dalam memproduksi ilmu dan menegakkan budaya tinggi."

"Di sepanjang sejarah bangsa Iran selalu bangkit melawan kezaliman, mendukung kaum tertindas dan kini nama Iran memberikan harapan baru bagi banyak bangsa," tambahnya.

Menyinggung harumnya nama Iran di dunia, Ahmadinejad menjelaskan, "Ketika nama Iran mengemuka di dunia, maka akan terlintas pula berbagai dimensi seperti nilai-nilai ilahi, budaya, seni, ilmu, dan kesantunan di benak setiap bangsa."

"Selama 31 tahun terakhir, semua kekuatan adidaya dunia berupaya untuk mencegah kemajuan Iran di dunia. Pada perang pertahanan suci misalnya, mereka bahkan menolak menyuplai kawat berduri, sementara kepada rezim Saddam mereka menyuplai persenjataan paling mutakhir."

"Hal itu karena mereka beranggapan dapat mencegah kemajuan bangsa Iran, namun permusuhan mereka justru semakin mempercepat kemajuan dan keberhasilan bangsa besar ini."

Terkait embargo dan sanksi, Ahmadinejad mengatakan, "Berbagai sanksi yang diberlakukan terhadap Iran juga semakin menyukseskan bangsa ini di berbagai sektor."

"Kini Iran telah menggapai banyak kemajuan di bidang ilmiah yang bahkan sebagian besar di antaranya sebelumnya hanya dikuasai segelintir negara papan atas saja."(irib/6/9/2010)

Perundingan Washington dalam Pandangan Ahmadinejad dan Obama

Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad pada Jumat mengatakan rakyat Timur Tengah ‎‎"mampu menyingkirkan rezim Zionis dari forum internasional".

‎"Jika para pemimpin di kawasan itu tak memiliki keberanian, rakyat kawasan itu ‎mampu menyingkirkan rezim itu dari forum dunia," kata Ahmadinejad dalam ‎pidatonya pada Hari Solidaritas Palestina di Teheran sementara massa berteriak ‎‎"Bunuh Amerika !Bunuh Israel!."

Ahmadinejad mengatakan perundingan perdamaian langsung yang dilakukan ‎Presiden Palestina Mahmud Abbas yang didukung Barat dengan Israel ‎diselenggarakan di Washington Kamis setelah 20 bulan macet terancam gagal.

‎"Apa yang mereka ingin rundingkan?" kata Presiden Iran itu tentang pemimpin ‎Palestina dikutip oleh AFP.

‎"Siapa yag memberikan hak kepada mereka untuk menjual tanah-tanah Palestina? ‎Rakyat Palestina dan rakyat kawasan itu tidak akan mengizinkan mereka menjual ‎walaupun seinci tanah Palestina kepada musuh itu."

"Perundingan-perundingan itu gagal dan menemui ajal."

Iran menentang keras perundingan perdamaian baru itu dan memberikan ‎dukungan kuat pada gerakan Hamas yang menguasai Gaza dan melancarkan dua ‎serangan terhadap para pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki menjelang ‎dimulainya perundingan itu, menewaskan empat orang dan mencederai dua ‎lainnya. (Antara/irib)‎

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ Sementara itu, di Washington Barack Obama, Presiden Amerika menyatakan ‎bahwa target perundingan damai kali ini adalah terbentuknya dua negara, yakni ‎Palestina dan Israel. Menurut dia, selama beberapa tahun terakhir pemerintah ‎Palestina dan Israel sebenarnya sudah membangun langkah penting untuk ‎membentuk kepercayaan.

‎"Meski terbentur banyak halangan, kami, pemerintah AS beserta juru runding lain, ‎tidak pernah putus asa akan negosiasi damai antara Palestina dan Israel," kata ‎Obama saat berpidato kemarin. Selain itu, presiden berkulit hitam pertama AS ‎tersebut mengucapkan terima kasih kepada para juru runding. Termasuk, Menlu ‎AS Hillary Clinton dan George Mitchell, utusan khusus Obama untuk perdamaian ‎Timur Tengah.

‎"Tujuan negosiasi itu amat jelas. Yaitu, perundingan langsung antara Palestina dan ‎Israel. Pertemuan tersebut bermaksud menentukan status final isu-isu yang ‎menjadi halangan dalam perundingan," lanjut Obama.

Target lain dalam negosiasi itu, tutur dia, adalah jaminan keamanan warga ‎Palestina dan Israel. Dia juga menyebutkan pentingnya pendudukan Israel yang ‎dimulai pada 1967 serta memastikan terbentuknya negara Palestina yang ‎merdeka, demokratis, dan aman. Obama berharap negara Palestina tersebut nanti ‎bisa berdampingan dengan Israel.

Selain itu, dia memuji Abbas dan Netanyahu sebagai tokoh yang menghendaki ‎perdamaian. Di mata dia, dua pemimpin tersebut berkomitmen menyelesaikan ‎perjanjian perdamaian dalam setahun. "Amerika Serikat akan terus mendukung ‎penuh usaha itu. AS bakal menjadi partisipan yang aktif dan terus menyokong ‎upaya negosiasi damai tersebut," jelasnya.

