WikiLeaks mempublikasikan dokumen-dokumen Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) tentang sejarah panjang Zionis dalam mengekspor teroris di seluruh dunia.
Sebagaimana dilaporkan Press TV, analis terkenal AS, Joshua Holland baru-baru ini dalam sebuah makalahnya di situs alertnet.org, memperingatkan peran destruktif kelompok ekstrimis Yahudi AS dalam mengekspor kekerasan dan terorisme ke seluruh dunia.
Dalam memo rahasia yang dikenal dengan "Red Cell" milik CIA tertanggal 5 Februari disebutkan bahwa kelompok ekstrimis Yahudi mendukung dan terlibat dalam berbagai aksi kekerasan terhadap musuh-musuh Israel.
Tidak seperti yang diberitakan media AS selama ini, ternyata ekspor terorisme oleh AS tidak ada kaitannya dengan Islam radikal atau orang-orang dari Timur Tengah, Afrika atau etnis asli Asia Selatan, ujar memo tersebut.
Dalam salah satu tema yang disorot dalam memo itu disebutkan, Baruch Goldstein, seorang dokter Yahudi Amerika dari New York, yang berimigrasi ke Israel pada tahun 1994, bergabung dengan kelompok ekstremis Kach dan membantai 29 warga Palestina yang tengah menunaikan shalat di masjid Ibrahim di Hebron (al-Khalil).
Kelompok Kach didirikan pada tahun 1995 oleh Meier Kahane, seorang Rabbi Israel AS yang digambarkan sebagai ulama radikal.
Kahane juga merupakan pendiri Liga Pertahanan Yahudi (JDL), yang dikenal oleh FBI sebagai sebuah organisasi kekerasan para ekstremis Yahudi.
Sejak tahun 1968, operasi JDL di Amerika Serikat telah menewaskan tujuh orang dan melukai lebih dari 22 lainnya.
Di antara aksi terorisme yang dilakukan JDL adalah pembunuhan seorang direktur regional dari Komite Anti-Diskriminasi Arab-Amerika di California pada tahun 1985.
Menurut FBI, hanya beberapa bulan setelah peristiwa 11 September 2001, dua anggota JDL ditangkap oleh Los Angeles Joint Terrorism Task Force karena bersekongkol untuk meledakkan sebuah masjid di California.
Joshua Holland lebih lanjut mengungkap dukungan sejumlah Yahudi AS terhadap aksi kekerasan terhadap bangsa Palestina. Seraya mengutik koran New York Times, Holland menjelaskan bahwa sedikitnya 40 kelompok di AS selama sepulu dekade lalu telah menyumbang lebih dari 200 juta dolar bagi pembangunan distrik permukiman Zionis di timur kota Quds, Tepi Barat Sungai Jordan.
Analis memperingatkan bahwa peran Amerika Serikat dalam mengekspor teroris bisa memaksa mitra asing untuk berhenti bekerjasama dengan Washington pada kegiatan-kegiatan di luar hukum termasuk penahanan, pemindahan, dan interogasi terhadap tersangka di negara-negara pihak ketiga. (IRIB/RM/SL/6/9/2010)Tehran, IRIB News-Pernyataan pemimpin Otorita Palestina, Mahmpud Abbas terkait Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad dinilai Tehran sebagai bentuk pelecehan. Ramin Mehmanparast, jubir Departemen Luar Negeri Iran meminta Abbas untuk lebih teliti dalam menggunakan kosa kata dalam setiap pernyataannya.
Dalam wawancaranya dengan Fars News, Mehmanparast mengkritik pernyataan Abbas yang melecehkan Iran dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. "Abbas harus lebih teliti dalam menggunakan kosa kata dalam setiap ucapannya," demikian tandas Mehmanparast.
"Seluruh sikap para petinggi Iran dan partisipasi luas rakyat ini di Hari Quds Sedunia menunjukkan antusias kami terhadap nasib bangsa Palestina dan tanah pendudukan," tambah jubir deplu Iran.
Mehmanparast mengingatkan, sebaiknya kelompok yang aktif menangani masalah Palestina menfokuskan upayanya terkait masalah persatuan faksi-faksi Palestina dan mengupayakan hak rakyat tertindas negara ini yang dirampas Israel. Mereka juga harus menjadi wakil rakyat Palestina dan tidak bersedia mundur dari perjuangannya menegakkan hak tersebut.
Menurut Mehmanparast, kelompok ini harus terus berjuang hingga para pengungsi Palestina dapat kembali ke negaranya dan penjajah hengkang dari bumi Palestina serta keamanan dan kesejahteraan bangsa ini terjamin. Tak hanya itu, boikot Gaza pun harus segera diakhiri dan mereka jangan sampai menjadi kaki tangan Zionis.
"Setiap friksi antar kelompok Palestina adalah indikasi yang jelas bahwa bangsa Palestina telah jatuh ke dalam perangkap Israel," tegas Mehmanparast. Ia mengingatkan, sikap berhati-hati sehingga tidak terjatuh ke dalam perangkan Israel adalah suatu kewajiban.
Sebelumnya Abbas mengklaim bahwa Ahmadinejad bukan wakil bangsa Iran dan ia tidak layak untuk mengomentari dirinya dan bangsa Palestina. (IRIB/Fars/MF/6/9/2010)Wakil Republik Islam Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Ali Asghar Sultaniyeh, mereaksi laporan Dijen IAEA seraya menyatakan, "Setelah tujuh tahun inspeksi berkesinambungan, tidak ada bukti-bukti penyimpangan dalam program nuklir ke arah militer dan ini merupakan pesan penting bagi Dirjen IAEA."
Hal itu dikemukakan Sultaniyeh kemarin (6/9) dalam wawancaranya dengan IRNA di Wina, Austria. "Meski demikian, mengingat laporan tersebut mengutip beberapa bagian dari resolusi sanksi DK PBB, dengan sendirinya telah mencoreng profesionalisme IAEA," tambah Sultaniyeh.
"IAEA sebagai sebuah lembaga internasional dan spesialis, tidak berada di bawah PBB dan Dewan Keamanan."
Menurut Sultaniyeh, di beberapa bagian laporan tersebut disinggung berbagai inspeksi di Iran yang mengandung dua pesan penting. Bahwa dalam program iptek dan pengayaan uranium Iran berhasil dan bahwa seluruh aktivitas pengayaan uraniumnya sepenuhnya diawasi oleh IAEA.
"Pada bagian yang menekankan ketidaksediaan Iran untuk bekerjasama, hal itu berkaitan dengan tuntutan tidak logis Dewan Keamanan PBB dan melampaui Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT)."
Di akhir wawancaranya, Sultaniyeh menyinggung rencana pembacaan deklarasi yang disusun oleh negara-negara anggota Gerakan Non-Blok dalam rangka mendukung program nuklir Republik Islam Iran. Wakil Mesir akan membacakan deklarasi tersebut pada sidang Dewan Gubernur. (irib/7/9/2010)
0 comments to "Sejarah Zionis dalam mengekspor Terorisme ("Red Cell")"