Obama pun mengimbau para pemimpin Timur Tengah tidak menyia-nyiakan ‎peluang perdamaian itu. "Kesempatan tersebut mungkin tidak segera muncul lagi," ‎ujar Obama seraya menjanjikan dukungan AS untuk perundingan baru. Namun, dia ‎juga mengingatkan mereka akan adanya ekstremis dan rejectionist (yang menolak ‎damai). "Mereka tidak mengupayakan perdamaian, melainkan mencari ‎kehancuran," paparnya.

Menjelang makan malam dengan para pemimpin negara Arab pada Rabu waktu ‎Washington (1/9), Netanyahu menggambarkan Abbas sebagai mitra dalam ‎perdamaian. Karena itu, dia tidak akan membiarkan serangan terbaru menghalangi ‎jalur menuju perdamaian.

Sementara itu, Abbas mengutuk serangan terhadap warga Israel dan meminta ‎pertumpahan darah diakhiri. Dia juga menyerukan pembekuan pembangunan ‎permukiman Yahudi di Tepi Barat. Selain itu, terang dia, kini tiba waktunya ‎mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina yang mulai berlangsung pada ‎‎1967.

‎"Kami berbicara secara terbuka, produktif, dan serius seputar pengaturan ‎keamanan," ucap Netanyahu kepada pers setelah pidato Obama. Dua pemimpin ‎negara Arab itu juga mengutuk serangan yang menewaskan empat warga Israel di ‎Tepi Barat Rabu lalu.

Sebelum perundingan dimulai, Obama berbincang dengan empat pemimpin negara ‎tersebut. Dia mengklaim perundingan langsung antara Palestina dan Israel bisa ‎mengakhiri pendudukan Israel sejak 1967.

Dalam perang enam hari pada 1967, Israel menduduki Tepi Barat, termasuk Timur ‎Al Quds (Yerusalem), Dataran Tinggi Golan di Syria, Semenanjung Sinai di Mesir, ‎dan Jalur Gaza.

‎"Tujuan perundingan jelas. Negosiasi bertujuan menyelesaikan semua masalah," ‎tegas Obama. (Jawapos/irib/3/9/2010)‎

Perundingan Kompromi, Politik Pencitraan Ala Obama

Ketua Komisi Kemanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri di parlemen Republik Islam Iran, Alaeddin Boroujerdi menilai perundingan kompromi antara pemerintah Otorita Ramallah dan rezim Zionis Israel bertujuan memperbaiki citra Obama dan partai Demokrat di AS.

Boroujerdi, Ahad (5/9) di sela-sela sidang parlemen kepada IRNA, mengatakan, alasan penting menggelar perundingan kompromi adalah masalah dalam negeri AS dan kubu Demokrat bermaksud tampil sebagai pemenang dalam pemilu sela Kongres November mendatang.

"Mengingat Obama belum melaksanakan janji-janji pemilunya selama dua tahun lalu dan popularitasnya berdasarkan berbagai hasil polling juga merosot tajam, kubu Demokrat tengah mencari berbagai cara untuk memperbaiki kondisi yang ada dalam bidang politik nasional AS," tambahnya.

Menurut Boroujerdi, langkah pertama untuk mewujudkan perubahan itu adalah merilis resolusi anti Iran di Dewan Keamanan PBB dan langkah kedua adalah menggelar perundingan kompromi untuk menyelesaikan krisis di Timur Tengah.

Boroujerdi menjelaskan, pengalaman sejarah dan pergolakan di Palestina menunjukkan bahwa perundingan tidak berpengaruh pada penyelesaian masalah Palestina dan Timur Tengah. Ditegaskannya, perundingan sekarang adalah rentetan kegagalan AS dalam masalah Palestina. (IRIB/RM/5/9/2010)

Bangsa Arab Kian Lecehkan Barack Obama

Situs China.org.cn dalam laporannya menyebut popularitas Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama di dunia Arab kian menurun.

Kantor Berita IRNA melaporkan, Situs China.org.cn hari Kamis (2/9) menulis, upaya keras Obama untuk memulihkan citra AS yang terus terpuruk di mata dunia Arab pasca agresi militer ke Irak sepertinya gagal.

Dalam laporannya China.org mengisyaratkan hasil polling 2010 Middle East dan menambahkan, satu tahun lalu hanya tercatat 23 persen bangsa Arab yang tidak menyukai Obama, namun angka tersebut tahun ini meningkat menjadi 62 persen.

Laporan ini menambahkan, bangsa Arab menilai Obama bukan sekedar kepribadiannya, namun juga memperhartikan janjinya terkait agresi ke Irak dan kondisi negara ini pasca perang serta penutupan penjara Guantanamo.

Jajak pendapat yang digelar oleh Middle East diikuti oleh empat ribu responden dari Mesir, Jordania, Arab Saudi, Maroko, Lebanon dan Uni Emirat Arab. Masih menurut laporan China.org, Obama pun tidak mendapat tempat di mata pemimpin Arab karena tiga urutan pertama yang dipandang Arab adalah perdana menteri Turki, presiden Venezuela dan Iran.

"Kegagalan AS dalam proses perdamaian Timur Tengah dan tidak bertindak tepat dalam menangani masalah kawasan membuat bangsa Arab memandang sinis Obama dan AS," demikian dilaporkan China.org. (IRIBIRNA/MF/SL/2/9/2010)

0 comments to "Israel Tidak Mampu serang Gaza dan Lebanon, apalagi mau menyerang negara Islam..!!!!!"

Leave a comment